After 2 Days




 
Cast: Kris Wu – Jung Cheonsa
Minor cast: Park Chanyeol
Genre: Romance




Jangankan bicara, dua hari yang lalu bahkan ia tidak sudi melihat wajahku.

-After 2 Days-



 
“Acara ini sukses besar, man!” Chanyeol berseru dengan bangga menyaksikan betapa suksesnya acara penggalangan dana malam ini.




Deretan lapak kecil yang menjual berbagai macam barang nampak ramai, orang-orang silih berganti melintas dengan wajah antusias, dan jangan lupakan teriakan penuh semangat dari panggung besar di lapangan utama.



Yah, ini memang acara besar yang menakjubkan dan ia bangga bisa terlibat di dalamnya. Menjadi panitia penyelenggara, menyiapkan ini dan itu, berselisih dengan anggota yang lain, hingga akhirnya bisa mewujudkan acara yang sangat meria. Kris tersenyum puas melihat keramaian dan lampu warna-warni yang menghiasi area kampusnya.




Tidak sia-sia kerja kerasnya dan seluruh anggota tim selama tiga bulan belakangan.




Ia menoleh ke arah Chanyeol yang baru saja menyikut perutnya, kemudian mengikuti arah pandangan temannya itu. Ia nyaris kehilangan kendalinya dan membiarkan seulas senyum menyambut sosok itu. Oh tidak, ia tidak akan tersenyum sekalipun wajahnya terasa kaku. Ia belum lupa kalau mereka masih bertengkar.




Ia tidak akan tersenyum dan membiarkan gadis itu tahu betapa senangnya ia detik ini.




“Tersenyum sedikit tidak membuatmu mati, bung,” bisik Chanyeol dengan geli.



“Bisa diam, tidak?” Ia menatap Chanyeol dengan kesal, tapi yang dilihat malah terus tertawa sambil menjulingkan matanya.


“Satu-satunya hal yang kusesali adalah membiarkan gadis sepertinya bersama denganmu. Cheonsa terlalu manis untukmu,” kekehnya tanpa merasa malu sedikitpun.



Kris hanya mendecak sinis menanggapi pernyataan temannya itu. Apanya yang manis?




“Hei, Chanyeol!” sapa gadis yang-tidak-ingin-ia-sebut-namanya.



“Dengar? Ia hanya menyapaku. Berarti aku masih punya kesempatan, kan?” bisik Chanyeol lagi.




Kris memutar matanya dengan jengkel, lantas mengalihkan wajah dari gadis itu. Ia berdiri tepat di sebelah idiot bernama Park Chanyeol dan gadis itu tidak menyapanya sama sekali. Bagus sekali.




“Cheonsa, kukira kau tidak akan–“



“Datang?” gadis itu melirik kesal ke arah Kris dan mencibir pelan.



“Tadinya memang aku tidak mau datang, tapi teman-temanku datang ke rumah dan menculikku. Jadi, yahh..terpaksa,” terang Cheonsa sambil menekankan kalimat terakhirnya.



Mendengar itu Krispun mendengus keras. “Kau benar-benar tidak punya inisiatif ya?”  




Cheonsa hanya memutar bola matanya dengan kesal, sama sekali tidak ingin bicara dengannya. Gadis itu memeluk tubuh kecilnya, menghalau udara malam mengusik kehangatan tubuhnya.




“Oke, aku mengerti keadaannya sekarang.” Chanyeol menatap Cheonsa dan Kris secara bergantian, lantas menghela napas dengan amat panjang.


“Cheonsa, sebenarnya aku ingin sekali mengajakmu berkeliling tapi kurasa kalian punya masalah yang harus diselesaikan,” ucap Chanyeol sambil melebarkan senyum.


“Aku tidak keberatan kalau kau mau menemaniku berkeliling,” sahut Cheonsa dengan santai.



Sementara itu Chanyeol hanya bisa meringis sambil mengusap-usap tengkuknya. Kalau Kris tidak di sana dan tidak terus-terusan menatapnya seolah siap menusuknya kapan saja, ia pasti sudah menggenggam tangan Cheonsa dan pergi dengan gadis itu dari tadi.



Chanyeol menunduk, membisikkan sesuatu di telinga Cheonsa. “Aku pun tidak keberatan, tapi masalahnya pacarmu sudah siap membunuhku kapan saja,” bisiknya yang kemudian membuat Cheonsa terkikik.



Mereka berdua menatap Kris, kemudian menertawakan tampang seram pria jangkung itu.



“Baiklah, aku pergi dulu, ya. Sampai jumpa lagi.”





Setelah itu Chanyeol pun bergabung dengan keramaian bazar di depan sana dan menghilang begitu saja. kini tinggal Cheonsa dan Kris yang masih berdiri di tempat masing-masing dengan kikuk.



 Setelah bertukar pandang dengan canggung, Cheonsa memberikan segelas cokelat hangat yang ia beli dari salah satu lapak di dalam bazar. Kris menyambutnya setelah mendeham dengan kaku.



Ia membuka tutup gelasnya kemudian menyeruput cairan kental itu dengan perlahan. Rasanya hangat dan tidak terlalu manis. Ia mengangkat pandangannya begitu merasakan sesuatu yang aneh. Entah hanya perasaannya saja atau memang seperti itu, tapi rasanya Cheonsa terus mengawasinya. Tunggu. Gadis itu tidak memasukkan sesuatu ke dalam minumannya, kan?




“Ada apa?”


Cheonsa melangkah mendekat, menatapnya dengan penuh pertimbangan seperti yang tadi dilakukannya.


“Kau merasa ada yang aneh, tidak?” tanya gadis itu.



Bukannya menjawab, gadis itu malah terus-terusan menatapnya dan membuatnya ketakutan. Cheonsa tidak punya niat untuk meracuninya, kan?



“Kau memasukkan sesuatu ke minumanku, ya?”



Cheonsa menjulingkan matanya dan mendesah lelah. “Kau terlalu banyak menonton drama,” sahutnya dengan kesal.




Masuk akal, kan? Ia tidak sengaja menghilangkan flashdisk milik gadis itu dan karenanya mereka tidak bicara selama dua hari. Sebenarnya ia merasa sangat bersalah, tapi setelah tahu kalau flashdisk itu pemberian Bang Minsoo–pria yang Cheonsa sukai saat SMA–rasa bersalah itu pun hilang tanpa bekas. Ia malah sangat bangga dengan tindakannya. Dan sekarang Cheonsa ingin balas dendam dengan mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya.




Namun sedetik kemudian, pikiran-pikiran ngawur itu lenyap begitu tangan mungil Cheonsa menggenggam tangannya.

 
“Perkiraanku benar!” ujar gadis itu setelah menangkup wajahnya dan menyentuh keningnya.


“Kau sadar tidak kalau badanmu sangat panas?”




Kris tak menjawab, hanya menganggukkan kepala tanpa memalingkan pandangan dari wajah serius di hadapannya. Ia memang sudah merasa tidak sehat sejak kemarin, bahkan ia muntah sebelum acara ini dimulai. Persiapan acara ini benar-benar menguras tenaga dan membuatnya lupa makan.



“Dan kau masih mundar-mandir seperti ini? Memangnya acara ini tidak akan berjalan lancar kalau kau istirahat sebentar?”



“Lalu apa gunanya Chanyeol dan yang lainnya?”


“Aku ketuanya Cheonsa,” sahut Kris sambil menyeruput cokelatnya.




Cheonsa lantas mendecakkan lidahnya, tak berhenti menggerutu sambil memutar matanya.



“Memangnya kenapa? Kalau kau ketuanya kau tidak boleh isitirahat? Memangnya tidak ada yang menyuruhmu istirahat? Wajahmu pucat, tahu!”




Rasa kesal dan lelah yang dari tadi dibawanya ke sana kemari pelan-pelan lenyap. Selama dua hari ini gadis itu mengabaikannya, bahkan untuk menatapnya saja tidak sudi. Tapi malam ini, Cheonsa berdiri di depannya sambil terus mengomel karena tak satupun orang peduli pada kesehatannya. Dan itu benar-benar membuatnya senang.



“Semua orang sibuk dengan pekerjaannya–“


“Tapi tetap saja!”



Kali ini ia tak bisa menahan senyumnya. Gadis di depannya benar-benar lucu. Ia terus mengomel dan mendesahkan napasnya dengan keras-keras.



“Kalau mereka peduli padaku, lalu apa gunanya kau di sini?” Kris menatap Cheonsa dengan sungguh-sungguh, namun gadis itu menjulingkan matanya. Sama sekali tak ingin mendengar apapun yang hendak dikatakannya.



“Dari tadi aku kedinginan setengah mati. Bisa peluk aku?”




Reaksi yang sama diberikan Cheonsa, gadis itu kembali menjulingkan matanya. Namun gadis itu tidak menolak permintaan Kris, justru sebaliknya. Ia melingkarkan kedua tangannya melingkupi tubuh Kris, memeluknya dengan sungguh-sungguh. Biar bagaimanapun ia merindukan pria itu. Sial.




Kris menumpukan dagunya di puncak kepala Cheonsa. Aroma shampoo yang sama menguar dan membuatnya merasa tenang dengan aneh. Kedua lengannya melingkari tubuh kecil itu dengan tidak kalah protektif.




“Aku minta maaf untuk masalah flashdisk itu. Akan kubelikan yang baru, bagaimana?” ucap Kris dengan tenang.



Cheonsa tak menjawab, matanya masih terpejam, membiarkan waktu berlalu sementara ia menyerap ketenangan sebanyak mungkin yang bisa ia dapatkan.



Setelah beberapa saat, barulah Cheonsa mendongak, bertemu pandang dengan Kris.



“Satu-satunya alasanku marah adalah karena hampir semua dokumen fanfiction yang belum sempat kusimpan di laptop ada di sana. Bayangkan betapa kesalnya aku saat kau bilang kau tidak menyesal sama sekali. Aku sangat ingin membunuhmu saat itu,” ungkap Cheonsa sambil sesekali mencebikkan mulutnya.




Kini giliran Kris yang terdiam. Ia benar-benar tidak menyangka alasan Cheonsa marah padanya bukan karena flashdisk itu pemberian pria masa lalunya, tapi karena….



“Kupikir karena flashdisk itu…”


Cheonsa menggelengkan kepalanya. “Aku bahkan tidak akan sadar benda itu pemberian Minsoo kalau Hara tidak mengatakannya.”



Mendengar pernyataan itu membuat Kris ingin mengecup bibir Cheonsa yang tak berhenti bicara. Tapi tidak, ia tidak akan melakukannya mengingat mereka berada di tempat umum. Terlebih di kampusnya.



“Kurasa sudah cukup untuk pelukannya. Tao dan yang lainnya sudah menunggu kita di stand ramen. Ayo!” Cheonsa menarik diri dan berancang untuk bergabung dengan keramaian di depan sana.



“Hei.. Bisa kau genggam tanganku?”



Gadis itu hanya menatapnya dengan jengah. Memberinya tatapan ‘kau bercanda ya?’ kemudian mengabaikannya dan berjalan mendekati keramaian.




Kris mengekor dan menggenggam tangan kecil itu diam-diam. Ia hanya menyengir lebar ketika Cheonsa menatapnya sambil menunjuk tangan mereka.



“Aku benar-benar lemas dan butuh pertolongan.”


“Bagaimana kalau tiba-tiba aku pingsan?”



“Lalu kau mau menimpa tubuhku yang kecil dan malang ini?” Cheonsa menatapnya dengan tajam, namun ia membalasnya dengan tatapan santai.


“Aku masih marah padamu. Jangan lupakan hal itu! Jauh-jauh sana dariku!” kecam Cheonsa.




Gadis itu terus mendorongnya, berupaya melepaskan tangannya, dan terus saja mengomel sambil memutar bola matanya. Namun Kris malah mempererat genggamannya dan tak terpengaruh sama sekali.


“Itu mereka!”



Suara Tao terdengar dari kejauhan. Tak lama setelahnya sosok jangkung berhidung bangir itu terlihat, kelima sosok lainnya pun terlihat samar-samar.




“Hah! Kubilang juga apa, mereka pasti sudah kembali normal,” ujar Nayoung dengan mengejek.


“Katanya tidak akan memaafkan pria brengsek itu sampai mati?” sahut Sora tak mau kalah.


“Kalian mau menyeberang jalan atau apa?” tambah Jieun dengan wajah penuh semangat.



Dan tawa orang-orang di sanapun meledak dan semakin histeris begitu melihat wajah kesal Cheonsa.



“Sudah kubilang jangan dekat-dekat denganku. Menyebalkan.”




END



Halo semuanya!!
Bahagianya…akhirnya bisa nulis CheonRis couple lagi…. setelah seminggu belakangan terus kekeh buat bikin sequel dari ff-nya salsa yg berjudul ‘Accidentally Confess’ tapi setelah aku pikir lagi, udah basi bgt kalo aku bikin*alesan doang sebenernya* Tapi gitu deh, aku kan anaknya agak batu…pengen banget nulis CheonRis, lagi kangen mereka. Jadi selama seminggu ini aku terus ngotak-ngatik cerita buat pasangan ini.

Alhamdulillah ff ini bisa kelar, tapi aku jadi mikir. Kayaknya aku sering banget nulis cerita buat pasangan itu. Aku takutnya kalian jadi bosen. Makanya itu aku sempet kepikiran untuk bikin blog pribadi,tapi belum sempet bikin terus kepikiran gini ‘nanti siapa yang ngurusin? Punya blog satu aja gak bisa rajin publish’ Nah..jadi wacana untuk bikin blog sendiri masih belum bisa dilaksanain. Yah..pokoknya kalo nanti aku punya blog pribadi, aku bakal kasih tau kalian, pada maen ya nanti*promosi aja, pdahal blognya belum ada*

Oke deh itu aja.. semoga terhibur… selamat menikmati sisa-sisa hari minggunya^^ kritik dan saran kalian kutunggu yaaa..



See You,

GSB

Comments

Post a Comment

Popular Posts