Hello Chingu - Part 1
Main Cast: Jung Cheonsa ā Bang Minsoo
Minor Cast: Song Hyerin ā Bang Yongguk ā
Kim Namjoon (BTS Rap Monster)
Genre: Romance, Friendship
Rating: PG ā 17
Bienvenue Ć” Paris
Selamat datang
di Paris!
Walau sudah sampai sejak pagi
tadi, Cheonsa baru sempat melihat-lihat kota Paris pukul enam sore. Tubuhnya
kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang dan mengantri untuk pengecekan
paspor. Ia dan Hyerin ambruk di kamar hostel dan baru sadarkan diri lima jam
kemudian.
Ia menghentikan langkahnya,
menyerap sensasi baru di sekitar. Matanya berbinar-binar begitu menemukan
bangunan besi yang tampak gagah, lambat laun terlihat lebih jelas. Mulutnya
menganga lebar, dadanya diliputi rasa takjub. Angin malam, kelap-kelip cahaya
lampu, suara tawa dari sana-sini, dan bangunan yang menjadi simbol global kota
Paris.
Menara Eiffel!!
Cheonsa kegirangan sendiri,
buru-buru ia merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan kamera digital.
Mengambil gambar menara besi itu dengan posisi sebagus mungkin, kemudian ia pun
kerepotan memotret dirinya bersama menara tinggi itu. Sebenarnya ia bukan
tipikal orang yang hobi berfoto, namun ia sengaja memotret dirinya untuk
dipamerkan pada Hara, Nayoung, dan Sora.
Lagipula melihat menara Eiffel
itu bukan hal yang bisa ia lakukan setiap hari, jadi Cheonsa mengambil gambar
sebanyak-banyaknya. Berhubung Hyerin sedang mencari pacarnya, terpaksa ia hanya
mengambil foto selfie. Sebenarnya bisa saja ia meminta bantuan pada orang lain,
tapi mengingat ia tidak bisa berbahasa prancis dan juga karena rasa waspada
terhadap orang jahat ia pun berpuas diri hanya dengan ber-selfie.
āCheonsa!ā
Hyerin melambai dari kejauhan,
langkah perempuan itu mirip kelinci kegirangan. Senyumnya lebar dan wajahnya
bersemu-semu. Pasti Song Hyerin merasa sangat girang bertemu pacarnya setelah
sekian lama menjalankan hubungan jarak jauh.
Hyerin menggandeng seorang pria
berwajah asia dengan kulit kecokelatan, nampak agak menyeramkan tapi pria itu
tersenyum, membuat kesan seram itu pupus begitu saja.
āNow, meet my partner in crime, the one and only, Jung Cheonsa!ā
Cheonsa menjabat tangan pria itu,
mengulas senyum sambil menyebutkan namanya.
āJung Cheonsa.ā
āBang Yongguk, senang bertemu
denganmu. Cheonsa-ssi.ā Pria itu tersenyum lagi, kemudian merangkul Hyerin yang
langsung memeluk pinggangnya dengan manja.
Cih, membuat orang mual saja.
Cheonsa berdecak, membuat Hyerin menatapnya geli.
āBegini, aturan pertama liburan
kita kali ini adalah tidak boleh ada sapaan formal. Ayolah santai sedikit,ā
ujar Hyerin semangat.
Perempuan itu menatap kekasihnya
dengan penuh harap, lagi-lagi Bang Yongguk tersenyum yang memperlihatkan
deretan gigi putihnya.
Cheonsa rasa cerita-cerita Hyerin
tentang Bang Yongguk si pria menggemaskan memang benar adanya. Lihatlah cara
pria itu memperlakukan Song Hyerin yang begitu kekanakan dan manja, pria itu
kelihatan sangat sabar. Ia kira Hyerin hanya melebih-lebihkan saja selama ini.
Ngomong-ngomong liburan musim
panasnya kali ini agak berbeda dari biasanya. Tidak ada ketiga sahabatnya,
tidak ada acara DVD maraton di rumah Hara atau liburan bersama kedua adiknya.
Kali ini Cheonsa mengambil keputusan agak ekstrim, ia menyetujui ajakan Hyerin
untuk melakukan Eurotrip bersama.
Sebenarnya Hyerin sudah
menawarkan ajakan itu dari dua musim panas yang lalu, tapi ia selalu menolak
dengan alasan tidak punya cukup uang dan malas bergerak. Well, alasan kedua sih yang lebih tepat. Cheonsa memang manusia
yang tidak begitu suka melakukan banyak aktivitas di musim panas.
Namun dua bulan yang lalu
tiba-tiba saja ia terpikir untuk berpergian jauh, kebetulan waktu itu Hyerin
sedang mengeluh tentang Bang Yongguk yang masih saja betah berlama-lama di
Jerman. Akhirnya mereka melakukan banyak diskusi, mencari banyak referensi dari
sana-sini sampai liburan ini pun terusung.
Hyerin sudah menghubungi Yongguk
sejak jauh-jauh hari, menyuruh pacarnya yang bekerja di biro perjalanan itu
untuk mengurus semua kebutuhan mereka. Penginapan, tempat-tempat yang harus
dikunjungi, dan tentunya tempat makan yang patut didatangi.
Yeah, dan semuanya beres. Sesuai dengan perjanjian, mereka bertemu
di Paris karena kebetulan pria itu sedang ada pekerjaan di sini.
āKau mendengarku tidak, sih?ā
Cheonsa berjengit, suara
melengking Hyerin memang sangat mengganggu.
āKita akan pergi makan malam di
kafe dekat sini,ā ulang Hyerin dengan kesal.
Cheonsa merasa tidak enak, ia
hanya tersenyum kaku. Semoga Bang Yongguk tidak mengiranya memiliki gangguan
berpikir.
āAyo, teman-temanku pasti senang
bertemu dengan kalian,ā ujar pria itu.
Yongguk melangkah duluan,
sementara Hyerin menuntun Cheonsa, lebih tepatnya memeluk lengan Cheonsa dengan
sangat-amat erat.
āSakit, tahu,ā protes Cheonsa.
āAku takut kau hilang.ā
****
Cheonsa tersenyum canggung,
menanggapi uluran tangan dari orang yang berbeda. Ternyata perjalanan mereka
kali ini diikuti oleh banyak orang. Yongguk sedang memandu rombongan turis dan
memasukkan ia serta Hyerin ke dalam kelompok itu. Jujur saja kenyataan itu agak
buruk. Namun kabar baiknya, semua rombongan itu berasal dari korea.
Cukup baik, kan?
Di dalam kafe, ia duduk di
sebelah Hyerin dengan mata waspada dan senyum formal yang tak kunjung dilepas.
Ada sebelas orang anggota rombongan perjalanan kali ini, ditambah tiga orang
pemandu, dan tambahan dua orang turis tak dikenal bernama Jung Cheonsa dan Song
Hyerin.
Mereka duduk di dua meja
terpisah, Hyerin dan Cheonsa merasa cukup lega karena tidak ditempatkan bersama
rombongan itu. Jujur saja mereka itu berisik sekali, membuyarkan ekspektasi
liburan menyenangkan yang dibayangkan Cheonsa dan Hyerin.
Ketika makanan disajikan,
suara-suara mengobrol merendah yang kemudian berganti dengan suara dentingan
alat makan. Cheonsa menatap makanannya dengan puas, menghirup aromanya yang
menggoda.
āTenang, ia pasti akan datang.
Sekarang duduk dan nikmati saja makan malamnya. Kau tidak lihat pacarmu sudah
gusar dari tadi.ā
Memang sejak mereka sampai di
kafe, Yongguk tak berhenti kelihatan cemas. Ia terus bolak-balik mencari salah
satu rekannya yang belum juga datang. Untung Namjoonārekan Yongguk
lainnyaāmengingatkan pria itu untuk mengisi perutnya dulu.
Hyerin pun terlihat khawatir,
namun Yongguk dengan mudah meyakinkan kekasihnya yang super berlebihan itu.
Semuanya baik-baik saja, honey.
Yuckss..
āAnak itu memang suka menghilang
tiba-tiba, tapi tenang saja ia akan muncul tiba-tiba juga kok,ā kata Namjoon
menyambung cerita Yongguk tentang rekan mereka yang punya hobi menghilang itu.
Rupanya Yongguk, Namjoon, dan
pria yang hobi menghilang itu merupakan perintis usaha biro perjalanan
sekitaran Eropa khusus untuk turis Korea, jadi tidak heran melihat semua anggota
rombongan mereka orang korea.
Seingat Cheonsa dari cerita
Namjoon sepanjang makan malam tadi, awalnya mereka bertiga hanya tiga orang korea
yang tak saling kenal dan tak sengaja bertemu di salah satu kafe dekat kampus
mereka. Mereka baru berinteraksi ketika Namjoon diserang sekelompok remaja
kulit putih. Saat itulah Yongguk dan rekannya menolong Namjoon. Setelah
kejadian itu akhirnya mereka berteman dan merintis usaha bersama.
Well, Namjoon bilang sebaik apapun orang-orang asing padamu,
orang-orangmu jauh lebih baik.
Makan malam pun tak terasa karena
obrolan seru mereka. Namjoon merupakan anggota paling muda dan memiliki selera
humor yang menyenangkan, sementara Yongguk adalah si pria cerdas yang bertato
tapi sering sekali tersenyum.
āDari tadi Namjoon melihatmu
terus,ā goda Hyerin sepanjang perjalanan mereka kembali dari toilet.
Semua orang sudah menunggu di
luar, berkumpul dengan tenang dan membicarakan betapa lezat dan murahnya
makanan yang mereka makan. Tak jauh dari rombongan itu, terlihat Namjoon,
Yongguk, dan satu orang lagi yang berdiri memunggunginya. Terdengar suara tawa
Namjoon yang pecah bersama tawa lain.
āKurasa perjalanan kali ini akan
menjadi awal yang baik untuk kau danāā
āAyo kuperkenalkan dengan CAP.ā
Cheonsa segera menyikut Hyerin,
Namjoon baru saja menghampiri mereka dan mengajak untuk berkenalan dengan
seorang pria bernama CAP. Oh, mungkin si pria yang punya hobi menghilang itu
bernama C-A-P.
āIni dia, the troublemaker CAP! Dan CAP, ini Hyerin dan di sebelahnya
Cheonsa.ā
Hyerin langsung menjabat tangan
pria bernama CAP, membalas ulasan senyum selamat datang yang menawan itu. Andai
Yongguk berbuat macam-macam, Hyerin bersumpah akan lari dengan pria di
depannya.
āCheonsa?ā
Gadis itu masih menunduk,
jemarinya masih berlarian mengetuk kombinasi huruf di layar ponselnya. Huh,
ibunya baru saja mengirim pesan.
āSudah makan malam? Jangan sampai
lupa, oiya hati-hatiā yang dibalasnya āSudah, jangan khawatir Bu. Aku akan
baik-baik saja, promiseā
Ia memasukkan ponselnya kembali
ke dalam tas selempang, menyengir hambar begitu sadar semua orang menatapnya.
Namun mulutnya langsung terkatup rapat, matanya terbelalak lebar saat menemukan
sosok di hadapannya.
Pria yang sama, meski tidak
persis sama. Pria dengan senyum yang sama, walau warna kulitnya agak lebih
gelap dari terakhir kali mereka bertemu.
Pria itu menatapnya dengan geli
sama seperti sebelumnya, namun tato-tato di lengannya membuat Cheonsa tak bisa
menatap pria itu dengan cara yang sama.
āTidak menyangka bertemu denganmu
di sini,ā ujar pria itu sambil mengacak rambutnya.
Pria itu, Cheonsa menahan napas
dan hanya bisa menatap kepergian pria itu dengan tubuh kaku. Yongguk dan
Namjoon mengekori pria itu, bertanya-tanya apakah mereka pernah bertemu
sebelumnya.
Cheonsa masih menatap tak
percaya, bahkan mengelus puncak kepalanya sendiri untuk memastikan. Tujuh tahun
yang lalu pria itu tidak akan berani menyentuh kepalanya.
āKau kenal Bang Minsoo? Darimana?
Halo, Cheonsa!ā
****
Besok paginya mereka berkemas,
buru-buru bergegas agar tidak ketinggalan kereta. Karena ia dan Hyerin masuk
dalam rombongan, maka mau tidak mau mereka harus mengikuti rencana perjalanan
yang sudah dirancang oleh Yongguk dan timnya.
Padahal Cheonsa masih ingin menikmati
pesona kota Paris. Tadi malam mereka hanya sempat mengunjungi LāArc de
Triomphe, gerbang raksasa yang merupakan salah satu daya tarik kota paris. Lalu
mereka berjalan di deretan pertokoan elit di sekitar Champs Elysees.
Tapi biar bagaimanapun ia harus
berpuas diri. Sudah bagus Yongguk mau menerima tambahan anggota dalam
rombongannya.
Mereka naik kereta cepat Thalys
menuju Amsterdam. Ia dan Hyerin duduk bersebelahan dan gadis itu tidak berhenti
bicara, seolah stok pembicaraan sudah ia siapkan khusus dari jauh-jauh hari
untuk perjalanan kali ini.
āKata Yongguk oppa, Minsoo masih
tak percaya bisa bertemu denganmu. Pria itu terus menanyakan dirimu. Sebenarnya
seperti apa hubungan kalian dulu?ā lanjut Hyerin bersemangat.
Padahal semalam ia sudah
menceritakan semua hal yang berkaitan dengan Bang Minsoo (hanya semua hal yang
ia ketahui tentang Bang Minsoo, sih). Mereka pernah sekolah di tempat yang
sama, sekolah menengah atas Gwangyeon dan pernah juga berada di kelas yang
sama.
āTeman sekelas?ā
Hyerin langsung meninju
lengannya.
āTidak ada yang istimewa begitu?
Apa perlu aku panggil Bang Minsoo untuk memastikan?ā
āBisa tidak, kita menikmati
perjalanan ini dengan tenang? Aku lelah sekali. Aku sudah menceritakan semuanya
semalam,ā protes Cheonsa. Ia mulai mengubah posisi, lebih baik ia menghabiskan
waktu perjalanan untuk tidur daripada menanggapi deretan pertanyaan Hyerin yang
tidak ada habisnya.
āHanya begitu saja? Minsoo itu
anak pendiam, cukup pintar, misterius, sopan? Ayolah, bercerita lebih banyak!
Heh! Jangan tidur!ā omel Hyerin.
Seorang penumpang berwajah
kaukasia yang duduk di bangku seberangnya berdeham keras, menyuruh Hyerin untuk
tidak membuat kegaduhan. Akhirnya Hyerin pun menutup mulutnya, berusaha untuk
memejamkan matanya.
Sementara itu Cheonsa tersenyum
puas.
Well, ia memang sudah menceritakan semuanya. Semua bagian yang
perlu diketahui orang-orang tentang Bang Minsoo. Dan hal-hal seperti Bang
Minsoo pernah mengiriminya sebuah surat, bertukar senyum dengannya, berbagi
tawa yang hanya mereka berdua saja yang mengerti, bagian-bagian itu tidak
Cheonsa ceritakan.
Bagian-bagian itu ia simpan untuk
dirinya sendiri.
****
Cheonsa terbangun begitu
merasakan tubuhnya diguncang berkali-kali. Ia celingak-celinguk ke luar
jendela. Dari jendela di sebelahnya ia bisa melihat kereta yang ditumpanginya
akan segera berhenti. Masih dengan wajah bangun tidur dan gerakan canggung, ia
merapikan rambut yang menutupi seluruh wajahnya.
āKita akan menginap di hotel atau
hostel?ā Cheonsa melepas headset yang masih memutar lagu āOne Call Awayā milik
Charlie Puth.
Sebelum lawan bicaranya menjawab,
Cheonsa langsung menjerit kemudian menutup mulutnya sendiri karena malu.
Bukan Hyerin yang tadi
membangunkannya, tapi Bang Minsoo atau CAP atau si pemandu wisata yang punya
hobi menghilang atau pria bertato banyak atau..
Persetan! Pokoknya, intinya orang
itu adalah si Minsoo sialan.
Pantas saja kasar sekali.
Minsoo tidak mengomentari reaksi
heboh Cheonsa, pria itu sudah bersiap mengangkat ransel besarnya dengan wajah bosan.
āCepat bereskan barang-barangmu.
Kita akan turun sebentar lagi.ā
Benar saja, tak lama setelah itu
kereta berhenti. Orang-orang berhamburan keluar, Cheonsa mengekori Minsoo
dengan cepat. Sebaliknya Minsoo dengan sabar terus menyempatkan diri untuk
menoleh ke belakang, memastikan perempuan di belakangnya tidak hilang.
Beberapa orang dari rombongan
sudah berkumpul, menunggu kedatangan yang lainnya. Cheonsa hanya mengangguk dan
menjawab pertanyaan dari salah satu orang itu seadanya. Ia masih sibuk
mengedarkan pandangannya, mencari Hyerin yang tiba-tiba menghilang.
Minsoo masih sibuk menjelaskan
rencana perjalanan mereka pada semua anggota rombongan, kemudian Namjoon pun
muncul dari kejauhan, wajahnya serius. Kemudian di belakangnya ada Hyerin dan
Yongguk.
Temannya itu hanya tersenyum
jahil begitu pandangan mereka bertemu. Awas
saja! Mati kau nanti, ucap Cheonsa tanpa suara.
Hyerin hanya bergelayut manja di
sebelah Yongguk, menjulurkan lidah sambil menjulingkan mata.
Lihat saja nanti, ia akan membuat perhitungan
pada perempuan menyebalkan itu. Awas saja.
****
Ternyata mereka tidak menginap di
hotel maupun hostel. Mereka menginap di sebuah rumah sederhana yang memiliki
tujuh kamar. Rumah sederhana yang
benar-benar luas, pikir Cheonsa.
Pemilik itu merupakan teman
kuliah Yongguk dan Minsoo, namanya Julie.
Julie menyambut kedatangan mereka
dengan hangat, memeluk Yongguk, Minsoo, dan Namjoon bergantian, kemudian
menyapa semua anggota rombongan tur. Ia mengajak mereka masuk dan menentukan
sendiri kamar yang ingin ditempati.
Yongguk akhirnya membuat
pengaturan. Satu kamar akan diisi tiga orang. Cheonsa, Hyerin, dan Miyoung
bergabung dalam satu kamar.
Setelah bercakap-cakap dengan
Miyoung selagi merapikan baju dan kebutuhan mandi, Hyerin menariknya keluar
untuk bertemu dengan Julie, Namjoon, Yongguk, dan Minsoo di ruang tengah.
Suara riang Julie menyambut
mereka, menyuruh mereka untuk duduk.
āSebentar, aku panggilkan pacarku
dulu,ā Julie pamit begitu terdengar suara pintu depan berdebum.
Cheonsa tak menghiraukan Hyerin
yang masih saja mengoceh sambil bergelayut manja di lengan Yongguk. Ia pun
menenggak segelas kola, meresapi rasa dinginnya kemudian membeku begitu
pandangannya bertemu dengan milik Minsoo.
āEveryone, meet my soulmate, Clara!ā
Julie menggandeng mesra seorang perempuan kaukasia berambut cokelat dengan setelan kaos putih dipadu jins tua yang
terlihat nyaman. Tunggu, jadi pacarnya Julie itu seorang perempuan? Juga?
Jadi..
Julie ituā¦
Cheonsa nyaris memuntahkan kola
di mulutnya, beruntung saja Minsoo langsung menepuk-nepuk punggungnya sambil
tersenyum geli.
Kemudian mereka bertukar pandang.
Pasti ia kelihatan benar-benar konyol.
****
Tadi setelah beramah tamah dengan
Julie dan Clara, tiga orang anggota tur mengeluh sakit. Akhirnya Yongguk
memutuskan untuk menunda perjalanan mereka hari ini.
Cheonsa keluar dari kamarnya,
bosan hanya berada di dalam sana sementara dua rekannya sibuk masing-masing.
Hyerin yang sedang pergi bersama Yongguk dan pasangan Julie-Clara (entah
kemana), sementara Miyoung tengah sibuk dengan sambungan video call dengan
keluarganya.
Tak ada seorang pun keluar dari
kamarnya, hanya terdengar kebisingan samar-samar dari tiap kamar. Cheonsa pun
duduk di ruang tengah, menghenyakkan tubuhnya di atas busa sofa. Kira-kira apa
yah yang bisa ia lakukan sendiri atau lebih tepatnya tempat apa yang bisa ia
kunjungi tanpa harus merepotkan orang-orang di rumah itu?
Andai saja kecerdasan spasialnya
bagus dan kemampuan membaca petanya mumpuni, pasti ia sudah berkeliaran
mengunjungi tempat-tempat yang wajib didatangi.
Perhatiannya tercuri oleh
kemunculan suara monolog yang terdengar samar-samar. Ia menoleh, Minsoo baru
saja keluar dari kamarnya.
Pria itu sedang berbicara dengan
seseorang di ujung telepon. Pandangan mereka bertemu selama beberapa detik,
kemudian pria itu mengabaikannya kemudian menghilang di lorong sempit menuju
dapur.
Jadi begitu ya cara memperlakukan teman lama?
Seingatnya selama perjalanan,
Minsoo tidak memperlakukannya seperti mereka pernah mengenal sebelumnya. Pria
itu hanya menatapnya lama, kemudian mengerutkan dahi atau paling-paling
tersenyum melihat tingkah canggungnya.
Minsoo tidak memperlakukannya
seperti teman lama. Pria itu memperlakukannya seolah-olah ia makhluk aneh yang
baru ditemuinya tadi malam di dekat Menara Eiffel.
Oh, mungkin pria itu terbentur di
suatu tempat dan kehilangan template ākenangan bersama Jung Cheonsaā sampai-sampai
tidak bisa mengingat dirinya.
Tapi kalau diingat kembali,
Minsoo memang tidak pernah memperlakukannya dengan amat spesial.
Mungkin mereka pernah berbagi
rasa yang sama, tapi yang Minsoo lakukan hanyalah mengirim senyum rahasia,
surat rahasia, bisikan āselamat pagiā atau bisikan-bisikan lainnya yang juga
rahasia, atau menyentuh pundaknya dengan gerakan senatural mungkin sampai tidak
seorangpun menyadarinya.
Mereka tidak banyak bicara secara
langsung, pembicaraan seperti itu hanya terjadi selama kegiatan di kelas. Jadi,
kenapa ia mengharapkan sesuatu yang lebih dari Bang Minsoo? Bahkan setelah
bertahun-tahun lamanya tidak saling bertemu? Serius?
Kemudian Minsoo muncul lagi dari
arah dapur, sengaja mendehamkan suaranya dengan volume besar.
Cih, tukang cari perhatian, pikir Cheonsa.
Cheonsa tak menanggapi, ia
pura-pura sibuk dengan ponselnya. Garis bawahi, hanya pura-pura. Sebenarnya ia
berharap Minsoo yang menyapa duluan.
āHyerin dan Yongguk akan pulang
nanti sore, di kamar ada Namjoon sedang tidur. Kau bisa membangunkan anak itu
kalau butuh sesuatu,ā kata Minsoo sambil berlalu.
āMau pergi kemana? Menyusul
Hyerin?ā
Pria itu berhenti seketika,
menatapnya dengan ragu-ragu. Ponsel di tangannya terus saja diputar-putar.
āTidak. Cuma mau cari udara
sebentar,ā tanggapnya dengan ungkapan yang kurang jelas.
Serius, pria ini mabuk ya? Pikir Cheonsa curiga.
āMemangnya di sini tidak ada
udara, ya? Aku bisa bernapas kok.ā Cheonsa menarik napas dalam-dalam dengan mode
berlebihan, membuat Minsoo memutar mata dengan jengah.
Pria itu hanya berdecak, kemudian
berlalu begitu saja. Menghilang setelah menuruni empat undakan kecil menuju
lorong yang terhubung ke pintu keluar.
āBegitu saja? Padahal kanāā
āKau mau ikut?ā
Cheonsa menatap canggung pria di
balik tembok besar dekat undakan. Oke, sejak kapan Minsoo ada di sana?
āAyo sini! Sebelum aku berubah
pikiran!ā
āSebentar aku ganti baju dulu!ā
Cheonsa melompat dari sofa, nyaris mendorong pintu kamarnya namun Minsoo
menghentikannya.
āTidak perlu ganti baju segala,
kita cuma cari udara saja kok!ā
TBC
Oke..cek 1ā¦.2ā¦.3ā¦.
Halo semuanyaā¦kita ketemu lagi yah..akhirnya..
Okeā¦ini adalah ff. sebuah ff eksperimen tpi aku serius kok sama ff ini.
mungkin agak aneh juga ngeliat castnya. Bang Minsoo dan Jung Cheonsa!!!
Tapi gitu deh idenya dateng gitu aja. Aku ga bisa nolak ide kanā¦
Dan plisā¦give it try.. mungkin yah agak aneh gak ngeliat Cheonsa bareng
Kris, tapi percayalah segala sesuatu bisa terjadi di dunia ini. beri kesempatan
untuk cerita ini, Iāll do my best.. the best I can doā¦ *asik*
Danā¦pantengin terus dan tungguin kelanjutannya. Aku gak tau nih mau
publish dua minggu lagi atau gimana. kita liat aja.. di laptop sih sampe detik
ini udh ada 5 part. Doain aja aku khilaf dan publish tiga hari sekali.
Ya udah itu ajaā¦ well, give ur bless for this new couple. Hidup
Minsoo-Cheonsa!! Hidup Minsoo-Cheonsa!! Hidup Minsoo-Cheonsa!!
See you,
GSB
Comments
Post a Comment