Silly Girl





cast:
Im Jaebum  <>  Kang Minhyo


genre: college life (AU - Alternate Universe)



Previous Story:




o  O  O  O  o






Jiyeong kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku setelah pesannya berhasil terkirim kepada ketiga sahabatnya. Ia pun kembali melangkahkan kakinya menembus keramaian mahasiswa di koridor utama kampusnya. Ia terus melangkah dengan tanpa memperdulikan sosok-sosok lain yang tengah memenuhi koridor tersebut dengan suara mereka.


Namun di saat semuanya tengah berjalan dengan lancar, maksudnya tak ada hal yang mengganggu perjalanannya, tiba-tiba saja seorang pria datang dan langsung menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Sontak saja Jiyeong mengangkat tangannya dan mendorong tubuh pria itu hingga membuat pelukannya terlepas.


Saat matanya bertemu pandang denga mata pria itu, Jiyeong langsung menyoroti sosok tersebut dengan matanya yang tajam. Andai saja dia tak ingat statusnya kini, mungkin sosok itu telah ia maki karena perbuatannya yang hampir membuat jantungnya melompat ke luar.


“Kenapa kau mendorong ku?” Kesal pria itu yang tak terima dengan aksi penolakan Jiyeong.


“Jangan melakukan hal-hal menyebalkan seperti itu sesuka hatimu Mark Tuan!”


“Yak! Tapi kita kan-”


“Bertunangan bukan berarti kau bebas melakukan apa pun!” Titah Jiyeong.


Gadis itu hendak kembali melangkahkan kakinya untuk segera pergi meninggalkan kampus, tetapi seorang pria lainnya berdiri di hadapannya dan menghalangi jalannya. Sontak alis gadis itu bertaut saat ia menatap pria tersebut.


“Aku hanya ingin kau mengatakan keapda temanamu untuk berhenti mencaritahu tentang ku dan mengurusi urusanku!”


Alis Jiyeong semakin berjengkit kaku. Ia semakin bingung dengan maksud pria di hadapannya itu.


“Ya Jaebum-ah, kenapa kau berkata seperti itu kepada Jiyeong?”


Mark membuka suaranya karena merasa tak terima dengan perlakuan Jaebum kepada Jiyeong yang menurutnya berlebihan. Ia lantas menatap tajam Jaebum, salah satu sahabatnya itu.


Sayangnya perkataan serta tatapan tajam dari Mark sama sekali tak digubris oleh sosok Jaebum. Ia malah berlalu pergi dan meninggalkan Jiyeong yang masih dipenuhi dengan kebingungannya.



o  O  O  O  o



Jiyeong menjadi orang terakhir yang sampai, yang akhirnya membuat dirinya harus menduduki kursi pengemudi dan mengendarai kendaraan roda empat milik Seulbin menuju cafe yang kerap dirinya dan ketiga sahabatnya datangi. Selama perjalanan menuju cafe yang berjarak cukup jauh dari kampus mereka, Minhyo yang menempati kursi penumpang pada bagian tengah mobil terus saja berbicara mengenai seorang pria yang saat ini, menurut dirinya tengah dekat dengannya.


Ia terus mengungkapkan pendapatnya mengenai pria itu, mulai dari bagaimana parasnya pada beberapa foto yang pria itu upload di jejaring sosial medianya, atau aktivitasnya belakangan ini, bahkan tentang keluarga pria itu, dan sampai-sampai mengenai hubungan pria itu dengan kekasihnya yang sedang tidak baik, malah ia mengatakan bahwa hubungan keduanya sebentar lagi akan berakhir. Dan hal itu membuat Jiyeong, Seulbin, dan Eun Ra hanya mampu menggelengkan kepala mereka.


Dia sangat cocok menjadi seorang pencari berita dibandingkan designer, pikir Eun Ra.


Gadis itu lantas memalingkan wajahnya dan mulai menikmati daftar lagu kesukaannya. Ia juga ikut berdendang pelan mengikuti sang penyanyi yang sayangnya, aktivitasnya itu harus terhenti karena sebuah pesan yang ia terima dari seseorang pernama Wang-Wang yang membuat seulas senyum tiba-tiba saja terpatri di wajah bulatnya.



De Clöve Café


Eun Ra berusaha untuk mengendalikan rasa kesalnya yang mulai melawati batas, saat lagi-lagi ia harus mendengar Minhyo bercerita tentang sosok pria yang sebelumnya telah gadis itu ceritakan saat perjalanan mereka menuju cafe itu. Ia berusaha untuk tak terlibat lebih dalam cerita Minhyo seperti yang menimpa Jiyeong dan Seulbin.


Namun usahanya untuk menghindari semua cerita Minhyo sama sekali tak berakhir baik. Minhyo, gadis itu berhasil menarik Eun Ra masuk ke dalam ceritanya yang mau tak mau membuat kepala gadis itu kini seperti akan meledak.


Dan di sisa-sisa kesabran yang ia miliki, Eun Ra berusaha memperingati Minhyo untuk berhenti menceritakan sesuatu yang menurutnya belum pasti. Maksudnya adalah, apa yang gadis itu ceritakan menurut dirinya hanyalah pendapat seorang Kang Minhyo, tak lebih dan tak kurang.


Mulai dari sedekat apa hubungan dirinya dengan sosok itu sampai dengan status sosok tersebut dengan kekasihnya. Semua itu menurut Eun Ra hanyalah asumsi dari Minhyo yang terus saja mencaritahu tentang sosok pria itu. Sampai akhirnya kesabaran gadis itu habis dan membuat ia membekap mulut Minhyo dengan tangannya dan setelahnya memasukan satu buah donat ke dalam mulut gadis itu.


“Ku rasa cukup untuk membahas Im Jaebum itu, jadi tolong kau jangan bahas soal pria itu lagi. Aku dan sepertinya Seulbin beserta Jiyeong juga sudah lelah mendengarnya.” Ujar Eun Ra tenang sembari kembali menyesap minuman dinginnya yang harus ia tinggalkan sejenak karena ocehan Minhyo.


“Dan ku rasa, kau harus berhenti dengan Jaebum karena dia meminta mu untuk berhenti.” Sambung Jiyeong yang setelahnya ikut menyesap minuman dinginnya.


“a-ap..pa mak-sud-mu?” Tanya Minhyo yang terlihat begitu tekejut sekaligus berusaha agar suaranya dapat terdengar jelas dikarenakan donat yang kini tengah bersarang di dalam mulutnya.


Jiyeong kembali meletakan gelasnya. Ia kemudian melipat kedua tangannya di depan dada dan menyenderkan tubuhnya. Ia berusaha untuk memberikan kenyamanan pada tubuhnya sendiri sebelum menyampaikan sesuatu yang ia yakini dapat membuat jantung sahabatnya itu berhenti berdetak.


“Tadi aku tidak sengaja bertemu dengan Jaebum. Dan ia meminta ku untuk mengatakan kepada mu agar berhenti ikut campur dalam kehidupannya.”


Minhyo tampak terkesiap setelah mendengar penuturan Jiyeong. Namun tak berapa lama ia berusaha untuk tak memperdulikannya walaupun matanya perlahan sudah mulai membentuk kumpulan air.


“Kau bercanda Jiyeong-ah. Ah.. aku tahu, kau mengatakan ini karena kalian lelah saja mendengar ocehanku. Mengakulah.” Ucap Minhyo dengan suaranya yang bergetar.


Hal itu membuat Seulbin, Eun Ra, dan Jiyeong merasa tak enak hati. Terlebih Jiyeong, gadis itu merasa baru saja melakukan tindak kejahatan kepada sahabatnya. Namun ia juga tak menyalahkan tindakannya yang menurut dirinya akan menyelamatkan sahabatnya dari rasa sakit yang lebih dari yang tengah ia rasakan saat itu.


“Kalau kau tidak percaya, kau bisa langsung bertanya kepada yang bersangkutan. Tapi ingat, aku telah memberitahumu, jadi kau harus menerima konsekuensinya sendiri.”


Mendengar ucapan Jiyeong membuat helaan lolos dari bibir Minhyo. Sejenak matanya ia pejamkan dan dadanya menghirup udara lebih dalam. Kemudian ia kembali membukanya dengan tatapan yang tak selemah saat mendengar penuturan Jiyeong. Ia lantas mengambil ponselnya dari atas meja dan mulai mengetikan sesuatu di sana. Setelahnya ia kembali menyimpan benda itu di atas meja dan kembali menghela begitu pemberitahuan akan pesannya yang sudah terkirim muncul pada layar ponselnya.


“Apa yang kau lakukan?” Tanya Seulbin. Gadis itu menelisik pada wajah Minhyo dengan menyorotnya tajam.


“Bertanya pada Jaebum, seperti yang dikatakan Jiyeong.”


“Yak kau sudah gila Kang Minhyo! Kau benar-benar melakukannya?!?!”


“Ya benar. Karena Jaebum telah membuat aku menjadi gila akannya.”



o  O  O  O  o



Getaran ponselnya membuat ia berhenti sejenak dari kegiatannya bersama dengan keenam teman prianya. Ia lantas mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang itu dari saku celanannya. Menyentuh layar benda tersebut dan membuka pesan yang baru saja masuk ke dalam nomor ponselnya.


“Ada apa dengannya? Kenapa rautnya menjadi aneh seperti itu?”


“Entahlah. Sepertinya ia baru mendapat kabar yang kurang baik.”


“Hei Bambam Yugyeom.. apa yang sedang kalian bicarakan?”


Seorang pria yang mengenakan snapback  di kepalanya menghampiri dua pria lain yang berada di sofa dan ikut mendudukan tubuhnya di sana. Pria itu menempatkan dirinya di antara dua orang pria bernama  Bambam dan Yugyeom itu serta melebarkan tangannya untuk merangkul pundak keduanya.


“Oh pasti Jaebum.” Sergah pria lain yang baru saja datang dengan membawa satu botol air di tangannya.


“Jaebum??” Pria bersnapback itu mengalihkan matanya dan setelahnya alisnya berjingkit dan dahinya ikut berkerut.


Ia lantas bangkit dari sofa yang baru saja didudukinya dan berjalan menghampiri Jaebum yang tengah menyenderkan tubuhnya pada ranjang. Pria itu dengan cepat langsung mengambil alih ponsel yang sedari tadi dipandangi oleh Jaebum dan membaca apa yang tertera pada layar benda tersebut.


“Oo.. Jaebum-ah...”


“Yak Wang Jackson! Kembalikan ponselku!!” Maki Jaebum seketika itu juga.


Jaebum berusaha untuk mengambil kembali ponselnya dari tangan Jackson. Sayangnya sahabatnya itu telah lebih dulu memberikan benda tersebut kepada Bambam dan akhirnya berkahir pada Mark yang baru saja masuk ke dalam kamarnya setelah mengambil makanan ringan dari dapur.


Mark membaca setiap kata yang tertera di sana dengan seksama. Dan setelah mengerti maksud pesan tersebut, pria itu mengembalikan ponsel tersebut kepada Jaebum dan kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang.


“Kenapa tidak kau balas Ya. Jadi berhenti mengurusi ku.? Bukankah ini memang kemauan mu, menghentikan perhatian yang berikan oleh Minhyo karena menurutmu itu terlalu berlebihan.” Tandas Mark santai sesantai dirinya kini yang tengah menikmati makanan ringan yang dibawanya di atas ranjang.


Jaebum menghela nafasnya. Entah kenapa mendengar penuturan Mark membuat hatinya terasa semakin berat.


“Tak semudah itu.”


“Tak mudah? Bukannya kau sendiri yang mengatakan kaalu gadis itulah yang membuat hubunganmu dengan Hyeri berakhir. Dan kau juga sudah meminta Jiyeong untuk mengatakannya kepada Minhyo bukan? Jadi kenapa sekarang kau malah seperti ini?”


“Ini tak semudah yang kau pikirkan Choi Youngjae! Walaupun aku ingin mengatakan seperti itu, tetapi entah kenapa ada rasa yang membuat aku tak mampu mengatakannya.” Terang Jaebum yang saat itu merasa seperti tengah dipojokan oleh teman-temannya.


“Jadi kau sudah mulai menyukainya?”


“Tidak! Aku tidak menyukainya Park Jinyoung!” Elak Jaebum.


“Baiklah terserah pada mu. Mungkin kini kau mengelak karena kau belum menyadarinya, tetapi ku pastikan kalau kau memang telah jatuh cinta pada Kang Minhyo.” Sambung Jinyoung lagi tenang sembari menghampiri Mark untuk ikut merebahkan tubuhnya di samping sahabatnya itu dan juga ikut menikmati makanan ringan yang di bawa Mark.



From: Kang Min Hyo

Aku tak tahu kenapa kau ingin aku untuk menjauh dari mu, dan aku tak memperdulikan alasanmu. Tapi satu hal yang perlu kau tahu. Aku tak memiliki niat buruk. Aku hanya ingin mengenal mu dan menjadi dekat dengan mu.



o  O  O  O  o



Jaebum langsung menarik salah satu kursi di meja tersebut dan menempatinya. Ia tak memperdulikan tatapan-tatapan aneh dari teman-temannya yang diperuntukan untuk dirinya. Ia hanya membalasnya dengan bahu yang mengendik dan tatapan malas yang menyorot satu per satu keenam temannya.


Tak mau pusing dengan sekitarnya, Jaebum pun lebih memilih menyibukan dirinya dengan lembaran catatan yang baru saja ia pinjam dari salah satu teman sekelasnya. Pria itu mulai membaca tiap kata yang tertulis pada lembaran-lembaran tersebut. Setelah mengerti dengan maksud dari tulisan itu, ia lantas mengeluarkan laptopnya dan mencatat segala sesuatu yang menurutnya sangat penting ke dalam lembar kerjanya untuk melengkapi catatan sebelumnya.


Ia terus saja melakukan aktivitasnya sampai tiba-tiba saja suara seorang gadis terdengar memanggil nama Mark. Ia melirik sejenak ke arah sumber suara tersebut dan matanya menemukan sosok Jiyeong di sana. Walau tanpa melirik pun ia sudah tahu siapa pemilik suara itu, tetapi entah kenapa secara otomatis matanya beralih fokus dari lembar kerjanya.


“Kembalikan ponselku!” Sergah Jiyeong cepat.


Gadis itu berusaha untuk mengambil barangnya yang ia perkirakan berada di dalam tas Mark. Tetapi sayangnya tak semudah itu. Tangan Mark begitu lincah untuk menangkis tangannya ketika ia berniat untuk menyisipkan tangannya ke dalam tas pria itu.


“Mark!!” Erang Jiyeong.


Gadis itu sudah benar-benar frustasi. Ia ingin sekali memaki pria itu bahkan memukulnya. Namun ia tak bisa. Keadaannya tak mengizinkan dirinya untuk melakukan hal itu.


Jaebum yang awalnya enggan untuk melihat pertunjukan yang tengah dipersembahkan oleh pasangan Mark dan Jiyeong tiba-tiba saja menyingkirkan laptopnya dan membenarkan posisinya agar dapat menikmati pertunjukan tersebut dengan nyaman, terlebih saat Jiyeong berkali-kali mengerangkan nama Mark.


Ia tak tahu kenapa tiba-tiba saja minatnya akan kedua sejoli itu tumbuh. Tapi memang setiap kali ia mendengar Jiyeong mengerang hingga meneriaki nama Mark, sebuah kejadian yang cukup menghibur pasti terjadi dan ia tak ingin melewatkan hal itu.


Di lain sisi, Jiyeong berusaha untuk mengontrol dirinya dengan mencoba untuk berbicara seperti baisanya. Sayangnya sosok yang ia ajak bicara sama sekali tak memberikan respon yang sesuai dengan keinginannya. Dan hal itu membuat Jiyeong semakin tersulut. Ia sudah tak bisa lagi bersabar dan berbaik-baik pada pria di hadapannya.


Dengan amarah yang sudah sampai di puncak unbun-ubun, gadis itu telah bersiap untuk memberikan pembelajaran pada Mark. Namun saat tangannya belum sempat menyentuh kepala pria itu, suara melengking yang ia yakini berasal dari salah satu sahabatnya terdengar dan membuat ia mau tak mau menghentikan niatannya untuk memukul puncak kepala Mark.


“Hei Hwang Jiyeong. Kenapa lama sekali?”


Jiyeong menoleh pada sosok tersebut dan menunjukan tangannya yang kosong. Dan sosok tersebut mengerti maksud dari tangan kosong Jiyeong. Ia pun menginterupsi gadis itu untuk menyingkir dan setelahnya ia menghampiri Mark dan berdiri tepat di hadapan pria itu.


Gadis itu menyunggingkan senyumnya dengan sangat lebar sembari menatap Mark dengan tatapannya yang tajam. Ia kemudian mendekatkan wajahnya dan berhenti tepat beberapa jari dari wajah Mark. Masih dengan menyunggingkan senyumnya, tangan gadis itu mulai bekerja dan tak lama kemudian ponsel putih milik Jiyeong telah berada di genggamannya.


Gadis itu lantas kembali menjauhkan wajahnya dengan tetap memasang senyumnya, tetapi matanya tak lagi menyorot Mark dengan tatapan yang tajam.


“Terimakasih telah mau menyimpan ponsel Jiyeong. Aku ambil.” Ujar gadis itu. Ia kemudian menyerahkan barang tersebut kepada Jiyeong dan menyuruh sahabatnya itu untuk segera pergi sebelum Mark menyadari bahwa kini barang yang sedari tadi ditahannya telah berpindah tangan.


Jiyeong menurutinya dan segera bergegas pergi meninggalkan cafetaria. Saat gadis itu akan mengikuti langkah Jiyeong, matanya menemukan sosok Jaebum yang tengah menatapnya dengan tatapan serius. Dan hal itu membuat ia memutar langkahnya.


Gadis itu menatap sejenak pada manik Jaebum sebelum semakin menghapuskan jarak di antara dirinya dan juga pria itu. Ia terus melangkah dan kemudian berhenti tepat di depan pria itu. Ia kemudian memasang senyumnya. Senyum yang berbeda dengan saat ia tengah mengambil ponsel Jiyeong dari tas Mark.


Gadis itu merundukan tubuhnya dan berhenti saat wajahnya tepat berada di depan wajah Jaebum. Dengan masih tersenyum, gadis itu mendekatkan wajahnya ke telinga Jaebum.


“Aku tak akan berhenti. Karena aku merasa tak ada yang salah dengan apa yang aku lakukan.”


Gadis itu kembali menegakan tubuhnya dengan senyumnya yang tak memudar. Ia kemudian melirik sejenak pada keenam teman Jaebum, termaksud Mark yang masih menampakan tatapan tak percaya padanya.


Gadis itu pun akhirnya pergi setelah Jiyeong memanggilnya. Namun sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat tersebut, ia masih sempat memberikan ucapan selamat tinggal untuk ketujuh pria yang masih berada dalam perasaan terkejut mereka.


“Kang Min Hyo cepatlah!!!”


Sepeninggal gadis itu, ketujuh pria itu masih tetap berada pada posisi mereka. Tak ada yang bergerak selain kedua bola mata mereka. Namun setelah beberapa saat, salah satu dari keduanya menghancurkan keheningan tersebut dengan menepukan kedua tangannya.


“Wow.. ini sangat menakjubkan! Aku tak menyangka hal ini akan terjadi.” Sosok itu menggelengkan kepalanya dengan tangannya yang bertepuk.


Di sisi lain, Jaebum yang awalnya hanya diam dan tak bergeming kini tengah memperhatikan Minhyo yang sudah melangkah jauh meninggalkan cafetaria. Ia terus memperhatikan gadis itu sampai tubuh gadis itu menghilang bersama dengan kendaraan roda empat yang membawanya.


“Gadis bodoh! Kau baru saja membangunkan seekor harimau tidur.” Gumam Jaebum dengan tersenyum miring.





E . N . D





Selamat Tahun Baru.

Saehaebok Manhi Badeuseyo.

Xin Nian Kuai Le.

Shinen Omedetou Gozaimasu.

Snovym Godom.

Gelukkig Nieuwjaar.

Frohes neues Jahr!


Antum Salimoun.

Bonne Annee.

Sun Leen Fai Lok.

Felice Anno Nuovo.

Sawadee Pee Mai.

Hosa Varushadha Shubhashayagalu.

Nupela Yia I Go Long Yu.

Happy New Year.


Long long time no seeeeeeee!!!

Maaf karena tidak muncul di bulan Desember kemarin *padahal sih emang suka gak muncul dalam satu bulan penuh* #feelingbad

Untuk menebus menghilangnya aku kemarin, nih aku langsung publish pas tanggal satu di tahun yang baru. Sekalian sebagai pembuka di tahun 2016 ini.

By the way.... gimana kalian yang masih sekolah? Liburannya maksudnya??? Pasti menyenangkan ya...

Huhhh... aku mah boro-boro. Ini aja masih ada tugas yang harus ku selesaikan demi nilai UAS. Ya maklum lah, dosennya suka memberikan kejutan secara mendadak. Ngasih opsi apa eh ujung-ujungnya keputusannya dia. Tapi yasudah... itu konsekuensi mahasiswi yang selalu akan salah dimata dosennya.

Oke balik ke topik cerita ini.
Gimana guys? Apakah poster sama cerita sesuai? Apakah sesuai ekspektasi kalian??
Jika tidak, tolong dimaklumi, karena semua ini kembali kepada kehendak Tuhan, kampus, dosen, dan waktu. Author tidak bisa berbuat apa-apa jika keempatnya sudah berkehendak*lebay mode on* #nutupmukamalu

Oh tidak! #nepukjidat Ini udah panjang banget. Yaudah ya aku pamit. Soalnya mau refreshing sejenak bersama dua author lainnya. Intinya semoga kalian terhibur ya gengseee, dan terimakasih atas waktu yang kalian luangkan untuk membaca cerita ini beserta cuap-cuapnya yang gaje.

Oke See you babay.....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts