JOURNEY OF LOVE THE SERIES: There is A Will There Is A Way - Chapter 5



Dari hari ke hari senyum bahagia tak kunjung pupus dari wajahnya, pria itu bertingkah seperti sedang merasa senang. Layaknya orang kasmaran, kemanapun ia pergi ia terus tersenyum dan kelihatan sangat amat gembira. Bahkan adiknya saja hampir menganggapnya gila karena sering tertawa sendiri. Wei An, gadis itu merasa ada yang aneh pada diri kakaknya, apapun yang sedang pria itu lakukan pasti selalu diiringi dengan senyum sumringah bahkan saat mulai mengerjakan tugas essai-nya, ia masih bisa tersenyum, padahal semua tahu semalas apa Zhang Yixing itu.




Dan kali ini tak cuma tersenyum saja, ia bahkan terkikik pelan ketika membaca pesan di ponselnya. Selama beberapa waktu yang lalu hingga detik ini, ia masih berkirim pesan dengan seseorang yang menjadi alasan atas kegilaannya belakangan ini.



Sebuah buku tebal serta buku tugas masih terbuka seakan jengah karena ditinggalkan oleh tuannya begitu saja. meski tugasnya hampir selesai, tapi harusnya ia mengutamakan tugasnya daripada terkikik tidak jelas seperti itu.




Kejadian yang sama dari hari ke hari membuat Shen Ruo mau tak mau menelan kekecewaan, Yixing-nya kini sibuk dengan gadis lain. meski masih dugaan, tapi ia sudah merancang beribu cara agar dugaannya tak menjadi kenyataan. Yixing menyukai Hara, ia tak akan membiarkan hal itu terjadi. tidak! Yixing adalah miliknya. Walau nyatanya sekeras apapun ia berusaha untuk menghalangi, tetap tak akan berhasil karena dugaan yang mengganggu tidurnya selama beberapa malam, lambat laun menjadi sesuatu yang konkrit. Perasaan itu menyelinap ke dalam hati Yixing tanpa pria itu ketahui kapan tepatnya. Yang ia tahu hatinya semakin bergairah setiap harinya karena gadis kutub bernama Lee Hara.




“ Yixing…” panggil Shen Ruo yang sudah berada di depan pria yang masih menyengir lebar menatapi layar ponselnya. “ Euhm?” tanpa memalingkan wajahnya sejenak, Yixing tetap fokus pada layar ponselnya dan membiarkan gadis di depannya mengumpat kesal.




“ Cihh…benar-benar seperti orang gila.” Gerutu gadis itu lagi, kali ini kakinya terus ia hentak-hentakkan.




“ Apa kau bilang?”



“ Ah tidak, apa aku boleh meminjam laptopmu?” tanya Shen Ruo.



“ Ah…ya sudah pakai saja.” jawab Yixing santai.




Gadis itu mengayunkan langkahnya cepat, ia segera memasuki kamar Yixing yang memang tak dikunci. Dengan cepat gadis itu menghidupkan perangkat elektronik di depannya, apalagi kalau bukan laptop milik Yixing.





Matanya mengedar pada layar laptop di depan matanya, senyumnya mengembang begitu dokumen yang ia inginkan telah ia temukan. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera menekan tombol delete dan menghapus secara permanen data itu, tugas semester Hara dan Yixing.




“ Lihat apa yang bisa kalian lakukan.” ucapnya sambil menatap sinis layar laptop di depannya. Jika setelah ini Yixing akan mengomelinya ia tak akan peduli karena ia tahu batas kesabaran pria itu, semarah apapun pria itu padanya ia mengenal benar jika Zhang yixing tak akan sanggup melihatnya menangis.



*****






“ Sie Sie? Begitukah?” ucap Hara mengulangi sebuah kata baru yang diajarkan Cheonsa, biasa saat waktu istirahat tiba ia dan teman-temannya akan berkumpul dan seperti beberapa hari yang lalu, hari ini Hara meminta panduan dari Cheonsa lagi.






Gadis berbaju lengan panjang dengan corak garis-garis itu hanya menepuk jidat setelah empat kali Hara gagal mengucapkan kalimat sederhana yang ia ajarkan. Aigooo…kemana perginya Lee Hara yang pintar itu?. 




“ Bukan begitu bodoh! Dengarkan baik-baik! kau harus mengucapkannya seperti ini! Xie Xie.” Titah Cheonsa yang kali ini sudah gemas, jika gagal lagi ia bersumpah akan mencubit pipi Lee Hara sampai bengkak.




Sementara Hara masih sibuk mencoba kalimat yang cukup membuat lidahnya keseleo. “ Xie…Xie..begitu?” ia memandang kembali Cheonsa kemudian beralih pada Tao.




“ Cukup baguslah daripada yang tadi.” Cheonsa menyesap iced tea-nya, sedangkan Hara kembali mengulang-ngulang kalimat barunya. Ia terlihat seperti anak TK yang baru bisa membaca, begitu rajin dan bersemangat.




Ya..memang belakangan ini ia kekeh untuk diajari bahasa cina, setiap waktu istirahat ia memaksa Tao untuk memberinya pelajaran sedikit, tapi jika pria itu tak mau, Ia akan beralih pada Cheonsa yang mesti ia akui bisa berbahasa cina walau tidak begitu lancar.




“ Hmm..ngomong-ngomong bagaimana dengan Zhang Yixing?”



“ Maksudmu? Perkembangannya?” ulang Hara yang akhirnya kembali menyibukkan diri mengucapkan ungkapan terimakasih dalam bahasa cina.




“ Ya..maksudku begitu.” Sora masih menatap Hara dengan penuh harap, sama seperti yang lain. nampaknya mereka menunggu-nunggu kabar seputar Yixing, ah…lebih tepatnya kabar seputar hubungan Yixing dan Hara tentunya.




“ Lumayan…ada kemajuan walau tidak signifikan. Tapi itu sudah sangat baik, mungkin jika dia merelakan waktu akhir pekannya untuk terus belajar. Ku pikir kemajuannya akan sangat pesat.” Jawab Hara tanpa beban.



“ Kau gila? Memang siapa yang rela waktu liburnya habis hanya untuk belajar?” sungut Nayoung.




“ Mungkin saja dia.” Balas Hara santai dan sedikit menyebalkan. Walau jarang, tapi bukan berarti seorang Lee Hara tidak bisa bersikap menyebalkan. Bahkan jika tingkah konyolnya sudah keluar, ia akan terlihat sangat menjengkelkan.




****





Hara mencuri pandang pada orang di sebelahnya, dari tadi pria itu tak mau menyebutkan nilai tes-nya padahal ia sudah menyebutkan nilainya. Tidak adil. Bahkan sepanjang koridor hingga mereka sampai di taman sekolah, pria itu tetap tak mau memberitahu nilainya.




“ Yang jelas nilaimu masih lebih baik dari nilaiku.” Ujar pria itu.




Apapun yang dikatakan pria itu tak akan mengubah suasana hatinya, ia tetap tak bisa bersikap tak terjadi apa-apa. jujur….ia ingin tahu berapa nilai pria itu. seberat itukah menyebutkan nilainya?.




“ Hah…tak terasa sebentar lagi ujian semester. Huft…aku jadi takut.” Ucap pria itu lagi. Kini ia menolehkan kepalanya pada gadis yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Selalu saja, jika sudah bersama ponselnya gadis itu akan lupa dengan orang-orang sekitarnya.




Ide licik pun melintas di kepalanya, dengan gerakan cepat ponsel yang dari tadi digenggam oleh Hara sudah berpindah tangan padanya. Ia tersenyum menang membalas tatapan membunuh yang dipancarkan gadis itu. ia menjauhkan ponsel itu sejauh-jauhnya, agar gadis itu tak bisa mengambilnya.





“ Kembalikan ponselku! Kau kan punya ponsel sendiri!” umpat Hara yang masih berusaha untuk merampas barang miliknya itu. namun pria itu, Yixing, jauh lebih pintar. Pria itu memagari benda itu dengan tubuhnya, sementara matanya masih menyelidiki konten apa yang ada di dalam ponsel Hara. Pria itu tersenyum konyol ketika mendapati situs internet yang memang masih dibuka, situs itu merupakan situs yang biasa Hara kunjungi untuk mencari berita tentang idol grup kesayangannya.




Tangannya masih lincah men-scroll layar ponsel Hara. “ Aigoo..bahkan aku lebih tampan darinya.” Decaknya ketika mendapati wajah Taemin sebagai gambar sebuah artikel.




“ Cih…apanya? Tentu lebih tampan Taemin seribu kali lipat. Dia itu tampan, imut, bisa bernyanyi, pandai menari, apalagi ya? Hmmm…banyaklah kelebihannya! Dan kau! tidak ada apa-apanya!” sahut Hara.





“ Oh begitu ya…tapi apakah Taemin-mu itu hafal isi undang-undang yang mengatur hak asasi manusia internasional? Kurasa tidak!” balas Yixing tak mau kalah.




“ Cihh…kau juga baru mengetahuinya beberapa waktu ini.” decak Hara.




*****






Hara POV





Tidak peduli betapa lelahnya aku, ia tetap memaksaku ke rumahnya. yah…memang mudah saja untuk melancarkan rencana penculikan ini. ia punya berbagai alasan, ia juga mempunyai mobil yang siap membawanya kemana saja. jadi tak perlu diragukan lagi kenapa sekarang aku bisa berada di rumahnya.




Aku merasa seperti gadis terkutuk yang senang bermain di rumah seorang pria, aku baru mengenalnya sebulan lebih, tapi aku sudah sangat sering datang ke rumahnya. entah akan dibilang apa, jika teman-temanku tahu tentang hal ini. seorang Lee Hara yang sangat alergi dengan pria cina bernama Zhang Yixing kini terlihat seperti jamur yang terus menempeli pria itu.





Sebenarnya tak seburuk itu juga, toh yang ku lakukan bukan hal laknat yang dilarang agama. Memang memberi panduan bagi orang lain merupakan sebuah dosa? Ayolah…yang kulakukan hanya membantu pria itu mencapai prestasi akademis yang memuaskan itu saja.





BRAAKKK





“ Apa ini? jadi kau membuang waktumu hanya untuk menorehkan noda di wajahku?”




Tuan Zhang, ayah Yixing, terlihat sangat murka. Sebelumnya ia melemparkan gulungan kertas ke atas meja, tempatku dan anaknya mengerjakan tugas. Matanya yang tajam menatap pria di sebelahku dengan emosi. Seperti biasa, aku tak akan mengerti jika ada keributan antara ayah dan anak ini. aku menyesal karena tak mendalami bahasa cina saat sma dulu.




Yixing memungut gulungan kertas yang sudah tak berbentuk itu, ia tersenyum miring setelah membuka kertas itu. aku cukup terperangah saat mengetahui kertas apa itu, kertas itu tak lain adalah catatan prestasi Yixing selama beberapa bulan lalu.





“ Jangan hanya bisa bersenang-senang! Urusi saja pendidikanmu dan untuk anak sial itu, kau tidak perlu memikirkannya.”




“ Bagaimana bisa aku bersekolah dengan baik, jika adikku sendiri mengalami banyak kesulitan? Aku tak bisa membiarkan Wei An dalam masalah.” Yixing mengangkat raganya, ia menyamakan posisinya dengan sang ayah. Menatap ayahnya seperti menabuh genderang perang.




“ Kalau bukan aku yang menjaganya lalu siapa lagi? Ibu? Sayangnya ibu sudah damai di sisi tuhan, lalu apa ayah akan melakukannya? Tidak…aku dan Wei An tidak memiliki ayah.”





PLAKKK





Hatiku mencelos saat tamparan keras itu mendarat mulus di pipi Yixing. Pria itu sama sekali tak melakukan perlawanan atau pemberontakan, Ia justru kelihatan puas. Dia hanya sedikit meringis kemudian kembali menatap sang ayah yang sudah kehabisan rasa sabar.





“ Terimakasih karena sudah menamparku. Aku akan belajar dengan baik.”






Bolehkah aku bilang Zhang Yixing itu gila? Meski dari awal hingga ucapannya barusan tak ada satupun yang bisa ku mengerti, tapi mataku tak buta. Aku bisa melihat betapa berandalnya bocah itu, ia terlihat seperti tak memiliki rasa takut atau tunduk pada ayahnya.  Ia bahkan menyeringai senang setelah mendapat tamparan.




Entah karena sudah terlalu kesal atau memang sudah sangat muak dengan putranya, tuan Zhang pergi keluar rumah. Suara debuman pintu tak pelak menjadi suara memekikkan yang wajib ku dengar. Sebenarnya prahara macam apa yang membelenggu mereka semua? Kenapa hubungan anak dan ayah ini tak senormal orang-orang kebanyakan?.




“ Gege..”




Dari kejauhan Wei An berlari, gadis kecil itu langsung berhambur ke dalam pelukan kakak tercintanya itu. ia terisak pelan sambil terus menggumamkan nama Yixing.





“ Wei An..sejak kapan kau ada di sini?”




Yixing menatap baik-baik adik manisnya yang terlihat begitu sedih. “ Tadi saat aku ingin mengambil minum di dapur, aku melihat ayah menampar pipimu. Memangnya gege salah apa?” pria itu kembali tersenyum, tatapanya yang teduh menenangkan jiwa Wei An yang resah. Sementara tangan kecil Wei An terus menelusuri pipinya.





“ Biasa…aku mendapat nilai buruk.” Wei An terkekeh ketika melihat kakaknya menunjukkan lembaran berisi nilai hancurnya. Gadis kecil itu tak lagi mengkerut, sekarang ia terlihat lebih bernyawa.




“ Kau pasti bisa ge, kau hanya sedang kurang beruntung saja.”




“ Iya aku tahu. Aku ini kan pria jenius mana mungkin tidak bisa mendapat nilai sempurna.”




“ Ya sudah..kau kembali ke kamarmu sana. Aku ingin mengerjakan tugasku lagi.”




Dengan cepat gadis itu mengangguk, menuruti perintah yang dikatakan Yixing. Iapun langsung berlarian ke arah tangga untuk mencapai kamarnya yang berada di lantai dua.





Mata ku kembali tergoda dengan sosok Yixing yang telah bersantai di atas sofa, pria itu menghempas tubuhnya begitu saja. ia kelihatan benar-benar tak ingin dipusingkan dengan kejadian tadi. Lihat saja apa yang ia lakukan sekarang, ia malah memejamkan matanya sambil memeluk bantal kecil yang ada di atas sofa.




“ Kadang untuk melindungi satu hati, kau harus merelakan hatimu babak belur. Ah tidak! mungkin kau juga harus merelakan pencitraan diri di kalangan sosial atau bisa jadi pipimu.” Ucapnya masih dengan mata terpejam. Rupanya ia tahu kalau aku tengah memperhatikannya. Tapi apa maksud ucapannya? Jadi dia menyuruhku untuk berkelahi agar wajahku babak belur? Eittss…tunggu tadi bukankah ia bilang untuk melindungi satu hati? Pencitraan diri? Pipi? Hati yang babak belur. Hahh…sepertinya aku mengerti kemana arah pembicaraannya.





Ku elus tengkuk belakangku untuk sekedar meredakan rasa takjub atau mungkin tidak percaya? Yah…bagaimana bisa aku menerima kenyataan ini? kenyataan bahwa ia melakukan semua ini untuk adiknya.





Namun aku selalu bilang jika ayah juga seperti itu padaku





Jadi ini maksud dari ucapannya itu? jadi…yang ia maksud dengan melindungi satu hati adalah merelakan dirinya dipandang rendah dan terus mendapat cacian? Begitu? Jadi ia sengaja melakukan banyak keonaran untuk memperjelas status anak kurang ajar di depan adiknya? Jadi untuk menutup luka hati Wei An ia memilih ditampar ayahnya? Sumpah demi orang tersinting dari yang paling sinting! Baru kali ini aku menemukan orang baik tapi tolol seperti dia.





“ Tidak usah terpesona begitu! Aku tahu apa yang ku lakukan ini sangat mulia, tapi jangan biarkan mulutmu menganga selebar itu nona Lee!” cihh…sepertinya setelah mendapat tamparan dari ayahnya, otaknya sedikit bergeser. Lihat saja bagaimana tingkah konyol saat ini, ia memandangku dengan pandangan mengerling. Aigoo…apa selain tolol pria ini juga sakit jiwa?.




*****





At Cafetaria




Seperti anjing pelacak yang biasa digunakan untuk menjaga keamanan di bandara, teman-temanku masih menatapku dengan tatapan tak biasa. Aku tak bermaksud menyamakan mereka dengan hewan berpenciuman hebat itu, tapi mereka hanya sedang terlihat seperti binatang itu saat ini.




Padahal dari tadi aku tak melakukan sesuatu yang mencurigakan dan kurasa aku juga tak memperlihatkan ekspresi aneh. Tapi entah mereka memang punya kekuatan membaca pikiran atau memang sok tau, mereka terus menanyaiku macam-macam. Dan tak perlu ku sebutkan lagi pertanyaan macam apa yang mereka berikan padaku.




“ Eiii….tidak mungkinkan kau belajar bahasa cina jika tanpa tujuan. Ayolah..semua tahu bagaimana dirimu! Seorang Lee Hara bukan makhluk yang bersedia membuang waktunya untuk hal-hal yang tak memberinya keuntungan!”




Aku kembali menyeruput minumanku dengan tenang. Yah…walau agak kesal juga dengan pemaparan Ji Eun, tapi aku harus tetap tenang. Gegabah sedikit saja, mereka akan menyerangku tanpa ampun. Jika sudah begitu tak akan ada cara lain selain menjawab.




“ Kau sedang tidak berencana untuk bergabung dengan mafia cina kan?” tebak Sora serius. Semua mata langsung mengarah padanya, lebih tepatnya mengejek gadis itu atas ucapan bodohnya. Hah…apa dia tidak bisa mengeluarkan pertanyaan yang lebih masuk akal lagi?.



“ Aku mencium ada bau mawar di balik ini semua!” ujar Cheonsa yang memajukan tubuhnya, membuat tatapannya jelas menghakimiku.



Bukannya aku bodoh, namun saat melihat yang lain membaui baju masing-masing, aku langsung membaui bajuku juga. Ah…bajuku tidak bau mawar, jelas cuma parfum menyegarkan yang biasa kupakai.





Pandanganku kembali mengarah pada gadis di depan yang sedang memasang wajah santai dan sedikit menjengkelkan. Kenapa ekspresi wajahnya seperti mengejek begitu?.



“ Kau bicara apa saudari Jung Cheonsa? Apa kemarin kau habis dari pemakaman? Kenapa tiba-tiba membicarakan mawar?” cecar Ji Eun yang kesal, mungkin kesal karena setelah lama membaui tubuhnya ia sama sekali tak mencium aroma bunga mawar.




Cheonsa mendecak pelan, seperti biasa gadis itu menyedekapkan tangannya di depan dada. Kini posisi duduknya sudah tak setegak tadi, ia cenderung menyandar. Dia kelihatan seperti presiden direktur yang sedang berbicara dengan bawahannya.




Dia menghela nafas sambil menggelangkan kepalanya. “ Begini ya…maksudku.. apa semua ini berhubungan dengan Yixing?”




Aku cukup tersentak mendengar ucapannya. Ia tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya dengan tempo beraturan, matanya yang masih menatapku seolah sedang mengejekku. Matanya seakan bicara ‘ kau kena Lee Hara ‘.




“ Hmm..bisa jadi. Tapi…kenapa tadi kau bilang mencium bau mawar? Memangnya aroma Yixing khas bau mawar?”




Abaikan Gyuri, kalau membahas masalah mawar pasti tak akan ada habisnya. Aku tahu pasti Cheonsa menggunakan perumpaman yang ia buat sendiri, ia mengumpamakan niatku dengan bau mawar. Dan niatku memang punya hubungan yang cukup berkesinambungan dengan Yixing.





Gadis itu kembali menatapku sambil menggerakkan kepalanya, “ Jangan bilang kau menyukainya Lee Hara?” pandangannya kian tajam, setajam pisau yang sedang menelanjangiku. Aku benar-benar terpojok sekarang, terlebih tak ada yang berdiri di pihakku sekarang. mereka semua seperti bersatu membentuk skuad untuk mengepungku.




“ I think so Miss Jung! We just have to wait till that explosion come!” seringai Nayoung.




Dua bocah, maksudku Cheonsa dan Nayoung saling melemparkan senyum licik. Yah…sesama orang licik memang mengerti, mereka sudah saling paham dengan isi otak masing-masing. Jadi mereka kira ada sesuatu antara aku dan Yixing. Hei…mereka ternyata gila!.





*****






Tanganku berasa gatal, rasanya ingin segera ku tancapkan kuku-kuku tajam ini ke wajah gadis menyebalkan yang masih bisa memasang wajah setenang itu. it’s little bit exhausted!!. Haruskah ku teriakkan kembali apa kesalahannya? Haruskah ku tulis besar-besar di dinding hal laknat macam apa yang telah ia lakukan.




Seperti biasa setelah jam kuliah selesai aku dan Yixing langsung berangkat ke rumahnya. Aku dan dia langsung menyiapkan segala bahan serta makalah yang telah kami pinjam dari perpustakaan sebelum pulang. Ia keluar dari kamarnya sambil membawa laptop miliknya, yah…kami memang menggunakan benda itu mengerjakan tugas akhir semester.




Kami masih berbincang santai, namun tak lama suasana sedikit menegang saat file yang harusnya berada di layar desktop sirna tak kelihatan. Awalnya aku masih optimis jika file berharga itu masih ada, tapi setelah lama mencari hingga kami menelusuri semua program, file itu benar-benar tak ditemukan. Pikiranku langsung kacau, hawa panas yang mulai merangkak naik ke kepala. Sungguh…jika ada yang bisa kuhancurkan, ku hancurkan sekarang juga.




Aku menatapnya yang masih berusaha menemukan file itu, ia kelihatan sama frustasinya denganku. Sebenarnya aku ingin mencerca atau kalau bisa memaki dengan kalimat buruk, tapi dalam konteks ini bukan cuma aku yang kesal, ia juga.



“ Benar-benar tak ada!” umpatnya sambil mengacak rambutnya.





“ Apa kau memindahkannya?” tanyaku. “ Tidak…ini pun aku baru membuka laptop. Terakhir aku menggunakannya saat kita mengerjakannya beberapa hari yang lalu.”




Aku mendesah pasrah, tak ada lagi yang bisa kulakukan selain membuat diriku tenang. Mengumpat atau mengeluarkan semua kekesalan sama sekali tak berguna, tak akan bisa merubah apapun. Tak akan bisa membuat file itu kembali.




“ Kau lupa ya, dua hari yang lalu aku meminjam laptopmu.” Pandanganku langsung beralih pada pemilik suara tenang yang baru saja berkicau. Shen Ruo, gadis itu sedang berdiri bersandar pada dinding. Dia kelihatan sangat tenang, tapi tatapannya sungguh menyebalkan.




“ Apa maksudmu?”




Yixing menatap gadis itu dengan tegas. Aku tak cukup mengerti dengan apa yang terjadi, tunggu! Bukankah ia bilang ia meminjam laptop Yixing? Ya tuhan..jangan bilang dia yang menghapus file itu.




“ Kau pasti tahu maksudku. Aku menghapus file berjudul tugas akhir semester kalian.” 





Gadis itu berjalan santai menghampiri Yixing. Sesekali ia tersenyum ringan pada pria yang telah bersahabat dengannya sejak kecil. Sahabat macam apa yang tega menghancurkan sahabatnya sendiri.





“ Aku minta maaf Yixing. Jangan marah padaku yah?”




Ia merajuk dengan berlagak sok manis dan mengiba. Yixing pun tak luluh begitu saja, ia langsung menghempaskan tangan Shen Ruo yang sempat menggelayuti lengannya. Tapi…tidak  seperti yang ku kira, Yixing malah menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.





“ Sekarang pergilah, aku sedang tak ingin melihatmu.” Ujarnya pelan dan terdengar sangat pasrah.




Seperti orang bodoh aku mengharapkan dukungannya untuk menghabisi gadis ini, Yixing justru terlihat lemah ia lebih memilih untuk diam dan hanya mengusir gadis itu secara baik-baik. apa dalam hal ini, hanya aku yang kesal? Apa hanya aku yang merasa disabotase? Apa sekarang aku hanya seorang diri yang sedang mempertahankan hakku?.





“ KAU!! AKU TAK TAHU SETAN MACAM APA DIRIMU!” aku menatap gadis itu dengan tajam. Berbanding terbalik dengannya yang malah menanggapiku dengan santai.





“ Perempuan sepertimu benar-benar mengerikan! Kau tahu? Kau sangat brengsek! Kenapa kau melakukan hal ini, HAHH? Apa salahku?!!” ia hanya tersenyum miring sambil bersedekap, sepertinya ia sedang menertawai perangaiku yang kelihatan seperti orang yang perlu dikasihani.





Ku langkahkan kakiku ke arahnya, hingga posisi aku dan gadis laknat itu sangat dekat. Sekarang aku bisa melihat jelas orang seperti apa dirinya.




“ Kau benar-benar keji! Apa selama ini kau ada masalah denganku? Kalau iya, harusnya kau temui aku bukan malah melakukan hal seperti ini!! apa ini yang orang tuamu ajarkan! Haah!! Kau diajarkan untuk menjadi orang licik tak tahu diri yang brengsek?”




PLAAKK






Tubuhku kaku, untuk sesaat semuanya tak bisa berfungsi sesuai kegunaannya. Ini terjadi begitu cepat, hingga aku hanya mengingat rasa perih yang menyerang pipiku. Benar-benar cepat sampai aku hanya bisa terdiam sambil terus memegangi pipiku yang masih sakit. Ya…ini bukan tamparan pelan yang biasa teman-temanku lakukan ketika kami bermain, ini tamparan sungguhan. Tamparan yang didasari oleh kebencian.





“ Hara…Hara…ak..aku….” aku benci, tapi sayangnya aku tak bisa menahan airmata ini mengalir. Tanpa bisa dikontrol airmata ini membludak begitu saja.




Dan sekarang aku menyesal telah mengenalnya, sekarang aku ingin waktu diputar ulang. Aku ingin kembali ke masa dimana aku tak memiliki urusan apapun dengannya. aku tak bisa menerima ini. apa salah kalau aku kesal saat tahu tugas yang ku kerjakan dengan usaha yang keras serta memakan waktu yang cukup melelahkan dihapus begitu sja? Apa aku salah jika menumpahkan rasa kesalku pada orang yang telah menghilang tugas itu? di sini aku tidak bersalah dan ia juga tahu itu. Tapi kenapa…kenapa justru aku yang ia tampar? Dimana letak kesalahanku?. Baik.. aku mengerti, sebenar apapun aku, ia tetap tak akan bisa membelaku. Karena sudah pasti ia akan berdiri di pihak gadis itu, sahabat kecilnya.





“ Dengarkan aku…” aku tak menggubris ucapannya. Aku juga tak mempedulikannya yang terus menghalangi jalanku. Aku tak bisa, aku pun sudah tak sudi mendengar sesuatu dari mulutnya. sekarang aku ingin pergi dari tempat ini.




Ia menarik lenganku tapi tak lama aku langsung menghempasnya. Segera ku raih gagang pintu keluar, tanpa pamit atau basa-basi aku segera berjalan meninggalkan rumah ini. aku tak menghiraukan panggilannya dan dirinya yang masih mencoba menghentikanku.





“ Hara! LEE HARA!!” ia terlihat emosi saat aku menoleh ke arahnya. Itupun terpaksa karena dia berhasil menangkap lenganku.





Rahangnya mengeras seolah aku yang melakukan kesalahan. Hah…aku yang bersalah? Aku memang selalu salah di matanya. Gila! Bahkan harusnya aku yang kesal dan kalau ku mau sudah ku balas tamparannya.





“ Jangan salah paham dulu, aku….”





“ Aku tak peduli! Aku tak ingin mendengar apa-apa!” rontaku.





Ia kembali menangkap lenganku dan menarikku untuk mendekat padanya. Apa maunya? Ia tadi menamparku dan sekarang ia berusaha untuk menjelaskan semuanya. Lucu sekali! Dia pikir aku bodoh?.




“ Jangan ganggu aku!” aku langsung mendorong tubuhnya dan segera berbalik badan meninggalkannya.





TIIIINNNN



BUUGGHHH



TBC

Halo semuanya!!! Well… long time no see!!! Oke sebelum ngebahas cerita alay di atas, aku mau basa-basi dulu yaaaa..
Sebelumnya mau bilang aku bahagia sangat bisa publish ff ini*pdahal aku bisa publish lebih cepet sebenernya* tapi karena beberapa hal akhirnya tertunda dan molor gitu deh…baru inget, ff ini tuh postingan pertama di bulan desember!!*beri keprokan buat GSB* dan satu hal lagi yang baru aku sadari, aku udah menghilang selama 1 bulan..terakhir aku publish tuh tgl 15 november… Padahal sih enggak ada niat untuk hiatus atau semacamnya… tapi belakangan ini aku tuh keranjingan baca cerita-cerita di wattpad, belum lagi baru beli novel, jadi yaahh..waktuku terpakai buat baca gituan..
Dan yang terbaru sekarang adalah aku dan dua author lain lagi bersiap atau mungkin sedang menjalankan UAS.. kalo aku pribadi, aku lagi persiapan UAS krna minggu dpn udah ada beberapa matkul yg mulai UAS, belum lagi tugas-tugas kampret yang merenggut kebahagiaan orang. Jadi yaahh sangat masuk akal kalo blog ini akan sepi banget sepanjang bulan desember dan awal januari*mungkin*.
Ini aja aku publish karena kebetulan baru ngirim tugas akhir ke dosen, jadi ya udah mumpung lagi buka laptop, ada sambungan internet, aku publish aja..

Oke…that’s the end of my basa-basi, sekarang kita ngebahas ff alay ini..
Kenapa aku bilang alay? Yah..karena GSB umur 19 tahun pasti bakal mikir dua kli untuk nulis ff yang penuh drama gak masuk akal kayak di atas. Which is too much drama for my liking nowadays.. Yah..tapi mau gimana? ff ini tuh ditulis pas aku umur 16 atau 17 tahun. jadi yah….rasanya agak sedikit aneh kalo aku yang sekarang aku yang detik ini baca ff ini.. makanya ff ini tuh suka molor jadwal publishnya.. krna terkadang aku malu sendiri..

Tapi yah kalo boleh curhat sedikit. FF mysterious sight, painfully smile, dan ff ini tuh waktu pengerjaannya sangat berdekatan.. waktu itu buat nulis cerita gak sesulit sekarang, so much fun walaupun kalau aku baca lagi sekarang… rasanya jeleh banget.. tapi di situlah bagusnya, dulu aku gak ngebatasin diri aku dalam menulis. Yah…nulis nulis aja.. mau childish atau apa.. tapi sekarang?. sulitnya…mashaallah..

Sempet beberapa kali aku buka laptop dgn niat nulis ff tapi jadinya malah Cuma ngeliatin layar laptop sampe ngantuk.. Mungkin bener kata salsa, dia pun udah gak begitu minat untuk nulis ff. mungkin aku juga begitu, tapi bukan berarti aku mau berenti nulis.. aku suka nulis walau tulisannya juga gak seberapa. Tapi yahh…mungkin aku butuh bedrest*apaan sih?*, jujur aja aku lagi gak terjangkit writers blog atau apapun itu namanya.. jadi aku berharap semoga aku bisa nulis lagi dan publish banyak cerita dan insyaallah publish novel*rasanya takut banget pas ngetik ini* dannn….
WHAT THE HELL??!!?!?!?!! Curhatan ini udah ngalor ngidul kemana-mana… ya sudahlah sebelum aku kembali bercerita gak jelas, mendingan aku pamit undur diri.. semoga weekendnya menyenangkan..semangat selalu semuanya!!

Cheers,

GSB

Comments

Popular Posts