Time Part 6 - The Old Boy-Friend and The Closing Party
~ O O O ~
Yoona sedikit mengerang pelan saat lingkaran merah pada
pergelangannya tengah diobati oleh Yixing. Melihat sahabatnya merasa kesakitan,
Yixing -atau akrab dipanggil Lay- menghentikan kegiatannya.
āApakah sakit?ā Tanya-nya. Yoona hanya menggeleng singkat,
namun Lay tak langsung mengamini. Ia tatap manik gadis tersebut beberapa saat,
hingga membuat rasa risih hinggap pada dirinya.
āJangan menatapku seperti itu.ā Protes Yoona saat Lay masih
terus menatap matanya dalam.
āKau bohong Im Yoon Ah. Kau kira aku tak tahu, eo? Harus ku
katakan berapa kali agar kau mengerti. Kau tak mungkin bisa berbohong padaku.ā
Yoona hanya mendengus mendengar perkataan sahabatnya itu.
Bukan dengusan karena ia marah pada sosok laki-laki tersebut, tetapi dengusan
karena ia sangat senang bahwa ternyata di dunia ini masih ada yang mengerti
dirinya. Mengingat kejadian akhir-akhir ini, membuatnya berfikir bahwa tak ada
lagi yang mengerti dirinya. Namun, semua itu tertepis karena sosok Lay yang kembali hadir di sampingnya.
āMulai sekarang aku akan kembali menjadi sahabatmu yang
dulu. Tak peduli akan berita-berita yang akan tersebar mengenai kita, yang
jelas aku ingin selalu berada di sampingmu dan menjagamu dari senior-senior
itu.ā
āApa? Ada apa dengan seorang Zhang Yixing? Kenapa kau bisa
berkata seperti itu? Aku tak apa, ini masalahku. Aku mampu menyelesaikannya
sendiri Lay.ā
Masih dengan menatap Yoona, ia meraih tangan Yoona dan
menggenggamnya. Membuat sang pemilik tangan sedikit tersentak dengan perlakuan
yang ia dapatkan.
āTak peduli kau menganggapku sedang bercanda atau tidak. Yang jelas, aku akan kembali menjadi sahabatmu yang dulu.ā Lay kembali
mengulangi perkataannya. Mencoba meyakinkan Yoona bahwa ia sedang tak bercanda.
āBenarkah? Bukankah dulu
kau sendiri yang meminta agar kita tak terlalu dekat, takut ada berita aneh mengenai kita, eo?ā
Lay tak langsung menjawab pertanyaan Yoona. Ia malah
tersenyum dan itu sanggup membuat Yoona tertegun untuk beberapa saat. āAda apa dengan pria ini? Kenapa ia malah tersenyum seperti
itu?ā Batin Yoona.
āItu dulu Yoong. Kini aku tak ingin kehilangan sahabatku
lagi. Jadi..... apakah kau mau kembali bersahabat denganku?ā Tanya Lay yang
kini tengah menjulurkan jari kelingkingnya kehadapan Yoona.
Yoona menatap Lay serius. Ia sedikit menghembuskan nafasnya
pelan, sebelum sebuah senyum terpatri jelas pada wajahnya.
āTentu.ā Jawab Yoona sembari menautkan jari kelingkingnya
pada kelingking Lay. āAku merindukanmu Zhang Yixing sahabatku...ā Sambung Yoona
lagi dengan langsung memeluk tubuh Lay.
āAku juga merindukanmu Im Yoon Ah bodoh...ā Balas Lay.
āKalau begitu, bagaimana kalau hari ini kita habiskan waktu
kita untuk merayakan kembalinya persahabatan kita?ā Tawar Yoona sembari
memasang puppy eyes pada matanya. Ia tahu betul bahwa Lay tak dapat menolak
permintaannya jika ia telah menggunakan jurus andalannya itu. Dan benar saja,
dengan tersenyum, Lay menganggukan kepalanya.
āTentu saja. Ayo...ā Ujar Lay sembari menarik Yoona pergi
meninggalkan ruang kesehatan dorm.
o O O O o
Senyumnya terus terukir dengan baik diwajahnya. Ia tak menghiraukan
beberapa pasang mata yang berpapasan dengannya dan mantapnya dengan penuh
tanya. Bagaimana tidak? Tanpa sebab yang pasti, ia terus tersenyum bahkan
sesekali ia tertawa pelan. Bukankah itu aneh? Dan itulah yang dipikirkan orang-orang itu saat berpapasan dengan sosok tersebut.
Masih dengan senyum pada wajahnya, ia meraih benda berbentuk
persegi panjang dari dalam saku celananya. Ia gerakkan jarinya pada bagian atas
benda tersebut. Hal itu membuat dirinya semakin melebarkan senyumnya,
bahkan lebih sumringah dari sebelumnya tatkala matanya bergerak aktif melihat
apa yang disajikan layar benda tersebut.
From: Si menyebalkan Yixing
Thanks for today Yoona jelek. Semoga kau senang dengan hari ini :)..
To: Si menyebalkan Yixing
Ya.. Kau tak tahu betapa senangnya aku hari ini. Jadi terima kasih sudah mau mengajakku berkeliling hingga senja. Thank you so much Zhang Yixing yang menyebalkan :p..
Ia kembali menyimpan benda itu kedalam saku celananya, namun
ekor matanya sempat menangkap seseorang yang berpapasan dengannya dan
menatapnya dengan begitu bingung.
āAihh.. pasti ini karena aku yang tiba-tiba saja tertawa.ā Rutuknya. Merasa
malu, ia langsung melangkah pergi meninggalkan koridor tempat dimana ia
tinggal.
Namun lagi-lagi langkahnya harus terhenti saat ia menyadari
bahwa kini ada beberapa pasang kaki yang tengah berdiri menghalangi jalannya.
Ia tak lantas mengangkat kepalanya untuk mencari tahu siapa pemilik kaki-kaki
tersebut, karena hanya dengan melihat sepatu yang dikenakan saja, ia dapat
dengan mudah mengetahui siapa orang-orang yang tengah berdiri menghalanginya.
Ia mengangkat kepalanya. Menatap jengah pada sosok-sosok
yang tengah berdiri dihadapannya.
āMau a......ā Belum sempat kalimat tersebut terselesaikan,
sosok-sosok tersebut telah lebih dulu menariknya pergi dengan menutup mulutnya
dengan tangan mereka.
āLe-pas-kan..ā Rontanya masih dalam bekapan tangan salah
seorang dari gerombolan itu. Ia tak dapat melihat dengan jelas dimana ia dibawa
oleh gerombolan tersebut, karena pandangannya terhalangkan oleh topi yang tiba-tiba saja dikenakan oleh salah
seorang dari mereka padanya.
Gelap. Itulah yang ada dibenaknya saat ia membuka topinya,
saat ia rasa sudah tak ada lagi genggaman orang-orang itu pada tubuhnya. Ia tak
memperdulikan seberapa gelapnya ruangan itu, yang ia perdulikan sekarang
adalah, kenapa orang-orang itu membawanya ke tempat gelap itu?
Disaat semua pikirannya tengah tertuju pada alasan
orang-orang itu, tiba-tiba saja ruangan itu berubah menjadi terang. Ia
mengerjapkan kedua matanya refleks saat lampu tersebut hidup, menghilangkan
reaksi yang terjadi pada retina matannya.
Merasa matanya telah kembali normal, ia angkat kepalanya dan
mendapati sosok-sosok yang tadi tengah berdiri memandangnya. Risih? Kesal?
Marah? Takut? Tentu. Saat ini rasa-rasa itu telah berbaur menjadi satu di dalam
benaknya.
āMau apa kalian?ā Tanya-nya sembari merapihkan pakaiannya
yang agak berantakkan karena ulah sosok-sosok tersebut.
Merasa diacuhkan karena tak ada yang menjawab pertanyaannya,
ia kembali mengulangi perkataannya dengan intonasi yang lebih meninggi dari
sebelumnya.
āKenapa kalian membawa ku kemari?!ā Tanya-nya lagi yang
masih tak mendapatkan jawaban apa pun. Membuat rasa kesalnya kembali membakar
ubun-ubunnya sehingga nyaris membuatnya memaki sosok-sosok dihadapannya. Namun
semua itu urung ia lakukan manakala salah seorang dari mereka malah berjalan maju
mendekat kearahnya hingga membuat kakinya sontak berjalan mundur ke belakang.
āMa-mau apa sun.. bea?ā Tanya-nya terbata.
Masih dengan berjalan, sosok itu ternyum. Senyum yang lebih terlihat seperti seringaian dibandingkan senyuman. Dan hal itulah yang kembali membuat rasa takut hinggap pada
dirinya.
āKami ingin meminta maaf pada mu Yoona.ā Ucap sosok itu pada
akhirnya.
Sosok itu masih terus berjalan maju, memperkecil jarak antara
dirinya dengan Yoona. Tetapi berbeda dengan Yoona, saat ia mendengar alasan
mengapa ia dibawa ke tempat itu, ia langsung menghentikan langkahnya dan malah
menatap sosok tersebut seduktif. Hingga jarak tubuh mereka hanya tersisa
beberapa senti pun, Yoona masih tetap tak bergerak. Dan hal itu sanggup membuat
sosok yang kini telah berdiri tepat dihadapan Yoona menjadi bingung.
āKenapa? Kenapa sunbea berhenti?ā Tanya Yoona dengan nada suara
yang sangat berbeda dari sebelumnya. Membuat seisi ruangan tersebut menjadi
bingung atas perubahan tiba-tiba yang terjadi pada diri gadis itu.
āOh iya, sunbea membawa ku secara P-A-K-S-A ke tempat ini untuk
meminta maafkan?ā Tanya Yoona lagi dengan menekankan kata paksa saat ia
mengucapkannya. Ekor matannya sempat menangkap reaksi aneh yang ditunjukkan
oleh sosok-sosok orang yang masih berdiri menatapnya dari kejauhan.
āKalau begitu saat ini, detik ini, aku memafkan kalian semua. Dan mulai saat ini juga aku akan menjalani sisa masa tradisi dengan baik. Menuruti
apa pun yang kalian perintahkan padaku.ā
Mendengar penuturan yang baru saja Yoona katakan, membuat
kebisuan menyergap sosok-sosok tersebut, termasuk sosok yang masih berdiri
dihadapan Yoona. Beberapa detik mereka lalui hanya dengan menatap Yoona bingung
dan tak percaya.
āBenarkah?ā
āYa Eunhyuk sunbea. Aku akan memaafkan kalian. Dan aku akan
menjalani tradisi ini dengan baik. Aku juga akan menjalankan apa pun yang
diperintahkan sunbea kepadaku, termaksud...ā Yoona menggantungkan ucapannya.
Lalu tersenyum singkat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. ā..bermesraan
dengan kalian seperti yang pernah kalian nyaris lakukan padaku.ā
Terkjut? Tak percaya?
Bingung? Atau adakah kata lain yang sangat pantas untuk menggambarkan keadaan
gerombolan pria itu saat mendengar perkataan Yoona? Jika pun ada, pasti semua
itu tak jauh berbeda dengan ketiga kata itu. Tiga kata yang telah
bercampur menjadi satu dan tak dapat dipisahkan pada benak mereka, seperti
campuran beberapa liquid berbahaya yang berada di laboratorium kimia. Dan
tinggal menunggu waktu saja saat campuran liquid itu akan meledak, dan
menghancurkan seluruh barang bahkan manusia sekali pun.
