The Unpredictable Heart Attack 2 of 2
cast:
Kim Jong In <> Kim Hye Ra <> Jung Daehyun
genre:
school life,romance, little bi abusive
o O O O o
Teriknya mentari siang itu tak menyulutkan semangat para anggota
organisasi untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan mereka. Mulai dari menata
kursi, mendekor panggung utama, sampai kembali memeriksa jadwal yang telah
mereka susun. Semua itu mereka lakukan dengan penuh semangat mengingat
perhelatan yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Lebih tepatnya besok. Ya,
besok seluruh kerja keras mereka selama beberapa bulan ini akan disaksikan oleh
beratus-ratus pasang mata.
Tak ketinggalan dengan gadis bernama Hye Ra. Sejak tadi pagi ia
telah disibukan dengan panggung besar yang akan digunakan sebagai tempat tampil
bagi para pengisi acara. Mulai dari melihat bagaimana orang-orang yang bertugas
menata panggung mengerjakan tugas mereka, hingga ikut turun langsung dalam
menata panggung tersebut. Semua itu ia lakukan dengan begitu semangatnya. Hingga
membuat ia tak menyadari bahwa sedari tadi sepasang mata terus memperhatikan
gerak-geriknya.
āHye Ra-ah.ā
Hye Ra menghentikan kegiatannya. Ia putar tubuhnya menghadap sosok
yang baru saja memanggilnya.
āJong In sunbea mencarimu. Ia menunggumu di taman sekolah.ā Ujar
sosok itu. Ia segera pergi meninggalkan Hye Ra yang hanya diam menanggapi
ucapannya.
Hye Ra menghembuskan nafasnya. Wajahnya berubah seratus delapan
puluh derajat dari sebelumnya.
āLebih baik aku tak usah datang.ā Gumamnya singkat dan langsung
kembali mengerjakan kegiatannya yang sempat tertunda.
o O O O o
Hembusan angin yang menerpanya membuat efek tersendiri bagi rambut
kecoklatannya. Tubuh tegapnya semakin menambah kesan maskulin pada sosok
laki-laki itu. Namun dibalik itu semua, hatinya kini tengah dalam keadaan yang
tak baik. Wajahnya yang datar memang berhasil membuat orang lain tak mengetahui
isi hatinya, ingat orang lain, bukan orang-orang terdekatnya. Karena
sesungguhnya ada beberapa orang, maksudnya ketujuh laki-laki tampan yang juga
mendapat gelar sebagai senior terfavorit mengetahui bagaimana sosok orang itu.
āApakah ia tak datang?ā Suara tenang milik laki-laki yang
mengenakan t-shirt abu-abu itu berhasil membuat sosok itu menoleh singkat pada
mereka. Ya mereka, karena tak hanya laki-laki bert-shirt abu-abu itu saja,
tetapi masih ada enam laki-laki lain yang berjalan di belakangnya.
āLalu apa yang mau kau lakukan?ā Tanya sosok laki-laki tetinggi
kedua diantara mereka setelah ia menempatkan tubuhnya di samping lawan
bicaranya.
āApakah kau akan menggunakan cara itu sekarang?ā Tanya laki-laki
yang memiliki raut wajah yang mirip pada sosok itu.
āMungkin.ā
o O O O o
āIkut aku!ā
Sontak Hye Ra menghentikan kegiatannya dan membuang converti yang
tengah dirapihkannya sembarangan. Ia menatap bingung pada sosok yang tengah
menariknya. Namun sedetik kemudian kebingungan itu berubah menjadi keterkejutan
yang teramat dalam yang ia rasakan.
āAaa..ā Rintih Hye Ra. Ia merasakan tangannya seperti tengah
terhimpit benda pemberat hingga membuat tulangnya seakan remuk.
āSu-sun.. bea, lepaskan. ini sakit.ā Rintihnya. Hye Ra mencoba
mencengkram tangan sosok yang menariknya. Mencoba untuk menghentikan genggaman
sosok itu pada pergelangan tangannya. Namun sayangnya sosok itu tak menggubris
rintihannya, ia malah terus menarik tangan Hye Ra dan menggenggamnya dengan
semakin kencang.
Perlu usaha ekstra untuk Hye Ra bisa membebaskan tangannya dari
cengkraman sosok itu. Namun sekuat apapun kekuatan yang ia gunakan, cengkraman
sosok itu tetap tak mampu dilepaskannya. Hingga pada akhirnya sosok itu sendiri
yang melepaskannya, tepat saat mereka telah berada jauh dari kumpulan para
anggota organisasi yang tengah disibukan dengan tugas mereka masing-masing.
Lebih tepatnya kini mereka tengah berada di belakang sekolah yang jarang sekali
dikunjungi oleh para murid.
Hye Ra mengelus pergelangan tangannya yang mulai berwarna
kemerahan. Mencoba menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat cengkraman yang
dilakukan sosok itu.
āKenapa kau tak datang ke taman?ā Tanya sosok itu. Ia tatap Hye Ra
dengan tatapannya yang dingin. Membuat tubuh gadis itu langsung meremang saat
sosok itu kini malah mendekatkan tubuhnya pada tubuh Hye Ra. Mendesak gadis itu
hingga berakhir pada dinginnya dinding sekolah yang menghimpitnya.
āKau tahu. aku telah menunggumu cukup lama. Dan setiap waktuku
yang terbuang itu, kau harus menggantinya dengan sesuatu yang paling berharga
yang kau miliki.ā Ujar sosok itu.
Sontak Hye Ra langsung merasakan sensasi-sensasi aneh saat ia
mendengar penuturan sosok tersebut. Ditambah lagi dengan gerakan tiba-tiba yang
dilakukan sosok itu hingga membuat tubuhnya semakin meremang.
āSu-sunbea. a-apa yang ingin su-sunbea laku... kan?ā
āAku? Aku hanya ingin meminta apa yang sudah menjadi hakku. aku
hanya ingin ini.ā Sosok itu mengangkat tangannya. Membelai rambut panjang Hye
Ra dan berhenti pada bibir tipis gadis itu.
Hye Ra memejamkan tangannya saat tangan dingin sosok itu menjamah
setiap inchi wajahnya. Hendak melawan, tapi ia tak berdaya. Sosok itu telah
terlebih dulu menguasai tubuhnya hingga membuat ia tak mampu bergerak walau
hanya beberapa centi saja.
āEugh... Jo-jong In sun.. bea. A-aku tak-ā
āSsssstttt.... aku tak menerima penolakan. dan karena ini
kesalahanmu jadi kau tak pantas untuk menolak hukumanmu Hye Ra-ah.ā
o O O O o
Design minimalis dengan warna cream yang mendominasi membuat kesan
elegant ketara sekali pada ruangan yang tak terlalu besar itu. Barang-barang
yang tak terlalu banyak semakin menambah kesan mewah untuk ruangan minimalis
itu.
Tok.. tok.. tok.....
Suara ketukan itu berhasil membuat sosok yang berada di dalam
terbangun dari tidurnya. Ah tunggu, apakah itu pantas disebut dengan tidur?
Maksudnya, sosok itu memang tengah terbaring di atas ranjang, matanya juga
terpejam, tapi otaknya bahkan masih dapat mengingat kejadian buruk yang baru
saja menimpinya. Oh ayolah~ dapatkah hal seperti itu disebut dengan tidur?
Sosok itu bangkit dari ranjangnya. Berjalan menghampiri pintu dan
membukakan pintunya. Ia tak memiliki niatan untuk mengetahui siapa sang
pengetuk itu, karena setelah membuka pintu kamarnya ia langsung kembali
berjalan menghampiri ranjang dan merebahkan tubuhnya di atas sana.
āKau kenapa Hye Ra-ah?ā Tanya sang pengetuk yang bingung melihat
kelakuan Hye Ra. Lantas ia berjalan menghampiri ranjang gadis itu. Duduk di tepinya
tanpa berniat untuk mengusik gadis yang tengah memunggunginya.
āKenapa tadi kau langsung pergi? Bukankah kita sudah berjanji
untuk pulang bersama. terlebih Miyoung nampaknya akan pulang larut karena harus
mengurus seluruh administrasi untuk acara besok.ā
Hye Ra masih diam. Ia sama sekali tak mengeluarlan sepatah
katapun. Membuat sosok itu semakin bingung atas kelakuannya.
āMaaf Daehyun-ah.ā Ucap Hye Ra pada akhirnya. Ia membalikan
tubuhnya. Menatap laki-laki yang ternyata juga tengah menatapnya.
āTak apa. Toh yang terpenting kau baik-baik saja. Hhmmm.. oh iya,
ini. Itu foldermu yang tadi tertinggal. Aku sengaja membawakannya karena aku
tahu kalau folder ini adalah barang yang berharga bagimu.ā
āEo makasih. Kau memang teman yang dapat selalu aku andalkan.ā
Balas Hye Ra sembari mengambil alih folder yang berada ditangan laki-laki itu.
o O O O o
Dentuman musik keras mengiringi setiap pergerakan orang-orang yang
berada di tengah ruangan. Ruangan yang tak terlalu besar tak membuat mereka
merasa enggan. Malah setiap kali jumlah orang di sana bertambah, mereka malah
semakin bergerak aktif. Melupakan kepengapan yang akan selalu menyelimuti
ruangan itu setiap malamnya.
Dibalik hingar bingar sekumpulan orang di sana, sosok Jong In
malah tengah diam terduduk disalah satu sofa dengan ditemani oleh beberapa
gadis yang ya~ mengenakan pakaian yang terlalu minim untuk ukuran pakaian pada
umumnya. Mereka -gadis-gadis itu- seakan tengah berlomba untuk memperebutkan
seorang Kim Jong In yang tengah memperhatikan sesuatu di depannya dengan
dingin. Walaupun nyatanya, sosok laki-laki itu sangat enggan untuk berdekatan
dengan gadis-gadis yang yah.. tanpa dijelaskan pun pasti kalian sudah tahu,
seperti apa gadis-gadis yang lebih pantas disebuat wanita itu. Namun karena
ketidak sukaannya bukan berarti ia akan memenangkan egonya sendiri. Karena
nyatanya yang memanggil sosok wanita-wanita itu adalah kedua temannya yang
bahkan tengah asyik dengan wanita pilihan mereka. Membiarkan wanita-wanita yang
tak dipilih menjadi berpaling pada sosok Jong In.
Dan kini harapannya tinggal sosok laki-laki bernama Minseok dan
juga Kibum. Dua laki-laki yang tak kunjung datang itu merupakan sang pengendali
teman-temannya yang bahkan tengah bercumbu didekatnya. Jijik? Tentu saja. Ia
ingin sekali melempari kedua temannya itu dengan gelas-gelas wine yang berada
di atas meja. Tapi ia tak pantas untuk melakukan itu karena dalam kenyataannya,
ia juga memiliki kebiasan yang sama dengan kedua temannya yang lagi-lagi
semakin memperdalam ciuman mereka dengan wanita berpakaian minim itu. Hanya
saja bedanya, ia tak pernah mau bercumbu dengan wanita-wanita penghuni club
malam seperti itu.
āBerhentilah tuan Wu, tuan Choi! Kalian sudah melewati batas.ā Sergah
sosok laki-laki berpipi chubby yang baru saja datang dan langsung menempati
sofa kosong yang tak terjamah oleh wanita-wanita itu.
Laki-laki itu menatap jengah pada kedua temannya. Namun sedetik
kemudian ia menghela nafas pelan dan menggelengkan kepalanya.
āSekarang kalian boleh pergi.ā Tandas sosok laki-laki yang baru
saja sampai dengan mengenakan topi yang menutupi rambut blondenya.
Dengan berat hati wanita-wanita itu beranjak pergi. Dan segera
setelah itu sosok laki-laki bermarga Wu dan Choi itu merapihkan pakaian yang
mereka kenakan, yang agak sedikit berantakan akibat ulah mereka dengan
wanita-wanita tadi.
āLalu sekarang bagaimana dengamu? Ku dengar tadi kau menariknya
pergi.ā Tanya sosok laki-laki bertopi yang telah menempati sofa di samping Jong
In -sosok yang ia ajak bicara-.
Jong In tetap diam. Walaupun sudah sangat jelas sekali kalau
laki-laki tadi tengah bertanya padanya.
āApa yang telah kau lakukan padanya? Tadi aku sempat melihat ia
pergi begitu saja dan meninggalkan folder yang kemarin ia berikan padamu.ā Kini
sosok laki-laki bermarga Choi itu yang bertanya. Dan berhasil. Pertanyaan sosok
itu membuat sosok Jong In bereaksi. Walaupun ia hanya sekedar menunjukan senyum
miringnya, tetapi setidaknya itu lebih baik dibandingkan dengan ia yang terus
saja diam.
āAku-,ā Jong In menggantungkan ucapannya. Sejenak ia perhatikan
raut wajah teman-temannya sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
āMencumbunya.ā Sambung Jong In yang diringi dengan tubuhnya yang
kembali menyender pada sofa.
āBenarkah? Kau benar-benar melakukannya Jong In-ah?ā Tanya tak
percaya Sehun yang kini telah terperanjak dari duduknya.
Jong In mengangguk singkat, sebelum kembali berujar, āKalian tahu,
andai saja gadis itu tak mengeluarkan cairan bening itu, mungkin aku tak akan
berhenti sampai seluruh pakaiannya benar-benar tercabik. Dan tak layak untuk ia
kenakan lagi.ā
Sesaat seluruh mata langsung menatap tak percaya pada Jong In.
Walaupun mereka telah tahu bagaimana perawakan laki-laki itu, tapi ayolah..
saat itu mereka tengah berada di lingkungan sekolah. Dan gadis yang ia maksud
adalah junior mereka yang sangat berbeda jauh dengan junior-junior pengagum
mereka atau wanita-wanita penghibur di club yang sering mereka datangi.
āMa-maksudmu, kau....ā
āYa.. aku menyentuh setiap inchi tubuhnya. Memberikan beberapa
sengatan pada leher jenjangnya, pundak, telinga, dan juga bibirnya.ā Jelas Jong
In dengan wajah yang tetap sama seperti sebelumnya.
āYou're really a jerk Kim Jong In.ā
o O O O o
Sinar terangnya kembali datang menyapa seluruh penghuni bumi.
Memberikan kehangatannya yang sempat lenyap karena rotasi bumi yang
mengharuskan. Dan dengan ditemani kehangatan sang surya, sosok-sosok yang
mengenakan pakaian serba putih itu -ah maksudnya pakaian mereka didominasi oleh
pakaian berwarna putih, bukan karena mereka itu adalah makhluk kasat mata yang
sering mengenakan pakaian serba putih- mulai tersibukan dengan tugas mereka
masing-masing.
Hye Ra, gadis itu baru saja sampai di sekolahnya. Dan tanpa
mendapatkan perintah dari siapa pun, ia segera melenggang menuju tempat utama
pelaksanaan pentas seni itu. Walaupun kini dibenaknya terbesit rasa ketakutan
yang membuncah, tetapi ia merasa bahwa profesionalismenya-lah yang harus ia
utamakan dibandingkan apapun. Walaupun nanti akan ada kejadian buruk yang akan
menimpanya.
Dengan berbalutkan kemeja putih yang dipadukan dengan jeans
panjang, Hye Ra berjalan menuju ke atas panggung. Memastikan setiap detail
penghias agar tak terjadi kesalahan. Dengan ditemani salah satu anggotanya,
gadis itu kembali memeriksa penghias panggung tersebut. Dan hal itu menarik
perhatian seseorang yang tengah berdiri di bawah panggung yang tengah
memperhatikannya dengan beberapa orang lain yang tak lain dan tak bukan
merupakan teman sosok itu.
āKau benar-benar akan melakukan hal itu padanya?ā
āAku tak akan pernah menyianyiakan kesempatan yang diberikan padaku,
Minho-ah.ā
o O O O o
Sekumpulan orang perlahan-lahan mulai bergerak meninggalkan tempat
pelaksanaan pentas seni saat sudah tak terdengar lagi alunan musik yang
mengalun serta mentari yang telah berganti menjadi rembulan. Dilihat dari raut
wajah mereka, sepertinya acara tersebut berjalan dengan sangat baik dan begitu
memuaskan. Tak jarang decak kagum terlontar dari beberapa tamu yang hadir.
Mereka begitu terkesima dengan aksi panggung serta jalannya acara yang diluar
ekspektasi mereka.
Tak hanya datang dari para tamu saja, kekaguman juga datang dari
para anggota organisasi yang merancang acara itu. Mereka merasa puas dan
tentunya bangga atas apa yang telah mereka lakukan untuk menyelenggarakan acara
tahunan sekolah itu. Setelah acara berakhir, Miyoung meminta anggotanya untuk
berkumpul di ruang keorganisasian setelah merapihkan sedikit tempat acara, ya~
setidaknya merapihkan sampah-sampah di sana untuk mengurangi beban pengurus
kebersihan sekolah, tak buruk bukan? Dan kini di sini-lah orang-orang itu
berada. Di ruang keorganisasian dengan wajah-wajah sumringah mereka. Bangga?
Tentu saja. Bagaikan mendapat harta berlimpah, seperti itu-lah gambaran
perasaan senang mereka.
Setelah sedikit berbincang mengenai perasaan mereka, tiba-tiba saja
Miyoung yang tadi sempat izin keluar datang dengan membawa beberapa botol cola.
Ia meletakan botol-botol itu, dan tak lupa mengeluarkan gelas-gelas plastik
yang juga telah ia persiapkan.
āMari kita minum sebagai bentuk pesta atas kesuksesan acara kita.ā
Ujar Miyoung. Ia membuka botol pertama, menuangkannya ke salah satu gelas dan
memberikannya pada anggota organisasinya. Dan hal itu disambut dengan senang
hati oleh seluruh anggota organisasi.
āHye Ra-ah..ā
Hye Ra refleks menoleh, menghentikan perbincangannya dengan
laki-laki bernama Daehyun saat suara seorang gadis terdengar memanggilnya.
āTernyata kau di sini. kau tahu.. sedari tadi aku mencarimu.ā
Sambung gadis itu sembari meletakan tangannya di atas pundak Hye Ra.
āMemangnya ada apa?ā
āTidak. Aku hanya ingin mencarimu saja. Kukira kau kesepian, tapi
ternyata kau telah ada yang menemani.ā Gadis itu menghela nafasnya, seakan
merasa sedih karena sosok yang dicarinya malah tengah bersenang-senang dengan
orang lain.
āTsk.. kau berlebihan Hyejin-ah. Perlu kau tahu, aku dan Daehyun
tadi tengah membicarakanmu. Tapi sayangnya kau datang.ā Ledek Hye Ra. Ia sangat
tahu bagaimana karakter temannya itu, jika ia sudah seperti itu pasti-lah akan
ada yang ingin dibicarakan olehnya.
āMembicarakanku? Kau bercanda? Tak mungkin kau dan Daehyun sunbea
berbicara tentangku. Memangnya aku orang penting diantara kalian. Hhh... aku
bingung denganmu Hye Ra -ah. Daehyun sunbea kan senior kita, tetapi hanya kau
junior satu-satunya yang tak memanggilnya dengan sebutan sunbea. Dan sunbea,
kenapa kau menerimanya begiu saja?ā Tanya Hyejin. Ia memiringkan sedikit
kepalanya. Menatap kedua orang di depannya bergantian.
āAku dan Daehyun sudah berteman sejak kecil. Dan rumah kami hanya
terpisah beberapa rumah saja. Jadi untuk apa aku memanggil orang yang bahkan
sudah kuketahui kejelekannya dengan panggilan sunbea.ā
Hyejin menganggukan kepalanya. Antara mengerti atau hanya sekedar
untuk menghentikan Hye Ra agar tidak bercerita lebih jauh, entahlah. Semua itu
hanya seorang Shin Hyejin yang tahu.
āMmm.. aku permisi ke toilet sebentar. Kalian lanjutkan-lah
perbincangan kalian.ā Daehyun meletakan gelasnya. Kemudian ia beranjak pergi
meninggalkan Hye Ra bersama dengan Hyejin.
o O O O o
Laki-laki itu menatap dingin sesuatu di depannya. Dalam dinginnya
tatapan laki-laki itu tersimpan sebuah rasa yang tak dapat dijelaskan hingga
membuat laki-laki itu mengepalkan tangannya dengan kencang.
āAnd now, what will you do after you saw that Kim Jong In?ā
Jong In, laki-laki itu tetap diam tak bergeming. Ia masih terus
memperhatikan apa yang membuat tangannya terkepal hingga menjadi memerah.
āApakah kau akan diam saja? Membiarkan gadis itu bersama dengan
laki-laki lain?ā Tanya Kibum, laki-laki dengan rambut blondenya.
Jong In masih saja mengatupkan bibirnya. Tak berniat menjawab
pertanyan yang telah terlontar untuknya. Namun tak lama berselang, seringainya
muncul bersamaan dengan kepalan tangannya yang terlepas.
āYou can see now, guys!ā Ujarnya singkat dan berjalan pergi
meninggalkan kumpulan laki-laki tampan yang merupakan bagian dari kelompoknya.
Langkahnya begitu tenang menghampiri sebuah meja yang telah
berpenghuni. Tepatnya bukan meja itu yang menjadi targetnya tetapi penghuni
meja tersebut. Sosok orang yang beberapa saat yang lalu membuat ia bagaikan
terbakar oleh rasa yang ia sendiri tak tahu rasa apa itu.
Dan saat ia telah berdiri tak jauh dari sosok itu, tangannya
langsung terulur meraih lengan sosok itu dan menariknya pergi keluar. Begitu
kencang genggamannya hingga sang pemilik lengan merintih dan berusaha untuk
melepaskan diri. Namun lagi-lagi Jong In tak meresponnya. Sepanjang langkah
besarnya menuju tempat yang entah kemana, ia terus saja diam. Membiarkan sang
pemilik lengan merintih kesakitan tanpa terbesit niatan sedikitpun untuk
setidaknya melonggarkan genggamannya.
Jong In terus melangkah. Membiarkan tangannya tetap menggenggam
lengan sosok itu. Langkahnya semakin ia percepat saat mendekati sebuah ruangan
yang selalu menjadi tempatnya untuk bermain. Dengan tangan kirinya yang
terbebas, Jong In membuka pintu dan kembali membawa dirinya dan juga menarik
sosok itu masuk ke dalam.
Masih dengan tangannya yang mencengkram lengan sosok itu. Jong In
kini menariknya menuju ke tengah ruangan. Membiarkan temaramnya rembulan
menyinari mereka karena Jong In yang tak menghidupkan lampu ruangan tersebut.
Jong In melepaskan genggamannya, membiarkan sosok itu mengelus lengannya yang
sedikit memerah akibat ulahnya.
āApa yang sunbea lakukan?ā Tanya sosok itu. Masih dengan mengelus
lengannya namun matanya menatap tajam pada Jong In.
Bukannya menjawab pertanyaan itu, Jong In malah mengangkat
tangannya mengarahkannya pada rambut panjang sosok itu.
āApapun yang telah mengusikku, pasti akan mendapatkan hukumannya.ā
Bisik Jong In. Ia hembuskan nafasnya pada area leher sosok itu, dan kembali
berkata, āDan kau adalah satu-satunya gadis yang berani membuat isu tentang aku
dan juga dirimu. Jadi kau Kim Hye Ra. Kau juga harus mendapatkan hukuman atas
kelakuanmu itu.ā
Mendengar penuturan Jong In, sontak Hye Ra berangsur memundurkan
tubuhnya. Namun bukan Jong In namanya jika ia membiarkan apa yang sudah menjadi
haknya lepas begitu saja. Dengan tangan kokohnya, laki-laki itu menahan
pergerakan Hye Ra. Ia kalungkan tangannya pada pinggang ramping gadis itu, dan
dengan gerakan cepat bibirnya melumut bibir gadis di depannya.
Hye Ra mencoba untuk mendorong tubuh Jong In menjauh, tapi
sayangnya kekuatan yang ia miliki tak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki
Jong In. Berulang kali ia mengulanginya, tetapi semakin ia berusaha untuk
terlepas dari Jong In semakin gila saja laki-laki itu mencumbu bibirnya. Bahkan
ia tak memberikan kesempatan kepada Hye Ra untuk menikmati oksigen yang
memenuhi ruangan itu.
Dan kini disaat paru-parunya benar-benar kosong oleh kandungan
oksigen, Hye Ra hanya dapat pasrah atas apa yang akan terjadi pada dirinya.
Akankah ia mati konyol karena kehabisan nafas saat berciuman, ataukah ia akan
tetap hidup dengan kondisi paru-paru yang mengenaskan. Dan disaat semua
kepasrahannya tengah mengarah kepada kematian, sosok itu -Jong In-
berangsur-angsur menjauhkan bibirnya dari bibir Hye Ra. Dan disaat sudah tak
ada kontak lagi yang terjadi pada bibir mereka, Hye Ra dengan cepat
memanfaatkan kesempatan itu untuk menghirup sebanyak-banyaknya udara
disekitarnya, mengisi paru-parunya yang mulai mengecil akibat kekurangan udara.
Tak jauh berbeda dengan Hye Ra, Jong In juga terlihat tengah
memburu nafasnya. Wajahnya juga ikut memerah seiringan dengan lamanya durasi ia
mencumbu bibir gadis yang masih dengan setianya berada di dalam rangkulannya
itu.
Ketika ia merasa bahwa kini paru-parunya telah kembali kekeadaan
yang lebih baik, sesuatu terjadi yang membuat ia sulit untuk menelan salivanya.
Tangan dingin laki-laki itu mulai bergerak menyentuh punggungnya. Memberikan
sensasi menegangkan kepada dirinya. Dan disaat ia tengah mencoba untuk membuat
benteng pertahanan, gerakan singkat laki-laki itu berhasil menghancurkannya.
Dengan sangat cepat dan singkat, laki-laki itu melepaskan dua
kancing teratas kemejanya dan mulai memberikan sengatan pada pundak serta
lehernya. Ia mendesah begitu merasakan sesuatu yang memabukan dan memberikan
efek ketagihan serta membuatnya merasa takut dalam waktu yang bersamaan
menyerang daerah sensitifnya.
Dan tak kalah mengagetkannya lagi, Jong In mendorong tubuh gadis
itu hingga tertempel pada dinding ruangan yang dingin. Membuat gadis pemilik
tubuh terkejut dan tak dapat lagi menutupi ketakutannya. Bersamaan dengan itu,
genangan air meluncur begitu saja dari kedua matanya. Membuat isakan kecil
muncul dan menjadi backsound atas apa yang tengah dilakukan Jong In padanya.
Mendengar isakan itu tak membuat Jong In menghentikan kegiatannya.
Ia bagaikan telah kebal atas tangisan Hye Ra. Dan nampaknya tangisan gadis itu
sudah tak mempan lagi untuk membuat Jong In menghentikan aksinya seperti
beberapa hari yang lalu. Dan dengan sisa-sisa tenaganya, Hye Ra mencoba untuk
mendorong tubuh Jong In. Menolak setiap sentuhan yang diberikan laki-laki itu
padanya. Tapi sayangnya penolakan yang ia lakukan malah membuat Jong In murka.
Ia menjauhkan kepalanya dari pundak gadis itu. Menatap tajam
dengan penuh amarah, dan dalam satu hentakan ia melepas seluruh kancing yang
masih mengait dengan sempurna pada kemeja putih yang dikenakan Hye Ra. Secepat
ia melepaskan kancing-kancing itu, secepat itu pula ia kembali melanjutkan
aksinya. Memberikan ciuman pada pundak gadis itu dan juga menggigitnya guna memberikan
tanda kepemilikian yang bertahan lama di sana.
Hye Ra merintih begitu saja saat laki-laki itu dengan kasarnya
membuat tanda kemerahan pada pundaknya. Bersamaan dengan itu, pintu ruangan
yang tadinya tertutup rapat kini terbuka dengan suara bantingan yang menggema
keseluruh penjuru ruangan itu. Dan sosok yang baru saja muncul, dengan seribu
langkah yang ia miliki segera berjalan menghampiri Jong In dan melayangkan pukulannya
pada tubuh laki-laki itu. Membuat Jong In terhempas dan secara otomatis
melepaskan rangkulannya hingga membuat Hye Ra langsung terjatuh -karena sejak
tadi Jong In-lah yang menopang tubuh gadis itu-.
Dengan amarah yang menggebu, sosok itu terus melayangkan
pukulannya pada Jong In. Dan ia mengakhirinya saat melihat ketidak berdayaan
Jong In. Merasa puas walaupun sebenarnya hatinya masih ingin terus memukul
laki-laki itu, kini sosok itu beralih pada Hye Ra yang masih terlihat tak berdaya
dipinggir ruangan. Segera ia melepaskan jaketnya dan ia kenakan pada tubuh Hye
Ra yang hanya berbalutkan kemeja putih dengan kancing yang sudah tak menutupi
tubuhnya.
āD-Dae.. hyun-ah..ā Ujar Hye Ra pelan, sepelan hembusan angin yang
berhembus.
āTenanglah. Kau aman sekarang.ā Balas sosok bernama Daehyun itu
sembari membantu Hye Ra untuk berdiri. Dan bersamaan dengan itu, suara hentakan
kaki menyeruak ke dalam ruangan. Tak lama kemudian, beberapa laki-laki tampan
muncul dan segera menghampiri Jong In yang tergeletak tak berdaya di atas
lantai.
āJong In-ah!!!ā
āAjari teman kalian bagaimana cara memperlakukan seorang wanita! Dan ingtkan dia kalau tak selamanya hukuman harus berakhir kepada hal menjijikan
yang baru saja ia lakukan!!ā Tegas Daehyun masih dengan wajahnya yang mengeras
menahan amarah atas perlakuan Jong In pada Hye Ra. Dengan memapah Hye Ra, ia
kembali berjalan meninggalkan tempat itu. Namun sebelum ia benar-benar
menghilang dari sana, ia kembali menghentikan langkahnya. Membalikan tubuhnya, menatap
Jong In dan juga kumpulaan laki-laki tadi yang tengah membantu Jong In untuk
bangkit berdiri.
āSeharusnya hukuman menjijikanmu itu tak kau berikan kepada Hye
Ra. Karena sebenarnya yang menyebarkan isu itu adalah teman-temanmu sendiri. Xi
Luhan, Choi Minho, dan juga Kris Wu!!" Ujar Daehyun singkat dan kemudian
ia kembali berjalan meninggalkan tempat itu.
T . H . E E . N . D
Selamat malam teman-teman semua!!!
Di malam yang, enggak tau, apakah cerah? Mendung? Atau cerah-mendung? Aku datang untuk membawa bagian terakhir dari TUHA yang ternyata udah ditinggalkan sejak bulan Juli lalu. Wah. Maaf.. aku kira bagian pertamanya tuh ya sekitra bulan Agustus, makanya aku pending buat publish part terakhirnya. Eh ternyata ckck.. *maafkan kelalaian saya*
Oke.. gimana? Sesuai ekspektasi kalian??? Ya.. kalau enggak. Maafin lagi dan mohon maklum, karena jujur cerita ini tuh udah jadi sekitar tiga sampe empat tahun yang lalu. Ya intinya pas aku masih sma dan masih produktif-produktifnya nulis. Jadi kalau ada kekurangannya *pasti banyak ini mah* aku mohon maaf yang sedalam-dalamnya.
Terlepas dari semua itu, semoga TUHA ini bisa membekas dihati kalian ya guysss..
Oke sebelum aku mengakhir cuap-cuap kali ini, aku mau ngucapin WELCOME BACK B.A.P!!!! Seneng bisa liat kalian lagi. WWWOOOHHHH.. dan berhubung di cerita ini ada Daehyun-nya, jadi ya anggep aja cerita ini sebagai karya untuk menyambut kembalinya B.A.P ke ranah hiburan Korea!
Oh iya, cuma mau rekomendasi aja sih. Ya.. mumpung lagi super seneng banget. Jadi aku mau rekomendasiin lagunya B.A.P. Hem.. jujur, sebenernya aku suka semua lagunya. Tapi menurut aku, yang harus aku rekomendasiin pertama kali ada title tracknya, YOUNG, WILD & FREE. Lagunya tuh kayak curhatan para member atas kejadian masa lalu mereka. Tapi di luar itu, lagu ini juga bisa ngegambarin anak muda kayak kita. Muda, buas, dan bebas.. ya intinya kayak bisa nyemangatin kalian kalau lagi merasa susah atau galau karena suatu masalah, soalnya ini tuh ngena dan cocok banget deh!
Terus yang kedua, buat kalian yang mau romantis-romantisan silahkan dengerin TAKE YOU THERE! Wooh.. itu tuh super manis banget. Aku aja sampe meleleh dengerinnya *wah lebay*. Tapi emang bener, rasanya berbunga-bunga pas dengerin lagu ini. Liriknya ngena banget buat yang lagi pacaran ataupun yang masih sendiri.
I'M TAKE YOU THERE
TAKE YOU THERE
JUST STAY WITH ME LIKE THIS
Itu tuh salah satu baitnya. Kalau kalian kepo, silahkan download dan buktikan sendiri sebarapa sweetnya itu lagu!
Oke.. karena ini udah panjang bangeeetttttt. Dan karena akunya juga masih terpesona sama abang-abang B.A.P, apalagi Zelo. Woohhh my bro yang satu itu bener-bener berubah banget. Hampir 2 tahun gak ketemu, sekarang udah dewasa aja *geleng-geleng kepala*. Aku mau pamit ya...
Semoga kalian puas. Dan selamat hari kamis. Tersenyumlah untuk hari jumat-nya.. sebentar lagi weekend guysss.
See you babay.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment