Hello Chingu - Part 4
Oh, pantas saja Minsoo ngotot
sekali agar mereka pergi ke tempat ini. Cheonsa mendengus kesal.
Cheonsa mengempaskan tubuhnya ke
sofa dengan sangat kesal. Beberapa orang mengajaknya turun ke lantai dansa,
yang ia tolak dengan sopan. Ia bilang ia hanya ingin minum. Cih, padahal minum
lima gelas soju saja langsung ambruk.
Di sebelahnya Minsoo dan Greta
masih mengobrol dan sialnya masih dengan bahasa alien yang tidak ia mengerti.
Uh, kenapa mereka tidak bicara dengan bahasa inggris saja sih,
gerutu Cheonsa.
āMau kupesankan apa?ā Minsoo
sudah berdiri di sebelahnya ada Greta yang tak lelah menempelinya. Tidak di
penginapan, tidak di sini, perempuan itu terus saja menggelayuti lengan Minsoo.
Dan pria itu tidak bermasalah sama sekali.
āApa saja. Aku bisa minum
apapun,ā jawabnya jengkel.
Minsoo menatapnya tak percaya,
tapi sama sekali tak mendebat. Langsung bergegas untuk memesan minuman dengan
ditemani si perempuan tiang listrik yang warna rambutnya mirip smoothies
pisang.
Tak mau mati kebosanan, akhirnya
Cheonsa pun pergi ke toilet. Mengucuri tangannya dengan aliran air, menatap
kesal pantulannya di kaca. Ia membasahi wajahnya berulang kali, lalu menatap
pantulannya lagi.
Kenapa ia jadi kesal begini?
Sikapnya benar-benar aneh. Kenapa
memangnya kalau Minsoo tertarik pada Greta? Kenapa? Biar bagaimanapun harus ia
akui Greta itu punya semua fitur menarik yang diinginkan semua pria dari
seorang wanita.
Kaki yang semampai, tubuh
langsing yang tampak menggoda dengan tonjolan di sana-sini, bibir tebal yang
menggoda, dan mata yang mampu menyihir siapa saja.
Kenapa ia harus merasa kesal?
Hubungannya dengan Minsoo tak
lebih dari seorang turis dan pemandu wisata. Kenapa ia kesal?
Oke, ia pasti kesal karena sikap
Minsoo padanya berubah setiap kali ada Greta. Minsoo akan mengabaikannya dan
mengobrol seru bersama perempuan tukang main mata itu. Mereka akan tertawa,
bergelayut manja, membisikkan berbagai hal yang tidak ia mengerti!
Huh, ia hanya kesal! Ya-ya-ya ia
hanya merasa kesal.
Di perjalanan ini hanya Minsoo
yang ia miliki. Pria itu satu-satunya orang yang bisa ia jadikan tempat
bersandar. Ia kesal karena satu-satunya orang yang ia kenal di tempat asing itu
direbut. Kalau saja Hyerin bersamanya, ia pun tidak akan peduli Minsoo mau
menempel dengan perempuan manapun. Serius.
Kemudian ia teringat cara Minsoo
menatap Greta, cara pria itu tertawa setiap kali bicara dengan perempuan itu.
Minsoo kelihatan berbeda. Minsoo tidak menatapnya dengan cara yang sama, bahkan
jarang tertawa selepas itu saat bersamanya.
Pria itu selalu menjaga jarak
aman saat bersamanya. Huh, jadi inilah kenyataannya. Persetan dengan sosok Bang
Minsoo yang pernah membuatnya susah tidur pada masa-masa SMA. Persetan dengan
Bang Minsoo yang pernah mengiriminya surat cinta. Persetan!
Ia keluar dari toilet dengan kaki
menghentak-hentak. Amarahnya semakin bergejolak ketika menemukan Minsoo
ditemani Greta dan dua orang perempuan kaukasia lainnya di meja mereka. Minsoo
kewalahan menepis tangan-tangan nakal yang menggerayangi tubuhnya, berusaha
tidak menyakiti siapapun.
āStay away from my boyfriend you stupid bitches! Get off and leave him
alone!ā
āWhat? You stupid bitches canāt hear what I said?ā
Perempuan-perempuan itu langsung
menghampirinya, mengintimidasinya dengan tatapan sinis. Dua di antara perempuan
asing itu hendak mendorong Cheonsa tapi dengan segera Minsoo mencegahnya. Pria
itu melingkarkan lengannya di sekitar bahu Cheonsa.
āIām sorry, forgive her. I think sheās too drunk,ā ucap Minsoo.
Cheonsa menatap jengkel, āAku
bahkan belum minum apapun. Kita tidak perlu minta maaf,ā protesnya.
****
Minsoo sudah lelah dengan sikap
diam Cheonsa. Semenjak keluar dari kelab sampai mereka berjalan tak tentu arah
di sekitar kota, gadis itu terus mendiamkannya. Bahkan tidak menanggapi
pertanyaan yang ia ajukan.
Ada apa sih dengan perempuan dan
strategi diam seribu bahasa mereka? Kalau Cheonsa punya keluhan, bicara saja
terang-terangan. Tidak perlu acara diam seribu bahasa begitu.
Akhirnya ia menarik lengan gadis
itu, āBerhenti mengabaikanku seperti ini. Kalau kau marah bilang saja, tapi
jangan diam begini,ā keluhnya masih mencengkeram lengan Cheonsa.
Cheonsa mengempas cengkeramannya,
āTidak perlu. Kau juga tidak akan peduli,ā sahutnya dengan dingin.
āOiya aku lupa. Memangnya sejak
kapan kau peduli padaku?ā gadis itu berbalik, meninggalkan rasa tertohok di
dalam dadanya.
Gadis itu berpikir ia tidak peduli?
Kalau memang tidak peduli, ia pasti tidak akan mengajukan diri untuk menemani
gadis itu selama pingsan. Bukannya Minsoo mau hitung-hitungan, tapi rasanya
benar-benar kesal saat seseorang tak bisa memahami tindakannya.
Kalau ia tidak peduli, ia tidak
akan setuju pergi ke Praha dan repot-repot mengatur segalanya semalam suntuk.
āKau keterlaluan Jung Cheonsa.ā
Ia mengejar gadis itu.
Biasanya ia tidak akan banyak
bicara atau memberi penjelasan panjang lebar, tapi kali ini ia benar-benar tidak
terima. Ia perlu meluruskan semuanya, ia ingin gadis itu tahu bahwa ia sangat
PEDULI. Ia sangat peduli pada gadis itu. Bahkan sampai tidak habis pikir dengan
sikapnya selama beberapa hari yang terus menuruti kemauan gadis itu.
āKalau aku tidak peduli, mungkin
aku sedang berada di Venezia bersama yang lainnya. Lebih parahnya, kau tidak
akan bisa bertemu dengan Kris-mu itu di Praha!ā
Cheonsa menatapnya tak kalah
emosi.
āKau menyesal sekarang? Ya sudah,
kita tidak usah naik bus pagi-pagi ke Praha. Besok kita ke langsung ke bandara
untuk menyusul yang lain!ā
āBukan begitu maksudku. Aku hanya
ingin kau tahu, aku peduli padamu. Sangat-amat peduli. Dan rasanya tidak adil
kalau kau bilang aku tidak peduli,ā sergah Minsoo mulai frustasi.
Inilah salah satu hal yang
membuatnya malas berhubungan dengan perempuan. Terkadang mereka, para perempuan
tidak mengerti apa yang ia katakan. Begitu ia dan perempuan terlibat konflik,
mendadak mereka menjadi dua makhluk yang berbeda bahasa. Kemudian semuanya kacau
begitu saja. Penuh drama dan air mata.
āKalau kau memang peduli padaku,
kau tidak akan menempel dengan perempuan bernama Greta itu terus. Kau selalu
mengabaikanku saat bersamanya, kau tertawa bersamanya tidak peduli kalau aku
hampir mati kebosanan.ā
Akhirnya Minsoo mengalah, ia
tidak memotong keluhan Cheonsa. Membiarkan gadis itu mengeluarkan semua
kekesalannya.
āKalian bicara dalam bahasa yang
tidak kumengerti, itu membuatku merasa terkucilkan. Dan, satu lagi! Kenapa sih
perempuan itu selalu bergelayut di lenganmu? Memangnya kau tidak merasa risih?
Oh, aku tahu sekarang kau pasti senang kan digoda seperti itu?ā
Minsoo mulai geli sendiri, ia
sekarang tahu arah pembicaraan gadis itu. Ia mendekati gadis itu yang masih
sibuk mengomel. Kau dan Greta itu
menyebalkan. Kalau kalian mau bermesraan jangan di depanku. Kalian menodai
mataku, tahu!
āOke, aku mengerti sekarang.ā Ia
memegangi kedua sisi tubuh gadis di depannya.
āKau cemburu, kan?ā
Dengan cepat gadis itu mengelak,
berontak dan terus berteriak-teriak. Membuat kehebohan yang menarik perhatian
orang-orang yang melintas. Minsoo hanya tersenyum canggung menanggapi beberapa
orang yang melintas di sekitar mereka.
āAku hanya kesal. Kesal dan
cemburu itu dua hal yang berbeda,ā elak Cheonsa sambil meronta untuk
dilepaskan.
āOke, kau hanya kesal. Aku minta
maaf kalau hubunganku dengan Greta membuatmu kesal.ā
Cheonsa menatapnya dengan mata
melotot, gadis itu menyentak tangannya dan berjalan mendahuluinya.
Seperti sebelumnya, ia langsung
mengejar gadis itu. Mengikutinya yang sudah duduk di salah satu undakan di
depan taman kota. Minsoo duduk di sebelahnya, melirik sekilas wajah cemburu,
maksudnya wajah kesal milik Cheonsa.
Oke, kesal dan cemburu itu
berbeda. Tapi, dalam kasus ini sebesar apa perbedaannya?
āAku tidak menyangka kalau
kehadiran Greta benar-benar mengganggumu.ā Cheonsa hanya mendengus, masih
menghindari kontak mata dengannya.
āSebenarnya lebih baik kau tidak
mengerti pembicaraan kamiāā Cheonsa langsung menoleh dan menatapnya penuh tanda
tanya.
āKurang lebih kami membicarakan
dirimu. Greta bilang kau itu imut, tapi agak pemarah dan sulit dikendalikan.ā
āIa bilang untuk mendapat
perhatian dari gadis seperti dirimu, yang perlu ia lakukan adalah membuatmu marah.
Dan dugaannya memang benar, kan? Kau jadi sangat memperhatikannya. Kalian juga
pernah bertengkar, bahkan hampir menjambak rambut satu sama lain.ā
āKenapa Gretaāwait, you donāt say!ā
āYou think?ā
Kemudian Minsoo terkekeh geli,
sementara Cheonsa menjerit-jerit ketakutan. Ia benar-benar merinding, bahkan
bulu kuduknya berdiri.
āIa bilang kau ituāā
āStop! Iām not hearing! Bang Minsoo! Stop you jerk!ā Cheonsa meninju
lengan Minsoo, kemudian menghujani pria itu dengan cubitan.
Minsoo akhirnya berhenti, namun
masih tak bisa melenyapkan senyum geli di wajahnya.
āTerus dua orang perempuan yang
tadi bersamanya itu siapa?ā
āOh, mereka berdua teman-temannya
Greta.ā
āMereka juga seperti Greta?ā
āYa, mereka sama-sama perempuan.
Kau lihat sendiri tadi,ā sahut Minsoo mengejek.
Cheonsa langsung memukul
lengannya, āMaksudku sama-sama suka perempuan?ā suara gadis itu bergetar
waspada. Takut orang-orang di sekitarya mendengar.
Padahal mereka sedang bicara
dalam bahasa korea, tapi gadis itu berbisik seolah seseorang bisa saja memahami
percakapan mereka.
āMereka pencinta laki-laki, kok.
Makanya aku agak ketakutan saat mereka menggerayangiku.ā
āSerius? Kau kelihatan sangat
menikmatinya tadi,ā cetus Cheonsa sambil memutar matanya.
Tawa Minsoo pecah lagi,
āSayangnya kau datang mengacaukan semuanya.ā Satu pukulan kemudian mendarat di
lengannya, kemudian datang pukulan berikutnya.
Astaga, pukulan gadis ini tidak
main-main. Rasanya panas dan gatal. Tapi aneh yang ia lakukan malah mengaduh
sambil tertawa geli.
āAkhirnya kau tertawa juga.
Biasanya kau tidak tertawa selepas ini saat bersamaku. Aku iri dengan Greta,ā
kata Cheonsa tiba-tiba.
Gadis itu mengucapkannya tanpa
sadar, ia masih belum bisa mengendalikan dirinya sendiri. Termasuk
kalimat-kalimat yang tidak akan ia katakan terang-terangan pada Minsoo. Tapi ia
mengatakannya.
āAku tertawa kokāā
āBeda! Kau selalu membuat dinding
pemisah saat bersamaku dan memperlakukanku seperti orang asing. Biasanya kau
tidak tertawa seperti ini. Kau bahkan tidak pernah berjalan di sampingku,
selalu berada selangkah di depan atau di belakangku. Menyebalkan, tahu!ā
Tawa Minsoo sepenuhnya hilang,
kerlingan jahil di matanya pun berganti dengan rasa kecewa yang sudah lama
dipendamnya. Suasana di antara mereka tiba-tiba saja berubah. Agak menegangkan
dan serius.
Minsoo mengalihkan pandangannya,
merasakan ingatan-ingatan masa lalu mulai naik ke dasar ingatan. Cheonsa
menyadari perubahan sikap Minsoo, ia menyentuh lengan Minsoo dengan hati-hati.
āWhat did you expect me to do? Hug you with warm smile? After all of
things you did to me? Seriously?ā
Pandangan mereka berserobok,
Cheonsa bisa merasakan kekecewaan yang berpendar dari mata Minsoo. Tapi ia
masih tidak mengerti. Memangnya apa yang ia lakukan?
āKau bilang kau tidak akan
menyukai anak payah sepertiku. Kau bilang harusnya aku enyah dan tidak
menampakkan diri di depanmu lagi. Dan kau bilang kau tidak akan pernah sudi
datang ke prom bersama pecundang sepertiku.ā
āSekarang kau malah mengeluh aku
memperlakukanmu dengan tidak baik?ā
āKapan aku bilang begitu?ā
Minsoo mendecak, āKau tak
mengatakannya langsung, tapi kau menulisnya di surat,ā jawab Minsoo sembari
mengulas senyum kecut.
Tunggu, surat?
āSurat yang mana? Aku tidak
pernah menulis surat. Oke, aku memang pernah berniat untuk membalas suratmu,
tapi langsung kuurungkan. Kalau begitu darimana kau mendapatkan surat itu?ā
āLaci mejaku. Yang membuatku
percaya itu surat darimu karena ada stiker rilakkuma di amplopnya.ā
Mereka bertukar pandang, mulai
bertanya-tanya siapa pengirim surat sialan itu.
Yah, kalau saja surat sialan itu
tidak ada, mungkin ia akan pergi ke pesta prom bersama Minsoo. Karena isi surat
Minsoo waktu itu adalah ajakan pergi ke pesta prom sekolah.
Cheonsa yang waktu itu kegirangan
setengah mati, memutuskan untuk mengirim balasannya. Ia sudah menuliskan
balasannya, namun setelah membacanya berulang kali ia mengurungkan niat untuk
mengirimnya. Suratnya itu terlalu vulgar dan memalukan.
Kemudian setelah seminggu
berlalu, ia yang hendak menyapa Minsoo malah ditinggal begitu saja. Minsoo
tidak menoleh sama sekali, begitupun hari-hari selanjutnya. Minsoo tidak
melirik ke arahnya atau tersenyum padanya. Dan hubungan mereka berakhir seperti
itu sampai hari kelulusan tiba.
āAku bersumpah tidak menulis
surat itu. Kalau waktu itu aku menulisnya pun tidak akan seperti itu isinya,ā
kata Cheonsa meyakinkan Minsoo.
āLalu apa alasanmu?ā
Cheonsa menatap Minsoo dengan
bingung, āKenapa kau tidak mengirim balasannya?ā tanya pria itu dengan lebih
jelas.
Sedetik kemudian Cheonsa langsung
mengingat kegirangannya setelah membaca isi surat Minsoo. Ia buru-buru
mengambil kertas dari bindernya dan menuangkan isi hatinya ke atas kertas.
Benar-benar menuangkan semuanya.
Dear Minsoo,,
Aku senang membaca suratmu,
saaannngaaatt senaaaanggg malah! Aku rasa aku juga menyukaimu! Oke, makan es
krim di kedai sebelah sekolah sepertinya usul yang bagus. Aku mau kok pergi
bersamamu ke sana, lebih tepatnya aku mau pergi kemana saja asal bersamamu.
Aku tidak keberatan pergi
kemanapun selama itu bersamamu. Aku malah bisa berlama-lama hanya duduk di
sebelahmu. Cukup duduk di taman sekolah dengan minum susu stroberi pun tidak
masalah. Pokoknya asal bersamamu, aku tidak peduli kemanapun tujuan kita.
Minsoo kau tahu tidak? Kau itu
perpaduan antara manis, imut, pemalu, bulu-bulu menggemaskan. Aku senang
melihatmu apalagi kalau kau sedang tersenyum. Aku juga senang kalau pandangan
kita bertemu tiba-tiba, saking senangnya aku mau melompat ke kolam ikan di
depan lapangan basket. Rasanya aku ingin ikan-ikan di kolam juga merasakan apa
yang kurasakan.
Minsoo, kenapa sih kau jarang
mengajakku bicara? Kau malu yah bicara dengan gadis cerewet sepertiku? Padahal
aku penasaran loh kalau kita duduk berdua terus mengobrol di luar masalah
pelajaran. Kira-kira apa yah yang akan kita bicarakan?
Kau bisa bertanya apapun padaku.
Seperti aku lebih suka Shinhwa atau GOD. Atau lebih baik Won Bin atau So Ji
Sub. Apa saja. kau bisa bertanya apa saja.
Minsoo, Minsoo, Minsooā¦ kau tidak
bercanda, kan?
Kau benar-benar sadar, kan? Kau
mengajakku ke prom? Demi apa? like.. seriously, you can ask Minji the queenbee
in your class. Tapi kau malah mengajak aku?
TAPI TENANG SAJA AKU MAU KOKKK!!
Untung saja waktu itu Cheonsa
membaca suratnya berulang kali, kemudian tersadar betapa menggelikannya isi
surat itu. Ia pun langsung menyobek kertas itu dan membuangnya ke kantong
sampah di dapur.
āJadi?ā Minsoo menyadarkannya,
pria itu menatapnya dengan penasaran.
Cheonsa hanya berdeham salah
tingkah. āYah, pokoknya begitu. Yah, begitulah. Kau tahu kan, anak perempuan
dan imajinasi mereka tentang dunia romantis dan omong kosong,ā jelas Cheonsa
salah tingkah.
āItu kan sudah masa lalu. Oh ya,
sepertinya sudah malam sekali. Ayo kita kembaliāā
āImajinasi yang seperti apa
memangnya? Terus omong kosong yang bagaimana?ā Minsoo menarik-narik lengan
Cheonsa, meminta gadis itu menjawabnya.
Sebenarnya Minsoo pun penasaran
apa yang Cheonsa pikirkan tentangnya. Maksudnya pendapat Cheonsa tentangnya
waktu itu, bagaimana perasaan gadis itu padanya.
āKenapa sih kita jadi membicarakan masalah ini tiba-tiba?ā Cheonsa masih
menolak untuk menjawab.
āEverything happens for reasons. Jadi cepat jawab aku. Selama hidup
dua puluh enam tahun, aku belum pernah jadi anak perempuan. Aku tidak tahu
imajinasi dan omong kosong yang kau bilang tadi,ā sahut Minsoo masih menuntut
jawaban.
Cheonsa mendesah, ia menggeram
pelan. Ya Tuhan, apa yang harus ia lakukan? Ia melirik Minsoo yang sedang
mengerjap-kerjapkan matanya. Huhā¦
āAku bilang aku juga sukaāā
pandangan mereka bertaut, Cheonsa nyaris berhenti bicara tapi Minsoo
menyuruhnya untuk melanjutkan.
āāsuka padamu. Aku juga setuju
kalau suatu hari kau mengajakku ke kedai es krim di samping sekolah.ā Ia
menarik napas panjang, mengembuskannya dengan pelan-pelan.
Ia merasakan pipinya memanas dan
saraf-sarafnya menegang. Ini pembunuhan karakter namanya.
āAku juga bilang kau itu
perpaduan antara manis, imut, bulu-bulu menggemaskanāya Tuhan aku jijik
sendiri. Intinya aku mau pergi ke pesta prom denganmu. Yah, pokoknya begitulah.
Beruntung aku tidak jadi mengirimnya,ā lanjutnya dengan mode cepat.
Cheonsa melirik ke arah Minsoo,
pria itu sedang menahan tawanya.
āBulu-bulu menggemaskan? Imut?ā
āMenurutku kau memang seperti
itu. Kau itu seperti anjing putih dengan bulu lebat yang membuat siapa saja
gemas dan ingin memelukmu.ā
Minsoo tersenyum puas, rasanya
benar-benar senang. Setelah mereka bertengkar hebat, gadis itu bilang ia
seperti anjing menggemaskan dan ingin memeluknya. Tapiā¦
Itu pendapat Cheonsa pada sosok
Bang Minsoo tujuh tahun yang lalu. Dan itu tidak sepenuhnya benar. Ia memang
pemalu, di depan gadis itu. Tapi ia tidak menggemaskan, entah itu dulu atau
sekarang.
āKalau sekarang?ā
Cheonsa menatapnya lekat, tak
siap dengan pertanyaan tiba-tiba darinya.
Jawaban tak kunjung keluar dari
mulut Cheonsa. Ia masih menatap Minsoo, mengira-ngira apa yang sebenarnya pria
itu pikirkan.
Kalau sekarang?
Cheonsa menelan ludahnya. Kenapa
tiba-tiba mulutnya terasa kering?
āKau tidak seperti bulu-bulu
menggemaskan lagi, maksudku kau bukan lagi anjing putih kecil yang membuat
orang-orang merasa gemas,ā ucap Cheonsa terbata.
Pandangan mereka masih bertaut,
Minsoo nyaris mengatakan sesuatu namun
Cheonsa langsung menggenggam kedua tangannya.
āIni bukan karena tato-tato di
sini atau di bagian tubuh lain yang hanya kau dan Tuhan yang tahu. Tapi
karenaāā Cheonsa menahan ludahnya susah payah.
Angin malam tiba-tiba tak terasa
dingin, sekujur tubuhnya dilingkupi hawa panas ketika Minsoo balas menggenggam
tangannya.
āPerlakuanmu, sikapmu selama
perjalanan ini. Dan itu wajar, semua orang menjadi dewasa begitupun denganmu
dan tentunya aku.ā
āKau tidak seperti Bang Minsoo
yang hanya bisa kulihat dari jauh, kau yang sekarang bisa kulihat sedekat ini.
Kau yang sekarang, aku bertaruh para perempuan rela mencampakkan pacarnya untuk
bisa bersamamuāā
āApa kau juga akan melakukan hal
yang sama?ā
Cheonsa menggeleng, āTidak ada
seseorang yang bisa kucampakkan saat ini,ā suaranya setengah berbisik.
Minsoo terkekeh pelan, ia menatap
Cheonsa sekali lagi. Tangannya terangkat, menangkup wajah terkejut itu.
Minsoo mendekatkan wajahnya, perlahan
mengecup bibir mungil milik Cheonsa. Kemudian mereka saling bertatapan. Apa ini
tepat? Mereka baru bertemu seminggu yang lalu setelah beberapa tahun tak saling
bertemu.
Apa arti dari kecupan itu?
Benarkah jauh di dalam hatinya, mereka mulai menyimpan perasaan? Atau semua ini
terjadi hanya karena keadaan yang mendukung?
Apa yang sebenarnya ada di antara
mereka saat ini? Cheonsa menerawang jauh ke dalam mata Minsoo. Namun pria itu
sama bingungnya dengan dirinya.
Ia bahkan tak mengerti kenapa tak
lekas menjauhkan tangannya dari wajah Minsoo. Malah menangkupnya semakin erat,
malah mengusap-usap sepanjang garis tegas di sekitar rahang pria itu.
āMinsoo yang itu hanya akan mampu
membayangkan hal ini sebelum ia jatuh tidur.ā Kemudian bibir mereka kembali
bertemu, bukan untuk sedetik atau dua detik seperti sebelumnya.
Kali ini lebih lama, lebih
intens, dan lebih menuntut. Keduanya memejamkan mata, membiarkan insting yang
menuntun detik demi detiknya.
Cheonsa merasakan dadanya semakin
bergemuruh, rasanya mau meledak begitu sensasi lembut itu menyapu bibirnya
terus menerus.
Ini bukan pertama kalinya ia
berciuman, ia pernah melakukannya beberapa kali. Semuanya terasa indah, tapi
yang ini agak berbeda. Karena ia melakukannya dengan Minsoo, pria yang bukan
pacarnya. Tapi ini gila! Kenapa ia tak mendorong pria itu?
Cheonsa merasakan sekujur
tubuhnya memanas dan siap meledak kapan saja. Namun ia tidak ingin Minsoo
berhenti, ia tidak ingin menghentikannya. Bahkan ia mulai merasa kecewa karena
lambat-lambat lumatan itu berubah menjadi kecupan-kecupan kecil dan berhenti.
Mereka saling bertatapan dan
jelas saja itu membuatnya malu setengah mati. Makanya ia pun berinisiatif untuk
mengisi detik-detik penuh kecanggungan itu dengan sebuah pertanyaan. Ia hanya
perlu bertanya dan pura-pura melupakan kejadian sebelumnya.
āMenurutmu siapa yang mengirim
pesan itu?ā tanya Cheonsa.
Bukannya menjawab, Minsoo malah
mengusap rambut Cheonsa, memainkan helaian demi helaiannya dengan takjub.
Tak lama kemudian ia mencium
Cheonsaālagi. Menarik tubuh kecil itu agar lebih dekat, seolah jarak di antara
mereka masih terlalu jauh.
Minsoo mengerang ketika Cheonsa
menenggelamkan jemari di antara helaian rambutnya. Jelas, perlakuan itu
membuatnya semakin tak keruan.
Tapi, ini tidak benar.
Cheonsa perlu menghentikannya,
setidaknya sebelum salah satu diantara mereka menyesal. Ia mengusap wajah
Minsoo, mendorong tubuh itu untuk memberi mereka jarak. Kalau dalam keadaan
normal mungkin Cheonsa akan berteriak lantas berlari saking malunya.
āKau minum berapa gelas tadi?ā
āAku sepenuhnya sadar. Ini bukan
pengaruh alkohol,ā jawab pria itu sambil mencuri pandang ke arah lehernya.
Cheonsa mengusap wajah itu,
membiarkan telapak tangannya menjamah lekukan wajah Minsoo.
āKau percaya bukan aku yang
menulis surat itu?ā Minsoo hanya menatapnya, kemudian mengusap pipinya.
āKenapa? Aku bisa saja
berbohong,ā kata Cheonsa lagi.
āKalau kau memang menulisnya, kau
pasti sudah menamparku dan pergi dari tadi.ā
āTapi apa kau tidak penasaran
siapa penulisnya? Aku sangat ingin tahu siapa yang melakukannya.ā
āUntuk apa? Yang penting aku
sudah tahu kalau surat itu bukan darimu dan itu sudah cukup.ā
****
Untung mereka datang ke terminal
tepat waktu, kalau tidak pasti mereka harus menunggu tiga jam lagi untuk
keberangkatan bus selanjutnya. Itupun kalau masih ada tiket yang tersisa.
Ia dan Minsoo sudah berada di
dalam bus menuju Praha setelah sebelumnya berlarian dengan panik. Minsoo masih
menekuri ponselnya, sementara Cheonsa sibuk mengamati pemandangan di luar
jendela.
Yang jelas sebisa mungkin
menghindar bertatapan langsung dengan pria di sebelahnya. Ia suka malu sendiri
kalau mengingat kejadian semalam.
Semalam memang agak aneh dan
terlalu banyak ciuman. Namun Minsoo tidak kelihatan salah tingkah saat tadi
pagi mengguncang tubuhnya yang masih bergelung di dalam kantung tidur.
Mungkin memang seharusnya hal
seperti itu tidak perlu dibesar-besarkan, mereka juga bukan remaja kemarin sore
yang baru pertama kali ciuman. Tapi kan tetap saja.
āHei, ini.ā
Ia menoleh. Minsoo menyodorkan
ponsel putih miliknya.
āHyerin terus mengeluh. Memangnya
dimana ponselmu?ā
Ah, Cheonsa baru ingat ia belum
mengisi daya ponselnya dari semalam. Sepertinya ponselnya sudah mati dan
tentunya membuat Hyerin kelabakan.
Ia mendekatkan ponsel itu ke
telinganya.
āAstaga! Ini aku! Tidak perlu
berteriak begitu!ā
āKenapa tidak menjawab pesanku? Ibumu tadi meneleponku tahu! Ia panik
karena anak gadisnya tidak menerima panggilannya.ā
āKau tidak bilang kan kalau aku
pingsan dan tidak sedang bersamamu?ā
āTidak. Rahasiamu aman kok. Tenang saja, nikmati liburanmu bersama pemandu
wisata seksi itu. Cih, katanya cuma teman sekelas.ā
āKau mulai bicara ngawur. Oiya,
aku akan berkunjung ke Prahaāā
āIya-iya, Minsoo sudah memberitahu masalah itu kok. Tenang saja. Kan
sudah kubilang nikmati saja perjalanan romantismu.ā
āTerserahāā
āTapiā¦ Dengar, mungkin aku agak berlebihan tapi waspada sedikit memang
perlu. Kau harus berhati-hati, biar bagaimanapun Minsoo itu seorang pria. Kita
tidak tahu kan kapan iaāā
Cheonsa mendenguskan napasnya
keras-keras, Minsoo langsung menoleh penasaran.
āLebih baik aku tutupāā
āPria itu sudah punya tunangan.ā
Cheonsa merasa seperti habis
disiram air dingin. Ia berpaling, menatap Minsoo yang sudah sibuk dengan
I-padnya.
āNamanya Jang Hyunra. Aku tahu dari Namjoon semalam, ia mabuk berat saat
itu dan wusshh! Nama itu disebut begitu aku mau menanyakan hal-hal rahasia
tentang Bang Minsoo.ā
Di seberang sana Hyerin masih
berbicara, menceritakan ulang kejadian mabuk berat seorang Kim Namjoon semalam
dan bagaimana nama āJang Hyunraā bisa disebut. Perempuan itu juga bilang kalau
Minsoo sudah bertunangan dengan Hyunra sejak tahun-tahun pertama kuliahnya.
āBaiklah, aku akan menghubungi
ibu secepatnya. Jaga dirimu baik-baik, see
you,ā pamitnya tanpa peduli kalau Hyerin masih belum selesai dengan
narasinya.
Ia menatap ponsel dalam
genggamannya, merasakan ponsel itu bergetar di tangan ketika notifikasi Line
masuk. Dari atas layar ia bisa melihat sekelebat nama pengirim dan isi
pesannya.
Hyunra_JJang
Sebelum ia bertindak lebih jauh
seperti membuka pesan yang baru masuk itu dan membuka pesan-pesan lainnya, ia
pun mengembalikan ponsel pada pemiliknya.
āTadi ada pesan dari Hyunra.ā
Minsoo hanya mengangguk,
memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya. Tak berniat untuk mengaktifkan
ponselnya dan membaca pesan yang dikirim tunangannya.
Ia menciumku semalam! Padahal ia sudah punya tunangan. Sialan.
TBC
Akhirnya bisa ngalahin rasa males publish..
Halo semuanya.. Aku balik lagi nih.. oke.. gimana Minsoo-Cheonsa nya? Kemistrinya
udh mulai ada kn ya? *semoga udah*
Selama periode hello chingu, maksudnya beberapa minggu belakangan, aku
ngobrol sama salsa, baca beberapa komen*kesannya kayak banyak banget*, jadi
sadar kalo konsep mix-couple kayak gini ternyata cukup sulit buat diterima.
Cheonsa-Kris punya gaya mereka dan Minsoo-Hyunra pun gitu. Dan lucunya karna
konsep kayak gini aku merasa cukup terharu karena ternyata dua couple itu punya
penggemar sendiri*sok banget* kalo pun bukan penggemar, seenggaknya ada yang
notice keberadaan mereka di dunia fiksi ini.
Jadi aku mau bilang terimakasih buat siapapun yang udah ngikutin blog
ini, mencintai couple-couple absurd yg eksis di sini, terimakasih~ Kalian luar
biasa karena dengan komen dan rasa perhatian kalian sama couple-couple itu buat
semangat nambah.
Aku juga berharap kalian (siapapun yang ngikutin Hello Chingu) ngasih
kesempatan buat Cheonsa-Minsoo.
Kalo ada pertanyaan kayak :
Q: Apa ff Marry Me bakal dilanjut?
A: Jawabannya, sejauh ini sih enggak.
Q:Terus gimana nasib Minsoo-Hyunra?
A: Dalam waktu dekat ini aku gak punya rencana untuk nulis mereka, tapi
percayalah mereka akan kembali walau entah kapan.
Q: Kalo gitu apa rencana ke depan untuk Cheonsa-Minsoo? Apa mereka
bakal eksis lagi setelah Hello Chingu selesai?
A: Belum tau pasti sih, mungkin kali ya. Kalo aku dpt ide untuk mereka
berdua, yah pasti aku tulis.
Q: Kalo Cheonsa-Minsoo ngeksis, apa kabar sama Kris?
A: Krisā¦eummmā¦anak ituā¦ Kris sama Cheonsa udah kayak Edward sama Bella
kok*buat aku*. Jadi gak perlu khawatir.
Kira-kira itulah yang mau aku sampein ke kalian. Intinya yahā¦ikutin terus
Hello Chingu, g usah malu kalo mau ninggalin kritik dan saran kalian atau mau
sekedar ngeluh atau mengalay ria. Oke, sekian dari aku untuk hari ini.
See You,
GSB
Comments
Post a Comment