JOURNEY OF LOVE THE SERIES: There Is A Will There Is A Way - Chapter 6
ā Argghhhhhā¦.ā
Tubuhku langsung berputar saat
suara mencekam itu terdengar, buru-buru aku berlari saat sadar apa yang baru
saja terjadi. Aku langsung berlari menghampiri raga Yixing yang sudah terkulai
di atas aspal dengan kepala yang bersimbah darah. Tanganku bergetar saat darah
itu terus mengucur dari kepalanya. Napasnya yang tersengal semakin membuatku
takut, ya Tuhanā¦apa yang baru saja ku lakukan?
āHaraā¦maafkan akuā¦ā tangannya
bergerak menggapai tanganku, kemudian menggenggam dengan semampunya.
Tidakā¦jangan berkata apa-apa! Jangan minta maaf! Aku tak ingin mendengar hal
semacam itu saat ini.
āNona, maafkan aku! Aku akan
menanggung semuanya! Biar aku membawanya ke rumah sakit!ā seorang pria cukup
berumur menghampiriku, sepertinya ia pemilik mobil tadi. Ia dan aku membopong
tubuh Yixing masuk ke dalam mobil, mengingat ini jalan perumahan, maka tak
banyak orang yang melintas.
Tanganku terus bergetar melihat
raganya yang menyedihkan. Meski tangannya terus menggenggami tanganku, jelas
aku tak bisa berhenti untuk merasa cemas. Bau anyir darah begitu kuat
mengganggu penciumanku, tanpa permisi rasa mencekam menyiksa batinku terus
menerus.
Perasaan itu terus menghantuiku
tanpa bisa ku kendalikan. Yang bisa ku lakukan sekarang hanya berdoa semoga ia
baik-baik saja. Semoga ia bisa selamat. Namun sekuat apapun aku menyemangati
diriku, tetap saja hatiku begitu kerdil untuk menghadapi tragedi ini seorang
diri. Setelah sampai di rumah sakit tadi, perawat langsung berlarian membawa
Yixing ke unit gawat darurat. Dan ini sudah hampir satu jam aku menunggu namun
tak satupun tim medis yang keluar dari ruangan berpintu putih itu.
Ketakutan semakin memeranjat
benakku, saat aku tinggal seorang diri di bangku tunggu rumah sakit ini. pria
yang tadi menabrak Yixing masih mengurus segala hal mengenai administrasi.
āBagaimana keadaan Yixing?ā
kepalaku langsung terangkat saat suara gemuruh langkah terdengar begitu jelas.
Paman Ken serta Shen Ruo menghampiriku dengan wajah cemas.
Dua orang itu kelihatan amat
khawatir, terlihat jelas dari wajah yang begitu panik. Ku dapati wajah takut
saat pandangan itu bertemu dengan pandanganku, gadis itu menghindari tatapanku.
Sepertinya ia tahu benar akibat dari perbuatannya.
āSampai sekarang dokter belum
memberi keterangan,ā jawabku apa adanya.
Pria jangkung itu menghela napasnya,
ia langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi sebelahku. Ia menutupi wajahnya
dengan kedua tangan, sedangkan Shen Ruo, gadis itu lebih memilih menunggu di
depan pintu ruangan tempat dimana Yixing berada.
ā Ya Tuhan. Selamatkanlah anak
itu,ā gumam paman Ken.
Kedua tangannya saling merapat,
menahan kegetiran yang ia hadapi. Tanpa harus ku tebak, aku tahu bagaimana
perasaannya sekarang. Aku pun merasakan hal yang sama.
āIa pasti bisa selamat.ā Aku
bukannya mau mendului kehendak tuhan, hanya aku tak ingin membuat suasana
semakin kacau.
Ia menggeleng pelan, kepalanya
terangkat menoleh padaku. Ia menatapku sebentar, kemudian membuang napas pelan.
āMungkin. akan mudah menyelematkan
anak itu jika saja ia normal. Tapi sayangnya ia menderita hemophilia yang sudah
pasti semakin mempertipis harapan untuknya bertahan.ā
Airmata yang mulai mengering,
kini kembali mengalir lebih deras dari sebelumnya. diaā¦dia hemophilia? Bukankah
itu penyakit dimana darah sukar membeku
dan itu berartiā¦
Yixing akan mengalami pendarahan
yang lebih lama?
Kepalaku tertunduk lemah.
Sekarang hanya bisa menunggu keajaiban dari Tuhan. Meski aku sudah memutuskan
untuk tak bertemu dengannya lagi, tapi bukan seperti ini yang kumaksud.
āSebelumnya ia pernah terluka
saat bermain, darahnya terus mengalir namun itu tak lama, karena lukanya tak
besar. Dari situ Yixing sangat berhati-hati, ia begitu menjaga tubuhnya agar
tak terluka. Jika tak begitu mendesak, ia tak akan memegang benda tajam. Bahkan
saat mengupas buah-pun ia lebih memilih untuk dikupaskan,ā papar paman Ken.
****
Author POV
Hari ini Hara tetap berangkat
kuliah, namun tak seperti biasanya. Sekarang ia benar-benar tak bisa
mengendalikan diri. Pikirannya melayang jauh ke tempat lain, ke tempat dimana
tubuh Yixing tergolek tak berdaya.
Tadi ia baru saja menanyakan
kondisi terakhir pria itu pada Paman Ken, namun hanya ada desahan serta air mata
yang mendesak keluar. Pria itu sama sekali belum sadar, ia masih koma. Hara
mengusap air matanya dengan sembarang, hatinya benar-benar getir saat ini. Jika
ia diberi satu hak istimewa, pasti ia akan meminta pada Tuhan untuk segera
memulihkan kesehatan pria itu.
Cheonsa dan Ji Eun hanya mampu menatap
miris sahabatnya yang terlihat seperti orang frustasi. Yah, Hara terlihat
begitu pucat dengan tatapan mata kosong tak bertenaga. Sementara Nayoung masih
berusaha menyemangati gadis itu dengan terus mengelus punggungnya.
āApa kau akan menjenguknya?ā
Tanya Gyuri ragu.
āTentu. Aku yang membuatnya
seperti itu. Mana mungkin aku tak menjenguknya. Aku yang membuatnya celaka!ā
akhirnya air mata itu kembali membanjiri wajahnya. Ia terlihat begitu lemah
sekarang, hingga Nayoung langsung mendekap gadis itu.
āBagaimana kalau ia tidak bisa
bertahan?ā
āHara-yaā¦semua akan baik-baik
saja.ā Sora mengelus punggung temannya itu. Dengan segenap kasih mereka semua
memberi kekuatan pada Hara yang memang sudah tak punya keyakinan. Yahā¦mana
mungkin ia bisa berharap setelah tahu jika harapan Yixing untuk bertahan sangat
kecil?
*****
Tangannya menutup mulutnya yang
hampir mengeluarkan suara isakan. Dari kaca pintu di depannya, ia bisa melihat
sosok lemah yang masih dilengkapi dengan alat bantu pernafasan serta alat
pendeteksi detak jantung. Sosok itu masih tak sadarkan diri, ia masih betah
menutup matanya rapat-rapat.
āMasuklah. Temui dia.ā Ia terdiam
tak tahu harus apa dan bagaimana. Sementara paman Ken, menepuk bahunya,
memberinya semangat.
Dengan ragu ia menatap kembali
pintu di depannya, tangannya langsung meraih gagang pintu. Dengan perlahan ia
dorong pintu bercat putih itu, langkahnya begitu hati-hati saat berjalan
menghampiri ranjang putih yang entah mengapa begitu mencekam hatinya.
Matanya menelusuri raga lemah
yang terbaring di atas ranjang, kemirisan serta rasa bersalah datang kian
membesar. Perban putih dengan bercak obat merah masih melilit di kepala itu,
selang infus masih bertengger manis di tangan kanan pria itu.
āMaafkan akuā¦ā
Ia beranjak meninggalkan ruangan
itu, bukannya tak ingin berada disana. Jika saja rasa bersalah tak terus menyesaki
dadanya, mungkin ia akan terus berada di sana. Mengawasi setiap perkembangan pria
itu. Tapi sayangnya semakin lama ia menatap pria itu, semakin besar rasa
bersalah yang ia rasakan. Ia jadi tak bisa
bernapas dengan tenang.
āUntuk yang kemarinā¦ā
āTidak. Jangan katakan apapun! Aku
tak ingin mendengar apa-apa,ā selak Hara tanpa membiarkan Shen Ruo mengatakan
apa yang mesti dikatakan. Tidakā¦ia tak ingin membahas apapun dengan gadis itu.
*****
Sudah lima hari berlalu, namun
Yixing belum kunjung membaik. Pria itu masih tertidur dengan damai tanpa memedulikan
kesedihan yang orang-orang rasakan saat tubuhnya terbujur kaku seperti mayat
hidup.
Namun nampaknya Tuhan sudah
memberi waktu cukup untuknya beristirahat, tanpa diduga siapapun raga tak
berdaya itu menunjukkan tanda-tanda kehidupannya. Matanya yang begitu berat,
terbuka walau sedikit sulit. Suaranya yang sukar untuk terdengar,
sedikit-sedikit masuk ke dalam telinga Zhang Kenzo, yang pada saat itu
kedapatan giliran berjaga.
Dokter serta perawat berdatangan
memenuhi kamar rawat itu, mereka sibuk mengecek mata, detak jantung serta suhu
tubuh raga itu, raga Yixing.
Senyum haru menghiasi wajah
setiap orang, akhirnya setelah lama tak sadarkan diri Zhang Yixing sadar dari
tidur panjangnya.
Sang paman senang bukan main,
meski pria muda itu hanya keponakannya, ia sudah menganggapnya sebagai anak
kandungnya. Ia menggenggam erat tangan keponakannya yang masih terasa lemas.
Dengan senyum lebar ia menyambut pria muda itu. Namun dalam hati ia masih
merasa cukup kasihan dengan Yixing, seharusnya dalam situasi seperti ini,
kakaknya, Zhang Yunhai-lah yang berada disini. Bukankah pria itu ayah dari anak
ini?
ā Syukurlah kau sadar. Semua
orang begitu mengkhawatirkanmu.ā Ucapnya dengan lembut.
Yixing yang masih belum begitu
kuat hanya bisa tersenyum membalas ucapan pamannya. Tapi di tengah
ketidakberdayaannya, ia justru teringat pada seseorang. Seseorang yang sangat
ingin ia temui.
āHa..Haraā¦ā Kenzo menggenggam
tangan itu dengan kedua tangannya. Ia tersenyum penuh kemakluman, ia mengerti
apa yang dimaksud Yixing.
ā Aku akan memberitahunya. Kau
tenang saja. Sekarang yang harus kau lakukan adalah istirahat agar tubuhmu
cepat pulih.ā Yixing mengerjapkan matanya, tanda ia setuju dengan pamannya.
*****
Dia sudah sadar, datanglah melihatnya. Dia sangat ingin bertemu
denganmu.
Pesan dari Kenzo telah bernaung
di ponselnya selama dua hari, tapi sampai detik ini Hara belum juga pergi
menjenguk Yixing. Bukannya tak ingin, ia sangat ingin malah, tapi ada rasa tak
siap yang menahan langkahnya. Ia tak bisa menemui pria itu, ia tak bisa menatap
pria itu setelah apa yang ia lakukan malam itu.
āPergilah. Bukankah dari kemarin
kau sangat mengkhawatirkannya?ā
Benar, benar apa yang dikatakan
Sora. Mestinya ia pergi menjenguk Yixing bukannya malah diam seperti orang tak
berguna. Tapi apa daya, ia memang tak berguna. Ia datangpun tak akan membawa dampak apa-apa bagi perkembangan pria
itu. Mungkin jika ia datang ia malah membuat kesehatan pria itu semakin
memburuk.
āKalau kau masih ragu, ajaklah
Cheonsa! Setidaknya ada orang yang menemanimu,ā ujar Nayoung memberi usul.
Sementara yang lain mengangguk,
Cheonsa hanya bisa terperangah tak percaya. Heiā¦bahkan dari tadi ia diam saja.
Kenapa sekarang malah ia yang ditumbalkan? Oh ayolah. Ia benci rumah sakit.
āYak, kau seperti tak mengenalku
saja. Aku itu tak bisa bertingkah akrab dengan orang yang baru kukenal, kalau
aku ikut ke sana hanya akan memperburuk suasana,ā ujar Cheonsa.
āKami percaya padamu Cheonnie!
Ikutlah dengan Hara!ā bukannya membantu Ji Eun malah ikut mendorong Cheonsa
untuk terjun dalam masalah yang sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan gadis
itu.
*****
Setelah perjalanan cukup panjang
dan cukup rumit, akhirnya Hara dan Cheonsa sampai di sebuah rumah sakit.
Yahā¦Cheonsa, mau tak mau gadis itu tetap menemani Hara datang ke tempat ini.
Keempat temannya terus mendesak dirinya untuk menemani Hara, jelas ia tak bisa
membantah. Meski sebenarnya ia bisa saja melepaskan tanggungnnya, tapi
sayangnya ia tak cukup tega melihat kondisi kacau Hara yang menyedihkan.
āKau yakin yang ini kamarnya?ā
tanya Cheonsa memastikan. Pasalnya setelah sampai di depan sebuah kamar, Hara
tak kunjung masuk.
Gadis itu hanya bingung kenapa
temannya tak kunjung masuk, entah ini bukan kamar yang mereka tuju atau memang
ada alasan lain. Oh, tapi jangan bilang setelah melalui perjalanan yang cukup
panjang serta melakukan banyak pengorbanan, semua hanya akan berakhir dengan
pulang lagi tanpa melakukan apapun.
ā Ayolah Hara, jangan membuatku
kesal! Ayo masuk!ā Cheonsa mendecakkan lidah. Lantas membujuk Hara agar segera
masuk ke dalam.
Ia mendesah lelah, setelah
melakukan berbagai hal, Hara tetap tak mau mendorong pintu di depannya. Gadis
itu kelihatan tak ingin masuk ke dalam sana, ke kamar itu. Ya ampunā¦ Haruskah
ia yang membuka pintunya? Tunggu!! Sepertinya bukan ide buruk. Kenapa tak
terpikir dari tadi?
Tanganya langsung mendorong pelan
pintu di depannya, hawa dingin serta aroma kamar rawat langsung menyeruak masuk
ke dalam indera penciumnya. Cheonsa meloloskan kepalanya masuk sejenak,
memastikan ia tidak salah kamar.
ā Haloā¦ā sapanya dengan senyum
aneh ketika seorang pasien pria menangkap sosok dirinya.
Cheonsa kembali menatap ke belakang,
tepatnya pada Hara yang kelihatan cemas. Lagi-lagi ide brilian melintas di
otaknya, tanpa permisi ia langsung menarik lengan Hara. Membawa gadis itu masuk
ke dalam ruangan berhawa dingin yang menjelma menjadi kamar beraura aneh.
Senyum riang tak luput
diperlihatkan Cheonsa, ia kelihatan begitu senang bisa menarik Hara sampai
sejauh ini. Whoa, rupanya ikut ke sini tak rugi juga.
āAnnyeonghaseyeo,ā sapa Cheonsa
pada sosok pasien serta seorang gadis yang menunggui pria itu.
āTerimakasih kalian sudah datang,ā
ucap pria itu dengan suara lemas. Meski sudah baikan, kondisi tubuhnya masih
lemah.
Suasana yang begitu aneh yang
menjadi batas pemisah antara Yixing-Hara-Shen Ruo, rupanya menjadi ladang
kebahagiaan untuk seorang Jung Cheonsa. Bisa dibilang ia satu-satunya makhluk
di ruangan ini yang bisa menyengir lebar dengan setulus hati.
āAh tentu. Hara pasti datang menjengukmu,
mana mungkin tidak. Saat kau belum sadar, ia terus mencemaskanmu. Ya kan Hara?ā
balas Cheonsa asal, sementara Hara hanya bisa menahan diri agar tak memukul
kepala gadis itu.
Cheonsa terlihat begitu antusias
terlebih saat menemukan sosok gadis yang sedang menatap iri ke arahnya, mungkin
lebih tepatnya mengarah pada Hara. Ia
tersenyum senang. Ahā¦pekerjaan yang menyenangkan.
ā Ah ya, silahkan duduk,ā ujar
Yixing sambil menunjuk dua kursi di samping ranjangnya.
Tentu suasana semakin senyap
mengingat sedekat apa jarak antara Hara dengan Yixing. Sudah pasti pria itu tak
bisa mengalihkan pandangannya dariHara yang terus menghindari kontak matanya.
Meski begitu ia sangat senang, melihat gadis itu datang sudah membuatnya puas.
Aigoo..kemana Lee Hara yang
menyeramkan? Kenapa dia seperti penakut begitu? Aishhā¦situasi macam apa ini?
komentar Cheonsa terhadap situasi hening dalam ruangan tempatnya berada. Memang
situasi sekarang malah kelihatan seperti pemakaman. Benar-benar tak ada suara,
yang ada hanya tiga batu bisu sementara Cheonsa adalah satu-satunya manusia
yang bingung harus berbicara dengan siapa.
āEhemmā¦ā Yixing mengalihkan
pandangannya dari Hara saat suara deheman Cheonsa terdengar begitu menyindir
dirinya.
āEuā¦akuā¦dimana ya aku bisa
menemukan kantin? Di rumah sakit ini ada kantinnya, kan?ā
āHahā¦sepertinya di lantai satu,ā
jawab Yixing agak ragu. Yahā¦.selama dirawat disini, yang ia lakukan hanya
berbaring di ranjangnya. Ayolah mana mungkin orang yang baru bangkit dari koma
bisa berkeliaran bebas sampai ke kantin rumah sakit.
āTapi aku kan tak tahu dimana
letaknya.ā Gumam Cheonsa.
Melihat tingkah temannya, Hara
hanya bisa menggelang tak percaya. Ayolah, sebelum datang ke sini gadis itu
sudah makan. Lalu untuk apa mencari kantin? Apa ia merencanakan sesuatu?
Cheonsa terus berpikir
keras, yang harus ia lakukan sekarang
adalah meninggalkan Hara dan Yixing berdua, ingat! Hanya berdua bukan bertiga.
Matanya berbinar sesaat setelah berhasil menemukan solusi paling jitu untuk
mengatasi semua ini.
ā Onnie, bisakah kau menemaniku?
Aku kan tak tahu dimana letak kantinnya, bagaimana kalau nanti aku tersesat dan
tidak bisa kembali dengan selamat?ā Cheonsa mengemis pada Shen Ruo yang tak
bisa menyembunyikan keterkejutannya. Orang mana yang tak terkejut, saat
tiba-tiba ada yang memegang tangannya sambil mengiba?
āAyolah, aku itu tipikal orang
yang tak bisa mengingat jalan. Nanti kalau aku tersesat lalu ada orang jahat
yang menculikku bagaimana?ā Cheonsa kembali meracau hal-hal tak masuk akal.
Pertama, gadis itu bilang ia akan
tersesat. Hehā¦ini hanya rumah sakit bukan hutan rimba dan kedua, tak mungkin
ada orang yang berniat menculik gadis tengil semacamnya.
āBaiklah. Ayo kuantar.ā Cheonsa
tersenyum menang. Iapun langsung mengekori Shen Ruo dan meninggalkan Hara
bersama Yixing.
Hara menundukkan kepalanya, ia
tak bisa mentolerir rasa malunya. Sungguh ia merasa sangat menyesal karena
sudah mengajak Cheonsa ke tempat ini. melihat apa yang dilakukan tingkah gadis
itu, ia benar-benar ingin mengubur gadis
itu sepulang dari tempat ini. Tapi kekesalan yang dirasakan Hara tak berlaku
bagi Yixing yang justru merasa diuntungkan dengan ulah Cheonsa.
āKenapa baru datang sekarang?ā
Dinding pemisah yang membelenggu
ia coba runtuhkan. Dengan sabar ia menunggu Hara membuka mulutnya, karena
semenjak datang hingga saat ini gadis itu belum kunjung bersuara.
āAku sibuk, tadinya hari ini pun
tak bisa datang, tapi aku merasa tidak enak pada Paman Ken,ā jawab Hara
berusaha untuk terlihat biasa.
Yixing mengangguk paham, senyum
tipis menghiasi wajahnya. Rasanya senang bisa mendengar suara itu lagi. Namun
debaran dalam raganya terganjal sesuatu, yaitu sebuah kejadian sebelum
kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya terjadi.
Ia menatap Hara dengan intens. Ia
kumpulkan udara sebanyak-banyaknya, memupuk keberanian untuk menyampaikan apa
yang semestinya ia katakan.
āUntuk kejadian yang waktu itu,
akuā¦.ā
āJangan dibahas! Aku tidak ingin
membahas itu.ā selak Hara yang benar-benar keberatan mendengar kilasan kejadian
yang mengawali peristiwa mengerikan malam itu. tidakā¦ia tidak ingin
membayangkannya lagi.
Suasana hening kembali, kedua
orang itu sama-sama merasa canggung. Masing-masing diam dalam beribu kata yang
sebenarnya ingin dikatakan, tapi kekerasan hati rupanya tak mengizinkan semua
terucap begitu mudah.
āBagaimana keadaan kampus?ā
āBaik-baik saja. Gedung itu tak
akan hancur tiba-tiba hanya karena kau tak mendatanginya.ā Tandas Hara begitu
tajam.
Rasa kecewa menelusup jauh ke
dalam hatinya, meski ia sudah tahu semua akan begini. Tapi sejujurnya Yixing
belum siap menghadapi perubahan sikap Hara. Ia belum siap menghadapi Hara yang
dingin dan sinis seperti dulu. Tidakā¦bagaimanapun ia ingin Hara yang aktif
bicara dan terkadang membuat lelucon.
*****
Suasana tegang seperti
menghentikan waktu dan membiarkan semua membeku. kedatangan Shen Ruo ke Chung
Ang yang begitu tiba-tiba, membuat suasana yang tadi sangat bersahabat menjadi
suasana paling mengerikan. Adu pandang antara Hara dan Shen Ruo tak ayal
menjadi begitu sengit dan memancarkan aura gelap menyeramkan. Dalam kebisuan,
pancaran mata keduanya menyuarakan kebencian yang tak terucap lewat kata-kata.
Tapi tampaknya Hara tak berniat
untuk menyapa apalagi berbicara pada gadis itu. Semenjak kejadian malam itu, ia
sudah memutuskan untuk tak berhubungan dengan siapapun yang berhubungan dengan
Yixing. Ia mengambil langkah maju, tapi langkahnya terhenti ketika Shen Ruo
menahannya.
āKita perlu bicara,ā desis gadis
itu tenang.
āTak ada yang perlu dibicarakan.ā
Walau sudah menyatakan penolakannya
, Hara tetap berakhir di salah satu meja di kantin kampusnya. Akhirnya ia tetap
duduk berhadap-hadapan dengan Shen Ruo.
āKau tak mencoba untuk menanyakan
sesuatu?ā pancing Shen Ruo.
āAku tak ingin tahu mengenai hal
apapun. Sekarang bisa aku pergi dari sini?ā
Shen Ruo mendengus pelan
menanggapi Hara yang sulit sekali diajak bicara. Tapi mengingat tujuannya
datang ke tempat ini, ia kembali mengabaikan keinginannya untuk memaki gadis itu.
ā Kau bukannya tak ingin tahu,
kau hanya takut untuk mengetahui yang sebenarnya. Ternyata kau tak lebih dari
seorang pecundang, Lee Hara.ā
Hara tak menjawab, bukankah ia
sudah mengatakan jika ia tak ingin bicara. Jadi yaā¦ia konsisten untuk tak
menanggapi ocehan gadis di hadapannya.
ā Aku dan Yixing sudah berteman
sejak umur lima tahun. a selalu menjagaku seperti adiknya sendiri, ia juga
menjadi pelindung saat orang-orang menghinaku sebagai seorang anak adopsi yang
sebenarnya tak lebih dari anak hasil hubungan terlarang. Yah..ia sangat baik
padaku, sampai aku tumbuh menjadi gadis serakah. Aku hanya ingin ia untukku,
aku tak bisa melihatnya bersama gadis lain.ā
Shen Ruo berhenti sejenak. Ia
terdiam memikirkan kalimat yang tepat untuk menyambung ceritanya.
ā Diaā¦Zhang Yixing tidak akan
membiarkan siapapun menyakiti hatiku, terlebih saat itu menyangkut kedua
orangtuaku. Mengingat kenyataan itu, aku sangat senang. Aku memperalat
kebaikannya untuk kepentingan pribadiku dan kejadian malam itu terjadi. Jujur
aku senang melihatnya yang masih membelaku meski sebenarnya akulah yang
bersalah. Tapi aku sadar, ia melakukan itu karena ia menganggapku sebagai adiknya
bukan karena dia mencintaiku. Setelah ia sadar dari komanya, aku mengerti kalau
gadis istimewa di hatinya bukan aku. Menyakitkan tapi lebih menyakitkan jika
aku tak mengakui semua itu.ā
āKuharap kau mau memaafkannya.
Jangan jauhi dia, kau sudah tahukan betapa kesepiannya Yixing? Selama ini ia
hanya memberi tanpa mendapat balasan. Kalau kau meninggalkannya siapa yang akan
menjadi tempatnya bersandar?ā
Hara tak bisa menutup telinganya,
sekuat apapun keinginannya untuk tak mendengar cerita itu, ia tetap bisa
mendengar semuanya. Tak bisa dibohongi hatinya bergetar ada sebuah desiran saat
telinganya menangkap setiap kata yang dipaparkan Shen Ruo. Setelah mendengar
semuannya, kini kenyataan seolah berbanding terbalik dengan apa yang ia
pikirkan. Sekarang bukan Yixing yang jahat, tapi dirinyalah yang jahat. Kenapa
yang terjadi selalu membuatnya terpojok, seolah ialah satu-satunya orang yang
bersalah? Kenapa? Apa dia terlalu buruk untuk disandingkan dengan Zhang Yixing?
Tbc
Huhuhhhhā¦.Happy New Year!!! Welcome 2016!! Semoga yg buruk2 di tahun
lalu ditinggal dan buka lembaran baru. Yaudah, mari kita tinggalkan tahun baru
dan kemeriahannya. Letās talk about this fic. entah di part berapa aku bilang
aku bakal publish ff ini sebelum tahun berganti, tapi apa ini? Molor parah..
FYI, part selanjutnya adalah ending part untuk ff ini. yeayyā¦dan semoga
aku gak kena virus males publish lagi yaa.. Kn sayang bgt, udh ada yg harus
dipublish tapi tetep gak publish karena rasa malas yang tidak bisa ditoleransi.
Terus apa project baru aku
setelah ff ini rampung? Apa ya? Mungkin aku bakal publish oneshoot/ficlet
dulu, itung-itung buat latihan karena udah mulai baal otaknya kalo disuruh menghayal.
Untuk ff multichapter, sebenernya ada dua ff yang mungkin aku publish tahun
ini*sok eksis kayak JK Rowling*
Yang satu udah jalan 3 part, dan yang satu baru berwujud kerangka
cerita yang ditulis denngan acak-acakan di buku usang bekas corak kotak-kotak
merah hitam*apaan sih?* Untuk Yang ff pertama itu bergenre School-life,
friendship, dan ada sentuhan romance dikit (masih sekolah gak boleh
pacar-pacaran), Dan ff yang satu lagi bergenre family romance. Untuk ff pertama, tokohnya banyak sangat,
sebenernya ff yg kedua pun juga banyak. Tapi pusat konflik di ff kedua, Cuma di
tokoh utama cowok dan ceweknya, tokoh lain mah sekedar menyemarakkan aja.
Aku pun masih belum bisa mastiin ff mana yg bakal jadi beneran. Maksudnya,
yang bakal terus dilanjut sampai ending. Semoga sih dua-duanya. Untuk ff pertama,
aku sayang bgt sama ff itu. Begitupun dengan ff yg kedua, tapi berhubung aku
belum mulai ngetik jadi belum sayang banget. Dan lagi, untuk ff kedua aku bakal
make tokoh yg sebelumnya gak pernah kutulis. Tapi tenang, tokoh di ff kedua
bukanlah orang2 asing dari Mars. Cuma ya itu, aku belum pernah nulis cerita
dengan karakter mereka. doakan semoga bisa, apa lagi ini multichapter.
Ada bayangan siapa dua tokoh utama yg bakal aku masukin di ff kedua? Well..just
guess it.
Itulah cuap-cuap sekaligus curhatan tentang rencana untuk fic-ku
selanjutnya. Semoga GIGSent makin rame, baik dari sisi para authornya ataupun
pengunjungnya. Sekian, sampai ketemu di postingan berikutnya.
Comments
Post a Comment