āKenapa kau bicara seperti itu? Kami tak.......ā
āKenapa? Bukankah memang selama ini sunbea menginginkan hal
itu. Mulai dari menindasku, memberi hukuman untukku, semua itu sunbea lakukan
dengan cara itu kan. BER-MES-RA-AN?ā Selak Yoona.
Yoona POV
Dengan seulas senyum miring -yang aku sendiri tak tahu sejak
kapan aku pandai tersenyum seperti itu- aku melangkah pergi meninggalkan
mereka. Meninggalkan pria-pria keparat itu dalam ketermanguan mereka. Biarkan
saja, bukankah sebelumnya aku telah memperingatkan mereka akan balas dendamku.
Dan kini, saatnya aku untuk melaksanakan semua yang telah ku rencanakan. Tak
peduli dengan konsekuensi apa yang akan aku terima setelah acara pembalasan
dendamku ini terlaksana, mungkin aku akan dikucilkan oleh teman-temanku atau
akan ada pembalasan lain yang akan aku terima. Semua itu hanya tinggal menunggu
waktu saja, tetapi sebelum semua itu datang aku harus terlebih dulu melenyapkan
rasa dendamku pada mereka.
Author POV
Yoona melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Sebelum
tubuhnya benar-benar menghilang, ia sempat membalikkan tubuhnya dan tersenyum
sekilas.
āSelamat bermain-main...ā Gumamnya dengan diikuti gerakan
tangannya membanting pintu tersebut.
Kencangnya suara pintu yang tertutup tak lantas membuat pria-pria
itu terbebas dari ketermanguan mereka. Mereka terus saja diam. Tak ada satu pun
yang membuka mulut sekedar untuk melontarkan satu huruf pun. Rasa
keterkejutan telah berhasil menguasai otak serta saraf mereka.
āTpakah ini nyata?ā Tanya salah seorang dari mereka. Masih
dengan tatapan yang kosong, sosok itu melangkahkan kakinya menghampiri seorang pria yang berdiri di depannya.
āDonghae-ah...ā Ujarnya sembari mengguncang tubuh pria yang
ia panggil Donghae itu. Namun nampaknya guncangan yang ia berikan tak lantas
membuat Donghae kembali tersadar dari keterkejutannya. Buktinya, sudah
berkali-kali sosok itu memanggil namanya dan mengguncang tubuhnya, Donghae, pria tersebut tak kunjung menanggapinya.
Merasa diacuhkan dan tak dipedulikan. Kini sosok yang sedari
tadi memanggil Donghae tengah membuat ancang-ancang untuk membuat Donghae tak
lagi mengacuhkannya. Dengan mengepalkan kedua tangannya, ia kembali memanggil
nama Donghae untuk yang kesekian kalinya dan kini dengan mengikut sertakan
tangannya yang terkepal itu.
āLee Donghae.ā Panggilnya yang langsung membuat sosok itu
merintih sembari memegangi puncak kepalanya.
āYak! Lee Hyuk Jae! Apa yang kau lakukan?!ā Pekik Donghae.
āAku? aku memukul mu.ā Jawab sosok pria bermarga Lee itu
santai.
Mendengar jawaban tersebut, Donghae mendelik tak percaya.
Bagaimana bisa ada orang yang dengan bangganya mengatakan perbuatan tak terpuji
yang baru saja ia lakukan? Rasanya ingin sekali ia menghabisi sosok pria
tak tampan dihadapannya bila saja kejadian mengejutkan tadi tak kembali
melintas dipikirannya.
o O O O o
Hari demi hari terus berlalu. Tak terasa kini masa-masa
paling menyeramkan bagi sebagian murid kelas satu telah berakhir. Dan hari ini
merupakan hari penutupan masa tradisi sekolah yang akan dilakukan dengan pesta
kecil di taman dorm. Ya.. walaupun tak benar-benar kecil karena nyatanya pesta
itu dirancang dengan sangat baik, mulai dari panggung, pernak-pernik, bahkan
hingga pengisi acara, semua itu dirancang layaknya seperti sebuah pesta
kelulusan untuk murid-murid kelas tiga.
Dan bersamaan dengan berakhirnya masa tradisi berarti
berakhir pula masa hukuman yang harus dijalani oleh seorang Im Yoon Ah, seorang
siswi yang mendapatkan hukuman untuk membersihkan seisi dorm karena
tak melaksanakan tradisi sekolah. Sejak pengumuman yang ia terima
mengenai pesta pengakhiran masa tradisi, aura-aura kebahagian telah terpancar
jelas dari dalam dirinya. Membuat siapa pun yang berada didekatnya pasti akan
merasa bingung karena perubahan tiba-tiba yang terjadi pada diri seorang Im
Yoon Ah.
Dan kini, detik-detik pengakhiran masa tradisi telah berdiri
dengan sangat apik dihadapan seluruh murid-murid Cheonjae High School. Membuat
beribu-ribu aura baik telah memenuhi seisi taman tersebut, namun tak sedikit
pula yang menampakkan gurat kesedihan mereka karena harus berpisah dengan
senior-senior yang telah selama dua minggu ini terus bersama mereka layaknya
sepasang kekasih.
āYak! Ada apa dengan kalian? Kenapa wajah kalian sesuram itu?ā
āKami sedang bersedih.ā Jawab seorang gadis dengan sedikit
terisak.
āSedih? Untuk apa?ā
āApa? Untuk apa katamu? Yak! Im Yoon Ah. Kau lupa, eo? Hari ini adalah hari penutupan masa tradisi, apakah kau tak merasa sedih?ā Suaranya
yang meninggi menandakan bahwa kini sosoknya sedang dalam keadaan yang tak
baik. Namun Yoona, gadis yang menjadi lawan bicaranya malah terlihat tersenyum,
dan beberapa saat kemudian senyumnya pecah menjadi tawa ringan yang langsung
membuat dua orang gadis yang tengah bersedih itu mengerutkan dahinya.
āKenapa kau tertawa?ā Tanya seorang gadis yang sedari tadi
hanya diam dengan wajah yang terus tertunduk.
āKenapa? Apakah sekarang tertawa juga telah dilarang?ā Tanya
Yoona masih dengan tawanya, membuat kedua gadis muda yang tadinya terduduk kini
berdiri dan menatapnnya tajam.
āTerserah kau saja.ā Ujar seorang gadis yang diketahui
bernama Sooyoung itu dengan sengit. Ia melangkahkan kaki jenjangnya pergi.
Berjalan menuju pintu kamar yang tiba-tiba saja mengeluarkan suara ketukan.
āSebentar.ā Teriaknya dari dalam. Sejurus dengan itu,
tangannya ia gerakkan memutar kunci yang tergantung di pintu. Tak perlu waktu lama bagi Sooyoung untuk membukakan pintu
tersebut, karena kini wajah-wajah orang yang baru saja membuat suara ketukan
itu sudah terpampang jelas dihadapannya.
āsunbea..ā Sergah Sooyounng begitu melihat soosk-sosok
tersebut. Matanya terlihat berbinar, namun beberapa detik kemudian binar-binar itu hilang dan berganti dengan gurat
kesedihan.
Sooyoung mempersilahkan orang-orang yang ia panggil sunbea
itu untuk masuk. Sejenak ia hembuskan nafas beratnya pelan, bahkan sangat pelan
hingga membuat orang-orang itu tak menyadarinya.
āApakah kalian sudah siap?ā
Tak ada yang bergeming. Dua orang gadis yang tengah berdiri
di belakang laki-laki itu hanya diam. Benak mereka kini tengah berteriak tidak.
Tetapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah berakhir. Benar-benar
berakhir. Tetapi nampaknya hal tersebut tak berlaku bagi Yoona, karena kini ia
tengah tersenyum puas dari atas sebelum turun menghampiri kerumunan itu.
āTentu. Kami telah siap, bahkan sangat siap sunbea.ā
Sambut Yoona sambil tersenyum.
Mendengar Yoona berkata seperti itu, rasanya ingin sekali
Soooyoung melemparinya dengan lemari-lemari yang berada di dalam kamar. Sesenang
itu kah seorang Im Yoon Ah karena masa tradisi akan segera berakhir? Tanpa
perlu menanyakan hal itu pun, baik Sooyoung maupun Seohyun telah sangat
mengetahui jawabannya. Sejak awal mereka tahu bahwa hanya Yoona-lah murid kelas
satu satu-satunya yang berani menentang tradisi tersebut. Merelakan dirinya
menerima hukuman dari Kim Junsu, guru olah raga sekaligus penanggung jawab
dorm. Maka tak salah jika hari ini ia merasa begitu senang.
āKau terlihat bersemangat sekali Yoona-ah?ā
āTentu saja. Aku tak mungkin tak bersemangat Jaejoong sunbea. Hari
ini kan hari penutupan masa tradisi.ā Jawab Yoona masih dengan tersenyum
senang, atau mungkin senyumnya dapat dikatakan sebagai senyum kemenangan karena
sebentar lagi ia akan terbebas dari seluruh senior-senior yang telah mengusik
kehidupannya selama masa tradisi.
āBenarkah? Nampaknya kau sangat menanti saat-saat ini
Yoona-ah?ā
Yoona kembali tersenyum. Ia melangkahkan kakinya, duduk
disalah satu kursi kosong. āApakah terlihat seperti itu?ā Tanya-nya ambigu.
Haruskah ia mengatakan sejujur dan sejelas mungkin kalau ia benar-benar merasa sangat
senang? Haruskah ia membuat sebuah pengumuman hanya untuk mengumumkan
kesenangannya? Tidakkan.
Mendengar perkataan Yoona, secara tiba-tiba gimik wajah tiga
orang sunbea nya itu berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya.
Mereka secara bersama-sama dan tanpa direncanakan menghembuskan nafas berat
mereka dengan pelan. Namun sepelan apa pun, Yoona masih dapat mendengarnya
dengan jelas karena ia duduk bersebelahan dengan sofa yang diduduki oleh ketiga pria itu, dan lagi keadaan kamar yang tengah sunyi membuat suara sepelan apa
pun masih dapat terdengar.
āKalau begitu ayo kita bergegas ke taman. Sepertinya acara
akan segera dimulai.ā
āYa.ā Jawab Yoona penuh semangat hingga ia berjalan
mendahului semua orang yang berada di kamar tersebut.
o O O O o
Kemeriahan pesta malam itu benar-benar membekas dihati para
murid-murid yang melaksanakan tradisi sekolah mereka. Ada yang merasa senang
namun tak sedikit pula yang merasa sedih. Kenapa? Bukankah itu berarti
penindasan yanng mereka terima dari para senior sudah berakhir? Tetapi kenapa
mereka harus bersedih? Dan itu-lah yang kini ada dipikiran seorang Im Yoon Ah. Gadis itu tampak bingung dan tak habis pikir saat beberapa murid perempuan nyaris menitihkan air mata
saat pidato ketua pelaksana masa tradisi yang diketuai langsung oleh Park Jung
Soo ākepala sekolah Cheonjae High School- sebagai simbol penutupan pelaksanaan
tradisi tengah berlangsung. Mereka terlihat seperti tak rela akan berakhirnya masa tradisi yanng
sudah mereka laksanakan selama kurang lebih dua minggu itu.
āDan dengan berakhirnya pidato ini. Saya ucapkan terima
kasih kepada murid-murid baru yang telah melaksanakan tradisi sekolah dengan
sangat baik. Dan selamat bergabung menjadi bagian dari keluarga Cheonjae High
School.ā Ucap Park Jung Soo mengakhiri pidatonya. Ia bergerak turun dari atas
podium dengan disambut tepuk tangan meriah dari murid-murid walaupun ada yang
melakukannya dengan tak tulus mengingat ketidak relaan mereka mengakhiri masa
tradisi.
Pidato telah berakhir berarti pesta pun juga telah berakhir.
Sebagian murid yang merasa senang atas berakhirnya masa tradisi segera
memisahkan diri dari kerumunan murid-murid yang bersiap untuk menghampiri
senior mereka untuk mengucapkan salam perpisahan dan ucapan terima kasih. Namun
tak sedikit dari mereka yang dengan rela menyisihkan uang saku mereka hanya
untuk memberikan sebuah kado sebagai tanda terima kasih kepada senior yang selama dua
minggu ini telah menjadi orang yang ya... sebut saja kekasih mereka karena
nyatanya memang itulah tujuan diadakan tradisi tersebut, semata untuk membuat
senior dan junior menjadi virtual couple
selama masa tradisi.
Yoona, gadis itu masuk ke dalam kategori junior yang langsung
memisahkan diri sesaat setelah pidato dari kepala sekolahnya berakhir, bahkan
mungkin ia langsung pergi bersamaan dengan kepala sekolahnya yang turun dari
atas podium. Ia segera memisahkan dirinya berpindah dari taman utama dorm
menuju taman belakang yang jarang terjamah oleh murid-murid yang lain. Entah
sejak kapan ia mulai menyukai atmosfer taman tersebut. Rasanya seperti surga
dunia baginya.
Duduk di bangku taman, memandang bintang, semua itu ingin ia
lakukan saat itu. Mengingat kebebasan yang telah menyapanya membuat ia sangat
bersemangat untuk segera menikmati atmosfer taman tersebut. Namun saat semua
angan-angan menyenangkan itu hendak ia lakukan, seorang pria yang paling ia
hindari tiba-tiba datang dan mengikut sertakan dirinya duduk di bangku yang
sama dengannya.
āD-Do.. Dong... Hae... sun-bea..ā Ucapnya terkejut saat pria itu telah duduk di sampingnya.
āAku baru tahu kalau kau juga menyukai tempat ini.ā
Yoona memiringkan wajahnya. Menatap sosok pria yang duduk
di sampingnya dengan menautkan kedua alisnya. Juga? Apa maksudnya? Setahunya
tak ada yang menyukai tempat itu selain dirinya, karena saat pertama kali ia
menemukan taman itu, tempat tersebut tak terawat hingga ia menyimpulkan bahwa
tak ada satu pun murid yang pernah datang ke tempat tersebut.
āJadi, kau yang merapihkan taman ini?ā
Tak menjawab. Yoona lebih memilih diam dan kembali
memalingkan wajahnya menatap hamparan rerumputan di depannya. Kembali,
keheningan tercipta setelah sosok pria itu tak membuka suaranya lagi. Mereka
terlihat sibuk dengan apa yang ada di taman tersebut. Entah hanya melihat
sekitar untuk kesekian kalinya, atau menghirup oksigen yang tersedia disana.
āMaaf sunbeanim. Sepertinya aku harus kembali ke kamar. Sampai jumpa..ā
Yoona merundukkan tubuhnya dan berjalan berbalik meninggalkan sosok Donghae.
āYoona-ah tunggu..ā Panggil Donghae membuat Yoona mau
tak mau, suka tak suka, harus menghentikan langkahnya dan kembali memutar
tubuhnya menghadap sosok Donghae.
Yoona hanya diam. Tak ada hasrat sama sekali dalam dirinya
untuk membuka suaranya. Ia hanya menatap sosok pria dihadapannya itu dengan malas.
Menunggu sosok itu agar membuka suaranya. Namun nampaknya ia harus kembali
bersabar karena hingga detik itu Donghae
tak kunjung berbicara. Ia hanya menatap Yoona dalam diamnya. Dan hal itu
kembali membuatnya merasa geram. Hampir saja ia mengucapkan makiannya andai
saja Donghae telat beberapa detik dari dirinya.
āIni..ā Ucap Donghae sembari memberikan sebuah boneka berbentuk
buah strawberry padanya. Entah apa yang ada dipikiran Donghae saat ia membeli
benda itu, yang jelas saat ia melihat boneka tersebut rasanya ingin sekali dirinya
untuk memberikan boneka itu pada Yoona.
Yoona mengerutkan dahinya. Bingung atas apa yang kini sudah
berada di dalam genggamannya. Boneka? Strawberry? Dan Donghae? Semua itu tengah
berterbangan di otaknya. Dan satu lagi, kini Yoona merasa aneh akan sosok
Donghae. Kenapa Donghae malah memberikannya boneka setelah apa yang ia lakukan
pada Donghae beberapa hari belakangan ini? Dan kenapa pula harus strawberry?
āBoneka itu sebagai bentuk permintaan maafku selama masa
tradisi ini. Aku tahu kejailan yang aku perbuat sudah sangat keterlaluan. Maka
dari itu aku memberikanmu boneka strawberry itu sebagai permintaan maaf. Maukan kau memnerimanya?ā
Yoona hanya diam. Ia merasa bimbang. Ia juga tak habis pikir
kenapa ada orang seperti Donghae di dunia ini. Apakah saat ini Donghae tengah
mempermainkannya? Ia tak tahu pasti. Perasaannya kini tak dapat ia jabarkan.
Disatu sisi Yoona merasa senang bahwa ternyata usahanya untuk membalaskan
dendamnya berjalan dengan lancar, bahkan seniornya juga telah meminta maaf.
Tapi rasa senang yang ia rasakan nampaknnya tak hanya karena permintaan maaf
yang ia terima, tetapi juga karena pemberian yang ia dapatkan dari Donghae. Sedangkan
disisi lainnya, ia merasa tak enak hati dengan apa yang telah dilakukan Donghae
untuknya.
Mungkin benar bila sepanjang pelaksanaan tradisi sekolah
Donghae dan teman-temannya lebih banyak melakukan tingkah konyol yang membuat
Yoona selalu merasa tak nyaman. Tapi coba pikirkan sekali lagi tentang apa
yang mereka lakukan belakangan ini.
Tanpa sepengetahuan Yoona, setiap pagi Donghae selalu membantu Yoona
membersihkan seisi dorm. Entah hanya membuang sampah atau merapihkan ruang cuci.
Awalnya Yoona merasa bingung, namun lambat laun ia hanya menganggap bahwa
seluruh penghuni dorm telah memiliki kesadaran tersendiri untuk membuang smapah
atau merapihkan ruang cuci setelah mereka gunakan.
āKenapa kau diam? Apakah kau menolak permintaan maaf ku?ā
āA..e.. tidak. tidak. Eemm.... aku menerimanya. dan aku juga
ingin meminta maaf atas tingkahku selama ini. Eemm.. sepertinya sudah larut. Aku
kembali ke kamar dulu. Permisi...ā Yoona merundukkan badannya singkat dan
kemudian berlari meninggalkan Donghae yang entah sejak kapan telah tersenyum.
āKau memang tak terduga Im Yoon Ah....ā Ucapnya saat Yoona
telah benar-benar pergi dan tak terlihat lagi oleh penglihatannya.
o O O O o
Sang pemilik cahaya telah bangkit dan menyinarkan cahaya
kemerahannya keseluruh penjuru dunia. Membuat seluruh mata yang tengah terpejam
kini berangsur-angsur terbuka. Tubuh-tubuh yang terbaring nyaman di atas ranjang
kini mulai menggeliat tak karuan kala secarcik cahaya itu terdampar di atas
tubuh mereka.
Hanya berselang beberapa saat saja, suara kegaduhan mulai
terdengar diseluruh penjuru bangunan tempat tinggal para murid Cheonjae High
School. Mulai dari suara gemericik air, decitan pintu, suara benda jatuh, hingga
suara gumaman bangun tidur mulai menggema menghiasi pagi di tempat itu.
Layaknya murid-murid pada umumnya, aktivitas mereka dikala pagi tak banyak
berbeda. Mulai dari membersihkan diri, memakai seragam, mempersiapkan beberapa
buku yang akan dipelajari, dan tak lupa menyesapkan beberapa energi dalam
bentuk makanan ke dalam tubuh mereka. Hanya saja yang membuat mereka berbeda
adalah, mereka melakukan seluruhnya di satu bangunan yang sama, yaitu dorm.
Yoona bangkit dari kursinya dengan mengenakan tas punggung
berwarna coklat, setelah satu mangkuk bubur dan segelas susu masuk ke dalam
perutnya hingga memenuhi area lambung. Kakinya terus bergerak menyusuri koridor
dorm hingga membawanya kini keluar dari area bangunan berwarna biru dengan
aksen putih itu.
āYoona.....ā
Yoona memutar tubuhnya. Tersenyum dengan kepala yang sedikit
ia miringkan.
āAyo kita berangkat bersama.ā Ia melingkarkan tangannya pada
pergelangan Yoona. Membuat Yoona mau tak mau harus menyeimbangkan langkahnya
dengan langkah sosok tersebut.
Langkah beriringan mereka membuat beberapa tatapan curiga
serta iri terpancar sepanjang jalan yang mereka lalui. Entah itu dari
sekumpulan gadis yang memiliki rasa kagum terhadap sosok pria yang berjalan di
sampingnya, atau hanya sekedar mempertanyakan kedekatan yang mereka tunjukkan.
Namun semua itu tak membuat Yoona maupun sosok tersebut merasa terganggu.
Buktinya mereka terus berajalan bersama melewati orang-orang tersebut.
āApakah kau lihat tadi. Nampaknya beberapa fansmu mulai
menaruh rasa dendam padaku karena aku telah mengambil alih pujaan mereka.ā
Cibir Yoona.
āAish itu bukan urusanku.ā Ia melepaskan tangannya dan
berjalan lebih dulu meninggalkan Yoona yang masih menahan tawa.
āYa.. ya.. ya.. tunggu aku...ā
Yoona POV
Bel baru saja berbunyi, tetapi aku kini telah duduk manis
dengan semangkuk yookgaejang *sup daging
sapi yang menggunakan bahan dasar kochukaru/bubuk cabai* yang siap untuk
memenuhi perutku. Aroma yang begitu lezat membuatku ingin sesegera mungkin
menyantapnya dan tak menyisakan apa pun dimangkuk. Namun aku harus menahannya,
saat sosok Sooyoung dan juga Seohyun telah duduk dihadapanku dengan memancarkan
tatapan yang paling ku benci.
āAda apa?ā Tanyaku malas.
Ku perhatikan mereka. Apa-apaan kedua manusia ini? Kenapa
mereka menatapku terus? Apakah aku telah melakukan kesalahan pada mereka? Tsk....
menyebalkan!
āYak! Kenapa?! Kalau kalian hanya ingin mengganggu waktu makanku,
lebih baik kalian pergi.ā
Seperti tak mendengar ucapanku, kini mereka malah mendekatkan
wajahnya pada wajahku dan kembali menatapku.
āSebenarnya apa hubunganmu dengan Lay?ā
Ku hempaskan tubuhku pada senderan kursi. Rasanya ingin
sekali ku tumpahkan yookgaejang ku ini pada wajah mereka. Tetapi daripada
menumpahkan makanan tak berdosa ini pada makhluk-makhluk menyebalkan itu, lebih
baik ia ku berikan pada orang yang kelaparan.
āYak! Kenapa kau diam?! Cepat jawab. Atau jangan-jangan kau
dan Lay........ā
āAku dan Lay hanya teman! Jadi hentikan omong kosong kalian
ini. Dan sekarang jangan ganggu aku. Aku ingin makan!!ā
āTapi........ā
āTidak ada tapi-tapian! Kalian yang pergi atau aku yang
pergi?ā
āAish... baik-baik kami pergi.ā
o O O O o
Lezatnya... entah memang karena yoghurtnya yang
lezat atau karena rasa yoghurt ini strawberry makanya aku menyukainya. Aaahhh apa
pun itu sepertinya aku harus membelinya lagi. Setidaknya mungkin dengan ini
rasa penatku akan sedikit hilang.
Pandanganku beralih saat samar-samar dari kejauhan aku
melihat sosok yang saat ini tak ingin ku jumpai. Atau mungkin sosok yang sampai
kapanpun tak ingin aku temui. Sosok yang selalu membuatku kesal dan entah kenapa
tiba-tiba ia juga membuatku bingung. Sungguh... sepertinya manusia-manusia yang
ada di sekolah ini seluruhnya memiliki kelainan jiwa, kecuali aku.
Aku merundukkan badan memberikan salam padanya. Ya...
walaupun ia makhluk yang menyebalkan tetapi setidaknya aku masih memiliki
etika.
āBagaimana perasaanmu setelah penutupan masa tradisi? Sepertinya kau sangat senang Yoong.ā
Ada apa dengan orang ini? Kenapa ia senang sekali mencampuri
urusanku?! Senang atau tidak sepertinya ini tak ada urusan dengannya. Dasar
senior menyebalkan!!!!
āEemmm... haruskah aku menjawabnya sunbea?ā
Ia menggelengkan kepalanya, tersenyum, dan hal itu sanggup
membuatku merasa terkejut serta bingung. Bagaimana
bisa ada manusia seperti ini di muka bumi ini? Pikir ku saat lagi-lagi ia hanya
tersenyum dan tak mengeluarkan sepatah katapun.
āEm., apakah masih ada yang ingin sunbea katakan? Kalau
tidak, aku permisi. Sampai jumpa.ā Ku rundukkan badanku singkat dan langsung berjalan
pergi.
Tanpa ku sadari kini lenganku telah ditahan oleh seseorang
yang ku yakini orang yang sama. Dengan berat hati, ku putar
tubuhku sejurus dengan dimana sosok itu berdiri.
āKenapa sunbea?ā
āEm... aku ingin........ em......ā Ia menghentikan
ucapannya. Menggaruk tengkuknya asal dan menghembuskan nafasnya. āSebenarnya,
aku ingin mengatakan kalau............ā
āIm Yoon Ah.ā
Aku membalikan tubuhku. Menatap sosok pria yang tengah
berlari kearahku dengan bingung. Lay? Ada apa dengan anak itu?
āKenapa kau seperti itu? Apakah kau baru saja dikejar-kejar
setan? Atau kau baru saja.......ā Ia membekap mulutku dengan tangannya, membuatku
mau tak mau tak dapat melanjutkan apa yang ingin ku katakan.
āTsskkk. Bisakah kau diam sejenak. Aku ingin mengatur nafas
ku dulu.ā Ujarnya dan kemudian melepaskan tangannya dari wajahku. Kini aku
hanya diam menunggu sosok manusia dihadapanku ini selesai mengatur nafasnya.
āApakah kau sudah puas menghirup seluruh oksigen di tempat
ini, eo?ā
āAish kau! eo, aku sampai lupa. Yoona ayo, kau di panggil
Jung Soo seosangnim!ā Lay segera menarik tanganku. Membuatku langsung ikut
berlari mengikuti langkah cepatnya. Aish... manusia ini??!!
Author POV
Yoona dan Lay kini telah berdiri tepat di depan sebuah pintu
dengan headmaster yang tertulis pada roomtag yang terpasang di atasnya.
Beberapa saat setelah mereka sampai, mereka hanya diam sembari menatap daun
pintu berwarna putih itu. Raut bingung serta tegang pun sudah mereka tunjukan
saat diperjalanan menuju ruangan tersebut. Mereka merasa bahwa hal buruk akan
menimpa mereka. Entah dari mana mereka dapat
memperkirakan hal itu, yang jelas jika ini sudah berhubungan dengan
seorang kepala sekolah, pastilah sesuatu yang buruk telah terjadi. Walaupun tak
semuanya akan berakhir buruk.
āHaruskah kita masuk? Memangnya ada apa?ā Tanya Yoona. Ia masih
terus menatap daun pintu itu dan tak bergerak sedikitpun.
āAku tidak tahu. Tapi yang jelas aku sedikit tak yakin jika
ini merupakan hal baik.ā
Mereka terus berdiri disana. Memandang pintu berwarna putih
itu sembari menerawang apa yang akan terjadi pada diri mereka setelah mereka
berada di dialam ruangan tersebut. Cukup lama mereka berada di tempat itu hingga Lay memutuskan untuk mengakhiri
kepatungan mereka dan bergerak masuk ke dalam ruangan.
Setelah ketukan singkat yang ia lakukan, ia menekan gagang
pintu tersebut dan memunculkan sedikit wajahnya seperti meminta izin untuk
memasuki ruangan tersebut.
āMasuklah.ā
Mendengar itu, Lay langsung menarik Yoona berjalan mengikuti
dirinya. Mereka membungkukan badan, memberikan salam pada sosok pria yang
tengah terduduk dikursinya.
āAda apa seosangnim memanggil kami?ā Tanya Lay sembari menganggukkan kepalanya singkat.
āDuduklah terlebih dulu. Tenang saja, aku tak akan memakan
kalian. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal kepada kalian.ā Ucap sosok
tersebut sembari menutup sebuah map di hadapannya yang sedari tadi terus
terbuka.
āSebenarnya, aku meminta kalian datang kesini untuk....ā
Belum sempat sosok tersebut menyampaikan maksudnya, suara ketukan dipintu
berhasil membuat ia menghentikan ucapannya dan membuat Yoona dan Lay semakin
merasa takut kalau-kalau apa yang ingin dikatakan oleh sosok tersebut merupakan
petaka bagi mereka.
āMasuk.ā
Saat suara decitan pintu terdengar, secara serempak Yoona
dan Lay juga ikut memutar kepala mereka. Melihat sosok yang baru saja membuka
pintu ruangan tersebut.
āJong Soo-saem. ini datanya.ā Ucap sosok tersebut sembari
menyerahkan dua buah map berwarna coklat yang ia bawa kepada sosok yang ia
panggil Jung Soo itu.
āTerima kasih Kyuhyun-saem.ā
Jung Soo meraih map tersebut dan membukanya. Ia membaca
setiap lembar yang berada ditiap map tersebut. Hanya butuh beberapa menit untuk
sosok bernama Jung Soo itu membaca lembaran demi lembaran tersebut.
āBaiklah. Ini merupakan data kalian. Dan disini tercantum
seluruh data-data yang menyangkut diri kalian, dari yang tak terlalu penting
hingga yang paling penting berada di map ini. Dan karena itu.......ā
āYak saem! Kenapa kau bertele-tele?! Kau harus mengatakannya
dengan tegas!ā Selak Kyuhyun, guru matematika yang terkenal tegas itu.
āBaik-baik, aku mengerti. Begini, aku mendaftarkan kalian dalam
perlombaan fotografi & editing, karena menurut data yang kalian tuliskan,
kalian memiliki kemampuan pada bidang tersebut. Jadi aku memutuskan untuk
mengikut sertakan kalian dalam perlombaan itu.ā
Yoona dan Lay saling melempar pandang. Mereka masih merasa
tak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi. Bukan sebuah kabar buruk yang
mereka dapatkan, tetapi sebuah peluang emas yang tengah menyapa mereka.
āTapi tenang saja, kalian tak hanya berdua. Masih ada satu
orang lagi yang bergabung dengan tim kalian.ā Sambung Jung Soo yang kembali
membuat Yoona dan Lay saling melempar pandang.
Satu orang lagi? Siapa? Apakah teman seangkatan mereka? Atau
senior yang berada di atas mereka satu tingkat? Atau senior yang dua tingkat
di atas mereka? Semua itu kini tengah berkeliaran di benak Yoona maupun Lay.
āEm... bolehkah kami tahu siapa orang yang saem maksud?ā
Tanya Yoona.
āTentu saja boleh. kebetulan sekali, sepertinya orang itu sudah
berada di luar. Kyuhyun-saem bisa kau panggilkan dia.ā
āBaik.ā Ucap Kyuhyun dan langsung berjalan menghampiri pintu.
Ia membuka pintu tersebut, mempersilahkan sosok yang telah berdiri di depannya
untuk masuk.
āAyo masuk.ā Ujar Kyuhyun.
āBaik saem.ā
Sosok tersebut berjalan mendekati meja Jung Soo. Dan
langsung merundukan badannya memberikan salam.
āNah dia yang akan bergabung dengan tim kalian. Dan dia juga
yang akan memimpin tim ini.ā Ucap Jung Soo sembari menunjuk sosok laki-laki
yang telah berdiri di belakang kursi yang tengah diduduki oleh Lay dan Yoona.
Sontak kedua anak manusia itu berdiri dan membalikkan tubuh
mereka ke belekang. Dan betapa terkejutnya Yoona saat mengetahui siapa sosok
yang dimaksud Jung Soo. Sosok yang tak pernah diinginkan kehadirannya oleh
Yoona.
āK-kau... Do-Dong... hae sun-bea?????ā
To Be Continued..
Hai.. Selamat Malam.
Time akhirnya balik lagi nih. Seneng deh bisa balik bareng Time yang entah sudah berapa lama menghilang. Kalau enggak salah, terakhir update Time itu bulan September. Dan akhirnya di awal tahun ini aku bisa kembali dengan Time. Dan semoga ini bisa menjadi permulaan yang baik untuk Time ya kawan-kawan....
Gimana nih kalian yang udah mulai masuk sekolah? Semangat ya!! Inget bentar lagi libur kenaikan kelas kok. Jadi berusaha ya biar bisa naik kelas.
Dan gimana yang udah mulai kerja?? Semoga kondisi di kantor masing-masing selalu mendukung kalian ya...
Oh iya, untuk kalian para mahasiswa/mahasiswi, gimana kuliahnya? Yang masih UAS, gimana UASnya? Yang baru selesai UTS, ayoo semangat! Usahakan yang terbaik buat UASnya. Yang udah UTS dan UAS dan sedang menunggu hasil akhirnya, gimana keadaannya?? Dan untuk yang udah tau hasil IPnya? Gimana ? Masih baik-baik aja kan??
Ayo.. tetap semangat ya kalian semua. Jangan pantang menyerah walaupun hasilnya gak sesuai ekspektasi kalian.
Oke.. mending balik ke pokok aja ya. Gimana nih Time edisi The old Boy-Friend and The Closing Party-nya?? Aneh? Kecepetan? Atau ada sesuatu yang mengganjal?? Kalau ada.. kalian bisa share ke aku, suapaya aku bisa memperbaiki untuk next partnya.
Aku gak tau gimana nih si Time ini. Jujur, pas edit ulang, aku ngerasa surprise aja sama karyaku yang satu ini. Entah kenapa. Yang jelas terkejut aja, kenapa aku bisa punya ide dan nulis kayak gini.
Ya walaupun begitu, sebagai author, dasarnya aku tetep berharap bahwa karyaku ini bisa diterima sama kalian dan bisa memenuhi hasrat dan minat kalian dalam berimajinasi.
Dan karena aku udah kehabisan kata-kata + aku baru aja dikejutkan dengan nilai-nilai yang bermunculan di akun SIAK ku, makanya aku akan mengakhiri Time kali ini sampai di sini. Semoga kalian bisa terhibur dengan edisi ini dan tetap nantikan edisi-edisi selanjutnya dari Time. Doakan aku supaya bisa update Time lebih rajin lagi.
Oke See you bye bye.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment