Accidentally Confess (#hgsbb)




Main Cast = Kris Wu, Jung Cheonsa
Minor Cast = Huang Zitao
Length = Fluff
Genre = Romance
Author = Salsa
#hgsbb special


**********


Pukul 10 lewat 45 menit, dan Cheonsa masih berkutat dengan setumpuk jurnal psikologinya. Sebenarnya, tugas ini bisa terselesaikan dari minggu lalu—tepatnya jika gadis itu berkenan mengesampingkan hal-hal lain yang bisa dikerjakan lain waktu. Well, film-flm Thailand dari Hara, novel-novel terjemahan yang baru sampai di kotak suratnya, atau ajakan jalan-jalan Nayoung, tentu saja terlalu menggiurkan untuk dikesampingkan. Dan sebagai konsekuensi, beginilah nasibnya sekarang. Cheonsa mendengus muak melihat ribuan huruf di depannya.


Saat itu, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Cheonsa refleks menghentikan gerakan menulisnya dan menoleh memperhatikan ponselnya. Siapa yang mengiriminya pesan semalam ini?



Kris


Cheonsa mengerutkan kening melihat nama itu, ini pertama kalinya dia mengirimiku pesan.


Kurasa aku benar-benar akan melakukannya. Menurutmu sebaiknya kapan?


Keningnya berkerut semakin dalam. Dia mencoba mengingat-ingat percakapan macam apa yang terakhir ia miliki dengan Kris. Dan seingatnya percakapan mereka terjadi karena Tao. Tao meminta tolong, bukan, menyuruh Cheonsa untuk mengembalikan headphone putih yang ia pinjam. Dan saat itu, setelah Cheonsa menunggu 10 menit di depan kelasnya, Kris cuma bilang ‘terima kasih’ dan pergi begitu saja. Cheonsa yang mengingat kejadian itu langsung mendecak. Pria itu bahkan tak benar-benar menatapnya saat bilang terima kasih.


“Sekarang apa maksudnya pesan ini?” Cheonsa membaca pesan itu sekali lagi dan semakin tak paham.


Setelah beberapa lama, ia akhirnya mengirimkan balasan.


Melakukan apa?


Cheonsa baru meletakkan ponsel dan mengangkat pulpennya saat pesan lain dari Kris masuk.


Apa lagi? Tentu saja menyatakan perasaanku pada Cheonsa!


Cheonsa terdiam. Kenapa namaku ada disitu? Kenapa Kris bilang…...tunggu! TUNGGU! YA TUHAN! Apa dia bilang menyatakan perasaan? Pada Cheonsa! CHEONSA! AKU! Matanya perlahan-lahan mulai terbelalak.


Ia tak bisa menghentikan tangannya yang bergetar saat mengetik pesan balasan. Kepalanya berdenyut-denyut, dan isi perutnya terasa diaduk-aduk. Ia memang menyukai Kris—itu rahasia umum di antara teman-temannya. Tapi jujur saja, saat ini ia tak tahu harus merasa senang atau tidak… Bagaimana jika Kris sedang mengerjainya? Bagaimana jika ini bukan Kris?


Aku… Cheonsa


Begitu pesannya terkirim, Cheonsa tak mengalihkan matanya dari layar barang sedetik.


Jangan bercanda, Huang Zitao!


Cheonsa baru selesai membaca pesan itu saat pesan lain masuk.


ASTAGA! KAU CHEONSA!


“Sudah kubilang,” kata Cheonsa sambil memutar mata. Gadis itu mendengus mencibir. Ini mulai konyol. Bagaimana bisa dia salah kirim? Secara alfabetik, nama ‘Cheonsa’ dan ‘Tao’ seharusnya tidak berdekatan. Kecuali kalau pria itu menyimpan kontak salah satu dari mereka dengan panggilan yang aneh.


Cheonsa baru saja hendak mengetikkan balasan saat lagi-lagi pesan dari Kris memenuhi layarnya.


TAO BRENGSEK MENUKAR NAMA KONTAKMU DENGAN KONTAKNYA! AKU… MAKSUDKU… JANGAN HIRAUKAN PESAN YANG TADI… maaf mengganggu, selamat malam.


Itu menjawab semuanya. Cheonsa tersenyum, lalu perlahan-lahan terkikik dan mulai tak bisa mengendalikan tawanya. Suara gadis itu terdengar memenuhi ruangan kamarnya yang sepi. Cheonsa membekap mulutnya agar tidak membangunkan yang lain, lalu mengangkat ponselnya dan segera mengirimkan balasan.


Ya, selamat malam. Dan terima kasih hiburannya


Kau tahu, bukan hanya kau saja yang punya nama Cheonsa di dunia ini.


Tentu :) Bolehkah aku konfirmasi sendiri pada Tao? Soal Cheonsa mana yang kau maksud…


                Silahkan!


Cheonsa memutar mata untuk yang kedua kalinya. Kris pasti sedang panik. Mungkin pria itu sedang menghubungi Tao sekarang, menyuruhnya untuk tutup mulut atau apalah… pengecut.


Itu aku, kan?


Cheonsa bertanya, masih dengan media yang sama. Mereka saling berkirim pesan dengan cepat, rasanya Cheonsa baru sekali berkedip dan sudah ada pesan baru lagi di ponselnya.


                .....tergantung


Tergantung?


                Jika kau menyukaiku juga, berarti itu kau. Kalau kau tidak menyukaiku, berarti itu Cheonsa yang lain.


Cheonsa tersenyum mencibir, jawabannya terlalu jelas. Ia hanya menggenggam ponselnya tanpa tahu harus menjawab apa. Dan pesan lain pun muncul…
               

Itu kau


Akhirnya Kris mengaku. Cheonsa yang masih tak tahu harus menjawab apa cuma tersenyum. Yang bisa ia pikirkan saat ini hanyalah menscreencap semua percakapan mereka dan memasukkannya di group chat teman-temannya. Mereka semua harus tahu betapa konyolnya Kris Wu—yang senantiasa bertingkah sok keren 24/7.


                Dan jawabannya adalah…?


Karena tak kunjung mendapat balasan, Kris mengiriminya pesan lagi.


                Okay, aku tak akan memaksa. Jawablah jika kau ingin….


Cheonsa membayangkan betapa pasrahnya ekspresi pemuda itu. Haruskah kujawab sekarang? Sebenarnya bisa saja ia menjawab sekarang, tetapi apakah tidak aneh? Maksudnya, mereka benar-benar canggung satu sama lain, dan bisa jadi di antara semua temannya, dialah yang paling sedikit berinteraksi dengan pemuda itu. Cheonsa bahkan hampir tak pernah repot-repot bilang hai atau tersenyum saat berpapasan, begitu pun Kris. Tak peduli sedang ada di meja yang sama, berada di kelompok yang sama, tak peduli dengan status ‘teman’ yang sudah mereka kantongi sejak Tao memperkenalkan pemuda itu ke meja jajahannya dan teman-temannya, tetap saja, tetap saja Cheonsa masih merasa ia dan Kris adalah orang asing. Ia menjadi sedikit lebih pendiam jika Kris ada di sekitarnya, sedikit.


Setelah bermenit-menit melamun, Cheonsa teringat akan tugasnya. Walau pikirannya sedang kacau, Cheonsa tetap berusaha mengerjakan tugas analisis itu dengan fokus, sampai akhirnya ia benar-benar tenggelam disana, untuk sesaat melupakan Kris—yang bisa jadi sedang menunggu.


Setelah sekian lama....


TAK!


Cheonsa meletakkan pulpennya sambil tersenyum puas. Tangannya panas dan bentuk ibu jarinya jadi aneh gara-gara terlalu lama memegang pulpen.


Sudah pukul 2 dini hari, dan itu berarti kelas Statistiknya mulai 6 jam lagi. Cheonsa menyambar ponsel di meja dan menyeret kakinya yang lelah menuju kasur, menarik selimut, berbaring. Ia mengetuk layar ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Ya, walaupun seluruh energinya sudah dikuras habis oleh tugas, Kris Wu dan pesan konyolnya tetap tak bisa dilupakan.


Setelah pesannya terkirim, Cheonsa terkikik pelan dan segera mematikan lampu.


Sementara itu, di tempat lain, Kris sedang menelfon seorang pria—yang baru berhasil ia hubungi setelah 3 jam mencoba.


“Kau benar-benar bilang begitu?” Suara tawa Tao memenuhi telinga Kris. Pria itu cuma mendengus, ia membuka kulkasnya, mengambil satu botol air es dan meminumnya langsung dari situ.


“Berhenti tertawa! Sialan,” umpat Kris sambil mengusap bekas air di mulutnya dengan punggung tangan.


“Kau akan berterima kasih padaku. Lihat saja!”
“Terima kasih katamu? Dasar idiot! Bagaimana kalau setelah ini dia menghindar? Bagaimana kalau dia membenciku?”


“Dia tak akan membencimu.”
“Tapi dia tidak menjawabku. Dia tinggal bilang ya atau tidak, apa susahnya? Perempuan itu benar-benar!” Kris menutup pintu kulkasnya dengan keras. Dia benar-benar emosi, entahlah.. gemas? Cheonsa tak mengerti perasaannya. Akan lebih baik jika gadis itu bilang ‘tidak’ daripada menggantungnya begini.


Dan selain jawaban Cheonsa, sebenarnya ada satu hal lagi yang mengganggu pikiran pemuda itu saat ini. Teman-teman Cheonsa. Ya, enam sekawan itu benar-benar mengerikan. Ia yakin besok pagi kelima temannya itu sudah bisa mereka ulang hal ini secara detail, dari A sampai Z, termasuk titik koma. Dan dia tak akan punya muka lagi di depan gadis-gadis itu. Selamanya.


Well, jika kita membicarakan Jung Cheonsa, maka jawabannya bukan hanya sekedar ya atau tidak.”
“Maksudmu?”
“Kau akan tahu sendiri nanti.”
“Cih, jangan bertingkah seolah kau sudah sangat mengenalnya...”
“Aku memang mengenalnya lebih dulu darimu. Heh, ini sudah jam 2. Aku ada kelas pagi. Kututup telfonnya ya.. bye.”


“Aku akan menghajarmu besok, demi Tuhan.”
“Siap. Kutunggu.” Dan Tao menutup telfonnya sembari terkekeh.


Kris benar-benar menyesal menjadikan Tao sebagai teman. Sekarang Cheonsa mungkin akan membencinya seumur hidup. Ia memasuki kamarnya dengan lesu. Ia benar-benar tak ingin tidur—tidak sebelum gadis itu menjawabnya. Apapun itu ia akan terima, sungguh.


Tepat saat ia meletakkan ponsel di nakas, terdengar suara notifikasi pesan. Kris refleks menyambar ponselnya lagi.


Cheonsa.


Terdengar berlebihan, tapi ia benar-benar merasa jantungnya berhenti, pandangannya sesaat kabur, dan keringat dingin mengalir pelan dari punggungnya. Ini seperti... hidup matinya ada di dalam pesan itu. Kris menahan napas selama ibu jarinya bergerak menggeser kursor, menekan notifikasi itu dan…


“Shit!” teriak Kris.


Semua rasa senang, gugup, penasaran, waswas yang ada di wajahnya langsung hilang begitu ia membaca pesan itu. 


Apa yang harus kujawab? Cek pesanmu, kau tak bertanya apa-apa.



END


#hgsbb


Oke, jadi… author GIGS yang paling ajaib, songong, setres, rese, unpredictable, penuh misteri(?) hari ini lagi berulang tahun. Siapa? Ayo siapa? Yang pasti bukan aku sama Kim Dhira!


Buat tukang bikin headernya GIGS, happy birthday ya^^ *tebarKris* selamat ulang tahun yang ke-19 neng ema, semoga makin banyak tugasnya(?), makin tangguh kalau harus presentasi sendiri, dikasih kesabaran kl dapet temen sekelompok yang g tau diri, makin kreatif, jangan kapok-kapok bikin header GIGS, taun depan jngan telat lagi publish ff annivnya *hadeh bersyukurlah anda punya temen sebayik kita*


SETRONG TERUS YA EUNKWANG’S WIFEU!!!!


SEMANGAT KULIAHNYA! CEPET LULUS! EUNKWANG NUNGGUIN!

Comments

  1. knp semua ffnya bikin baper yahh? knp gantung sih kodok? knp sal?? knp? krisnya kok kayak nyata bgt yah?? demi apapun!! tumben bgt tao berguna!!! subhanallah.. tapi kok karakter sora ga ada yah? ceritanya udah mati gitu yah? loeloe pada g tau perasaan gua kayak apa skrng!! tapi gua ngerasa anget dan nyaman kayak lagi ngerem di balik seprei lady rose*kok malah endorse?* ngerasain kesel-kesel kampret tapi pengen narik tangan jackson biar terus ngelus kepala ini*maksudnya si eunra* ehh..sekarang dibikin baper krna ditembak kris.. tapi akhirnya pengen nyekek cheonsa!!! njjjiirr... knp g bilang 'iya' aja sih?? dan apaan tuh? “Well, jika kita membicarakan Jung Cheonsa, maka jawabannya bukan hanya sekedar ya atau tidak.” apaan tuh? Cheonsa g segitunya!! hah.. pokoknya lu ama farah mesti tanggung jwb!! jdi g bisa tidur, tiap merem bayangin jackson lgi senyum, tiap berdiri mau masuk ke kamar inget kris yang masih H2C..ahelah!!!! tapi THANK YOU SOOOOO MUUUCCCHHHH!!! jdi ngarep ulang tahun tiap hari biar dibikinin ff terus..hehehe.. heh..gua gak songong, rese, setres!! dasar.. nanti readers pd salah paham gmna?

    Anak baek-baek,

    GSB

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts