Let Love Lead part 11
Acara peresmiannya sudah selesai. Satu per satu tamu undangan
meninggalkan ruangan, namun ada juga yang tetap bertahan untuk mengobrol atau
menikmati hidangan. L.Joe naik ke lantai dua dan langsung disambut dengan
teriakan-teriakan meriah oleh teman-temannya. Baekhyun menghampirinya dan
berusaha mengangkat anak itu ke udara, āHeh, ayo bantu aku!ā teriak Baekhyun kepada yang lain.
Semuanya maju dan berbondong-bondong mengangkat L.Joe,
sembari memberikan selamat dalam bentuk hinaan konyol super heboh nan bersahabat. Chanhee mengacak rambut L.Joe, Myungsoo mengguncang badan mungilnya,
Jin menyiramnya dengan pepsi, dan lain-lain. Mereka semua tertawa, dan L.Joe tersenyum paling
cerah di antara semuanya. Jujur saja, pemandangan ini membuatku benar-benar
iri, aku tak pernah punya teman sebanyak yang dia punya. Well, nyatanya aku bahkan tak punya satu pun teman yang benar-benar
dekat.
āMana Jonghwan?ā L.Joe memutar kepalanya dan mengecek
temannya satu per satu.
āTak bisa dihubungi,ā kata Tao seraya mengangkat bahu.
āMyungsoo hyung bilang dia juga tidak ada di rumah,ā tambah
Jungkook. L.Joe menoleh pada Myungsoo yang langsung mengangguk membenarkan. L.Joe
mengernyitkan dahinya. āAneh. Apa dia tak cerita apa-apa pada kalian?ā Mereka
semua saling berpandangan dan menggeleng pada L.Joe.
Pria itu terlihat benar-benar khawatir, dan saat itu matanya
tak sengaja bertemu dengan milikku.
āAku senang kau masih di sini,ā katanya sembari berjalan
mendekat.
āMereka semua menahanku, jadi, yeahā¦ā Aku mengangkat bahu
tak acuh. āā¦terpaksa.ā
L.Joe cuma tersenyum mencibir, āHaruskah aku memulainya
sekarang?ā Ia bertanya entah kepada siapa, matanya melirik teman-temannya. Lalu
setelah itu, mereka semua dengan kompak mengeluarkan cengiran penuh arti. Ini
mulai membuatku penasaran, apa yang akan dia lakukan? Oke, aku tahu dia akan
menyatakan cintanya, memintaku jadi pacarnya atau apalahā¦ tapi kenapa sampai
mempersiapkan ābanyak halā? Apa yang akan dia lakukan?
Saat itu, tiba-tiba saja semua lampu mati dan jendela
tertutup, ruangan restoran menjadi benar-benar gelap dalam sekejap. Beberapa pengunjung
di lantai bawah menjerit karena terkejut.
āL-L.Joe!ā Aku mengulurkan tangan dan mencoba menggapai pria
yang tadi berdiri di depanku itu. Ini mulai menyeramkan. Tak bisa melihat
apa-apa itu menyeramkan. Aku berjalan selangkah dan langsung membentur kursi.
āL.JOE, INI TIDAK LUCU!ā teriakku panik. Tidak ada suara
apa pun dari lantai dua, entah semua pria itu sengaja menahan napas atau malah
meninggalkanku sendirian. Benar-benar!
Tuk tuk tuk
Terdengar suara mikrofon yang diketuk, L.Joe mengatakan
ātesā beberapa kali sebelum bicara dengan nada terhibur. āTentu saja ini tidak
lucu. Siapa bilang aku sedang melucu?ā
āMaaf semuanya, aku harus mematikan lampunya dulu, tapi
tenang saja.. aku akan memberikan tontonan yang menarik sebagai gantinya.ā
āOke, mari kita mulaiā¦ā
Sesaat setelah itu, lampu sorot di atas L.Joe menyalaāentah
bagaimana dia sudah berada di bawah lagi, di atas panggung. Pria itu mengarahkan
tatapan matanya padaku dan tersenyum.
āGadis ini, aku bertemu dengannya di sebuah kafeā¦.ā Ia mulai
bercerita. Tunggu, apa-apaan ini? Dia mau berbicara tentang aku? Walaupun tidak
sebanyak tadi, tetap saja banyak orang asing di bawah. Aku benar-benar malu.
āā¦ jika kalian mengira kami bertemu dengan cara yang baik,
buang saja pikiran itu jauh-jauh. Awal pertemuan kami benar-benar buruk, bahkan
dia menyiramku dengan kopiā¦..ā L.Joe
terkekeh seolah sedang mengingat kenangan manis.
Itu karena kau
menuduhku sembarangan!!
āAwalnya aku hanya menganggapnya sebagai bagian dari
permainanku saja, yang hanya berlangsung sesaat dan kemudian terlupakan. Tapi
sepertinya aku salah. Akuā¦ perasaanku, lebih dari ituā¦ā
Tidak! Tidak, hentikan! Aku benar-benar tak mau dia
menyatakan cintanya seperti ini, di hadapan orang sebanyak ini. Jill mungkin
ada di lantai bawah, aku takut gadis itu berbuat macam-macam. Aku takut dia
mempermalukan L.Joe di hari peresmian restorannya sendiri. Dengan bantuan pencahayaan
dari lampu sorot di atas L.Joe, aku berhasil menjangkau tangga dan menuruninya
secepat yang kubisa.
āWell, terlalu
dini untuk bilang begini tapiā¦ dia adalah satu-satunya perempuan yang kuinginkan
sekarang. Aku sudah mengenal sekian banyak gadis, dan ini pertama kalinya aku
benar-benar merasaā¦ pas.ā Aku sungguh tersentuh mendengar nada bicaranya yang
tulus. Tapi jujur saja, perasaanku saat ini lebih banyak dikuasai oleh rasa
waswas. Setelah berhasil menjangkau lantai satu, aku mengedarkan pandang ke
kursi-kursi, ke setiap sudut, ke setiap inci ruangan ini.
Sampai akhirnya mataku berhenti di satu titik.
Aku menemukan Jill.
Dia ada di luar, persis di belakang pintu masuk
yang terbuat dari kaca. Gadis itu sedang bersama seorang pri-tunggu! Aku
mengenalnya! Itu Jonghwan. Jonghwan menahan tangan Jill, dan mereka berdua
terlihat seperti sedang bertengkar. Pemandangan itu membuatku secara refleks segera berlari ke sana.
āAndai setiap manusia memiliki warna berbeda, maka
katakanlah aku sudah menemukan warna favoriāPark Hyo Jin! Berhenti!ā L.Joe
berseru dengan kesal di tengah-tengah cerita. Mungkin ia mengira aku sedang
mencoba kabur karena posisiku sekarang. Aku yang
sedang berlari pun nyaris terjerembab jatuh karena terkejut. Semua orang mengikuti
arah pandang L.Joe, memerhatikanku. Aku gugup setengah mati karena menjadi
pusat perhatian. Saat itu, Myungsoo menarik lenganku. Ia memberikan tatapan
ājangan membantahā sambil membalik badanku ke arah L.Joe. Lantas menyeretku ke
depan begitu saja.
āTidak ,Myungsoo! Lepaskan! Kau tidak mengerti! Ada Jill di
depan, aku harusāā
Myungsoo mendorongku sampai menubruk L.Joe. Dan seketika
seluruh bayangan mengenai betapa kerennya si pria anime alias Kim Myungsoo itu
hancur lebur tak tersisa. Bagaimana bisa ia sekasar itu padaku?
Suara berisik akibat tubrukan badanku dengan L.Joe terdengar nyaring dari mikrofon. L.Joe
menahan pundakku.
āL.Joe, aku harus pergi!ā Aku meringis sambil melangkah
mundur.
āTidak.ā L.Joe berujar tegas sambil memegangi lenganku.
Wajahnya terlihat sangat geram. Anak ini tidak mengerti. Mungkin yang ada di
kepalanya saat ini adalah ātak bisakah kau menghargai usahaku sedikit?ā. Aku tahu dia
sedang mencoba menyatakan cintanya sekarang, tapi situasinya benar-benar tidak
tepat. Ruangan ini benar-benar ramai, mana bisa aku menolaknya di depan semua
orang? Kukira dia akan membawaku ke sebuah ruangan dengan dekorasi romantis,
setidaknya akan lebih mudah untuk menolaknya di situasi seperti itu. Aku sama
sekali tak mau dia menanggung malu karena ulahku.
āL.Joe kumohon!ā
Ini demi kau juga!
Pria itu mengeraskan rahang sambil terus menatapku tajam, sebelum akhirnya memejam dan mengembuskan napas pasrah, melepasku,
āOke pergilah,ā katanya. Dan demi Tuhan hatiku teriris. Dia kecewa, itu terlihat
jelas dari sinar matanya. Tapi di sisi lain aku juga tidak bisa berbuat
apa-apa.
Aku tak tahu apa yang terjadi di luar sana, tetapi
sepertinya Jill sedang mencoba menerobos masuk dan Jonghwan berusaha
menahannya. Itu artinya Jonghwan mengetahui sesuatu. Bagaimana jika Jonghwan
tahu kebusukanku? Bagaimana jika dia tahu Jill membayarku untuk ini?
Saat sedang memikirkan itu, tiba-tiba saja terdengar suara
pengunjung yang tercekat terpukau. Aku menoleh pada mereka, lalu menoleh pada
L.Joe, dan baru setelah itu mengikuti arah pandang mereka semua dan menengok ke
atas. Dan seketika itu juga aku ikut tercekat, āAstaga!ā Aku menutup mulutku
dengan kedua tangan.
Ada ratusan stiker glow
in the dark berbentuk bintang yang ditempel di langit-langit, yang disusun
sedemikian rupa membentuk namaku, Park Hyo Jin. Sejak tadi, ternyata langit-langitnya sengaja ditutup dengan dekorasi kain untuk menyembunyikan ini.
āIni pertama kalinya aku mengajak seseorang berkencan
sungguhan.ā Aku yang sedang tercekat dengan hiasan di langit-langit itu dibuat
tercekat lagi oleh L.Joe yang berkata sambil membuka kotak beledu berisi
cincin berlian. Ini waktu yang tepat untuk menangis dan pingsan. Benar-benar
tepat.
āL.Joe.ā
āJadilah kekasihkuā¦.ā
Aku terenyuh, terdiam menatap mata cokelatnya yang nampak memohon. Aku tak
cukup gila untuk berkata ātidakā di situasi seperti ini. Aku mengulurkan tangan
dan L.Joe menyambutnya dengan ekspresi lega.
BRUK!
āHEH JILL, BERHENTI!ā
āLEPASKAN AKU!ā
Tiba-tiba saja pintu masuk terbuka, disusul oleh Jill dan
Jonghwan yang berteriak satu sama lainākeduanya langsung berhenti begitu sadar semua
mata tertuju pada mereka. Karena mendapat tatapan terkejut dari orang-orang, Jonghwan
terpaksa melepas tangannya dari Jill, sementara gadis itu segera merapikan
rambut dan gaunnya yang berantakan.
