Time Part 5 - The Revenge











~  O  O  O  ~






Membersihkan diri merupakan hal yang paling utama yang akan ia lakukan setelah seharian mengarungi hari di luar kamarnya. Membersihkan tubuhnya dengan sabun, rambutnya dengan shampoo, wajahnya dengan sabun pembersih wajah, itu semua langsung ia lakukan saat kaki jenjangnya telah melangkah hingga ke dalam kamar mandi.



“Apakah aku harus datang ke pesta itu?” Gumamnya sembari menatap pantulan dirinya pada cermin yang berada di dalam kamar mandi.





Alisnya saling bertautan, tangan kanannya ia gunakan sebagai penopang dagunya. Ia kembali menatap pantulan dirinya dicermin. Matanya menerawang jauh ke dalam matanya yang dipantulkan oleh cermin. Sesaat ia menggelengkan kepalanya dengan mata yang terpejam, namun tak lama kemudian ia hembuskan nafasnya yang berat.



“Tak ada pilihan lain...” Gumanya dengan langsung meninggalkan seluruh kegiatannya saat itu.





Yoona POV



Sepasang heels simple berwarna biru muda telah terpasang dengan apik pada kedua kakiku. Serta, mini dress berwarna light yellow yang tak kalah simplenya juga telah terpakai menemani heelsku ini. Ku kira kini saatnya bagiku untuk menampakkan diri dikeramaian pesta malam ini. Walaupun rasa enggan yang menggelayutiku cukup besar, tetapi ketika mengingat kembali hukuman yang ku terima serta wajah senior-senior terkutuk itu, membuat rasa enggan itu hilang begitu saja dalam sekejap.



Dan kini saatnya aku menghadapi para senior itu. Dengan ini ku tunjukkan bahwa aku tak mudah untuk dikalahkan. Hanya dengan rencana bodoh mereka untuk membuatku merasa terpojokkan, cih... sempit sekali pikiran mereka.



Dan saat ini, aku akan menunjukkan di depan mereka, di depan ketujuh senior itu serta Seohyun, Sooyoung, Jonghyun, dan Changmin, seperti apakah pembalasan seorang Im Yoon Ah. Dan aku juga akan menunjukkan sedikit permianan kecil yang tentunya tak sebodoh permainan yang mereka buat.



“Oke Yoona... this is your time.”




Ku langkahkan kakiku menuju aula dorm yang langsung terhubung dengan taman dorm, tempat yang akan menjadi saksi bisu pembalasan dendam seorang Im Yoon Ah. Ku munculkan sedikit kepalaku sembari memastikan keberadaan manusia-manusia terkutuk itu. Ya... setidaknya aku harus mengetahui terlebih dahulu letak dan keadaan musuhku sebelum aku melaksanakan aksiku, bukan?



Dan tak lama, kedua retinaku telah mengunci rapat keberadaan mereka. Tepat disalah satu sofa yang terletak dipinggir aula, tempat yang sepertinya cukup strategis karena dari sana kita dapat menikmati suasana pesta didua tempat, di dalam aula maupun di luar aula.



Tapi tunggu, apakah itu Krystal, Sulli, dan Amber? Kenapa mereka...... eo tapi tunggu, sepertinya itu menguntungkanku. Lebih tepatnya menguntungkan permainan pembuka yang sebentar lagi akan aku lakukan.



Dengan tubuh yang tegap serta seulas senyum yang mengembang dibibir, ku langkahkan kakiku menghampiri kumpulan manusia yang sepertinya hingga saat ini belum menyadari keberadaanku. Tepat di depan mereka, ku hentikan langkahku dengan tangan yang ku lambaikan kepada mereka. Dan  tadaaa..... tepat seperti dugaanku. Mereka terlihat begitu terkejut. Rasanya tawaku ingin meledak saat melihat wajah mereka, tetapi aku harus menahannya dan membiarkan hatiku saja yang tetawa lepas agar rencanaku ini dapat berjalan dengan lancar.



“Yoona? apakah kau benar Yoona?” Tanya Sooyoung yang kembali membuatku ingin menertawai dirinya. Sebegitu terperangahkah kalian karena kedatanganku?



“Tentu. Ini aku Yoona..” Jawabku dengan sebuah senyum yang nyaris saja berubah menjadi sebuah tawa andai saja aku gagal untuk mengendalikan diriku ini..



“Kau datang?” Seohyun membuka mulutnya sesaat setelah aku menjawab pertanyaan Sooyoung. Kau masih sangat polos Seohyunnie, tetapi kenapa kau mau bergabung dengan mereka untuk melaksanakan rencana bodoh yang teramat bodoh itu? Dan pertanyaanmu itu, sungguh membuatku ingin meledak. Apakah kau buta?? Tidakkan.


“Ya. Kau bisa lihat aku berdiri dihadapanmu, berarti aku datang.” Balasku sembari menunjukkan diriku yang kini tengah berdiri dihadapannya.



“Oh iya, diamana Jonghyun dan Changmin? Lalu Lay, Taemin, dan Minhyuk?”



“Em.. mereka ada disana. Di taman.” Sulli mengarahkan jari telunjuknya yang langsung ku ikuti dengan bola mataku.



Tak lama setelah aku mengamati kelima laki-laki itu, tanpa meminta izin ataupun yang lainnya, aku langsung mengambil alih salah satu sofa tunggal yang kosong yang berada tepat di samping Donghae. Sekilas dengan ekor mataku, dapat ku lihat bagaimana reaksi pria ini. Matanya terus menatapku dengan tatapan tak percaya. Hahaha.... tenang saja Donghae sunbea, masih banyak kejutan yang akan membuatmu terkejut lebih dari ini. Jadi simpan saja rasa terkejutmu itu.



“Yoona...”



Aku menoleh saat suara panggilan itu terdengar olehku. Haaa.. ternyata seorang Kim Jaejoong yang memanggil ku. Seorang flower boy.
“Nde?”



“Em... mewakili yang lain, kami ingin meminta maaf padamu. Karena kami, kau mendapatkan hukuman dari Junsu-saem.”



Tccaaa! Ini memang kesalahan kalian. Tetapi kenapa aku yang harus menanggungnya?! Senior macam apa kalian yang hanya dapat menjerumuskan juniornya ke dalam hukuman seorang pengawas dorm.



“Dan karena kami pula, beberapa hari belakangan ini kau selalu sendiri, dan dipojokkan oleh teman-temanmu. Mianhae Yoona-ah...”



Geureom. Semua itu juga karena kalian. Ulah bodoh kalian yang terlampau bodoh. Tetapi kenapa kalian tak meminta maaf karena perbuatan kalian yang sempat membuatku merasa takut? Apakah kalian mengira perbuatan menjijikan kalian itu perbuatan yang wajar? Aiihhh... dasar kalian, senior-senior yang......



“Yoona? Apakah kau mendengar kami?”



“Ah nde?” Tsk... Yoona. Kenapa disaat seperti ini kau masih sempat-sempatnya memikirkan hal bodoh seperti itu???!!!!! “Ne ne, aku mendengarnya.”



“Em.. itukan sudah berlalu ya sudahlah...”



“Benarkah? Gomawo Yoona-ah...kalau begitu bagaimana kalau kita mulai dari awal lagi. Kau setuju?”



Aku menganggukan kepalaku. Aish... Eunhyuk sunbea, semudah itukah kau mengatakan untuk memulainya dari awal lagi? Yaks... kalau aku tak mengingat rencanaku, mungkin aku akan langsung menghabisimu dan juga teman-temanmu saat ini juga. Mengawalinya dari awal? Cih... persetan dengan itu. Dendamku telah tertanam dengan sangat baik ditubuhku, jadi tak akan mungkin aku dengan mudahnya memaafkan kalian dan mengawalinya lagi dari awal. Kecuali jika dendamku ini telah berhasil ku balaskan kepada kalian semua. Termaksud kepada kalian, Sooyoung, Seohyun serta dua laki-laki terkutuk itu, Changmin dan Jonghyun.



“Yoona-ah? Apakah kau mendengarkanku?”



Aku kembali menatapnya. Benar. Aku belum menjawab pertanyaannya. Tsk, kau kembali melakukan hal bodoh Yoona.



“N-ne..” Aku tersenyum kaku pada mereka. Mereka telah benar-benar terjebak dalam permainan yang ku buat. Tak ku sangka permainanku ini akan dengan mudahnya untuk dilakukan. Yoona... kau memang pintar. “Eemm.... aku ingin ambil minum, apakah ada yang mau?”



“Apakah kau ingin aku temani?”



“Annie annie. Aku bisa sendiri sunbea.” Tolakku dan langsung beranjak pergi menuju sebuah meja yang sudah menyediakan berbagai macam jenis minuman, yang tentunya tidak mengandung alkohol sedikit pun.



o  O  O  O  o



Hhhhhhhh... tubuhku pegal sekali. Rasanya tulang-tulangku ingin patah semua. Pesta ini benar-benar menguras seluruh tenagaku. Dan untungnya hari ini hari terakhir sekolah untuk minggu ini. Tapi.. itu berarti mulai besok aku akan menjadi seorang pembantu di dorm ini. Ya Tuhan... kenapa hal buruk selalu menimpaku???



“Yoona...” Aku memutar tubuhku dan mendapati Donghae sunbea yang tengah berdiri disana. Ada apa lagi pria ini? Bukankah pesta telah berakhir? Bahkan tak ada satupun teman-temannya di sini.



“Ada apa sunbea?”



“Em... mengenai hukumanmu. Apakah....”



“Aku bisa melakukannya. Jadi jangan mencoba untuk menjadi pelindungku, lagi. Em.. ku rasa aku harus pergi. Annyeong...” Pamitku dan langsung pergi menghampiri Sulli  yang tengah menungguku.





“Ada apa?”



“Nde?” Aku menatapnya bingung. Ada apa? Memangnya ada apa?



“Itu Donghae sunbea, kenapa dia?”



“Oh... dia. Tidak apa-apa. Oh iya, bagaimana kalau  kita jalan-jalan sebentar?”



“Jalan-jalan?” Suaranya terdengar ragu. Tetapi keraguannya sepertinya tak bertahan lama karena kini dengan tersenyum ia menganggukan kepalanya.



Aku langsung menarik tangannya mengikutiku. Ia harus melihat bagaimana indahnya langit malam jika dilihat dari taman dorm. Walaupun angin yang berhembus cukup dingin, tetapi setelah ia melihatnnya pasti semua rasa dingin itu akan hilang begitu saja.



“Yoong changkkaman.” Ia  menarik tanganku, membuat langkahku langsung terhenti.



“Kenapa?!?” Kesalku karena ia yang tiba-tiba saja menarik tanganku.



“Itu, lihat.”



“Lihat apa?” Ia memutar kepalaku. Mengubah arah pandangku yang awalnya dirinya kini menjadi taman yang tengah dipenuhi oleh....... tunggu... itu kan,



“Mereka...”



“Iya, itu para senior. Tetapi apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka terlihat begitu eemmm... mesra..”



Benar juga. Apa yang tengah mereka lakukan di tempat itu? Dengan jumlah mereka yang seimbang, dan juga mereka yang terlihat mesra? Apakah mereka tengah berkencan? Tetapi memangnya mereka saling menjalin hubungan?



“Sulli-ah, menurutmu apakah mereka memiliki hubungan yang lebih dari pertemanan?”



“Sepertinya begitu...”



Aku kembali memperhatikan mereka. Sepertinya? Tetapi nampaknya mereka benar-benar tengah menjalin hubungan yang lebih dari apa yang aku pikirkan. Mereka kini  tengah ber..ken..can. B-E-R-K-E-N-C-A-N. Bukankah ini menarik. Siwon sunbea dengan Tiffany sunbea, Eunhyuk sunbea dengan Hyoyeon sunbea, Sungmin sunbea sudah pasti ia dengan Sunny sunbea, Yunho sunbea dengan Yuri sunbea, Yoochun sunbea dengan Taeyeon sunbea, APA? Jaid Yoochun sunbea...??? Hahaha rasakan itu Sooyoung. Senior yang kau sukai telah memiliki kekasih.



Dan sepertinya masih ada lagi. Donghae sunbea dengan.... dengan..... dengan Minhyun sunbea! Tunggu, berarti selama ini dia. Ya Tuhan... dia benar-benar telah mempermainkanku. Membuat aku merasa takut, membuat seakan dia menginginkanku, membuat.... segalanya. Segala sesuatu yang selalu membuatku merasa tak nyaman. Arrgghhh mereka, mereka benar-benar gila. Lihat saja, apa yang akan aku tunjukkan pada kalian!



Eemm tunggu... apa yang terjadi pada Jaejoong sunbea dan Jessica sunbea? Apakah mereka tak termaksud ke dalam golongan orang-orang itu? Aahhh tetapi sepertinya tidak. Sepertinya hanya terjadi perkelahian kecil saja di antara mereka. Lihat saja apa yag tengah dilakukan Jaejoong sunbea pada Jessica sunbea. Aish... sungguh, melihtanya saja membuatku menjadi gila.



“Sulli-ah, kita kembali ke kamar saja. Aku sudah tidak mood untuk pergi jalan-jalan.”





Author POV



Ia sandarkan tubuh rampingnya pada dinding bangunan tersebut. Dari keningnya mengalir sedikit air yang merupakan hasil ekskresi kulitnya. Ia sekah aliran air tersebut dengan punggung tangannya.



“Akhirnya selesai juga.” Ujarnya sembari meletakkan beberapa alat kebersihan yang semenjak matahari belum muncul sudah ia pergunakan. Ia edarkan kedua matanya saat kakinya akan melangkah keluar dari sebuah ruangan yang dipenuhi dengan alat-alat kebersihan.



“Sepertinya belum ada yang keluar dari kamar. Kalau begitu lebih baik aku segera membersihkan tubuhku sebelum ada yang tahu kalau aku tengah menjalani hukuman akibat senior-senior tak tahu diri itu.” Ucapnya dan langsung melesat pergi meninggalkan ruang kebersihan tersebut.



o  O  O  O  o



Suara-suara aneh terdengar menghiasi setiap sudut kamar tersebut. Tiga orang gadis yang merupakan pemilik dari kamar tersebutlah yang menyebabkan suara-suara itu timbul. Hentakan kaki, suara barang yang jatuh, bantingan pintu, semua itu bercampur menjadi satu hingga menyebabkan terjadinya suara gaduh yang membuat tiga gadis itu tak menyadari bahwa kini pintu kamar mereka tengah diketuk dari luar.



“Seohyun-ah, apakah kau melihat jam tanganku?”



“Aku tak tahu.”



“Benarkah? Lalu apa yang melekat pada pergelangan tanganmu? Bukankah itu jam tanganku?” Tuduh gadis yang sejak tadi terus saja mengobrak-abrik seluruh laci yang berada di ruangan itu.



“Tidak, ini punyaku.”



“Lalu dimana punyaku???” Rengek gadis itu sembari mengguncang tubuh Seohyun, gadis yang sebelumnya sempat dituduhnya.



   Tok.. tok... tok.....



“Sooyoung-ah, coba kau lihat di kamar mandi? Bukankah kemarin malam kau memakainya, mungkin kau lupa dan tertinggal saat kau membersihkan wajahmu.”



“Mungkin juga.” Setujunya dan langsung berhambur menuju pintu kamar mandi yang tengah dipergunakan oleh salah satu teman mereka.



“Yoona.... cepat buka pintunya.” Sooyoung mengetuk pintu itu dengan tidak sabar. Berkali-kali ia mengetuknya tetapi Yoona, gadis yang tengah berada di dalam sana tak kunjung membukakan pintu tersebut.



“Yoona..”



   Tok... tok... tok....



“Im Yoon Ahhhh cepat buka pintunya!” Teriak Sooyoung dari luar kamar mandi dengan ketukan pintu yang tak kalah kerasnya. Yoona, gadis yang sejak tadi diusik keberadaannya oleh Sooyoung langsung membuka pintu itu dengan kasar. Tatapannya langsung menyiratkan kekesalan pada gadis tersebut.



“Tidak bisakah kau tunggu sebentar?!! Aku tengah memakai baju!!” Hardik Yoona yang langsung meninggalkan Sooyoung yang masih berdiri terpaku karena bentakkan yang ia terima.



Seohyun, gadis yang seyogyanya merupkan  pencetus ide untuk mencari jam tersebut di kamar mandi hanya dapat memandang keributan itu dengan bingung. Ia merasa bersalah pada kedua sahabatnya itu, karena dirinya pertengkaran bodoh itu terjadi.



“Ketemu..” Teriak Sooyoung dari dalam kamar mandi. Ia langsung berlari keluar, dan menunjukkannya pada Seohyun.



“Sudah ku bilangkan, kau yang lupa meletakkannya.” Kesal Seohyun karena kembali teringat tuduhan Sooyoung padanya.



“Mianhae Seohyunnie. Aku panik ketika jam ini tak berada di mejaku.” Rajuk Sooyoung dengan manjanya.



   Tok... tok... tok.....



Raut kesal masih sangat kentara sekali pada wajahnya. Tetapi raut tersebut berubah menjadi keterkejutan saat mendengar teriakan Yoona dari lantai atas.



“Bisakah kalian menghentikan drama aneh itu? Apakah kalian tak mendengar ketukan pintu, ha?”



Sooyoung dan Seohyun tak langsung menggubris perkataan Yoona. Mereka terlihat masih mencerna apa yang dikatakan sahabatnya itu. Namun beberapa saat kemudian, saat ketukan itu kembali terdengar, mereka baru mengerti apa yang dikatakan Yoona. Sontak, kedua gadis itu langsung berhambur untuk membukakan pintu kamar mereka.



   Tok... tok... tok...



“sebentar.” Jawab Sooyoung saat dirinya tengah memutar kunci yang tergantung pada pintu kamarnya.



Tak  lama pintu terbuka, dan langsung menampakan sosok-sosok yang sedari tadi mengetuk pintu tersebut. Tiga orang pria.. ahh bahkan terdapat empat orang lagi di belakang mereka. Pria-pria tersebut berhasil membuat Sooyoung dan Seohyun mematung sesaat. Mereka tak berkedip, bahkan nyaris tak bernafas.



“Kenapa kalian baru membukakan pintunya?” Pertanyaan yang baru saja terlontar, berhasil menyadarkan kedua gadis yang sepertinya masih belum sepenuhnya sadar dari rasa terkejut mereka itu. Merasa diacuhkan, salah seorang pria tersebut menggerakkan tangannya tepat dihadapan kedua gadis itu. Dan.. berhasil! Kedua gadis itu kini telah benar-benar tersadar dari keterkejutan mereka.



“Nde? Mi-mianhae sunbeanim.” Seohyun dan Sooyoung merundukkan tubuh mereka sesaat. “Kami tak mendengar ketukann pintu itu.” Sambung Sooyoung sesaat setelah acara runduk-merundukkan badan telah selesai dilakukannya.



“Kalian tak mendengarnya? Apakah ketukan itu kurang kencang?”



“An-annie annie. Bukan begitu...”



“Sudah tak apa. Yang penting sekarang pintu sudah terbuka. Dan yang tadi biarkan saja.”



“Mianhamnida sunbea. Kalau begitu silahkan masuk...” Ujar Sooyoung kepada pria-pria yang ia panggil sunbea itu.



Ketujuh pria itu pun langsung melangkah masuk sesaat setelah sang pemilik kamar mempersilahkan mereka. Sofa berwarna soft green menjadi tujuan mereka. Dengan tanpa menunggu sang pemilik kamar memberikan izin, mereka telah terlebih dulu menghempaskan tubuhnya di atas sofa tersebut. Namun tak dengan salah seorang pria yang nampaknya masih menikmati posisi tubuhnya yang tengah berdiri.



“Donghae-ah... kau tak duduk?” Tanya seorang pria yang tengah memperhatikan Donghae dari posisinya.



Namun bukan jawaban yang ia dapatkan, tetapi sebuah langkah Donghae yang tengah berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas. Awalnya dahi pria itu berkerut, menandakan kebingungan tengah melandanya, namun beberapa detik kemudian semua itu berganti menjadi sebuah seringai yang membuat teman-temannya yang lain langsung bangkit dari posisinya dan mengikuti langkah Donghae menuju ke atas.



“Apa yang sunbeanim lakukan di sini?!” Yoona terlihat terkejut saat mendapati sosok Donghae yang telah berdiri di depan ranjangnya, ia pun langsung bangkit berdiri.



“Em mengenai hukumanmu, aku ing.....” Belum sempat Donghae menyelesaikan ucapannya, wajah-wajah pengganggu telah lebih dulu muncul dan menghentikan ucapan Donghae. Seringai yang mereka tunjukkan membuat Yoona mau tak mau harus kembali merasakan rasa takut yang selama ini telah dengan mati-matian ia coba hilangkan.



“Kau ingin melakukannya sendiri ikan jelek?”



“Ya Hyukkie-ah! Apa yang kau katakan? Sudah cepat kalian turun.” Donghae mendorong tubuh teman-temannya ke bawah, namun jumlah dirinya yang tak sebanding dengan jumlah  teman-temannya membuat usahanya hanya menjadi sia-sia.



“Kami tak akan turun kalau kau tak turun!”



“Yak! Cepat kalian turun!!” Donghae kembali mencoba mendorong tubuh teman-temannya itu, namun tetap saja, usahanya tetap tak membuahkan hasil.



Disisi lain, Yoona, gadis itu nampak terlihat sangat muak dengan keberadaan senior-seniornya itu. Tangannnya telah ia kepalkan sejak perdebatan tak bermutu itu terjadi dihadapannya. Merasa keberadaanya diabaikan oleh sosok-sosok tersebut, ia langsung melemparkan majalah yang tengah ia baca ke atas meja hingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras, cukup untuk membuat sosok-sosok tersebut menyadari keberadaannya.



“Hentikan! Apakah kalian kesini hanya untuk berdebat? Kalau iya, silahkan kalian turun dan tinggalkan tempat ini!!!”



Diam. Itulah yang terjadi saat Yoona mengeluarkan rasa kesalnya secara lisan.



Terkejut? Tentu saja mereka terkejut. Mereka tak menyangka bahwa apa yang tengah mereka lakukan membuat sang pemilik tempat menjadi terganggu.



“Mian kami tak bermaksud membuatmu kesal..”



Yoona menghembuskan nafasnya sesaat setelah Donghae meminta maaf  kepadanya. Tetapi permintaan maaf tersebut tak membuat rasa kesal yang dirasakan Yoona hilang begitu saja.



“Sudahlah. Lalu untuk apa sunbea datang?”



“Mengenai hukumanmu. Aku ingin membantumu. Bukankah ini juga-”



“Sudah ku katakan kalau aku tak membutuhkan bantuan sunbea. Ini kesalahanku jadi biarkan aku yang melaksanakan hukuman ini. Dan perlu sunbea tahu, aku tak membutuhkan seorang dewa penyelamat seperti sunbea. Jadi jangan berbuat baik dihadapanku karena itu tak akan mengubah pemikiranku!!”



“Dan mengenai kejadian dipesta kemarin, jangan pikir kalau apa yang aku lakukan itu tulus. semua itu ku lakukan sebagai bentuk pembalasanku pada sunbea. jadi jangan menganggap aku sudah memaafkan dan melupakan apa yang telah sunbea lakukan padaku!!” Sambung Yoona dengan wajah yang terlihat begitu kesal. Ia langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ketujuh seniornya yang terlihat terkejut atas apa yang baru saja dilontarkan ia lontarkan.





Yoona POV



Tanganku terus terkepal sepanjang jalan yang ku lalui. Hingga aku mendudukan tubuhku dikursi taman, tanganku juga masih saja ku kepalkan. Kehadiran mereka telah kembali membuat rasa kesal hinggap dibenakku. Apakah mereka tak mempunyai tujuan hidup lain selain mengganggu hidupku? Tidak bisakah mereka membiarkanku untuk hidup tenang? Kenapa mereka selalu hadir ketika aku tengah merasakan ketenangan??!!!



Ku luapkan semua kekesalanku di tempat ini. Tempat yang menurutku sangat tepat sebagai tempat pelampiasan kekesalanku. Sepi, dan tak terjamaah oleh penghuni yang lain. Ya.. bisa dibilang tempat ini tempat paling terpencil di dorm ini. Tetapi menurutku, tempat ini tempat terbaik yang ada di sini.



“Apakah kau selalu datang ke tempat ini Im Yoon Ah?”



Aku langsung menoleh sesaat setelah sosok tersebut mendudukkan tubuhnya di sampingku. Sejak kapan orang ini berada di sini? Apakah ia mendengar seluruh luapan kekesalanku?



“Boleh ku tebak. Apakah ini ada hubungannya dengan senior-senior itu?”



Ku helakan nafasku kasar. Pertanyaan tersebut kembali membuat rasa kesalku kian bertambah. Memang benar semua ini terjadi karena ulah senior-senior terkutuk itu. Tetapi bisakah ia tak mengungkitnya?!!



“Untuk apa kau di sini?”



Ia menoleh singkat dan tersenyum kepadaku. Tersenyum? Untuk apa ia menyunggingkan senyumnya itu padaku? Senyummu itu tak membantuku memperbaiki perasaanku ini!!



“Memangnya kenapa? Bukankah taman ini taman dorm, dan aku? Aku juga merupakan penghuni di sini.”



“Ya Zhang Yixing! Jika kau datang ke sini hanya untuk menggangguku, lebih baik aku pergi.” Hardikku dengan tubuh yang telah berdiri. Sekilas aku menatapnya sinis, namun nampaknya laki-laki ini tak memperdulikannya, dan hal tersebut semakin membuatku merasa kesal yang teramat kesal!



Ku hela nafasku dengan sangat kasar dan beranjak pergi meninggalkannya. Tetapi langkahku terhenti saat ia menarik lenganku hingga aku langsung berbalik menatapnya.



“Wae?!” Tanyaku sinis.



Wajarkan kalau aku bertanya seperti itu? Bukankah dia yang membuatku melakukan ini kepadanya. Jadi bagi siapa pun yang menyukai laki-laki ini, kalian jangan menyalahkanku karena ketidak sopananku kepadanya.



“Aku hanya bercanda. Kau ini tak berubah ya, sejak dulu kau selalu seperti ini.”



Heyy... siapa kau? Kenapa seenaknya saja kau menilaiku? Kau tak tahu apa-apa.



“Sejak dulu? Ciihh...”



“Tentu saja sejak dulu. Kau lupa siapa aku, eo?”



Lupa? Aku? Yak! Aku tak sebodoh itu. IQ ku juga tak serendah itu. Tak mungkin aku melupakan makhluk sepertimu. Zhang Yixing. Anak aki-laki yang selalu mengusikku sejak kecil. Apakah aku akan dengan mudahnya melupakanmu?



“Kau!! Anak laki-laki yang selalu mengusikku sejak kecil. apakah kau puas?” Sindirku tepat dihadapan wajahnya.



“APA? Mengusikmu? Kau yang selalu mengusikku Im Yoon Ah.”



Melihat wajahnya yang begitu kesal, tawaku langsung pecah begitu saja. Sungguh.. wajahnya terlihat begitu lucu saat ia sedang kesal.



“Akhirnya kau tertawa juga. Tak sia-sia aku meladeni kemarahanmu.” Ujarnya yang langsung membuat tawaku terhenti. Mataku langsung beralih menatapnya dengan sinis.



“Apa maksudmu?!”



“Hey... kau lupa. Kita telah berteman sejak kecil. Aku tahu bagaimana dirimu, dan aku tahu hal apa yang bisa membuatmu melupakan sedikit rasa kesalmu itu.”



Mendengar ucapannya, aku hanya dapat menghembuskan nafasku berat. Benar, dia tahu tentang diriku. Dan hanya dia yang mengerti aku, tidak dengan Sooyoung atau pun Seohyun.



“Kau benar. gomawo Yixing-ah, setidaknya karena bantuanmu rasa kesalku sedikit berkurang.”



Setelah ucapanku tadi, kami kembali tak bergeming. Diam kembali menyelimuti kami, membuat suara semilir angin yang bertiup cukup terdengar ditelinga. Aku terus saja menatap lurus ke depan. Mencoba menerawang sesuatu yang tak ku ketahui. Tetapi kian lama rasa jengah mulai menghampiriku, tak hanya itu saja, perutku pun juga sudah memintaku untuk mengakhiri ini.



“Kau pasti lapar..”



Aku menoleh pada sosoknya. Dia, bagaimana dia bisa tahu kalau aku lapar? Apakah wajahku menunjukkan bahwa aku sedang kelaparan?



“A..an....”



“Kau tak bisa berbohong padaku Im Yoon Ah.” Ia kembali berujar, dan kini ucapannya tak dapat ku elakkan lagi. Saat ini, detik ini, perutku sudah sangat terasa perih. Dan itu artinya aku benar-benar sudah merasa lapar.



“Kalau begitu ayo kita makan.” Ia menggenggam tanganku dan menuntunku mengikutinya. Genggamannya selalu membuatku merasa nyaman. Entah telah berapa lama aku tak merasakan rasa nyaman darinya? Mungkin semenjak kami berada dibangku sekolah menengah pertama. Eeemmm.. sepertinya memang begitu. Pada saat itu kami benar-benar berbeda. Ia sangat menyukai musik hingga bergabung dengan group band sekolah, sedangkan aku, aku bergabung dengan club basket.



“Kau ingin makan apa?”



“Ah nde?”



“Kau ingin makan apa?” Ia kembali mengulang pertanyaannya. Seketika, aku langsung memutar pandanganku. Tepat. Kami telah sampai di cafétaria dorm. Kenapa aku bisa tak menyadarinya?



“Yoong...” Panggilnya. Aku kembali melihatnya. Benar, aku belum menjawab pertanyaannya.



“Em... apa saja. Yang penting perutku tidak bernyanyi lagi.” Jawabku dengan menyelipkan sedikit kata-kata konyol agar ia tak menyadari bahwa sedari tadi aku hanya melamun.



“Baiklah.”





Author POV



Semilir angin yang bertiup pelan serta sinar mentari yang tak terlalu terik semakin menambah kesejukan pagi itu. Berpasang-pasang kaki telah berdiri tegak di tengah-tengah hembusan angin. Berbeda dengan pemilik kaki-kaki tersebut, sepasang anak manusia masih dengan santainya menikmati angin yang berhembus dengan duduk disalah satu meja di tempat tersebut. Tanpa memperdulikan orang-orang sekitar, kedua anak manusia itu terus saja bergulat di dalam sebuah pembicaraan yang sanggup membuat mereka tertawa dan melupakan sejenak kehidupan penat yang tengah mereka lakoni.



“Sudah lama kita tak seperti ini.” Ucap laki-laki tersebut disela-sela tawanya, membuat gadis yang menjadi lawan bicaranya terdiam sejenak dan menautkan kedua alisnya. Namun sedetik kemudian sebuah senyum miring terpasang diwajahnya.



“Siapa suruh kau terlalu sibuk dengan dunia musikmu.” Balas sang gadis dengan suara yang meledek.



“Kau juga! Kau terlalu sibuk dengan kegiatan team basketmu. Sampai-sampai kau melupakan hari ulang tahunku.”



“Apa?!? Kapan aku melupakannya? Bukankah kau yang melupakan hari ulang tahunku terlebih dahulu, eo?” Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Ia menunjukkan rasa tak terimanya atas tuduhan yang tak berdasar yang diucapkan oleh laki-laki tersebut.



“Benarkah?? Bukankah kau yang terlebih dulu melupakannya?” Laki-laki itu menggaruk lehernya sejenak, lalu kembali tersenyum kecut saat sebuah ingatan tak terduga tiba-tiba muncul dipikirannya.



“Bagaimana??? Apakah kau telah mengingatnya tuan Zhang?”



“Eemmm... hehe, mianhae Yoona-ah.” Laki-laki itu kembali tersenyum serta menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak apa-apa.



Yoona hanya mendengus kesal. Ia memalingkan wajahnya saat laki-laki itu tersenyum kepadanya. Bukan karena ia benar-benar kesal pada sosok itu, melainkan karena ia tak dapat menahan rasa gelinya saat melihat wajah laki-laki tersebut saat merasa bersalah. Menurutnya wajah laki-laki itu terlihat sangat lucu bahkan melebihi seorang badut sekali pun saat ia tengah merasa bersalah ataupun bingung.



“Yoona, bisakah kita bicara sebentar?”



Yoona menolehkan kepalanya pada sosok yang memanggilnya. Wajahnya yang semula terlihat senang kini kembali berubah musam saat mengetahui siapa sosok itu.



“Untuk apa lagi sunbea? Bukankah semua sudah jelas, kemarin aku hanya mempermainkan kalian.” Balas Yoona tanpa memandang sosok yang ia panggil sunbea itu.



“Kalau kau tak mau, dengan terpaksa aku akan memaksa mu.”



Yoona terlihat terkejut ketika mendengar kalimat yang sedang diarahkan kepadanya. Tetapi, belum sempat rasa terkejutnya menghilang, sosok tersebut telah lebih dulu menarik tangannya.



“Lepaskan.”



Yoona mencoba menepiskan tangan sosok tersebut dari pergelangan tangannya. Namun usahanya hanya berbuah rasa sakit pada pergelangan tangannya. Ia sedikit meringis karena rasa itu kian lama kian bertambah.



“Mian sunbea, tetapi sepertinya Yoona tak ingin ikut dengan sunbea. Jadi tolonglepaskan dia.” Suara yang tiba-tiba muncul itu membuat seluruh pasang mata yang  berada di dalam cafétaria langsung beralih kearah mereka. Yoona yang sangat mengenali suara tersebut dengan cepat memutar kepalanya sejurus dengan keberadaan orang tersebut yang kini tengah berdiri di belakangnya.



“Yixing?”



“Ini tak ada urusannya denganmu. Jadi kau jangan ikut campur.” Tukas sosok tersebut. Ia kembali menarik Yoona pergi, tetapi baru dua langkah mereka melangkah, sosok yang bernama Yixing itu kembali membuat mereka berhenti dengan menarik paksa lengan Yoona yang tak digenggam oleh sosok tersebut.



“Ini akan menjadi urusanku jika hal ini berhubungan dengan Yoona.”



“Cih. kau siapa? Apakah kau kekasihnya? Orang tuanya? Bukankan. Kau bukan siapa-siapanya, kau hanya temannya.” Ucap sosok tersebut dengan nada suara yang merendahkan lawan bicaranya itu.



“Aku memang bukan kekasihnya, tetapi aku sahabatnya. Dan mungkin hanya aku yang mengenal baik bagaimana Yoona sebenarnya. Jika ia telah memperlakukan sunbea sedemikian rupa, berarti sunbea telah melakukan hal yang sangat buruk padanya.”



Cukup singkat namun mampu membuat sosok yang menarik Yoona dengan paksa itu tak dapat berkata-kata. Sesaat wajahnya menyiratkan kebenaran akan apa yang dilontarkan Yixing tadi. Namun tak lama, saat segerombolan pria lain datang menghampirinya raut itu berubah menjadi raut yang begitu mengerikan hingga mampu membuat siapapun yang melihatnya akan merasa terintimidasi oleh mereka.



“Kau! Baru kelas satu saja sudah bertingkah!”



“Ini bukan urusanmu adik kecil, jadi lebih baik kau diam!”



“Masih kecil saja mau ikut campur urusan orang dewasa!”



Kalimat-kalimat pedas itu terlontar begitu saja dari bibir pria-pria tersebut. Seperti harga diri mereka telah diinjak-injak oleh sosok Yixing, mereka membalasnya dengan melontarkan kata-kata yang kurang layak diucapkan oleh seorang senior kepada juniornya.



“Jadi seperti ini kah senioritas di Cheonjae High School? Tak ku sangka, ternyata senioritas di sekolah ini sangat memalukan.” Cibir Yixing sembari membuang wajahnya. Mengalihkan pandangannya kearah lain yang semakin menambah gurat kesal terlihat jelas pada wajah pria-pria tersebut.



“KAU??!!!!!” Salah satu dari mereka berjalan maju sembari mengacungkan tangannya ke wajah Yixing. Membuat kesunyian semakin bertambah kadarnya hingga dapat dikategorikan sebagai keadaan yang mencekam.



“Lancang sekali kau mengatakan hal itu? Memangnya kau tahu apa mengenai senioritas di sekolah ini? HA?!!” Maki pria lain sembari mendorong tubuh Yixing ke belakang. Namun dorongan tersebut tak langsung membuat yang empunya tubuh terhempas hingga terjatuh ke lantai.



“Aku? Sunbea bercanda? Apakah sunbea rela jika seisi ruangan ini tahu, bagaimana senioritas bodoh yang sunbea lakukan pada Yoona, eo?” Yixing memajukan tubuhnya tepat ke depan seorang pria yang tadi menarik Yoona. Menatap dengan tatapan yang entah sejak kapan ia bisa melakukannya. Yang jelas, baru kali ini seorang Zhang Yixing, pria yang terkenal baik dan ramah itu mengeluarkan tatapan yang tajam dan sedikit mengintimidasi lawan bicaranya tersebut.



“Yak! Kau berani melawan kami?!”



“KAU???!!!!!!!!!”



Salah seorang dari mereka melangkah maju sembari mengangkat tangannya yang terkepal ke udara. Ia berniat untuk melayangkan tangannya pada wajah Yixing, junior yang ia anggap tak menghormati dirinya dan teman-temannya sebagai senior. Namun sayangnya, kepalan tangannya tak mengenai wajah Yixing, melainkan menganai wajah sosok gadis yang sedari tadi terus berdiri di belakang tubuh Yixing. Ya.. Yoona. Dia-lah yang merasakan kerasnya pukulan yang ditunjukkan untuk sahabatnya itu.



Ia langsung terhempas ke lantai saat kepalan tangan tersebut berhasil mendarat dengan sempurna pada pipi bagian kirinya. Darah segar pun mengalir dari ujung bibirnya. Melihat hal itu, sontak Yixing langsung mengangkat tubuh Yoona berdiri.



“Kau baik-baik saja?” Tanya nya khawatir saat melihat aliran darah mengalir dari ujung bibir Yoona.



Yoona hanya mengangguk. Namun wajahnya tak dapat menyembunyikan sesakit apa pipinya saat itu.



“Yoona, mian. Aku tak......”



“Cukup! Eunhyuk sunbea pasti mau mengatakan bahwa sunbea tak sengaja memukulku kan? aku tahu, bahkan seisi ruangan ini juga tahu, bahwa Yixing-lah yang ingin sunbea pukul.” Ucap Yoona dengan mengernyitkan dahinya menahan rasa sakit yang ia rasakan.



“Yak bodoh! kenapa kau melakukan hal itu jika kau tahu?” Protes Yixing yang merasa tak terima dengan tindakan bodoh Yoona yang mengkambing hitamkan dirinya hanya untuk menyelamatkannya dari pukulan Eunhyuk.



“Yixing benar. Senioritas yang sunbea lakukan sangatlah memalukan. Apa sunbea tahu bagaimana rasa takut yang aku rasakan saat kejahilan yang sunbea lakukan padaku? Semua itu membuat ku selalu merasa terintimidasi, membuatku merasa menjadi orang paling bodoh karena mengkhawatirkan sesuatu yang tak pernah ku lakukan. Apakah itu tidak memalukan, eo?” Sambung Yoona lagi yang sama sekali tak menggubris pemrotesan yang dilontarkan Yixing.



“Mengenai itu, kami ingin meminta maaf kepada mu Yoong. Karena-”



“Apakah dengan hanya meminta maaf, rasa takut yang aku rasakan selama ini akan hilang? Dan apakah kalian tahu, apakah rasa takutku waktu itu telah hilang? Tidakkan sunbea. Rasa takut itu masih ada hingga saat ini. Jika hanya dengan memaafkan kalian rasa takutku akan hilang, mungkin sejak dulu aku sudah memaafkan sunbea. Tetapi nyatanya, memaafkan kalia tak langsung membuat keadaanku kembali seperti sedia kala.” Selak Yoona.



“Mungkin pada akhirnya aku akan dapat memaafkan sunbea, tetapi tak secepat itu. Aku butuh waktu untuk membuat kondisiku kembali kekondisi semula. Dan satu lagi, jangan bawa-bawa Yixing ke dalam masalah ini. Karena masalah ini murni antara aku dan sunbea. Dia hanya membantuku, membantu membuatku kembali kekeadaan semula ku.”





To Be Continued..







Maaf karena aku bukannya update The Unpredictable Heart Attack dan malah update ini. Aku sengaja, soalnya cerita ini udah lama banget gak dilanjut. Dan daripada jadi kadaluarsa, makanya aku balik dengan bawa kelanjutan dari kehidupan Yoona yang masih aja menjalani tradisi di sekolah barunya.


Oke.. gimana nih si Yoona sama senior-senior tampannya? Adakah yang ingin jadi Yoona???


Semoga enggak ya.. soalnya kalo dipikir-pikir, cukup nyeremin juga kehidupan Yoona ini. Dan kayaknya kemungkinan untuk adanya kisah kayak gini dikehidupan nyata itu kecil deh, kurang dari 10% mungkin. Ya.. pokoknya semoga enggak ada yang berharap ingin jadi kayak Yoona ya hehehe..


Berhubung ini udah malem. Aku enggak akan lama. Aku hanya berharap semoga kalian yang nungguin cerita ini bisa merasa terpuaskan dengan kelanjutannya dan gak bosen untuk nunggu next partnya. Dan juga karena besok senin, aku mau bilang, SEMANGAT YA GUYS!!!


Akhir kata, See You.....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts