JOURNEY OF LOVE THE SERIES: There Is A Will There Is A Way - Chapter 2
Hara POV
Aku
mengangguk pelan kemudian mengalihkan pandangan. Namun tak lama aku kembali
menoleh padanya ketika sebuah pemikiran melintas di kepala
ā
Pasti sangat sulit menjalaninya,ā Ucapku dengan nada simpatik. Aku tak tahu
kenapa aku bisa berkata seperti itu. Tapi mengetahui kenyataan semacam ini
membuatku takjub. Seseorang yang menurutku, yah begitulah, ternyata mempunyai
kehidupan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
ā
Ya..tapi lama kelamaan terbiasa karena banyak orang sekitar yang membantuku,ā
Tanggapnya dengan bijak.
Ia
meraih salah satu cangkir dari nampan yang tadi ia bawa. Kemudian duduk di sofa
seberangku, tak ketinggalan dengan gadis kecil bernama Wei An itu.
ā
Memang sangat menakjubkan, di usia semuda ini kau sudah mengalami hal semacam
ini.ā aku terus mengeluarkan semua pemikiranku, ini sangat tidak bisa dipercaya
aku yang biasanya sangat malas bicara dengan Yixing, kini malah dengan senang
hati bicara tanpa berhenti.
ā
Memangnya istrimu kemana?ā ia melebarkan matanya, membuatku berhenti bertanya.
Aisshhā¦aku baru sadar kalau aku baru saja bertanya masalah pribadinya.
ā
Maaf, jadi kau, maksudku single parent?ā
Ia
semakin intens menatapku kemudian beralih menatap gadis kecil di sampingnya. Gadis
itu terkekeh pelan, menahan tawa di balik tangannya yang masih menutup
mulutnya.
ā
Hhhh.. kau pikir dia putriku?ā aku hanya mengangguk pelan.
ā
Dia adikku.ā
Mataku
melebar seketika. Seolah baru saja memberi jawaban yang salah pada kuis saat di
kelas, aku sekarang merasa sangat malu. Hanya meringis saja yang bisa kulakukan
demi menutupi rasa malu, terlebih kala sepasang adik kakak di depanku tengah
tertawa, dan sudah aku tahu siapa yang sedang mereka tertawakan. Siapa lagi
kalau bukan aku?
********
Author POV
At Chung Ang University
Hara
masih serius mencatat di bukunya, sesekali tangannya berhenti saat Baek
seosangnim bicara guna memberi penjelasan. Ia mengangguk kemudian kembali
menulis, di tengah aktivitasnya, entah kenapa ia memalingkan wajahnya, beralih
pada sosok Yixing yang berada di kursi belakang.
Ia
menggeleng ketika menemukan Yixing tengah menekuri ponselnya. Lelaki itu tengah
memainkan ponselnya secara sembunyi-sembunyi. Memang bukan urusan Hara untuk
mengarahkan pria itu tentang tindakan macam apa yang pantas diperbuat di kelas,
tapi jika dibiarkan seperti ini, usahanya membantu Yixing untuk memperbaiki
nilai-nilainya sia-sia.
ā
Berhubungan dengan tes kemarin, aku cukup puas dengan nilai kalian yang
memuaskan. Namun aku heran, karena dari sekian banyak peserta didik di sini
masih ada satu orang yang tak mampu mencapai nilai minimum.ā Kepala Hara
langsung berbalik ke depan. Ia memerhatikan dosennya dengan seksama.
ā
Zhang Yixing! Sebenarnya apa yang bisa kau kerjakan dengan baik? Aku heran
kenapa nilaimu tidak kunjung membaik.ā
Hara
mendesah pelan, ia sudah tahu jika orang yang dimaksud oleh Baek seosangnim
adalah Yixing. Pasalnya siapa lagi orang di kelasnya yang mempunyai prestasi
seperti itu selain Zhang Yixing?
ā
Aku akan berusaha lebih baik lagi seosangnim,ā Balas Yixing santai.
Hara
menoleh ke belakang, detik kemudian
embusan napasnya terdengar berat. Orang seperti inikah yang harus ia bimbing?
******
Begitu
hening, hingga suara tarikan napaspun terdengar. Suara helaan napas Yixing
bahkan terdengar begitu lelah dan dramatis. Sudah hampir satu jam bokongnya
menempel di salah satu kursi yang berjejer di ruang perpustakaan. Sebenarnya ia
bisa saja pergi dari tempat itu karena nyatanya
perpustakaan telah membunuh seluruh minat hidupnya, namun ekspresi
dingin gadis di depannya benar-benar telah merenggut nyalinya.
Yixing
mengangkat kepalanya, melirik Hara dengan was-was. ā Sepertinya untuk hari ini
cukup.ā Pria itu menelan ludahnya manakala Hara balas menatapnya. Tiba-tiba
kepala serta seluruh saraf di tubuhnya menegang, entah kenapa ia merasa serba
salah. Oh ayolah, yang di depannya ini hanya seorang gadis yang bahkan berumur
lebih muda darinya. Kenapa mesti takut?
ā
Yaā¦kurasa juga cukup. Tak ada gunanya berlama-lama disini, kau juga tak
mendapatkan apa-apa,ā jawab Hara sekenanya. Ia bergerak membereskan buku-bukunya
dan berniat untuk bangkit dari duduknya.
Yixing
meringis pelan, seketika rasa malu dan gengsinya naik hingga ke tingkat paling
tinggi. Zhang Yixing, seorang pria yang biasa dipuja oleh para gadis, kini
turun derajat karena seorang gadis. Meski tak mengatakan secara langsung, Hara
sudah pasti bermaksud merendahkan tingkat intelektualnya.
Pria
itu mendehem pelan, ā Ahhā¦sepertinya, kita lanjutkan saja. Itupun kalau kau
tidak keberatan,ā Ujar Yixing takut-takut.
Hara
menilik sejenak pria itu. ā Maaf, tapi sepertinya aku mesti pulang sekarang.
Kau bisa lanjutkan sendiri.ā Gadis itu melenggang santai, meninggalkan Yixing
yang masih mematung di tempatnya. Pria itu masih tak habis pikir dengan sikap
dingin Hara. Sesulit itukah berbaur dengan Lee Hara? Gadis pintar, rajin dan berhati
dingin. Hufttā¦sepertinya akan sangat sulit.
****
Makan siang kali ini nampaknya
menjadi makan siang paling menyebalkan untuk seorang Lee Hara. Bagaimana tidak?
Orang yang dua minggu belakangan ini merusak waktu santainya, kini muncul dan
lebih parahnya ikut bergabung makan siang bersama. Haruskah sesulit ini? Tidak
cukupkah di kelas kepalanya pusing karena ulah orang itu, Zhang Yixing.
ā Yaā¦kampung halamanku di Changsa,ā
Balas Yixing yang sudah kelihatan akrab dengan beberapa teman Hara.
Sementara di sisi lain Hara hanya
menelan bulat-bulat kekesalannya yang tidak terlampiaskan. Sebenarnya ingin
marah, tapi haruskah dia berteriak dan menghancurkan seluruh isi kantin?
Ahā¦nampaknya tidak, lebih baik ia segera menghabiskan makanannya dan pergi dari
tempat itu secepatnya.
Tanpa sepengetahuannya, Sora
mendapati Hara yang nampak terburu-buru menghabiskan makanannya. Gadis itu
hanya menggelang pelan. Hahā¦benar-benar kekanakkan.
ā Aku sudah selesai, kalau begitu
aku duluan.ā Hara menatap teman-temannya sambil tersenyum, -walaupun
dipaksakan. Gadis itu beranjak dari kursinya dan sudah menenteng tasnya.
ā Kau tak ingin menunggu sampai
temanmu ini selesai?ā tanya Nayoung jahil yang merujuk pada Yixing, ia tahu
pasti Hara akan sangat kesal mendengarnya.
Namun siapa sangka jika Hara
malah tersenyum angker seperti boneka voodoo di film horror? Ia kelihatan
seperti makhluk berdarah dingin yang tak memiliki emosi. Sumpah demi apapun
Nayoung menyesal sudah berkata seperti tadi.
ā Bukankah dia juga temanmu? Lebih
baik kau saja yang menunggunya. Aku ada tugas yang harus dikerjakan,ā Tukas
Hara tenang, ia benar-benar bisa mengendalikan emosinya. Merasa sudah tak
memiliki kepentingan, gadis itupun memutar langkahnya, bergerak menjauh dari
teman-temannya. Lebih tepatnya menjauh dan kalau bisa menghilang ke tempat
dimana ia tak bisa bertemu seorang pemuda bernama Zhang Yixing.
******
Desah kecewa meluncur saat
keadaan tak membiarkan impian menjadi nyata, Hara mendesah panjang. Hari ini
sebenarnya hari libur, akhir pekan, seharusnya ia bisa bersantai ria atau
paling tidak, pergi bersama teman-temannya, tapi apa yang mesti ia lakukan? Ia
malah harus menghabiskan waktu senggangnya bersama pria bodoh yang otaknya
entah terbuat dari apa.
Dari tadi ia dan Yixing atau
lebih tepatnya lagi dengan Wei An, adik Yixing. Hanya berkeliling di sekitar
taman hiburan tanpa merasa terhibur sama sekali, lalu apa gunanya taman
hiburan? Menyebalkan.
Memang bukan salah Yixing jika
gadis yang tertinggal di belakangnya benar-benar tak bisa merasa bahagia,
karena dari awal ia sudah mencoba berbaik hati menawarkan ini itu padanya, tapi
gadis itu kekeh menolak dan terus berjalan sambil memasang wajah datar.
ā Hara Jie, apa kau ingin naik
itu?ā Hara menoleh ke arah yang sama dengan Wei An, ke arah bianglala besar.
ā Aku tak mau, hari ini tugasku
hanya membantu seseorang untuk menyelesaikan makalahnya,ā Jawab Hara sambil
melirik ke arah Yixing yang langsung mendehem pelan. pasalnya Yixing menyuruh
Hara datang ke rumahnya untuk mengerjakan makalah, tapi sesampainya di rumah,
pria itu justru mengajak Hara ke taman bermain.
ā Wei Anā¦ Hara Jie tidak mau,
lebih baik kita naik yang lainā¦ā ucap Yixing sambil meraih lengan kecil
adiknya, menuntun gadis kecil itu mengikuti langkahnya.
ā Hara jie takut ketinggian,
makanya dia tidak mau.ā
Hara yang mendengar ucapan Yixing
hanya mendelikkan matanya kesal. Entah hukuman mental macam apa yang tengah
dihadapinya.
******
Rasanya lelah sekali, meski
nyatanya tak banyak yang dilakukan oleh Hara. Dari tadi gadis itu hanya
menunggui sepasang adik-kakak yang
sedang bermain wahana di taman bermain. Ia kelihatan seperti seorang pengasuh
saat ini, dititipi tas merah jambu milik Wei An sambil menunggu dua orang itu
selesai bermain.
Merasa terlalu bosan, ia pun mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ia benar-benar
penyegaran sekarang juga. Mungkin saja berita seputar boyband terkini bisa
membuat otaknya kembali dingin.
Begitu asyik berkutat dengan
ponselnya, Hara sampai tak sadar jika seorang gadis kecil sedang menatapnya
dengan intens. Gadis itu, Wei An, kelihatan begitu tertarik dengan ekspresi
Hara yang terbilang jarang terlihat. Melihat seorang Lee Hara tersenyum senang
memang bukan hal yang mudah, bahkan sangat langka.
ā Apa ponselmu lebih menyenangkan
daripada aku?ā tanya suara kecil yang menggemaskan.
Hara terkesiap, pandangannya
langsung beralih pada sosok mungil yang entah sejak kapan sudah berada di
sebelahnya. Ia tak berkata apapun, jelas ia merasa bingung saat melihat
ekspresi murung gadis kecil di sampingnya.
Setelah pertanyaan tadi, Hara
sadar jika sikapnya seharian ini sangat menyebalkan bahkan pada gadis kecil
yang sebenarnya tak salah apa-apa. Ia kan hanya kesal pada kakaknya, kenapa ia
mesti kesal dengan adiknya yang jelas-jelas tak bersalah.
ā Aku tahu ponsel itu jauh lebih
menyenangkan daripada aku, anak kecil menyebalkan yang menyusahkan. Cengeng dan
manja. Bahkan kau hanya perlu mengisi baterainya jika daya ponselmu mulai
habis, tapi jika aku menangis, mungkin perlu waktu dan energi yang banyak untuk
membuatku diam,ā Racau gadis itu sambil menggoyangkan kakinya yang tak
menyentuh lantai.
Wajah lucu yang mestinya berhias
dengan senyuman manis, kini tinggal raut murung serta sedih. Gadis kecil yang
mestinya senang, kini terlihat begitu rapuh, benar-benar menyedihkan. Sampai
hal tak terdugapun terjadi. Hara
menggenggam lembut tangan kecil yang nampak begitu lemah tak bertenaga.
ā Bukankah anak kecil memang
begitu? Aku juga dulu begitu. Gege-mu juga pasti begitu, semua orang pernah
kecil. Jadi wajar, anak kecil menangis karena ia tak bisa melakukan sesuatu
dengan baik tanpa bantuan orang lain.ā urai Hara. Wei An menyimak kata-kata
Hara dengan serius, tapi tak lama kepalanya tertunduk lagi. Tertunduk seperti
tak punya harapan.
ā Tapi ayah bilang aku
menyebalkan, aku pembawa sial, dia bahkan tak ingin bertemu denganku. Saat aku
sakit dia tak menjengukku sekalipunā¦ā
terenyuhā¦begitulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saat ini. jujur
meski bukan tipikal gadis melankolis, Lee Hara tetaplah manusia yang
dianugerahi hati oleh Tuhan. Ia bisa merasakan betapa beratnya kesedihan yang ditanggung
oleh gadis kecil itu.
Wei An menatap Hara dengan sorot
mata lemah, selemah jiwanya yang kerdil. āā¦Apa salah aku lahir ke dunia ini?
Apa kelahiranku membuat ayah malu?ā
Suara lucu yang mestinya
terdengar begitu menggemaskan kini hanya menjadi lantunan melodi lemah yang
begitu menyedihkan. Hara membuang nafasnya, ia mengeratkan genggamannya pada
tangan kecil Wei An. ā Tidakā¦mungkinā¦.ā Hara seperti kehabisan kata-kata,
seumur hidup ia baru pertama kali mendengar gadis berusia delapan tahun menanyakan
hal seperti ini padanya.
ā Tidakā¦ayahmu tidak malu. Terkadang
orang dewasa punya masalah yang tak bisa dijelaskan, mungkin saja ayahmu sedang
dalam masalah yang rumit sehingga ia tak bisa memperhatikanmu. Ayahku juga
begitu, ia pernah mendiamkanku karena sedang ada masalah besar di kantornya.
Tapi setelah itu, ia kembali baik bahkan ia mengajakku jalan-jalan.ā Jawab Hara
meyakinkan sosok kecil Wei An.
ā Percayalahā¦.kadang orang dewasa
suka bertingkah lebih aneh dari anak kecil.ā Ucap Hara sembari melebarkan
senyumnya.
********
Suasana hening tak kunjung
runtuh, yahā¦mungkin dalam keadaan seperti ini tindakan jauh lebih berguna
daripada sekedar ucapan. Nyatanya Hara langsung melepas sabuk pengamannya saat
mobil Yixing berhenti sampai di depan rumah. pergerakan gadis itu begitu sunyi,
benar-benar tak ingin membuat kebisingan sedikitpun.
Sebelum meraih knop pintu, Hara
melirik ke kursi penumpang, tepat dimana seorang gadis kecil tengah tertidur
pulas sambil memeluk boneka beruang besar yang dibeli di taman hiburan tadi.
Seulas senyum langsung menghiasi wajahnya, dalam hati ia merasa prihatin dengan
apa yang dihadapi Wei An kecil.
ā Gomawo..ā
Hara lantas menoleh cepat ke arah
Yixing yang masih tak bergeming. Ia sedikit terkejut dengan ucapan pria itu,
namun tahu sendiri bagaimana sikap Hara, dingin dan tertutup, sehingga ekspresi
datar langsung menutupi keterkejutannya.
Yixing menatap Hara dengan santai
dan ramah, ā Terimakasih telah mendengarkan Wei An, aku senang dia punya teman
bicara.ā Hara hanya mengangguk pelan.
ā Dan terimakasih juga karena
sudah membantuku.ā
******
Yixing berjalan santai melewati
tiap lorong yang begitu ramai dengan orang-orang yang terburu-buru menuju kelas
masing-masing. Suasananya hatinya sedang sangat baik hari ini, tadi tepatnya
sebelum bel masuk berbunyi, ia datang ke ruang Baek seosangnim untuk
mengumpulkan makalahnya. Pria itu tersenyum senang mengingat bagaimana reaksi
terkejut dosennya itu saat ia mengangsurkan sebuah makalah di atas mejanya. Pak
tua itu hampir saja terjengkang dari kursinya karena terlalu kaget.
Melihat respon tercengang pak tua
itu, Yixing rasanya ingin membusungkan dadanya setinggi mungkin merayakan
kejayaannya. Selama ini semua pendidik di kampusnya selalu meremehkannya,
meragukan kemampuannya.
ā Bagaimana saem, aku bisa
diandalkan bukan?ā
Lagi-lagi Yixing mengulum
bibirnya yang tak berhenti tersenyum. Tapi baru saja ia merasa senang, Ia
kembali teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Hari-hari yang telah ia
nobatkan sebagai hari paling mencekam dalam hidupnya. Bagaimana tidak? selama
beberapa hari yang lalu ia mesti mendekam di dalam perpustakaan!
Mungkin semua tak akan terlalu buruk jika Hara tidak mengawasinya.
Haraā¦ya, Lee Hara. Gadis dingin berotak cemerlang yang menjelma menjadi sipir
penjara saat berhadapan dengannya.
Gadis ituā¦awalnya Yixing tak
merasakan apapun, ia pikir belajar bersama Hara jauh lebih baik daripada harus
dikeluarkan dari kampus, tapi seiring berjalannya waktu semua berjungkir
seratus delapan puluh derajat. Rasanya ia lebih memilih dikeluarkan dari kampus
dibandingkan bertemu gadis itu sampai ujian akhir semester, yang artinya ia
mesti melewati waktu dua bulannya bersama si dingin itu. hahā¦.benar-benar menyeramkan.
Masih dengan pikirannya yang
kacau, Yixing berbelok ke kiri. Berbagai sapaan ramah hingga centil menyambut
dirinya saat ia baru saja masuk ke dalam kelasnya. Seperti biasa, gadis-gadis
memang selalu bertingkah seperti itu padanya.
Walau merasa risih, tapi tak
masalah. Tohā¦ia tetap membalas lambaian gadis-gadis itu.
Dengan gaya sok tenang, pria
berbalut kaos pas badan itu berhenti tepat di sebuah kursi terdepan. Kelihatan
agak aneh seorang Zhang Yixing duduk di kursi depan karena biasanya ia selalu
duduk di kursi paling belakang.
ā Matta!! Itu sangat lucu! Aku
tidak tahu kenapa!ā
Dan alasan menggegerkan dari
kelakuan anehnya adalah seorang gadis dingin yang duduk di belakangnya. Entah
ada angin apa, Yixing merasa tertarik untuk duduk di depan gadis itu. tadi saat
mencari tempat duduk, matanya tak sengaja menemukan ekspresi asing bahkan
sangat asing untuk seorang gadis kutub itu, Lee Hara.
Pria itu tak kunjung memalingkan
pandangannya dari Hara yang masih terlihat asik berbicara dengan teman
sebelahnya. Jadi seorang Lee Hara tertarik dengan grup idola? Ternyata kau tertarik
pada pria tampan juga? Pria itu terkekeh, sebuah fakta menarik baru
saja ia temukan. Seorang Lee Hara masih normal.
ā Aku ingin datang, tapi sebentar
lagi ujian. Kau tahukan berapa banyak tugas yang diberikan dosen tak berhati
itu pada kita?ā keluh Hara.
ā WOA!! Kau juga merasa tugas
kita terlalu banyak? Aiishhhā¦bahkan orang pintar saja punya pikiran yang sama
denganku!ā cetus Yixing tanpa sadar.
Tanpa ia sadari, kini ia sudah
berdiri setelah sebelumnya telah meracau heboh. Rasanya benar-benar tak bisa
bergeming saat ia tahu Hara tengah memandanginya dengan tidak suka. Tidak hanya
gadis itu, banyak orang di kelasnya tengah melihat dirinya dengan penuh tanda
tanya.
Ia menghela nafasnya kemudian
beranjak duduk dan menghadap ke depan. Sungguh..ia menyesal dan sekarang
rasanya ingin melenyapkan diri saja.
Sementara Yixing tengah berdoa
demi keselamatannya, Hara mendesah pelan saat matanya menemukan sosok tua telah
berada di ambang pintu. Gadis itu mendesah, kemudian mengeluarkan beberapa buku
dari dalam tasnya.
Seburuk apapun suasana hatinya,
jika guru telah datang Hara akan tetap konsisten dengan perhatiannya. Ia
menatap lurus ke depan, tepat pada pria paruh baya yang sebentar lagi akan
memulai kelasnya.
Namun apa yang dibayangkannya tak
semudah itu, saat menatap ke depan ia malah merasa emosi. Orang di depannya
sedang merentangkan tangannya ke atas dan ke samping, membuatnya merasa
terusik.
Sebenarnya ia ingin menjambak
rambut orang itu atau paling tidak menoyor kepalanya agar menghentikan sikap
bodohnya itu. namun dosennya sudah keburu memulai pembicaraannya.
Selama kelas berlangsung, selama itu juga Hara
menahan kekesalannya. Ia menekan emosinya yang rasanya ingin meledak tak lama
lagi. Ia tak mengerti apa yang terjadi dengan orang di depannya, tapi
kelihatannya orang itu cacingan. Dari tadi pria itu tak henti-hentinya
menggerakkan tangannya, entah meregangkan tangannya atau tidak menggaruk-garuk kepala
belakangnya.
*****
Setelah kelas selesai, ia kira
sebuah ketenangan dapat direngkuhnya. Tapi lagi-lagi nasib sial sedang senang
menggelayutinya beberapa waktu belakangan ini. Ia tak tahu mesti menyebutnya
bagaimana, namun pria menyebalkan dengan kadar intelektual di bawah rata-rata
itu tengah mengintilinya.
Hara mendesah pelan, tangannya
yang bertumpu pada sebuah tiang pembatas terasa bergetar. Ia kesal. Jujur saja
kesal. Memangnya siapa yang tidak kesal jika terus diikuti oleh orang asing?.
ā Kau suka Shinee?ā orang itu
menoleh pada Hara. Ia terlihat sedang berusaha untuk membangun hubungan yang
lebih bersahabat. Bagaimanapun Hara adalah tutornya, orang yang akan
membimbingnya. Paling tidak ia mesti berkomunikasi dengan gadis itu. yahā¦setidaknya.
Bola mata Hara berputar, anggap
saja ia sudah menjawab pertanyaan orang itu dengan ekspresi sinisnya.
Tak kehabisan akal, pria bernama
Zhang Yixing itu melangkah mundur kira-kira dua sampai tiga langkah. Meski
merasa ada yang aneh, Hara sama sekali tak mempedulikan pria itu. Menurutnya
lebih baik ia terus memandang ke depan daripada harus sakit mata setelah
melihat Yixing.
Jentikan jari yang terdengar
seperti tempo mengawali pergerakan pria yang entah kenapa memutuskan untuk
meliuk-liukan badannya di depan gadis yang bahkan tak ingin melihatnya. Dengan
gemulai serta sentuhan lembut yang maskulin, pria itu menggerakkan tubuhnya
dengan gerakan beraturan yang menarik mata.
Suaranya terdengar indah saat
melantukan beberapa baris lirik lagu Shinee berjudul Hello. Tak pelak ia-pun
menjadi pusat perhatian, orang-orang yang sedang berjalan bahkan menyempatkan
diri untuk menyaksikan penampilan memukau pria itu.
Decak kagum serta bisikan pujian
terdengar begitu saja. Kelihatannya aksi Yixing memang sangat menarik, tapi
tidak untuk Hara yang terlihat semakin kesal.
Riuh tepuk tangan terdengar
begitu meriah kala gerakan lincah kaki Yixing mengakhiri penampilan singkatnya.
Ia membungkukkan badannya sambil berterimakasih pada orang-orang yang terus
melemparkan pujian. Ia tersenyum kikuk, ia tak menyangka jika tindakannya
begitu menarik bagi orang-orang.
Namun detik kemudian bahunya yang
terlihat begitu gagah jatuh begitu saja. ia tak paham, kenapaā¦kenapa gadis itu
bisa mengacuhkannya seperti ini? bahkan gadis itu tak kunjung berbalik
menatapnya. Orang normal pasti akan berkumpul pada sebuah keramaian, tapi gadis
ini? oh tuhan! Gadis macam apa yang ada di depannya?.
ā Aku memang suka menari, jadi
tidak heran jika gerakanku begitu apik. Meski tak begitu mengikuti perkembangan
musik sekarang, aku tahu beberapa
gerakan bagus.ā Yixing kembali merapat pada Hara yang terlihat tak mempedulikan
dirinya.
Pria itu menoleh sekilas, gadis
di sebelahnya entah kenapa kelihatan begitu aneh di matanya. Okeā¦ia tak
masalah, jika gadis itu tak menyukainya karena tak ingin menjadi tutornya.
Tapiā¦bisakah gadis itu sedikit lebih ramah? Sedikit saja.
******
Beberapa hari setelah tindakan Yixing
yang menari di depan banyak orang sambil bernyanyi lagu Hello, banyak kekacauan
yang terjadi. gosip dan kabar tidak enak merebak bagai virus yang tumbuh subur.
Entah bagaimana kronologinya, kabar buruk yang terus beredar di kalangan
mahasiswa chung-ang kelihatan sulit untuk dilenyapkan.
Lee Hara dan Zhang Yixing berkencan.
Tatapan aneh serta suara desisan
terus mengikuti kemanapun Hara pergi. entah ke kantin, ke kelas, bahkan ke
toilet. Awalnya ia tak mengambil serius masalah itu, tapi semakin lama rasanya
gerah juga mendapat perlakuan seperti itu terus menerus.
Hingga akhirnya iapun menjauh
dari pria yang telah mengirimnya berbagai macam kesialan. Sudah hampir satu
minggu Hara selalu menghindar dan bersembunyi, rutinitasnya sekarang kelihatan
jauh lebih konyol. Pasalnya ia selalu menghilang ketika matanya menemui sosok
Yixing di sekitarnya. Mungkin dengan menghindar ia pikir bisa menenggelamkan isu
bodoh yang menerpa dirinya.
Namun apa yang tengah ia hadapi
saat ini, detik ini, membuka matanya lebar-lebar. Sejauh apapun ia pergi dan
menghilang, ia tetap akan bertemu dengan sosok itu, sosok yang tengah duduk di
hadapannya.
Siapa sangka jika bel masuk
beberapa menit yang lalu merupakan tanda-tanda kesialan yang menimpanya
sekarang.
Dosen yang masuk ke kelasnya,
memberikan tugas kelompok yang mesti ia kerjakan bersama pria yang sedang
menatapnya dengan ragu. Cihhā¦tugas seperti ini saja, bisa ia kerjakan sendiri!.
ā Jadiā¦kau mau memulai darimana?
Menurutku bagaimana kalau kita memulai dengan perbedaan hak hukum yang terjadi
di masyarakat.ā
Yixing membuka diskusi dengan
serius. Meski pria itu tahu sia-sia saja usahanya, karena dimata Hara ia tak lebih dari sebuah
beban yang mesti dibuang jauh-jauh.
Ia baca lembaran materi yang
diberikan dosennya beberapa waktu lalu dengan tekun, meski ini bukan gayanya,
tapi sekali saja ia ingin terlihat berguna di depan Hara. Yahā¦walaupun tak
bermaksud untuk menarik perhatian gadis itu, tapi Yixing teguh. Ia tak ingin
dipandang rendah oleh gadis itu.
Hara tak banyak berkomentar ia
hanya menuliskan beberapa kalimat penting yang diucapkan Yixing. Tak jarang ia
mengubah kata-kata yang terdengar kurang tepat. Sampai sejauh ini keadaan dua
orang yang begitu bertolak belakang itu kelihatan lancar-lancar saja.
ā Bagaimana ya aku mengatakannya?
Hmmā¦semakin tajam pisauā¦semakinā¦ā Yixing nampak kebingungan saat ingin
mengutarakan sebuah pengandaian. Bahasa korea-nya memang sudah lancar namun
kemampuan idiomnya masih payah.
ā Semakin ke atas pisau akan
semakin tumpul namun semakin ke bawah malah semakin tajam..ā dikte Hara yang
sedang menuliskan kata-kata itu ke dalam bukunya.
ā Ah iya! Begitu maksudku! Memang
hukum kelihatan begitu memberatkan kalangan bawah. Aku tak tahu kenapa, tapi
sepertinya permasalahan itu berlaku bagi semua Negara.ā Gumam Yixing, pria itu
menatap ke depan, menerawang jauh pada masa depan.
ā Karena orang licik jauh lebih
banyak daripada orang berhati bersih.ā Desis Hara menanggapi ucapan Yixing.
Berbagai argumen, pendapat serta
masukan terus mengalir sepanjang perbincangan Yixing dan Hara yang entah kenapa
begitu menarik untuk dibahas. Kesenjangan hukum memang bahasan yang menarik,
bahkan bisa membuat Hara mau membuka mulutnya.
*****
Seperti api yang terus membesar,
gosip mengenai hubungan Hara dan Yixing terdengar semakin meyakinkan. Terlebih
dua lakon utama yang menjadi sorotan, terlihat semakin sering bersama. dimana
ada Hara bersiap-siaplah patah hati karena di dekatnya ada Zhang Yixing. Entah
mesti disebut kutukan atau sial semata, yang jelas hari-hari gadis berkulit
putih susu itu berubah menjadi sangat menyebalkan.
ā Aku tak menyangka jika
beritanya sampai sejauh ini. huahhā¦sepertinya hari-harimu kelihatan lebih
menarik nona Lee.ā Ceplos Ji Eun santai. Gadis itu sedikit terhibur dengan
ekspresi kesal Hara, bermain-main dengan si gadis es untuk sejenak tidak
masalah kan?
Tak mau kalah Cheonsa
menambahkan. ā Yahā¦lihat saja betapa terkenalnya dia sekarang. Kemanapun
melangkah semua mata akan tertuju padanya. Ckkā¦ckkā¦rupanya ia menjadi selebriti
dadakan.ā
Cheonsa menatap Ji Eun sambil
menyeringai puas. Nampaknya dua gadis itu merasa puas bisa membuat seorang Hara
jengkel setengah mati.
****
Segerombolan gadis dengan wajah
garang memagari jalan yang tengah di lalui Hara serta beberapa temannya. Gadis
itu tak begitu mempedulikan orang-orang di depannya yang sedang memasang wajah
kesal padanya.
Langkahnya berhenti seiring
dengan kepalanya yang terangkat. Ia pandangi baik-baik wajah di depannya,
ah..rupanya bukan orang asing. Mereka semua adalah teman sekelasnya,
yahā¦walaupun tidak begitu akrab.
ā Kau begitu naif Lee Hara!ā
tandas seorang gadis yang bisa dibilang ketua kawanan gerombolan itu.
ā Nde! Kau kelihatan tidak
mengindahkan Yixing, tapi apa nyatanya?ā tambah orang lainnya yang masih dari
rombongan itu. ā Kau menggodanya..ā sambung yang lain dengan nada horror.
Astagaā¦sejak kapan ia terlihat
menggoda Zhang Yixing, bahkan seingatnya ia selalu bertingkah acuh pada pria
itu. jikapun mereka bicara, itu hanya karena tugas. Tidak lebih.
ā Terserah kalian mau bicara
apa.ā Hara menerobos benteng yang dibuat gadis-gadis tadi. Cheonsa serta Ji Eun
mengekor di belakang gadis itu. sesekali mereka melempar pandangan angker pada
gadis-gadis penggosip itu, hingga akhirnya langkah mereka terhenti seiring
dengan Hara yang mematung di tempatnya.
ā Nampaknya telah terjadi
kesalahpahaman.ā Seorang pria yang tengah menyenderkan tubuhnya di dinding,
kini beranjak menghampiri Hara.
Pria itu tersenyum jahil, ia tahu
apa yang baru saja terjadi pada Hara. Bahkan sebelumnya ia sudah yakin jika
kejadian seperti ini pasti akan terjadi cepat atau lambat. Bukan maksud
menyombongkan diri, tapi ia tahu betul bagaimana popularitasnya dimata
gadis-gadis. Ia begitu disenangi hingga rasanya seperti bintang idola terkenal.
Jadi tak heran berita sekecil apapun, jika itu terkait dengan namanya pasti
akan menjadi berita heboh.
ā Sudahlah tak usah dipikirkan,
mereka itu hanya memikirkan apa yang mereka lihat.ā Dengan santai pria itu
meletakkan tangannya di bahu Hara, dalam arti kata lain ia sedang merangkul
seorang Lee Hara.
Benar-benar terkejut, bahkan
hampir pingsan melihat apa yang terjadi di depannya. Cheonsa dan Ji Eun tak
berhenti meringis, dua gadis yang menyaksikan betapa beraninya seorang Zhang
Yixing merangkul temannya itu, hanya bisa berdoa semoga pria itu tetap dalam
lindungan tuhan.
Sementara tatapan tajam yang
meminta agar pria itu melepaskan rangkulannya, menguar begitu menakutkan. ā
Lepas atau kubuat kau menyesal! Jangan main-main denganku!ā geram Hara
tertahan.
ā Siapa juga yang ingin bermain?
Bukankah hari ini waktunya untuk mengejar materi yang tertinggal?ā Balas Yixing
santai. Pria itu nampak tenang merangkul Hara melewati beberapa orang yang
terus memandangnya sambil berbisik.
Seperti menerobos belengggu yang
memenjarakan keberaniannya, lelaki itu dengan penuh percaya diri membawa Hara
pergi dari keramaian.
******
Penat sudah dirinya kali ini, ia
menarik nafas panjang kemudian menghembuskan dengan dalam. Kepalanya pegal,
otot sekitar lehernya menegang, ia sudah tak tahu mesti mengungkapkan lelahnya
belajar. Memang ia baru menekuni bukunya sekitar tigapuluh menit, tapi untuk
orang yang tak hobi membaca seperti dirinya, setengah jam sama lamanya dengan
dua hari.
Ia ingin menyerah, rasanya ingin
angkat tangan, mengibarkan bendera putih agar ia bisa lepas dari kepenatan ini.
Tapi lagi-lagi ia hanya bisa mendesah kecewa. Seorang gadis yang duduk di
hadapannya seperti menguarkan aura mencekam yang menahannya untuk berhenti.
Walau sebenarnya gadis itu tak melakukan apa-apa, tapi tetap saja membuatnya
was-was. Di matanya gadis yang sedang berfokus dengan terlepon selulernya itu
makhluk berdarah dingin yang bisa memangsa incarannya tanpa bisa ditebak.
Nampaknya frustasi membuat Zhang yixing mulai berfantasi yang aneh-aneh.
ā Aku tak tahu jika indeks
nilaimu serendah itu.ā Dengan malas Yixing mengangkat kepalanya. ia memandangi
gadis yang baru saja mengejeknya. Yahā¦ia anggap ucapan gadis itu sebagai ejekan
untuknya.
Gadis itu menggelengkan kepalanya
pelan, kelihatannya ia cukup frustasi dengan nilai Yixing yang hanya berkisar
antara C dan D . Biasanya C adalah nilai terendahnya dan itupun sangat jarang.
Yixing tak melakukan banyak hal,
pria itu masih menatap Hara dengan tak bergairah. Ia paham, pasti gadis itu
akan menghinanya sebentar lagi.
ā Ckkkā¦..kalau seperti ini aku
juga bingung harus bagaimanaā¦ā Hara menghela pelan, ā Untuk mengubah indeks
nilaimu meningkat sampai ujian semester nanti, sangat sulit.ā Tandas Hara
pasrah.
Gadis itu mengubah posisi
duduknya, sejenak ia berpikir. ā tapiā¦siapa tahu apa yang akan terjadi dua
bulan ke depan? lakukan saja dengan baik. tidak ada usaha yang sia-sia.ā Tak
seperti biasanya, Hara kelihatan lebih bijak meski uratnya sudah terlanjur
menegang. Sebenarnya ia ingin menyerah dan mundur menjadi tutor pria itu, namun
tak asik rasanya jika melakukan sesuatu tidak sampai akhir. Bagaimanapun ia
ingin menyelesaikannya dengan baik.
ā Kalau begitu mulai dari
sekarang kerahkan semua tenaga dan perhatianmu. Mengerti?ā Yixing hanya
mengangguk pelan. ia ingin menggelang, tapi mendengar suara Hara yang penuh
penuntutan membuatnya memutuskan untuk menurut.
*******
Hei..Tuan Zhang! Jangan lupa
kerjakan tugas essai-mu!
Kau ini bagaimana? Kenapa nilaimu hancur begini?
Ya ampunā¦apa sih yang bisa kau lakukan dengan baik?!
ARGGHā¦jangan membuat usahaku sia-sia Yixing!
Coba baca buku-buku itu dengan benar!
Kepalanya mau pecah sekarang juga
saat kata-kata Hara terus menghantui dirinya setiap saat. Jika bukan
mengomelin, pasti Hara akan menyuruhnya untuk mengerjakan tugas. Hufttā¦dia
lelah, bahkan sudah hampir frustasi.
Langkahnya ragu, jarinya
bergerak-gerak selama dirinya sedang menimbang sesuatu. Pikirannya sedang
mencoba memutuskan mana yang mesti ia lakukan. Haruskah ia tidak datang ke
kampus untuk mendampingi trip school
adiknya atau tetap masuk seperti biasa dan membuat Wei An kecewa.
Ia mengembuskan napasnya, ini
keputusan yang berat. Dua-duanya penting, jika hari ini ia bolos pasti makin
banyak materi yang ia lewatkan namun jika hari ini ia tidak menemani adiknya
lalu siapa lagi yang akan menjaganya? Paman Ken? Pria itu ada di kantornya, ia
tidak cukup gila dengan meminta pamannya tidak bekerja untuk menemani Wei An.
ā Geā¦ā ia mengalihkan
pandangannya, Wei An baru saja menarik kaosnya. Gadis kecil itu kelihatan sudah
tidak sabar melihat kakaknya yang tak kunjung menutup pintu rumah. Yahā¦karena
terlalu lama melamun, pria itu sampai tidak sadar jika ia sudah berdiri di
depan pintu sangat lama.
ā Cepatlah ge!! Nanti aku
terlambat!ā tuntut Wei An. Iapun mengangguk pelan, yahā¦rasanya menemani Wei An
jauh lebih penting untuk sekarang. Abaikan apapun yang berhubungan dengan
kuliahnya, pikirkan nanti saja. Bukankah ada Hara yang akan membimbingnya jika
ia melewatkan banyak pelajaran?
******
Riang dan menyenangkan. Begitulah
suasana dalam bus yang sedang ditumpangi Yixing dan Wei An. Karena ini kegiatan
anak sekolah dasar, maka sepanjang perjalanan seluruh penghuni bus terus
bernyanyi riang sambil bertepuk tangan.
Yixing hanya tersenyum melihat
adiknya tengah tertawa bersama temannya, melihat hal seperti itu membuatnya
tenang. Senyum Wei An, apapun akan ia lakukan agar senyum itu dapat terus ia
lihat.
ā Zao an, -selamat siang, mister
Yixing!ā lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya dari jendela. Ia kemudian
tersenyum ramah membalas sapaan heboh dari seorang wanita yang tengah tersenyum
centil ke arahnya. Kalau kalian pernah menonton drama remaja, pastinya kalian
akan menemukan karakter ibu guru genit dan centil. Begitulah Shin Sun Hee, Guru
di kelas Wei An.
Sementara Yixing masih tenang,
wanita usia tigapuluh tahunan itu sibuk mengedipkan matanya seperti orang
cacingan. Melihat tingkah gurunya, Wei An hanya menggelang. Ia sudah tidak aneh
melihat tingkah ajaib gurunya ketika kakaknya datang.
ā Selamat Siang, bu Sun Hee. Kau
mau kripik?ā Yixing mengangsurkan sebungkus kripik kentang yang dari tadi
berada dalam genggamannya. Dengan hati berdebar wanita itu menerima bungkusan
makanan ringan dari Yixing, ia tersenyum aneh sambil memasang tampang seelegan
mungkin.
ā Ah ya, terimakasih.
Ngomong-ngomong kenapa kau menemani Wei An? Memangnya tidak pergi ke kampus?ā
ā Yahā¦kebetulan aku sedang tidak
sibuk, jadi tidak ada salahnya ikut. Sepertinya menarik juga.ā Entah apa yang
salah, namun sepertinya kejiwaan ibu Sun Hee yang salah, karena semakin lama
wanita itu semakin aneh. Dia terus melebarkan senyumannya dan menatap Yixing
seolah ingin menelannya hidup-hidup.
ā Aigooā¦kau itu memang kakak yang
baik! tapi jika lain kali kau tidak sempat ikut, titipkan saja Wei An padaku.ā
ā Terimakasih, mungkin nanti lain
kali.ā Balas Yixing sembari menganggukkan kepalanya.
******
Jika ada yang bersenang-senang
tak menutup kemungkinan jika ada yang tengah bersuram ria dengan tugas kuliah.
Siapa lagi kalau bukan Lee Hara?. Entah sudah keberapa kalinya ia mencaci
Yixing dalam setiap gerutuannya. Kemana sih pria itu? dia itu amnesia atau
bagaimana? Dia sengaja ingin membuatku gila apa? dari tadi hanya
kata-kata itu yang terus berputar dalam benak serta pikiran gadis yang tengah
tergolek lemas di atas kursi meja belajarnya.
Hari ini merupakan hari sial
untuknya meski nyatanya semenjak Yixing masuk dalam kehidupannya, hari-harinya
memang selalu ditimpa kesialan. Tadi siang sesuatu yang tak terduga terjadi. Pria
itu, Zhang Yixing, tidak datang ke sekolah. Hingga ia pun terpaksa membuatkan
catatan untuk pria itu, mungkin jika hanya satu catatan ia tak masalah, namun
nyatanya ada sekitar empat mata kuliah hari ini, itu tandanya ia mesti membuat
empat catatan untuk pria itu.
Entah pergi kemana bocah itu, ia
sudah malas mencari tahu keberadaan pria itu. Dari tadi siang sampai terakhir
ia ingat, beberapa menit yang lalu, ia sudah menghubungi Yixing sebanyak
duapuluh kali. Bayangkan duapuluh kali!.
Ia tatap lampu meja di samping
lengannya, dengan tatapan kosong matanya bergerak menuju sebuah buku yang
berada di deretan buku-bukunya yang lain. Sekilas buku itu terlihat sama
seperti buku-buku yang lain, namun jika dilihat lebih dekat buku itu jelas
berbeda dan tentunya Hara sudah sangat hafal buku apa itu.
Tangannya mengambil buku itu,
lantas membuka lembaran demi lembarannya. Senyum tipis mengembang ketika
beberapa foto ia lihat, rupanya buku itu buku tahunan saat ia smp dulu. Masa
sekolah yang menyimpan berbagai kisah manis untuknya.
Matanya tak jengah menyorot
berbagai foto, mulai dari foto teman-teman smp-nya sampai guru-gurunya. Namun
matanya kian berbinar saat akhirnya ia tiba di sebuah halaman yang memuat
sebuah foto pria tampan di dalamnya.
Detak jantungnya kian cepat
hingga sistem pernafasannya terasa berpacu dengan waktu.
Sosok itu, sosok pria dalam foto
itu. membangkitkan nostalgia yang tersimpan baik dalam relung hatinya, setiap
kenangan dan kejadian masih teringat jelas olehnya. Rasa rindu menyeruak begitu
saja, tanpa sadar Hara tak melepas fokusnya pada foto itu.
Dialah yang mampu membuat dunia
smp Hara berwarna, dialah yang membuat seorang Lee Hara membuka dirinya. dialah
pria yang mampu menjalin hubungan pertemanan dengan gadis dingin seperti
dirinya, dialah alasan Hara kenapa ia selalu semangat, dan ialah pria pertama
yang sukses membuat Hara jatuh cinta. Dialah cinta pertama Hara.
Membuka-buka buku penuh kenangan
itu rupanya membuat Hara lupa akan problema dirinya, bahkan rasa kesalnya sudah
berganti dengan senang tak karuan. Memang langka melihat Lee Hara girang dan
berdebar, tapi itulah kenyataannya. Hara begitu senang hanya karena melihat
foto cinta pertamanya.
******
Yixing POV
Sial! Kenapa aku terlambat?
Benar-benar sial! Kenapa hari ini tak ada satu hal menarik yang mendatangiku?
Setelah tadi diusir dari kelas karena terlambat datang, sekarang aku harus
berlapang dada menerima setumpuk tugas tak berkemanusian dari si pak tua, Park
seosangnim.
Aku heran kenapa dia senang
sekali memberiku tugas, entah ia memang tak suka padaku atau bagaimana. Yang
jelas dia itu menyebalkan!.
Dengan minat hidup yang mulai
menipis kakiku terus menyisir jalan dengan langkah gontai. Aku tak tahu apa
yang salah tapi aku merasa hari-hariku di kampus begitu berat dan melelahkan.
Seingatku, aku bukan bocah bodoh tak berotak, aku pernah beberapa kali menjadi
juara kelas saat SD, aku juga sering mendapat peringkat sepuluh besar di SMP
atau SMA, tapi kenapa sekarang aku seperti pria idiot?.
Tubuhku sedikit mengejang,
langkah ini berhenti mendadak ketika mataku menemukan Hara tak jauh di depanku.
Ia tengah berjalan ke arahku, meski aku tak yakin jika ia melihatku atau tidak
karena yang aku lihat ia sedang sibuk bicara dengan Ra-In.
Awalnya aku ingin berbalik arah
agar tak bersisipan dengannya, namun percuma saja gadis itu sudah terlebih dulu
melewatiku. Kali ini dia melihatku, bisa kulihat ia langsung membuang
pandangannya dariku. Dari tadi pagi memang wajahnya begitu menyebalkan, dia
seperti mempunyai dendam padaku. Padahal jika dipikir-pikir aku tak pernah
melakukan kesalahan.
Tapi tunggu! Bukankah aku punya
tugas yang mesti dikerjakan? Kenapa aku tak meminta bantuannya saja? bukankah
dia memang ditugaskan untuk membimbingku? Benar!.
Aku langsung berlarian
menghampirinya. ā Hara!ā gadis itu berbalik, tentunya dengan wajah mau apa kau memanggilku?.
Ia menatapku dengan perasaan sudi
dan tidak. ā Tadi Park Seosangnim memberiku beberapa tugas..aku..ā
ā Kau ingin aku membantumu untuk
mengerjakan tugasmu itu, ya kan?ā aku terdiam sambil mengangguk ketika ia
menyelak ucapanku. Ia kelihatan sudah tidak aneh lagi dengan kebiasaanku
meminta pertolongannya, lihatlah! Bahkan tanpa kusebutkan dia sudah mengerti.
Selain pintar gadis ini punya bakat membaca pikiran orang. Hebat!.
*****
Aku tak tahu harus mengatakan apa,
haruskah aku menyesal atau bersyukur karena akhirnya bisa mengerjakan tugasku
walaupun ujung-ujungnya mesti terdampar di perpustakaan. Sebenarnya aku bukan
pria berintelegen rendah dan berotak dungu yang tak suka membaca, tapi aku juga
tak bilang kalau aku suka membaca, aku
tipikal orang yang membaca di saat tertentu saja, jadi membaca bukan hobi tapi
tak lebih dari kebutuhan saja untukku.
Aku memang tak begitu menyukai
perpustakaan, tapi bukan karena aku membenci tempat ini. Suasana dalam
perpustakaan yang begitu sepi membuatku merasa senyap, aku merasakan hawa-hawa
aneh yang mengganggu kulitku. Aku heran kenapa petugas perpustakaan tidak
memutar sebuah lagu, paling tidak instrument yang membuat para pembaca jauh
lebih tenang daripada stress dalam kebisuan.
Dan sekarang aku juga benci
karena aku mesti menggumpal dalam kebisuan itu, dengan pikiran yang semakin
kusut. Dari tadi aku dijejali buku-buku tebal dan tak ketinggalan beberapa
lembar tugas dari Park seosangnim.
ā Ingat bagian ini! ini merupakan
pasal penting yang mesti diingat dalam peraturan penetapan batas kewilayahan.
Biasanya ini akan sangat rumit jika kau tak mengingatnya.ā Aku mengikuti arah
telunjuknya yang sedang menunjuk deretan pasal dan bunyinya.
Aku mengangguk pelan sambil membaca
buku itu dengan seksama, sesekali ku lafalkan pasal panjang yang membuat
kepalaku hampir pecah itu. aku tak tahu kenapa aku bisa masuk fakultas hukum,
tapi yang jelas sekarang aku menyesal.
Sementara aku sedang pusing
dihadapkan dengan begitu banyak buku, gadis itu justru tengah santai menatap
layar ponselnya. Aku tak tahu apa yang sedang ia lakukan, tapi bisakah ia tidak
memperlihatkan ekspresi senangnya di saat aku sedang frustasi seperti ini?.
membuat iri saja.
ā Kemarin kemana?ā tanganku
berhenti menulis, tatapanku beralih padanya sebentar. ā Pergi.ā jawabku pelan,
aku kembali menyalin tugasku tanpa ingin membahas hal ini lebih panjang lagi.
ā Ckkkā¦mudah sekali kau
mengatakan hal itu. benar-benar!ā decaknya. Aku hanya menarik nafas panjang,
aku memang penyabar tapi jika setiap hari mendengar cercaan rasanya kesal juga.
Walau aku ingin sekali menentang
ucapannya, aku mencoba bersabar. Tidak lucukan jika aku dikeluarkan dari tempat
ini setelah membentaknya.
ā Benar-benar merepotkan!ā
gerutunya lagi.
ā Lebih baik kau katakan dari
sekarang, jika kau memang tak serius dengan pendidikanmu katakan. Jadi aku
tidak perlu repot-repot melakukan ini-itu. toh..kau sendiri tidak peduli.ā
Ku letakkan pulpen dalam
genggamanku ke atas meja hingga terdengar suara dentuman pelan, ia sedikit
terkejut namun sepertinya ia adalah makhluk yang pandai mengendalikan ekspresi
karena setelahnya ia menatapku dengan tenang.
ā Dengar ya! Jika kau memang tak
ingin membantuku ya sudah! Aku akan bilang pada Baek seosangnim. Aku
benar-benar tidak keberatan, dan ingat! Kau memang pintar tapi bukan berarti
kau berhak mengatakan hal seperti itu!ā tekanku dengan suara yang tak begitu
kencang namun cukup jelas untuk didengar olehnya.
Aku langsung beranjak tanpa lupa
membawa buku-buku serta lembaran milikku. Ia kelihatan bingung namun sama
sekali tak bergeming.
ā Aku memang butuh bantuanmu tapi
tidak seharusnya kau memperlakukanku seperti itu. dan satu lagiā¦ā ku hembuskan
nafas dengan kasar. ā ā¦terimakasih karena sudah membantuku sebelumnya.
permisi.ā Aku langsung meninggalkannya.
Aku keluar dari perpustakaan
dengan perasaan kesal. Aku merasa kehabisan rasa sabar, ku sadari aku perlu
kesabaran ekstra jika ingin memenuhi target semester ini, tapi jika caranya
seperti ini terus aku tidak terima. Baiklahā¦mungkin dia memang dingin, tapi
jika dia terus mengatakan hal-hal menyebalkan, maafā¦lebih baik aku berusaha
sendiri. walau harus ku akui akan lebih sulit.
*******
Hara POV
ā Tentu saja dia marah! Kau sudah
terlalu sering mengatakan hal buruk tentangnya, memangnya siapa yang tidak
marah jika dihina terus-terusan?ā ujar Ji Eun menanggapi ceritaku tentang
kejadian beberapa hari yang lalu di perpustakaan.
Semenjak kejadian itu Yixing dan
aku tak lagi saling bicara, dia juga kelihatannya sudah sangat membenciku. Saat
berpapasan saja dia nampak begitu enggan untuk melihatku. Oh tuhanā¦kenapa malah
dia yang memperlakukanku seperti itu? bukankah awalnya aku yang seperti itu?.
ā Menurutku dia sudah cukup sabar
dengan menahan dirinya selama ini dan berarti apa yang kau lakukan kemarin
sudah benar-benar keterlaluan.ā Oceh Nayoung.
Aku benci membicarakan hal ini
pada mereka karena akhirnya aku hanya akan menjadi pihak yang terpojokkan.
Pasti selalu aku yang salah.
ā Hei..hei..aku tak seburuk itu!
kalau memang aku keterlaluan, aku tak mungkin sabar membantunya, mencarikan
buku ini dan itu untuknya. Jangan lupa aku bahkan membuatkan salinan catatan
untuknya saat ia tidak masuk. Apa kalian masih berpikir ini semua salahku?ā
Mereka hanya mengalihkan
pandangan mereka seakan tak mendengar ucapanku barusan.
ā Yang kau lakukan sudah benar,
tapi ucapanmu itu yang tidak bisa diterima! Bayangkan jika dirimu dihina setiap
hari, pasti kau juga akan kesal seperti dia!ā sergah Cheonsa yang langsung
diangguki oleh yang lain.
ā Tapi aku hanya mengatakan yang
sebenarnya! apa itu salah? Ya sudahlah! Lagipula semuanya sudah selesai, dia
juga sudah tak ingin kubantu!ā
ā Tidak bisa seperti itu! selama
semester ini belum berakhir Zhang Yixing masih dalam tanggung jawabmu, itu
berarti bagaimanapun caranya kau masih harus membantunya. Bukankah itu yang
dikatakan dosen padamu?ā aku mendesah pelan, lebih tepatnya lelah. aku tak bisa
mematahkan opini Sora, karena nyatanya memang begitu.
ku mundurkan tubuhku agar lebih relaks, ā Bahkan dia sudah enggan untuk melihatku, bagaimana bisa aku membantunya?ā lirihku sudah putus asa.
ā Lakukan bagaimanapun caranya!
Berusahalah!ā
TBC
Aku tau ini ngaretnya udah kayak apa tau. Padahal tinggal publish doang
sebenarnya, tapi gitu dehhā¦aku terjangkit penyakit malas tak berkesudahan.
Yaudahlah, pokoknya terimakasih buat siapapun yg udah baca.
Thanks,
GSB
Story ini selalu akan ditunggu :") tetap semangat dalam menulis yaaa.. hwaiting
ReplyDeleteHuhuhu..iya makasih ya.. semangat!!
Delete