āAstaga! Apa aku melewatkan sesuatu?ā Jill berteriak dengan
kencang dengan ekspresi terharu yang dibuat-buat.
āDewi Gwangmun!ā teriaknya lagi, kali ini sambil menunjukku
seolah bertemu teman lamaāoke kita memang pernah sekelas dua kali saat SMA,
tapi demi Tuhan dia bukan temanku. Dan rasanya aku tak mengingat wajah itu sama
sekali. Apa benar kita pernah satu kelas? Dia pasti operasi plastik besar-besaran, deh. Apa Jill itu bahkan nama asli? Ganjil sekali.
āAstaga, apa itu berlian?ā Ia merebut cincin di kotak yang dipegang L.Joe
dan memandanginya dengan kaget. Semua ekspresinya itu terlihat tidak natural.
āApa yang kau lakukan di sini?ā tanya L.Joe heran, seraya
merebut kembali cincin di tangannya.
āApa yang aku lakukan di sini? Astaga Hyo, jadi kau belum
bilang?ā Gadis itu membelalakkan matanya padaku dan tertawa. Namun tawa itu
hanya berlangsung sesaat, karena dalam hitungan detik ia langsung menatapku
tajam dan berkata, āCepat bilang! Atau apa kau mau aku yang bilang?ā
āBilang apa?ā tanya L.Joe lagi.
Baiklah, ini adalah akhir dari kisah Hyo Jin dan L.Joe. Jill
ada di sini. Tak peduli betapa inginnya aku berkata āaku mau jadi kekasihmuā,
tetap saja rasanya tidak mungkin. Sekali lagi, Jill ada di sini, dan dia akan membongkar
semuanya.
āAku tak bisa jadi kekasihmu.ā Aku menarik tanganku dari
genggaman L.Joe. Aku sudah memutuskan. Dari pada Jill yang bicara dan membuatku
malu, lebih baik aku saja yang bicara sendiri.
āA-apa? Kenapa?ā
āAku tak mau.ā
L.Joe terdiam. Situasi di restoran pun menjadi sangat
hening.
Hinggaā¦.
Prok prok prok
Jill bertepuk tangan dengan meriah.
āBagus sekali, Sayang!!!!ā teriak gadis itu. Ia lantas
mengeluarkan sesuatu dari tasnya. āIni uangnya. Sesuai kesepakatan, 300.000 WON.ā
Gadis itu menarik telapak tanganku dan meletakkan enam lembar uang kertas 50.000
WON di sana. Detik itu, harga diriku rasanya jatuh ke lantai.
āApa maksudnya ini semua?ā
āMaafkan aku, Joe.ā Aku menunduk.
āUrusanmu di sini sudah selesai. Lebih baik kau pergi sana!ā Jill
menggapai tanganku dan hendak menepisku pergi.
āKau yang harusnya pergi!ā Namun tiba-tiba saja Jonghwan
datang dan berteriak keras pada Jill sambil menarik lengannya. Karena terkejut,
pegangan tangan Jill dariku pun terlepas.
āKau tidak diundang ke acara ini! Kau yang harusnya pergi!!ā
Jonghwan memperjelas ucapannya. Wajahnya memerah, dan aku bisa merasakan betapa
marahnya Jonghwan pada Jill. Sebenarnya apa hubungan Jill dan Jonghwan?
āJonghwan!ā L.Joe berseru, dengan ekspresi ākau di siniā
sekaligus āapa-apaan ini!ā
āMaafkan aku. Aku akan mengurus wanita sialan ini.ā
āWanita sialan?ā ulang Jill tak terima.
āWanita kampungan,ā ralat Jonghwan.
āYAH!ā
āSebenarnya apa yang terjadi? Hyo! Apa-apaan ini?ā L.Joe
mulai kesal karena belum bisa memahami situasi ini.
Setelah melirik Jill penuh dendam, aku terpaksa menahan rasa
sakit di tanganku dan menjawab pertanyaan L.Joe dengan ketus, āKau tak paham?
Aku baru saja menolakmu. Dari awal sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik
denganmu, Jill membayarku untuk melakukan ini semua.ā
āApa?ā
āTerima kasih untuk semuanya. Sekarang selamat tinggal,ā kataku, kemudian berlalu pergi.
Jill menyentak tangan Jonghwan dan melambaikan tangannya
padakuāyang sudah berjalan menjauh. āAku tahu Park Hyo Jin pasti bisa bekerja
dengan profesional. Selamat tinggal, Jalang,ā
serunya riang. Aku mati-matian menahan diri untuk tidak berbalik dan menamparnya.
**********
Setelah Hyo Jin pergi, Jill berdiri tepat di depan L.Joe
yang terpaku. Tatapan matanya terlihat kosong. Jill tersenyum mencibir melihat
ekspresi pilu itu.
āBagaimana rasanya, huh?ā
L.Joe menggerakkan matanya menatap sang gadis. Keningnya
berkerut tidak senang.
āApa maksudmu?ā
āDibuang saat kau benar-benar mencintai seseorang?
Dipermalukan di depan banyak orang?ā Gadis itu sengaja mengencangkan suaranya,
sembari menengadahkan tangan menunjuk orang-orang di sekeliling mereka.
āIni yang kurasakan saat kau membuangku,ā ucapnya dengan
nada penuh dendam. āSekarang kita impas.ā
L.Joe terlihat terkejut untuk beberapa saat sebelumā¦
āBagus. Kalau begitu tolong jangan ganggu aku lagi.ā
āTidak, darl.
Belum. Aku membayar wanita penggoda itu mahal-mahal bukan hanya untuk balas
dendam.ā Jill melembutkan tatapan matanya, dan mengaitkan tangannya di leher
L.Joe. āAku masih mencintaimu.ā
L.Joe mendengus. āItu bukan urusanku.ā
āAku menginginkanmu.ā
āJangan menyentuhku!ā
āAku tak peduli. Aku akan memilikimu.ā
āPulanglah Jill, kau mabuk!ā Jonghwan menepis tangan Jill
dari L.Joe.
āKenapa kau selalu ikut campur!ā Jill berteriak.
āJonghwan, kau mengenalnya?ā tanya L.Joe.
Jonghwan terlihat benar-benar enggan untuk menjawab, pria
itu hanya meringis kaku.
āOh? Jadi kau bahkan tak mengatakannya pada orang-orang yang
kau sebut teman ini?ā tanya Jill sambil tertawa takjub. āBaiklah, aku mengerti. Kalau
aku ada di posisimu, mungkin aku juga tak akan bilang kalau aku cuma anak
seorang perempuan miskin yang cukup beruntung menikahi pria yang kaya raya. Iya
kan?ā
āTutup mulutmu! Kau benar-benar menjijikan,ā balas Jonghwan geram.
āYa, aku memang menjijikan. Jadi lepaskan aku! Aku harus
bicara pada L.Joe.ā
āApa lagi yang mau kau katakan padanya? Dengarkan aku, bila
sesuatu ditakdirkan untukmu maka ia akan tetap menjadi milikmu. Tapi bila tidak,
sekeras apa pun kau berusaha hal itu tidak akan pernah menjadi milikmu.ā
Jill mendengus bosan mendengar ucapan sok
bijak itu, āOmong kosong.ā
āKita memang tak ada hubungan darah, tapi terlepas kau
menganggapku atau tidak, kau tetap adikku.ā
āAwas!ā L.Joe tiba-tiba saja berteriak dan menarik tangan
Jonghwan. Dan saat itu,
BYURRR!
āIni untuk panggilanmu padaku barusan. Jalang? Wanita penggoda? Aku sudah cukup bersabar kau menginjak-injak
martabatku seperti tadi, tapi panggilan itu! Astaga, dipanggil rubah betina
oleh kakakku sendiri saja aku sudah marah besar. Kau pikir kau siapa hah?ā
Hyo Jin baru saja mengguyur Jill dengan seember jus
semangkaāyang diambil paksa dari tangan salah satu pelayan yang sedang
bersih-bersih.
Semua orang tercengang, lebih-lebih Jill yang tak bisa
mengatupkan mulutnya sama sekali. Sekujur tubuhnya basah, merah dengan
bulir-bulir semangka yang memenuhi rambut, gaun, kulit, semuanya.
āAku bukan hanya sekadar dewi Gwangmun, aku Park Hyo Jin,ā
ucap Hyo Jin tajam, ditutup dengan uang 300.000 WON-nya yang ia lempar tepat ke
muka Jill.
Wajah terperanjat nampak di mana-mana. Situasi ini benar-benar kacau. Jonghwan
berjinjit menginjak cairan merah berbulir di lantai dan mendekati sang adik. āPulanglah
Jill, kita tidak sedang merayakan Halloween,ā bisik Jonghwan sambil terkikik.
Jill menggeram melirik pria itu, kemudian mendengus jijik melihat dirinya
sendiri. Dia benar-benar merahāsecara harfiah, dan berbau seperti semangka.
āTunggu.ā L.Joe menarik tangan Hyo Jin yang hendak pergi.
āLepas.ā
āTidak, sebelum kau meralat jawabanmu.ā
āTak ada yang harus diralat. Jill benar, aku mendekatimu
selama ini karena uang. Aku tak seperti yang kau bayangkan. Kau tahu, aku bahkan
sudah punya pacar, dia ada di Busan, aku juga punya pacar yang lain di kampus,
dan di mana-mana. Kau pikir kau sudah termasuk bad boy hanya karena jalan ke sana kemari dengan wanita yang
berbeda-beda setiap minggu? Lalu apa kabarnya denganku?ā Hyo Jin bersedekap
sembari memiringkan kepala seolah sedang merendahkan.
āKau tahu? Bahkan kerugian besar JāS atas logo restoran ini,
itu semua karenaku. Aku menjual logo milik Yu Jin yang sudah dibeli restoranmu.
Aku biang masalah. Aku nyaris didrop out dari
kampus, dan sekarang kedua kakakku sedang mencari uang untuk biaya semester
pendek. Akuā¦. tidak seperti yang kau pikir.ā
āSekarang lepas!ā Hyo Jin berkata dengan tajam.
Dan L.Joe melepasnya.
**********
Jonghwan yang duduk berhadapan denganku terus menunduk. Setelah semua pengunjung keluar, kami
berdelapan duduk melingkar di lantai dua restoran, membahas masalah internal di antara grup kami.
āJadi kau dan Jill adik kakak?ā
āYa.ā
āJadi kau berbohong pada kami soal itu?ā tanya Chanhee lagi.
Maksud āituā dalam kalimatnya barusan adalah kejadian tiga minggu lalu. Saat
Jill datang ke Lafrein, duduk sendirian di salah satu meja. Saat itu, Jonghwan
sama sekali tak mengatakan apa pun, padahal nyatanya dialah yang memberi tahu
Jill untuk datang di tanggal ituātanggal di mana giliranku tiba. Jill
menginginkanku. Well, siapa yang
tidak menginginkanku? Okay, Hyo Jin tidak menginginkanku.
āAku benar-benar minta maaf.ā
āIni tidak benar. Dia harus kita beri hukuman,ā kata Tao
sambil bersedekap dan mengangkat sebelah kakinya ke pangkuan.
āTentu, aku berhak mendapatkannya. Aku akan keluar dari
grup.ā
āApa?ā Semua orang berteriak.
āTidak, bukan itu hukuman yang kumaksud.ā Tao berdiri.
āAku sudah berbohong terlalu banyak. Kalian dengar kan Jill
bilang apa? Aku bukan anak kandung pemilik saham terbesar Kwahul Company. Dia
ayah Jill, bukan ayahku.ā
āDan apa masalahnya?ā tanya Baekhyun.
āSatu-satunya masalah dari itu adalah kau berbohong, sisanya
bukan masalah,ā timpal Jin.
āAku tidak berada di level yang sama dengan kalian, itu
masalahnya.ā
āOkay, jadi kau mau keluar?ā tanya Myungsoo dingin.
āYa.ā
āKalau begitu aku juga.ā Myungsoo ikut berdiri. Taoāyang
sudah berdiri sebelum Myungsooāmengangguk dan ikut berkata, āAku juga.ā
Jin menjadi orang selanjutnya yang berdiri. Disusul oleh
Chanhee dan Baekhyun yang berdiri bersamaan.
āBagus sekali kawan-kawan, aku baru bergabung selama empat bulan
dan geng ini sudah mau pecah.ā Jungkook tertawa hampa dan menoleh ke arah
Jonghwan. āTapi Jonghwan hyung, kau orang pertama yang mengizinkanku bergabung.
Kalau kau keluar, maka aku juga,ā lanjutnya seraya berdiri.
Kini semua pria itu menatapku, yang masih duduk tenang
dengan ekspresi berpikir.
āBagaimana denganmu?ā tanya Jin.
Aku memalingkan wajah padanya, āKenapa menatapku begitu? Kau
ingin aku keluar juga?ā
Jin mengangkat bahunya seolah berkata āmana solidaritasmu?ā.
āCihā¦ tidak akan.ā
Suasana di restoran yang super luas ini langsung terasa kian hening dan mencekam, sampai-sampai nyamuk pun tak mau berdengung. Semua orang mengalihkan
tatapannya padaku dengan kaget, seolah-olah aku baru saja berkhianat.
Melihat semua ekspresi itu, aku tertawa di dalam hati.
āDan tak ada satu pun dari kalian yang kuizinkan keluar,ā
lanjutku akhirnya.
āKau mengagetkanku, dasar sialan!ā Baekhyun langsung berseru
sambil memegangi dadanya. Tawaku pun pecah, sementara yang lain menghela napas
dengan lega.
āKukira kita benar-benar akan berakhir.ā Tao menjatuhkan badannya
kembali ke kursi.
āYah, maksudku, serius Jonghwan?! Kau mau meninggalkan
teman-temanmu hanya karena ini? Memangnya sejak kapan kita membicarakan berapa
jumlah mobilmu, seberapa mahal harganya? Setiap hari kita cuma bertemu dan
tertawa bersama, atau lebih banyak menertawakan Chanhee. Keputusanmu barusan
benar-benar konyol!ā
āKenapa namaku disebut-sebut?ā seru Chanhee sewot.
Jonghwan menatapku dengan tatapan bersalah. āAku hanya merasa sudah
mengkhianati kalian.ā
āYa, kau memang mengkhianati kami. Berjanjilah untuk tidak
mengulanginya, dan kita lupakan ini!ā kataku seraya berdiri dan berjalan ke tengah.
āPertemanan kita tak boleh berakhir hanya karena hal picisan, yeah kuakui
ucapanku barusan benar-benar terdengar seperti omong kosong tapi tidak, aku serius, ayo bertemu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan kapan pun, setidaknya
sampai kita berada di tahap muak melihat wajah satu sama lain dan memutuskan
untuk berhenti bertemu.ā Mereka bertujuh tertawa seolah baru saja mendengar stand up comedy, namun lantas mengangguk
setuju dengan ekspresi jengah yang dibuat-buat.
Tak ada yang bicara. Tapi tampang mereka semua seolah
menyatakan ucapan tulusku barusan terdengar sangat manis dan tidak cocok dengan
jati diri geng kamiāyang terlihat garang dari luar. Yah, terserah. Sejujurnya,
aku merasa cukup hebat bisa berkata seperti itu di depan mereka semua, mungkin
setelah ini kata-kata mutiaraku barusan akan menjadi bahan lawakan permanen di
setiap pertemuan kami sampai batu nisanku menancap di tanah.
Aku mengulurkan kepalan tanganku ke depan, disusul oleh yang
lainnya, termasuk Jonghwan. Ini pertama kalinya kami membuat gerakan mermaid man dan barnacle boy bersatu, dan sejujurnya ini sedikit banyak melukai harga
diriku tapi entah mengapa aku merasa harus melakukannya di situasi seperti
iniāsebagai pernyataan bahwa grup bodoh ini masih baik-baik saja.
āOh shit! Ini gila,
kalian adalah geng paling manis sedunia.ā Jungkook berseru dengan tampang
terharu.
āYAH anak kecil! Siapa yang mengajarimu kata-kata kasar
seperti itu!ā teriak Chanhee.
āAku cuma bilang shit.ā
āYAH! Malah diulangi lagi! Sini kau dasar anak baru!ā
āLee Chanhee, aku sudah empat bulan!ā
āPanggil aku hyung!ā
āKau lebih cocok dipanggil noona,ā kata Tao sambil terkikik.
āYAH Huang Zitao!ā
Aku cuma tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala
melihat tingkah mereka semua. Setidaknya teman-temanku sudah kembali normal
sekarang, di mana artinya sebagian perasaanku sudah tertata dengan benar. Yeah, sebagian.
āLalu bagaimana dengan Hyo Jin?ā tanya Jonghwan. Myungsoo
yang berdiri di samping pria itu ikut menoleh padaku. Inilah yang kumaksud
dengan sebagian.
āEntahlah.ā
āKalau kau ingin melepasnya, jangan marah jika minggu depan
kita sudah bergandengan.ā Jin tiba-tiba merangkulku. āAku tak tahu kenapa harus
minta izin dulu, sebenarnya kan dari awal Park Hyo Jin adalah jatahku," tambahnya sambil mengangkat bahu.
āL.Joe tak akan menyerah.ā Myungsoo menarik Jin hingga
rangkulannya terlepas. āIya, kan?ā
āAku butuh waktu. Dia butuh waktu. Entahlah.ā
āItu artinyaā¦ā
āItu artinya kau tetap tak boleh menyentuhnya.ā Aku memotong
ucapan Jin dengan geram.
**********
Dari malam sampai malam lagi, dari Yu Jin dan Jin Ah pulang
kerja sampai mereka pulang kerja lagi, aku tetap berada di kamar. Mereka cuma
mengetuk pintu kamarku sekali, menyuruhku keluar dengan nada mengancamāyang
tidak kurespon. Kemudian berbincang di depan pintu kamarku dengan suara yang
dikeras-keraskan, mengatakan ānanti kalau dia lapar juga keluar sendiriā. Cih, memangnya aku selemah itu apa? Dasar! Akan kubuktikan aku tak akan keluar
sampaiā¦.
Ceklek
Okay, aku benar-benar sangat amat lapar sekali. Dan aku masih terlalu
muda untuk mati.
Begitu berbelok di sekat dapur, aku langsung menghentikan
langkah dan berjalan mundur perlahan-lahan.
āAkhirnya keluar juga,ā kata Jin Ah tanpa berbalik. Sial,
dari mana dia tahu? Aku meringis, lalu keluar dari tempat persembunyianku dan
menarik kursi meja makan.
āKau tidak kerja?ā tanyaku seraya duduk.
Aku yakin ini masih sekitar jam 10 atau 11 siang. Jadi tidak
mungkin dia belum jalan atau sudah pulang. Oh tunggu! Apa jangan-jangan dia
dipecat?
āAku izin hari ini,ā Jin Ah menjawab, sekaligus menepis
dugaanku.
āIzin untuk apa?ā
Saat itu Jin Ah berbalik sambil mengangkat penggorengannya.
āAstaga kau masak salmon!ā Aku langsung berdiri, dan
seketika produksi air liur dalam mulutku meningkat. Kapan terakhir kali aku
makan salmon? Ya Tuhan! Anak ini pasti baru gajian.
āSebenarnya ada perayaan apa hari ini? Apa kau ulang tahun?
Apa aku ulang tahun?ā
āTidak.ā
āApa kau dan Mino jadian? Apa.. apa..ā
āTidak, tidak, tidak, ya ampun! Tidak ada perayaan apa-apa. Lagi pula
ini bukan untukmu.ā
Itu adalah kalimat paling mengerikan yang pernah kudengar
selama 21 tahun hidup. Aku tertohok sampai rasanya tak bisa menarik napas.
āT-tunggu! Aku tidak mengerti apa maksudmu.ā
Jin Ah cuma tersenyum terhibur melihat ekspresi pilu adiknya yang cantik ini. Dia memasukkan salmonnya ke kotak, lalu mulai meletakkan buah berry dan
potongan apel ke kotak yang lain.
āIni untuk ibunya Mino. Dia masuk rumah sakit.ā Gadis itu
menata kotak-kotak makannya ke dalam paper
bag dengan hati-hati.
āOh,ā kataku, berusaha menenangkan diri.
āAda ayam goreng, kok,ā hiburnya. Aku lekas membuka tudung
saji.
āMana?ā
āDi kulkas.ā
āJangan bilang aku harus memasaknya sendiri!ā
āKalau begitu tunggu sampai jam 5 sore.ā
āKenapa harus jam 5?ā
āAku baru pulang jam 5. Atau kalau Yu Jin eonnie pulang
lebih cepat, kau bisa minta tolong padanya.ā
āAku tak mau. Lebih baik masak sendiri.ā Mendengar nama itu,
aku langsung berdiri dan membuka kulkas. Kami memang sudah saling berkirim
pesan kemarināitu pun terpaksa karena aku tak tahan melihat muka memelas si
pria-yang-namanya-tak-akan-lagi-kusebut. Tapi itu bukan berarti perang dingin
antara aku dan Yu Jin sudah selesai.
āCih, kalian berdua.ā Jin Ah memutar mata.
āApa eonnie memberimu uang?ā tanya gadis itu.
āMana mungkin dia memberiku uang?ā
āJadi dia tidak memberimu uang?ā
āTak usah memikirkan semester pendekku. Aku sudah memutuskan
untuk berhenti kuliah.ā
āJangan konyol! Aku akan mencari cara.ā
āBesok hari terakhir pendaftaran,ā kataku sambil
mengeluarkan ayam tepung beku dari kulkas. Bukan bermaksud pesimis, tapi BESOK-TERAKHIR-PEMBAYARAN,
dan kami sekeluarga tak punya uang. Dan aku sedikit banyak menyesal sudah
melemparkan āupahā dari Jill yang seharusnya sudah masuk ke kantongku itu. Huff.
āKubilang aku akan mencari cara,ā tekan Jin Ah sembari mengangkat
tas dan paper bag-nya. āAku pergi dulu. Hati-hati masaknya! Kugiling kau kalau sampai minyaknya tumpah!ā
āIya iya.ā Aku menyalakan kompor.
āHyo Jin! Apinya terlalu besar!ā
āIya iya bawel! Cepat pergi saja sana.ā
**********
Aku sengaja datang lebih awal pagi ini. Aku harus datang
lebih cepat dari pria itu, maksudku Yesung. Pukul 8 lewat 17 menit, aku
bersandar di meja kerjanya, bersedekap menunggu sang pemilik datang. Beberapa
karyawan yang lewat masih saja menatapku dengan sinis, tapi persetan, aku sudah
benar-benar tak peduli. James si raja disiplin sudah ada di ruang kerjanya dan sebenarnya
aku bisa saja mengadu padanya soal sikap karyawan-karyawannya yang kampungan.
Mereka tidak tahu kebenarannya tapi sudah memperlakukanku seperti sampah. Tapi
biarlah, abaikan saja, menurutku itu tidak penting untuk sekarang.
āHey.ā
Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pria itu seperti
biasa menyapaku dengan ramah, bagaimana bisa ia bersikap sesantai ini setelah
melakukan kejahatan keji? Benar-benar pro. Yesung berjalan melewatiku untuk
meletakkan tas.
āTumben datang kemari. Ada apa?ā
āAda yang mau kau jelaskan padaku?ā pancingku. Tapi pria itu
malah bertingkah sok lugu. Ia mengerutkan kening, melengoskan tali tasnya dari
kepala sembari menggeleng bingung seolah berkata āapa maksudmu?ā.
āSebuah pengakuan, mungkin?ā
āPengakuan kalau aku menyukaimu? Tch, kurasa kau sudah tahu
soal itu.ā
āPengakuan soal kemunafikanmu selama ini.ā
Guratan kaget tersirat samar di wajahnya. Tetapi seperti
yang kubilang, dia ini benar-benar pro. Yesung kembali menampilkan ekspresi
tidak mengerti dengan sempurna.
āBisa bicara yang jelas?ā katanya serius.
āKau yang menulis postingan itu!ā
āApa?ā
āApanya yang apa? Kau terekam di CCTV, jangan mengelak lagi!ā seruku, sesaat membuat beberapa karyawan menoleh ke arah kami.
Pria itu tak menjawab.
āApa motivasimu melakukannya?ā
āDuduklah!ā Yesung menarik tanganku untuk duduk. Karena tak
nyaman dengan tatapan orang-orang, aku mengikuti ucapannya sambil memelankan
suara. Setidaknya mereka sudah mendengar teriakanku barusan soal ākau yang
menulis postingan itu!ā dan dalam hitungan detik pasti gosip ini akan merebak
di jejaring sosial kantor.
āAku tak percaya kau melakukan ini padaku. Kau yang
menulisnya, kau yang mempostingnya, lalu... lalu.. keesokan harinya kau datang
padaku dan bertingkah seperti malaikat. Aku tak mengerti apa maumu,ā kataku,
keheranan setengah mati. Kalau dia menyukaiku, seharusnya dia tidak membuatku
menderita, kan?
Yesung yang tertangkap basah itu cuma bisa terdiam sambil
memandangku.
āKau bahkan berbohong di hari pertama kita bertemu,ā
tambahku geram. Yesung langsung memalingkan muka. Sepertinya dia tahu ke mana
arah pembicaraanku. Ya. High heels hitam yang dia akui sebagai pemberiannya.
āHigh heels itu dari James. Bukan kau.ā
āLalu apa masalahnya?ā Yesung yang dari tadi terus diam
tiba-tiba meletakkan telapak tangannya di meja dengan keras. āIni terlalu
sepele untuk dibahas.ā
āSepele? Maaf, tapi bagiku ini bukan masalah sepele. Kau
membohongiku. Kau bermuka dua.ā
āMuka dua?ā Yesung mengulanginya dengan wajah tak percaya. āKau
menyebutku muka dua?ā Lalu mengulangnya lagi dengan ekspresi sedih.
āKalau bukan muka dua, jadi apa namanya?ā balasku tak
gentar. Dia sudah menusukku dari belakang. Aku tak akan tertipu lagi dengan
actingnya.
āOke, aku salah, aku bermuka dua, dan aku minta maaf. Tapi
semuanya terlalu sulit untuk kukontrol,
kau dan James semakin dekat dan aku semakin ketakutan. Aku menyukaimu,
Yu Jin~a. Aku masih menyukaimu.ā Yesung menggenggam tanganku. Aku kembali berdiri
seraya menepis tangannya.
āDan kau pikir setelah semua yang kau lakukan, aku akan balik
menyukaimu? Yang benar saja!ā
āMakanya kau harus memberiku kesempatan! Sebenarnya sifatmu
yang mengabaikanku itu yang membuatku gelap mata! Aku berusaha mati-matian
mendapat simpatimu tapi kau sama sekali tidak mengacuhkanku. Kau pikir aku
tidak lelah, hah? Aku lelah,ā teriaknya. Tunggu! kenapa jadi pria ini yang
mengomeliku?
āYa ampun, tahu diri dong! Memangnya siapa yang
meninggalkanku begitu saja setelah SMA? Setelah tidak ada kabar selama
bertahun-tahun, tiba-tiba datang seenaknya dan memintaku kembali. Tidak, tidak
akan, aku sudah tahu sifatmu sekarang, dan aku tak mau jatuh di lubang yang
sama. Apa jaminannya jika kau tak akan meninggalkanku lagi?ā
āAku tidak akan meninggalkanmu lagi.ā
āKau juga bilang begitu sebelum pergi.ā Aku menyangkal
janjinya dengan cepat.
āIni semua gara-gara CEO itu.ā Yesung menggeram.
āIni semua gara-gara kau,ā bantahku.
āDengar! Akuā¦ā Aku mengambil salah satu buku di meja Yesung
dan dengan dramatis menutup buku itu tepat di depan wajahnya. āā¦sudah menutup buku
petualanganku denganmu.ā
Yesung mencoba membukanya kembali, tetapi aku menahannya.
Dia benar-benar kekanakan. Dan apa yang dia lakukan barusan merupakan
perumpamaan yang sangat tepat untuk kejadian ini.
āDan aku akan memulai lembaran baru dengan orang baru.
Masih banyak gadis di luar sana, jadi tolongā¦ tolong tutuplah bukumu denganku juga!ā
**********
Hari itu, ketika aku sampai di rumah sakit, hal pertama yang
kulihat adalah wajah Mino yang pucat.
āCairan di paru-paru ibu sudah menumpuk,ā katanya begitu aku
menutup pintu.
āJadi.. operasi?ā tanyaku hati-hati.
āYa. Mau tidak mau cairannya harus dikuras melalui selang
dada.ā
Aku mengangguk paham. āKalau itu yang terbaik maka
lakukanlah.ā
āMenurutmu begitu?ā
āYa. Apa yang kau khawatirkan?ā
āEntahlah, operasi terdengar sangat menyeramkan di
telingaku.ā
āTapi kalau ibumu tidak dioperasi, cairannya akan semakin
menumpuk dan menurutku itu malah jauh lebih menyeramkan lagi.ā Mino mengangguk
lemas, tetapi wajahnya tetap menunjukkan ketidakyakinan.
āIbumu akan baik-baik saja.ā Aku mendekat dan menepuk-nepuk pundaknya. Pria itu tersenyum samar sembari menangkap
tanganku, lantas berdiri.
āAku akan mengurus administrasinya dulu. Tolong jaga di sini
sebentar ya.ā
Aku mengangguk, dan Mino pun beranjak keluar kamar.
Setelah pintunya ditutup, aku meletakkan paper bagāberisi
salmon dan buah berryādi atas meja. Lalu mulai membereskan selimut dan
botol-botol kosong di dalam ruangan. Mino menginap di sini semalaman, jadi tentu
saja keadaannya kacau. Saat aku sedang melipat selimut, tiba-tiba saja aku mendengar suara erangan lemah dari
belakang.
Ibu Mino siuman.
āEomonim!ā Aku meletakkan selimut yang baru selesai kulipat di ujung sofa dan bergegas mendekatinya.
āD-di mana?ā
āEomonim sedang di rumah sakit. Mino sedang mengurus
administrasinya, aku akan memanggiāā
āTidak. Tidak perlu.ā
Aku langsung menghentikan langkah, untuk beberapa saat cuma
diam memerhatikan wanita itu.
āE-eomonim mau minum?ā Aku menawarkan sambil tergagap-gagap.
Oh sial, kenapa aku jadi mendadak gugup begini? Dan kenapa ibu Mino siuman saat
aku sedang sendirian?
Setelah membantunya minum, aku kembali diam karena tak tahu
harus apa.
āAh, itu, hmm, aku bawa salmon, apa eomonim mau m-makan?ā Aku
menunggu jawabannya dengan gugup, tetapi wanita itu hanya memerhatikanku tanpa
berkata apa-apa. Aku membuka paper bag-ku
dengan tangan bergetar sambil menerangkan betapa bagusnya ikan salmon yang kaya
protein.
āSekarang kau jujur padaku, sudah berapa lama kalian saling
kenal?ā
Pertanyaan itu meluncur begitu tiba-tiba. Sukses membuat
alat gerakku seketika kaku.
āTolong katakan yang sejujurnya.ā Walau diucapkan dengan
lemah, sekujur tubuhku tetap saja berhasil dibuat merinding. Nada bicaranya
terdengar sangat tajam sampai membuatku takut.
āAkuā¦ā Apa yang harus kukatakan sekarang? Berbohong lagi? Tidak mungkin. āSekitar dua minggu,ā jawabku dengan nada bersalah. Aku sama sekali bukan anak yang pandai
berbohong. Apa lagi jika di bawah tekanan seperti ini. Lupakan saja. Setelah
berkata jujur, aku langsung menunduk dalam-dalam karena takut.
āLalu kenapa kau bilang 3 bulan? Mino menyuruhmu
mengatakannya?ā
āA-akuā¦ā Aku memikirkan jawabannya sekuat tenaga, tetapi
tidak ada satu kata pun yang muncul di kepalaku.
āAku tidak setuju,ā katanya, sontak membuat kepalaku
terangkat. āAku tidak setuju jika kalian menikah dalam waktu dekat ini. Apa pun
alasannya, aku tidak setuju.ā
Sesuatu di dadaku langsung retak. Aku menatapnya sambil
berusaha menahan tangis.
āKau terlihat seperti anak yang baik, aku ingin mengenalmu
lebih dalam dulu, boleh kan? Lagi pula kau dan Mino sama-sama masih muda, maksudku, kalian
boleh bersamaā¦ tapi tidak dengan menikah tahun ini atau tahun depan. Pikirkanlah masak-masak.ā
Aku mengangguk dengan senyum lemas.
āJika keinginan menikah kalian tak ada urusannya dengan
warisan, seharusnya bukan masalah kan jika aku bilang begini?ā
āT-tentu saja.ā
āTerima kasih sudah mengerti.ā
**********
Setelah mengucapkan semua itu kepada Yesung, aku berjalan ke
ruanganku dengan langkah yang lebih ringan, tidak juga, sesuatu masih saja
terasa mengganjal. Bagaimanapun aku pernah jatuh cinta setengah mati pada
pemuda itu. Dia adalah cinta pertamaku.
Sebagai seorang kakak, terlebih tanpa orangtua, aku merasa
sendiri, semua tanggung jawab kupikul sendiri, tak ada yang memerhatikanku,
tak ada yang memedulikanku. Dan saat itulah dia datang. Yesung datang di saat
yang benar-benar tepat, di saat aku benar-benar merasa sepi, terpuruk, butuh
pegangan. Dia membantuku dalam segala hal, dia menemaniku pulang setiap hari saat
SMA, dia menghiburku setiap kali ada masalah, dia mengantar-jemput Hyo Jin ke
SD-nya saat aku sedang sakit, dia membelikan kami makanan, dia menuruti
keinginan kedua adikku untuk pergi ke mana-mana, atau mau beli apa, dia makan
malam bersama kami, dia melindungiku saat dibully senior, dia... adalah
gambaran pria sempurna tanpa celaāsesuatu yang hanya kau dapat dalam novel.
Aku merasa benar-benar beruntung bisa mengenalnya sampai
sesuatu terjadi di akhir November 2007. Dia menghilang. Ponselnya tidak
aktif, rumahnya kosong, semua temannya juga tidak ada yang tahu. Aku terpuruk
hebat karena ditinggal dengan cara seperti itu. Aku takut telah berbuat
kesalahan, aku takut dia meninggalkanku karena sakit hati akan perbuatanku,
atau perkataanku, atau apa pun tentangku. Aku benar-benar takut. Satu-satunya
peganganku kala itu adalah perkataannya yang mengatakan bahwa aku adalah
rumahnya, bahwa sejauh apa pun dia pergi, pada akhirnya dia akan kembali padaku.
Jadi aku menunggu. Seperti rumah yang ditinggal penghuninya.
Ya, dia mengibaratkanku sebagai ārumahā, sesuatu yang tak akan pergi, hanya
berdebu. Well, setelah sekian tahun, sekarang
aku sadar aku bukan rumah. Aku tidak bisa sesetia itu. Aku tidak mau diperlukan
seenaknya begitu, ditinggal pergi kapan pun ia mau dan kembali pulang jika
ingin. Tidak. Aku mengambil keputusanku hari ini, keputusan untuk berhenti
menjadi ārumahā-nya.
Keputusan ini bukan berarti aku akan melupakan pria itu
selama-lamanya. Jujur saja, aku tak akan bisa. Terlalu banyak kenangan manis
yang kudapat darinya. Jadi, seperti yang kubilang tadi, aku sudah menutup buku
petualanganku dengan Yesung, dan akan menyimpannya rapat-rapat. Bagaimanapun
dia sudah mewarnai masa-masa mudaku dulu, terlalu munafik jika aku bilang aku
bisa melupakannya.
Saat aku sampai di ruanganku, James sudah berdiri di depan pintunya.āYu Jin.ā
āYa?ā
āIni.ā Pria itu cuma memberikan selembar kertas dengan wajah
datar dan kembali masuk ke ruangannya. Aku segera membuka kertas itu, dan
seketika terbelalak marah. Apa-apaan ini! Tanpa pikir panjang, aku langsung menyeruak masuk ke ruangannya. Sekujur tubuhku rasanya terbakar emosi.
āKenapa kau memecatku?ā seruku langsung
āKau sendiri yang bilang kau tertekan berada di sini.ā James
memutar langkahnya menghadapku dan balik berseru.
āApa? Itu, itu bukan alasan! Aku bisa bertahan!ā
āTidak. Aku tidak mau.ā
āJames! Apa maumu? Kau memintaku bekerja di sini dan sekarang
memecatku begitu saja. Ini benar-benar tidakā¦ā
āAku sudah menelepon perusahaan lamamu, dan mereka bersedia
menerimamu kembali.ā
āApa?ā Hatiku mencelos. Dia sudah mempersiapkan semua ini.
Dia benar-benar berniat untuk menyingkirkanku. Aku tak kuasa menahan tangis,
sekujur tubuhku rasanya bergetar karena marah, dan sedih dan kecewa. Maksudku, kenapa dia melakukan ini? Di saat aku sudah merasa sangat nyaman berada di sekitarnya,
kenapa dia malah mengusirku?
āOh, hahaha.ā Aku tertawa hampa karena tak mengerti
situasi macam apa yang sedang kuhadapi ini.
āJadi aku dipecat? Baiklah jika itu maumu.ā Aku membalik badan
dan meraih kenop saat tiba-tiba James membalik tubuhku.
āKau seorang desainer logo, bukan sekretaris. Belakangan ini
aku benar-benar egois. Aku menginginkanmu, memintamu bekerja di sini padahal
perusahaan ini tak benar-benar membutuhkan jasamu, memaksamu menjadi
sekretarisku dan segalanya. Semua yang kulakukan benar-benar egois.ā
Ya. Dia memang egois, tapi aku sudah terbiasa.
āAku ingin kau menyukai pekerjaanmu. Aku ingin kau tetap
menjadi desainer logo. Aku ingin membeli barang-barang dengan logomu di
labelnya, menebak apa maksudnya, lalu mengagumimu sampai puas,ā lanjutnya lagi.
Dia pasti sudah mempersiapkan kalimat-kalimat itu. Aku tak
bisa memungkiri kalau alasan yang ia buat benar-benar bagus. Aku sampai tak
bisa meresponnya sama sekali. Dia ingin aku menyukai pekerjaanku, dan dia tahu
dengan jelas bahwa sekretaris bukanlah sesuatu yang kusukai. Tapi, yang tidak ia tahu adalah, dirinya, James Lee, adalah sesuatu yang kusukai dan rasanya aku bisa menahan diri untuk
menjalankan pekerjaan ini asalkan bersamanya setiap hari.
āKuharap kau mengerti,ā katanya pelan.
āYa, tentu. Di dunia ini hanya kau yang boleh egois. Karena kau CEO
JāS, maka apa pun yang kau ucap adalah perintah. Walaupun aku tak mengerti, jika kau
menyuruhku pergi makaā¦ā
Saat aku sedang bicara dengan penuh emosi begitu, tiba-tiba
saja James merengkuh kepalaku dalam tangannya dan mencium bibirku. Dalam sekejap, ruang kerja ini
jadi terasa sunyi. Semua pemandangan sibuk para karyawan di luar mendadak
buram. Walaupun Yesung dan Maria sudah menduga James menyukaiku, tapi tetap
saja situasi ini terasa tidak nyata. Maksudku, walaupun dia menyukaiku pun,
James Lee si CEO rigid ini tidak seperti pria yang mudah mencium sembarangan
orang.
James menggiringku ke sofa tanpa menghentikan ciumannya. Aku
benar-benar merasa seperti tidak sadarkan diri. Lama-kelamaan aku yang dari
tadi bertindak sebagai penerima justru malah mendorong punggungnya mendekat dan
memeluknya sambil memperdalam ciuman kami dengan penuh gairah.
TETTT!
[Selamat pagi tuan James, saya ingin mengingatkan 2 jam lagi
mitra dari Jeju akan datang]
Suara yang muncul dari interphone membuat kesadaran kami
kembali. Melihat berapa berantakannya kami saat itu, aku segera mendorong James
dan nyaris berteriak. Tapi pria itu dengan cepat membekap mulutku dengan
tangannya.
James meletakkan telunjuknya di depan bibir,
mengisyaratkanku untuk diam.
āYa, Maria. Terima kasih sudah mengingatkanku,ā ucapnya
sambil berjalan ke meja kerja. Aku sama sekali tak mengerti bagaimana bisa ia
bertingkah setenang itu dan menjawab interphone-nya dengan nada dingin seperti
biasa seolah tak terjadi apa-apa, sementara aku di sini malah tak mampu berdiri sama
sekali karena lemas. Dan bagaimana bisa ia masih terlihat rapi di saat
berantakan? Maksudku, lupakan saja!
āMaria?ā Aku menoleh ke ruangan sekretaris dan baru sadar
kalau pemilik nama itu sudah duduk manis di kursiku. Tunggu, masih bolehkah aku menyebutnya kursiku?
āDia tidak melihat kita.ā
āAku tahu.ā
āMulai pagi ini dia memang sudah kembali ke posisinya.ā
Aku cuma bisa menghela napas getir. Itu menjawab kenapa James menghalangiku masuk ke ruanganku sendiri. Ralat, itu bukan ruanganku lagi.
āDengar, menurutku akan lebih baik jika kita saling mengenal
sebagai James dan Yu Jin. Bukan CEO dan sekretarisnya.ā
**********
Seminggu pun berlalu. Aku menemukan uang di laci meja
belajarku dan menggunakannya untuk pendaftaran semester pendek. Tidak ada yang
menyinggung tentang uang itu, tapi aku yakin 99,99% bahwa Jin Ah-lah pelakunya.
Aku bicara begini bukan tanpa alasan, aku menemukan bekas celengannya di tempat
sampah. Dan sebagai orang yang mati-matian mendukungku untuk mendaftar semester
pendek, sikapnya yang tak acuh itu sungguh anehādia tak bertanya āapa kau sudah
mendaftar?ā sama sekali. Lagi pula, aku dan Yu Jin masih terlibat perang dingin
jadi rasanya mustahil jika anak itu yang diam-diam menaruh uang di laci mejaku.
āUhuk, terima kasih.ā Jin Ah yang sedang mencuci piring
melirikku. Alisnya berjengit heran.
āKau kenapa?ā
āOkay, kau tak perlu berpura-pura lagi.ā
āPura-pura apa?ā
āUang yang kau taruh di laci mejaku, aku sudah memakainya
untuk pendaftaran.ā
āUang apa?ā
āEonnie, apa bagusnya sih menyembunyikan kebaikan dari adik
sendiri?ā
āApa, sih? Aku sama sekali tak memberimu u...Tunggu, astaga! Aku benar-benar lupa. Bagaimana dengan pendaftarannya?ā Jin Ah meletakkan
piring penuh busa itu begitu saja dan berbalik ke arahku dengan mata membeliak.
āApa yang kau bicarakan? Tentu saja aku sudah daftar!
Dengar, aku sudah tahu semuanya!ā
āSudah tahu apa? Aku tidak memberimu uang!!ā
āTapi aku melihat celenganmu di tempat sampah.ā Aku balik
berseru.
āYa, aku menggunakan tabunganku untuk membantu Mino
membiayai operasi ibunya. Kau tahu kan kita tak bisa mengandalkan warisan lagi,
ibunya tidak mengizinkan kami menikah.ā
āApa? Lalu siapa yangā¦ā
Jin Ah langsung memandangku seolah berkata āsiapa lagi?ā
**********
Ini sudah hampir jam 11 siang dan aku belum mengangkat
badanku seinci pun dari tempat tidur. Sebenarnya aku sudah bangun dari tadi,
tapi entah mengapa otakku mengatakan bahwa merefleksi diri menatap
langit-langit kamar di minggu pagi adalah ide yang bagus, dan aku mengikutinya.
Setelah kejadian seminggu yang lalu itu, James tak menghubungiku sama sekali.
Seperti yang James bilang, aku dipecat dari JāS dan mau tak mau harus kembali
ke perusahaan lama.
Saat aku kembali di hari pertama, rekan-rekan kantorku
membuat perayaan kecil dan kami semua makan kue bersama-sama. Itu mengharukan,
sungguh. Kejadian semacam itu adalah hal yang paling kurindukan, sesuatu yang
tak mungkin kudapat di perusahaan semegah JāS. Suasana kekeluargaan. Tapi
mungkin inilah tabiat asli manusia, sesuatu yang sudah hilang atau pergi selalu
terlihat paling berkilau. Aku masih ingat benar betapa kacaunya aku saat
meninggalkan perusahaan dan harus bekerja di JāS. Dan sekarang perasaan itu
kembali berulang. Walau aku bilang aku merasa tertekan bekerja di sana, tetapi
di saat yang bersamaan aku tak mau pergi.
Dan beginilah aku sekarang, menjalani hari-hari sebagai
desainer logo lagi, berkutat dengan photoshop dan klien-klien cerewet lagi.
Ceklek
āKukira kita sedang bertengkar.ā
Aku kontan melirik ke arah pintu. Hyo Jin baru saja membukanya
dan sekarang tengah menyender miring di tembok. Aku mendengus, lalu kembali
menoleh ke langit-langit. Aku sudah benar-benar sangat amat luar biasa lelah
menyuruhnya untuk bicara dengan sopan, atau paling tidak mengetuk pintu sebelum
memasuki kamar. Jadi lupakan saja.
āSedang bertengkar atau tidak, statusmu tetaplah adikku, dan
mau tak mau aku harus menanggung biaya kebodohanmu itu.ā
āBenar-benar! Lihat saja nanti kalau aku sudah kaya, kubayar
semua uangmu.ā
āBerhentilah bicara omong kosong, belajar saja sana! Tck,
kau tak lihat betapa menyedihkannya aku hari ini? Gara-gara membayar uang
semester pendekmu aku jadi tak punya uang lagi untuk jalan-jalan ke mall. Ini
kan hari minggu.ā
āKan ada James,ā ucap Hyo Jin enteng. Aku tak percaya betapa
sempitnya pikiran gadis ini dalam menjalani hidup.
āDia tak pernah meneleponku.ā
āKalau begitu telepon duluan.ā
āAku bukan tipe gadis sepertimu, tak tahu malu,ā cibirku.
Hyojin menguap dengan bosan.
āIya. Gengsinya selangit. Wajar jika sudah setua ini belum ada
yang melamar juga.ā
āYAH! Dasar rubah betina!ā teriakku sembari bangkit ke
posisi duduk. Hyo Jin buru-buru keluar untuk menyelamatkan nyawanya.
āHeh tunggu! Tiga hari yang lalu aku bertemu L.Joe!ā seruku cepat.
Hyo Jin langsung menahan pintu yang sedang ia tutup, kemudian membukanya lagi
perlahan-lahan sembari menyembulkan kepala.
āBohong,ā tuduhnya.
āTerserah kalau kau tak percaya.ā
āCeritakan padaku!ā
āKatamu aku bohong,ā godaku.
āEonnie!!ā
āJadi hari Kamis itu aku lembur. Aku pulang jam 11 malam dan
di depan gang kita ada motor yang menyerempet kakiku. Kau tak tahu kan kakiku
bengkak? Cuma Jin Ah yang tahu, kau itu sama sekali tak peduli, mau kakaknya
diculik alien pun kau tak akan peduli.ā
āKita kan sedang perang dingin,ā kilah Hyo Jin. Aku menggeleng-geleng
melihat ketidakpeduliannya.
āJadi L.Joe menabrakmu?ā Dia bahkan tidak mencoba mengecek
kakiku sama sekali dan langsung menanyakan L.Joe. Aku menghela napas berusaha menguatkan diri.
āBukan. Aku tak tahu siapa yang menabrakku, dia langsung
kabur. Tapi setelah itu aku mendengar suara L.Joe.ā
āJadi dia yang menolongmu?ā
āYa. Entah dari mana tiba-tiba dia berteriak menyuruh
pengendara motor itu berhenti, lalu langsung mengejarnya pakai sepeda.ā
āDia bawa sepeda?ā tanya Hyo Jin dengan ekspresi ātidak
mungkinā.
āTidak. Ada sepeda di depan rumah paman Ok dan dia mengejarnya dengan itu. Lalu tak lama kemudian anak itu kembali dengan muka
penuh keringat sambil berkata āaku tidak bisa mengejarnya dia terlalu cepatā
lalu aku bilang ātentu saja bodoh, dia kan pakai motor! bukannya langsung
menolongku, kakiku sakit sekali lihat tidak?āā Aku menirukan cara bicara kami
malam itu semirip mungkin, lengkap dengan ekspresinya. Dan Hyo Jin terbelalak
lebar di depan pintu.
āBagaimana bisa kau berkata sekasar itu pada putra zeus?ā
tanyanya sambil memegangi dada dengan ekspresi tersakiti. Melihat ekspresinya itu, aku refleks menjulurkan lidah dengan jijik.
āLalu apa yang terjadi?ā
āDia menemaniku pulang.ā
āAPA? Jangan bilang dia menggendongmu!ā teriaknya.
āEw, tentu saja tidak.ā Aku berjengit geli membayangkannya. "Dia cuma menuntunku."
āAstaga, itu berarti kau memeluknya!!ā teriak gadis itu lebih keras.
āHyo Jin! Gendang telingaku bisa pecah!ā
āTapi kau memeluknya!ā
āCuma dengan sebelah tangan, astafa! Lagi pula aku sama
sekali tidak tertarik dengan pria kecil seperti itu, lebih baik kakaknya
ke mana-mana.ā
āAku tahu, James memang lebih tinggi, lebih kekar, lebih
dewasa, lebih berkarisma, lebih segala-galanya dari L.Joe tapiā¦ tapi L.Joe
benar-benar baiikk.ā Hyo Jin menekankan kata terakhirnya dengan berlebihan.
āOke, untuk yang satu itu kau ada benarnya. Mungkin tidak
selamanya first impression itu bisa
dijadikan patokan untuk menilai seseorang, nyatanya dia tak seburuk yang kukira.ā
āDia tidak buruk sama sekali,ā bela Hyo Jin.
āDan anak itu juga benar-benar wangi.ā Aku berucap pelan
sembari membayangkan aroma parfum L.Joe malam itu. Selera parfum James dan sang
adik benar-benar berbeda, tapi dua-duanya sama-sama enak. Dan bagaimana bisa
parfumnya tetap menempel sempurna setelah mengayuh sepeda sampe penuh keringat
begitu? James juga. Parfumnya tetap menempel di badannya dari jam 8 pagi sampe
sore. Okay, itu pasti parfum mahal.
āApa yang sedang kau bayangkan? Dengar ya, kalau kau sedang
membayangkan L.Joe, aku akan mencabik-cabik kepalamu.ā
āAstaga! Kenapa kau posesif sekali, aku bebas membayangkan
apa pun yang kumau!ā
āDasar phedofil! Jangan membayangkan yang tidak-tidak!"
āHeh jaga bicaramu!ā
āDasar Phedofil!ā
BUM!
Dan anak sial itu pun pergi begitu saja dari kamarku.
**********
Aku masuk ke kamar dengan perasaan panas dan senang di saat yang bersamaan. Maksudku, aku benar-benar tak suka mendengar L.Joe dipuji oleh perempuan lainātermasuk kakakkuāaku tahu dia sempurna, bisakah kau berhenti membicarakannya? Pakai membayangkan aroma parfumnya segala, itu benar-benar erotis! Walaupun peluang Yu Jin menyukai L.Joe nyaris nol, tetapi tetap saja aku tak suka.
Tetapi di sisi lain, aku juga senang bukan main mendengar pujian-pujian itu ditujukan pada L.Joe. Seperti, ada sesuatu yang menelusup lembut di dadaku dan membuatku senang, dan bangga, dan rasanya ingin berteriak āYa, ayo terus puji dia! L.Joe memang baik, dia wangi, dia sempurna, dia priakuā sambil melempar pompom.
Jika Fred W. Riggs mempunyai teori prismatik mengenai dualisme hukum, maka Park Hyo Jin mempunyai teori prismajin mengenai dualisme perasaan, di mana di satu sisi aku ingin menutup muka L.Joe dengan selimut agar tak ada yang bisa melihat betapa sempurnanya dia, tapi di sisi lain juga ingin memamerkannya ke mana-mana supaya orang lain iri.
Ya Tuhan, lihat apa yang baru saja kupikirkan! Aku baru saja menyambung-nyambungkan teori yang kudapat dari kampus dengan perasaanku sendiri. Kalau begini caranya aku pasti akan mendapat nilai A di semua mata kuliah. Aku mengulurkan tanganku dan menjentikkan jari ke arah pantulan diriku sendiri di cermin sambil berkata, āGenius.ā Seperti orang bodoh.
Karena merasa sudah siap untuk belajar, aku segera mengambil salah satu buku paket di meja dan mulai membacanya. Sebenarnya ini tergolong tindakan ekstrim, karena buku dan aku sudah saling bermusuhan sejak lulus SMA. Aku sama sekali tak bisa membaca buku, maksudku, lihat saja betapa mengerikannya mereka. Dengan huruf sebanyak itu, mereka bisa menenggelamkanku di lautan huruf. Dan seperti yang sudah kuduga, setelah membaca dua paragraf, kepalaku berdenyut kencang sampai membuatku nyaris pingsan. Tak punya pilihan lain, aku pun segera menutup buku terkutuk itu kembali.
āBesok hari Senin dan itu artinya semester pendekku dimulai,ā gumamku sedih. āYa ampun, bagaimana caranya aku melewati semester ini?ā
Bahkan setelah melewati semester pendek pun, aku masih punya dua tahun lagi di kampus sebelum bisa menjadi sarjana, membayangkan itu semua membuatku semakin stres. āHeh L.Joe! Cepat kemari dan nikahi aku saja!ā dengusku.
Bahkan setelah melewati semester pendek pun, aku masih punya dua tahun lagi di kampus sebelum bisa menjadi sarjana, membayangkan itu semua membuatku semakin stres. āHeh L.Joe! Cepat kemari dan nikahi aku saja!ā dengusku.
āSiapa yang menciptakan sistem perkuliahan! Aku sudah sekolah lama sekali masih harus kuliah juga, dasar! Dasar!ā
āAku mau menikah saja!ā
āYAH L.JOE SIALAN! CEPAT NIKAHI AKU!ā
Aku terus merengek, berteriak-teriak sendiri sambil berguling-guling di kasur. Oke, aku memang sudah gila. Tidak bertemu L.Joe selama seminggu membuatku gila. Aku merindukannya. Sejak kejadian penolakan itu, sebenarnya aku sudah bertekad dalam hati untuk berhenti memikirkan dan menyebut namanya. Tapi Yu Jin malah bercerita tentang L.Joe seolah sudah memberiku izin untuk mengencaninya, dan sekarang rasanya aku ingin berlari ke kafe Lafrein dan mengulang semuanya dari awal.
Bukan itu saja, Yu Jin yang terus mendesakku untuk kuliah dan mendapat gelar sarjana juga punya andil besar membuatku stres. Padahal dengan wajah secantik ini aku bisa jadi model dengan mudah. Siapa yang butuh ijazah sarjana? Siapa yang membuat tatanan sosial di negeri Korea tercinta ini selalu penuh dengan hal-hal formil? Mereka kira semua orang yang bergelar sarjana itu pintar, ya? Di mana keadilan? Kenapa semua orang yang tidak bergelar sarjana harus dipandang sebelah mata? Ini namanya diskriminasi. Jika aku lulus, aku akan jadi menteri pendidikan, lihat saja, aku akan membawa kedamaian dan keadilan bagi anak-anak malang yang bernasib sepertiku di luar sana.
āHeh, ada yang mencarimu!ā Jin Ah tiba-tiba membuka pintu kamarku.
BRUK!
āJIN AH!ā teriakku kesal. Dia benar-benar membuatku kaget. Aku yang sedang dalam posisi headstand langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh dari ranjang. Dan Jin Ah, bukannya membantu, malah menatapku datar seolah apa yang baru saja terjadi adalah sesuatu yang normal.
āAda seseorang di luar,ā ulangnya bosan.
āSiapa?ā
āLihat saja sendiri,ā katanya lalu pergi.
Akhirnya, sambil mengelus-elus kepala aku melangkah keluar dan menarik pintu masuk yang sudah setengah terbuka. Dan saat itu juga rasanya aku langsung kehabisan napas dan tercekat sendiri. Kemudian secara refleks membanting pintu itu tepat di mukanya, maksudku L.Joe. Ya, L.Joe datang! Sejak kapan dia di situ?
āHyo Jin~aa.ā L.Joe mengetuk-ngetuk pintunya. Aku segera berbalik badan dan menahan pintu itu dengan punggungku. Dadaku rasanya mau meledak karena terlalu terkejut sekaligus terlalu senang. Aku menarik ikat rambutku sampai terlepas dan merapikan poniku.
āHeh, aku sudah cantik belum?ā bisikku pada Jin Ah yang baru muncul dari arah dapur. Tapi bukannya menjawab, gadis itu malah menjulurkan lidahnya dan masuk ke kamarnya begitu saja. Benar-benar tak ada gunanya!
Aku pun membuka pintunya perlahan-lahan, lantas menatap L.Joe dengan tajam seolah berkata āapa maumu!ā
āDengar! A-aku sudah berusaha,ā katanya susah payah. Alisku berjengit melihat sikapnya yang tidak biasa.
L.Joe yang tak senang mendengar nada bicaranya sendiri langsung membuang napas dengan marah.
āAku sudah berusaha menjauhimu tapi tak bisa Hyo, tak bisa. Kau mengerti tidak, sih? Pada akhirnya aku tetap berjalan ke sini tiap malam, mondar mandir di depan rumahmu seolah mau maling. Sekarang aku tidak peduli lagi, aku tak peduli walaupun kau tidak menyukaiku, sudah punya pacar atau apalah,ā kata L.Joe dengan napas kacau. Berarti kejadian Kamis malam yang diceritakan Yu Jin barusan itu benar. Jadi dia memang suka jalan-jalan ke sini karena merindukanku? Oh tidak, itu benar-benar manis. Aku mencoba menahan senyumku mati-matian.
āBe my miss right, please,ā katanya dengan nada memohon.
āAku sudah mengatakan alasanku, Joe. Akuā¦ā
āKau bukan gadis baik-baik?ā sela L.Joe muak. āOkay, untuk gadis buruk-buruk, be my miss wrong please.ā
Aku mengernyit tak senang. Gadis buruk-buruk? Miss wrong? Apa-apaan dia!
āKenapa kau selalu bilang gadis baik-baik? Siapa peduli dengan gadis baik-baik?!ā
āKau sendiri yang bilang ingin gadis baik-baik!ā seruku balik.
āAku yang bilang?ā L.Joe mengernyit.
āYa. Sekarang malah sok-sok lupa lagi, cih dasar!ā
āKapan aku bilang begitu?ā
āTidak penting.ā
āYah, memang tidak penting, tapi kau membesar-besarkan segalanya. Dengar, aku minta maaf jika aku pernah bilang begitu. Tapi untuk apa kau marah? Kau baik, setidaknya menurutku kau baik.ā
āBohong.ā
āSebenarnya apa maumu?ā Tunggu, bukankah seharusnya dia merayuku? Kenapa anak ini malah memarahiku?
āKau bohong! Bagaimana bisa kau menganggap gadis sepertiku baik?ā Aku balas mengomel.
āWell, untuk ukuran pria sepertiku, kauā¦ baik.ā
āKau terdengar tidak yakin.ā
āBukan begitu, oke begini.. anggap kita berdua sama-sama tidak baik. Kau tahu kan prinsip matematika sederhana, di mana negatif bertemu negatif hasilnya akan positif? Bisakah kau mengibaratkan kita berdua seperti itu?ā L.Joe menggunakan kedua tangannya untuk menjelaskan bagaimana ānegatif bertemu negatif menjadi positifā seolah aku adalah anak paling bodoh sedunia. Aku hanya memandangnya tanpa ekspresi. Melihat reaksiku itu, L.Joe langsung mendesah putus asa. Ia berbalik dan menendang angin sambil berseru, āSaus tartar!ā dan lagi-lagi aku harus menahan tawaku mati-matian, rasanya aku ingin meringis dan mencubit pipinya karena anak laki-laki ini benar-benar lucu.
āOkay, karena kau benar-benar terlihat kacau malam ini dan aku kasihan padamu,ā ucapku menggantung. L.Joe berbalik dan menatapku dengan sebelah alis berjingkat, dan senyum penuh harap.
āAku bersedia menjadi miss wrong-mu.ā
L.Joe langsung memalingkan wajah tersenyumnya begitu mendengar jawabanku. Ia tertawa hambar seolah-olah tak percaya dengan situasi ini, kemudian menyerong ke kiri dan menutupi wajahnya yang mulai memerah dengan punggung tangan. Melihat betapa salah tingkahnya bad boy payah ini, aku jadi ikut tak bisa menahan senyum dan mulai tertawa aneh bersamanya, saling lirik dan membuang pandangan dengan cepat. Ini gila. Dia lucu.
Okay, Yu Jin bisa memamerkan James-nya yang tinggi dan punya badan bagus dan berkarisma dan apalah-apalah, tapi apa dia punya eyesmile yang manis seperti L.Joe? Atau apa dia bisa seekspresif pria ini? Apa dia selucu L.Joe? Apa dia mengumpat sambil bilang āsaus tartarā? Tidak, kan? Jadi siapa yang menang di sini?
Aku mengulurkan tanganku ke depan mukanya. āApa?ā tanya pria itu.
āBukankah seharusnya kau menyematkan cincin berliannya sekarang?ā
āApa? Aku tidak punya.ā
āAh!ā
āDipeluk saja bagaimana?ā L.Joe merentangkan tangannya.
āCih.ā Sejujurnya, terjemahan ācihā dalam kepalaku adalah āokeā.
āSini.ā
************
Operasinya berjalan dengan lancar dan sekarang ibu Mino
sudah diizinkan untuk pulang. Mengenai biaya operasi, Mino, Seunghoon dan aku
memutuskan untuk patungan. Kami bertiga dengan kompak mengumpulkan uang
tabungan dan mengambil gaji di muka. Kemudian sisa uangnya digunakan untuk
biaya perawatan setelah operasi.
Lalu soal warisan, berhubung tujuan utama mendapatkan
warisan itu sudah selesai, maka kami berhenti membahasnya. Aku dan Mino tak
membicarakan soal pernikahan lagi dan menjalani hidup seperti air. Maksudku,
kalau pada akhirnya kita berdua berjodoh, maka tak ada yang bisa menghalangi.
Lagi pula seperti kata Yu Jin, menikah itu seharusnya tidak di bawah tekanan,
tidak karena suatu alasan, itu akan menodai esensi suci dari suatu pernikahan.
Dulu aku hanya menganggap kata mutiara tersebut hanyalah omong kosong, tapi
sekarang akhirnya aku sadar bahwa ucapannya itu ada benarnya.
Aku sadar bahwa obsesi konyolku untuk menikah muda adalah
salah satu dari sekian hal yang membuatku benar-benar stres selama ini. Aku
membulatkan tekad untuk menikah secepat mungkin karena ingin menghindari
bekerja. Hari itu dosenku menceritakan pengalaman kerjanya yang mengerikan, dia
dibully dan nyaris dibunuh, dia bilang budaya bullying bagi juniorādalam segala
situasiāmerupakan sebuah tradisi yang sudah mengakar kuat dalam budaya Korea.
Seperti, mereka tahu itu adalah perbuatan yang buruk tetapi karena dulu mereka
diperlakukan seperti itu, maka mereka merasa harus melakukannya juga. Hal itu
yang membuatku sedikit banyak takut berada di luar, aku takut bekerja untuk
orang lain, dimarahi atasan, aku takut dengan rekan-rekan kerja yang jahat dan
lain-lain. Dan menurutku, jika aku menikah, maka secara otomatis aku akan terlepas
dari tanggung jawab bekerja.
Lalu kemudian karena sudah memegang kuat prinsip āmenikah
mudaā itu selama bertahun-tahun, lama-lama aku jadi menemukan banyak alasan
baruāsampai-sampai aku lupa akan alasan awal prinsip itu terbentuk. Maksudku,
aku sudah bekerja sekarang, dan segalanya baik-baik saja, tak ada yang perlu
dikhawatirkan.
Ya. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, termasuk Hani. Dia tak
meletakkan pekerjaannya di mejaku lagi sekarang, dia bahkan tak berani
melirikku. Rekan-rekan kerjaku yang lain pun lama-kelamaan menjadi mulai
terbiasa dengan kehadiranku, mereka mengajakku bicara, menawarkanku biskuit,
atau mengundangku minum di kedai soju saat ada yang ulang tahun, intinya
keberadaanku mulai dianggap. Aku sudah melewati fase anak baru yang miris itu.
Bahkan salah satu dayang Hani sekarang menjadi temanku,
namanya So Ah. Kebetulan sore itu kakak laki-lakinya tidak bisa menjemput, dan
mau tak mau dia harus menaiki bus. Karena tidak tahu rutenya, dia meminta
bantuanku dan kita pulang bersama. Dia menceritakan banyak hal selama di bus,
dia memberi tahu merek make up-nya dan merekomendasikanku produk kecantikan, dia
bilang kulitku bagus dan blablabla. Yang ingin coba kukatakan di sini adalah,
semuanya akan baik-baik saja. Seburuk apa pun hidupmu saat ini, pada akhirnya
semua akan baik-baik saja. Kau hanya perlu bertahan. Be strong. Be brave.
Sore ini, aku memutuskan untuk berkunjung ke rumah Mino.
Saat aku keluar lift, Mino yang menunggu di lobi langsung berdiri dari kursinya
sambil tersenyum mengulurkan sebelah tangan. Aku menyambut uluran tangannya,
dan kami berjalan sembari bercanda melewati resepsionis. Dan saat itulah kami
bertemu Hani.
āHey, Han.ā Mino menyapanya dengan ramah. Bagaimanapun
mereka cukup dekat, dan aneh rasanya jika pria itu harus bersikap seperti orang
asing hanya karena gadis itu punya masalah denganku.
Hani cuma tersenyum tipis sebagai jawaban, tanpa melirikku
sama sekali. Ia berjalan melewati kami dan tepat saat di undakan terakhir
sebuah mobil merci mewah berhenti di depannya.
āEun Chol, kau bilang tak bisa jemput.ā Gadis itu berseru
dengan nada manja. Si pria yang dipanggil Eun Chol itu turun dari mobilnya
sambil tersenyum cerah dan berkata, āKejutan!ā.
Melihat adegan konyol itu, aku dan Mino yang berdiri di
belakang mereka cuma bisa saling lirik. Mino memainkan alisnya seolah sedang
mencibir, aku berusaha menahan tawaku sambil menepuk lengannya. Dan saat itu
kedua orang di depan kami pun mulai berciuman. Mino langsung menutup mataku
dengan kedua telapak tangannya sembari menggiringku berjalan melewati jalan
lain.
Kemudian setelah mobil merci itu berhasil kami lewati, aku
langsung menarik tangan Mino dari mataku dan kami tergelak bersamaan.
āAku yakin dia melakukan itu untuk memanas-manasimu.ā
āAku?ā
āYeah, sepertiā¦ lihat Song Mino-ssi, aku bisa punya pacar
yang lebih keren darimu,ā jelasku ekspresif.
āCih, keren apanya?ā
āDia punya merci.ā
āLalu? Motorku tak kalah bagus, kok.ā
āHahaha. Tapi serius, apa yang mereka pikirkan? Berciuman
di tempat umum?ā
āSeingatku katamu dia menyukaiku, eh?ā Mino merangkulku dan
mendengus seolah berkata āaku tahu ucapanmu cuma omong kosongā.
āMungkin sudah bosan,ā jawabku sembari mengedikan bahu.
Aku menggenggam sebelah tangannya yang menggantung di
pundakku dengan perasaan senang. Kalian tahu, mengetahui fakta bahwa Seo Hani
sudah memiliki kekasih baru membuat seluruh beban di dadaku menguap ke awan.
Rasanya benar-benar ringan. Itu artinya Song Mino aman, dan aku bisa bernapas
lebih lega.
*********
āYu Jin~a, aku pulang duluan,ā seru Ah Ri sambil melambaikan
tangan. Aku mengangguk padanya.
āYu Jin, jangan lembur lagi!ā seru temanku yang lain. Aku meletakkan
tanganku di pelipisāsikap hormatādan tertawa pendek pada anak itu.
Ya. Ini sudah waktunya pulang dan aku masih duduk di meja
kerjaku, menatap layar ponsel dengan berat hati. Jariku sudah melayang beberapa
inci dari tombol delete, masih
menimbang antara menghapus nomor James atau tidak. Aku tahu ini tidak akan
berpengaruh banyak, tapi setidaknya jika dihapus, aku tak perlu lagi melamun
memandangi nomornya sambil menunggu keajaiban.
Aku sama sekali tak mengerti untuk apa dia menciumku saat
itu, lalu bertingkah seperti orang asing begini. Aneh. Ya, James Lee
benar-benar aneh. Yang bisa mengerti pria itu hanyalah dirinya sendiri.
āKau lihat dia? Dia benar-benar tampan.ā
āKira-kira dia mau menjemput siapa, ya?ā
Dua orang pegawai berjalan melewati mejaku sambil bergosip
dengan suara kencang. Aku mengernyit mendengar topik pembicaraan mereka. Lalu
karena rasa penasaran yang kuat, aku langsung menyurukkan ponsel, charger, dan
headset di atas meja ke dalam tas dan membawanya keluar. Bisa jadi itu James,
kan?
Dan benar saja.
Aku memperlambat langkahku begitu mendekati pintu.
James tengah berdiri menyandar di kap mobil, dan semua
pegawai yang lewat di depannya sibuk mencari muka sambil memperlambat langkah.
Aku terkekeh melihat tingkah teman-temanku itu. Perusahaan kami memang
kekurangan stok pria tampan, jadi aku memaklumi tingkah mereka semua.
āUhuk, apa aku mengganggu acara tebar pesonamu?ā
James yang terkejut
segera menoleh dan menegakkan badan.
āHey,ā sapanya kaku.
āMenjemputku?ā
āYeah, hampir benar.ā
āJadi? Apa alasanmu ke sini?ā
āAku... uh,ā
āJames?ā
āOh ya, jadi.. aku berpikir untuk makan roti kacang lagi,ā
sahut James cepat, baru tersadar dari lamunan singkatnya. Pria itu menggigit
bibir seolah sedang mencari kata yang tepat. āDan satu-satunya tempat enak yang
kutahu hanyalah di kedai kecil pinggiran Suwon itu dan... karena aku tahu kau
menyukainya juga, jadi yahā¦ mau ikut?ā James bicara dengan gugup, dan intonasi
yang kacau. Aku setengah tertawa melihat sikapnya yang tak biasa ini. Apa sifat
rapi dan teratur andalannya cuma berfungsi di area JāS? Menarik sekali.
āMau ikut tidak?ā James mengulangi pertanyaannya setelah aku
berhenti tertawa.
āTentu, CEO-nim.ā
Aku tersenyum padanya.
Dan pria itu, dengan bantuan angin sepoi-sepoi sialan yang
membuat rambutnya bertiup, ikut tersenyum. Sepertinya alam semesta ini sudah
bersekongkol untuk membuat pria itu semakin enak dilihat. Dia sudah sangat
tampan, dan sangat rapi, dan punya karisma yang memancar dahsyat dan astaga,
tidakkah itu sudah lebih dari cukup? Maksudku, dia sudah memenuhi kriteria
semua orang. Sekarang apa lagi?
āKalau begitu ayo,ā ajaknya.
Rasanya seperti memulai dari awal, seperti memiliki buku
tulis baru, di mana setiap lembarnya masih polos. Dan hari ini, hari senin pukul 5 lewat 39 menit, di bawah matahari sore yang teduh di depan gedung perusahaan
tercintaku ini, aku memutuskan untuk menulis lagi. Lembar pertamaku dengan buku
yang baru pun dimulai.
END
OMG! AKHIRNYA SETELAH 388 HARI FF INI KELAR JUGA *nangis kejer*
Gonna miss these casts tapi hahihuhehoā¦ aku girang bgt bisa nulis kata
āendā sumpah!
Oke aku tahu ini banyak bgt kekurangan di mana-mana, ada porsi couple
yang terlalu dikit, ada yang kebanyakan, ada yang g ngefeel, ada yang terlalu
alay, endingnya kurang nendang dll (tapi percayalah, aku berusaha semaksimal
mungkin buat g pilih kasih, suwer)
Dan yep, aku juga nyadar kl bahasa aku suka aneh, ga jelas, terlalu
kaku ato malah kurang baku, kosakatanya itu lagi-itu lagi diulang-ulang mulu,
alurnya ngebosenin, karakter cast-nya suka kecampur-campur dan apalah-apalahā¦
Tp aku bakalan terus belajar supaya bisa lebih baik (ā¢Ģoā¢Ģ)ąø
Makasih banyak bgt buat yang udah baca, yang komen, teristimewa buat
yang komen pastinya^^ makasih banyak bgt bgt bgt bgttt yaaaaaahhhhhhhhhh kalian
tuh yang bikin aku semangat nyelesainnya walau jujur aja dari part 6 aku udah g
mood sama ff ini..
Kritik dan sarannya aku terima dengan tangan terbuka..
Trus, biasa author sok sibuk mau bikin pengumuman,ā¦. Jadiā¦ karena ada
beberapa hal yang lagi bikin aku stres akhir-akhir ini + ada sesuatu di luar
blog yang harus aku kerjain, aku bakalan hiatus dulu sampai waktu yang belum
ditentukan (sekalian cari ide buat series berikutnya ofc. Sebenernya udah
kepikiran mau bikin apa, aku sempet mau bikin ff dengan tema vampire, banyak
sih kandidat buat main castnya tapi rada g yakin karena aku oon bgt kl
berurusan sama genre fantasy, trus akhir-akhir ini gara2 kebanyakan baca ff
tema school life jadi pengen ikutan bikin school life juga, hehe.. yah intinya
itu cuma rencana, kl keketik ya sukur kalo engga ya gpapa)
Dan Special shoutout buat Winner dan Royal Pirates yang bakalan comeback
bulan ini. Aku kangen Ya Allah, sujud syukur mas mas kece ini akhirnya comeback
*insertheartemoji*
Ya udah, sampai ketemu di ff aku selanjutnya^^
Jangan lupa buka GIGSent terus..
Okeh, babay~
Ceritanya seru, feelnya dapet tapi...
ReplyDeleteKok udah end sih? :(
Ceritanya yujin sama jung ah masih ngegantung
Buat sequelnya dongg
Iya udah end nih, menurut aku udah kepanjangan malah... 11 part tck tck
DeleteSegitu ngegantung ya? hmm tapi aku g kepikiran mau buat sequel kaya apa lagi, semuanya udah bahagia. Yu Jin kan udh di atas 26, jadi aku mikirnya g usah dibikin pacaran.. (percayalah status pacar itu cuma mitos)
Kl km ada ide mau diapain dua couple itu boleh share ke aku, siapa tau bisa dibuat sequel^^ makasih banyak yah masukannya~ :)
Ceritain aj kelanjutan Yu jin James sama Jung Ah Mino. Pengen tahu akhirnya mereka gimana kedepannya. Menurutku sih gitu hehe
DeleteAtau bisa aj bikin cerita pernikahan Yujin dan James yg masih gantung. Trus pendekatan Jung ah sama ibunya Mino jga boleh diceritain
Deletemaaf banget kayanya let love lead ga bisa aku lanjut :(
Deleteaku udah nyoba ngetik tapi g tau, berubah pikiran.. kayanya cukup gini aja deh. Sorry T_T