Key To The Door Of Imagination
Cast:
- NCT Jaehyun as Jung Jaehyun -
- YOU (your name) -
Genre : Romance, University Life (AU - Alternate Universe)
o O O O o
Aku masih terus menatap hamparan layar putih di depan ku.
Tak ada yang aku lakukan selain menatap tajam pada layar putih tersebut dengan
jari jemari yang sesekali bergerak, tangan yang terangkat, dan setelahnya
kembali ku lipat di atas meja. Kegiatan ini sudah berlangsung hampir satu jam.
Yap satu jam! Tapi tak ada satu pun kata yang berhasil ku
tuangkan di atas lembaran putih tersebut. Lelah memang, bahkan sangat lelah.
Tapi hasrat untuk menulis membuat aku akhirnya tetap bertahan dengan memandangi
lembar kerja penulisan di laptop.
Keadaan seperti ini bukan kali pertama terjadi pada ku.
Sudah beberapa kali sejak aku masuk kuliah, keadaan ini selalu mendatangi ku
tanpa jera. Terlebih setelah tugas-tugas
ku datang tanpa henti. Hasrat untuk menulisku malah datang tapi sayangnya tidak
ditemani dengan satu buah ide cemerlang pun.
Menyebalkan sekali bukan???
Bagaimana bisa seorang _____ tidak bisa menulis satu karya
pun selama satu semester ini?
Aku adalah _____, salah satu penulis cerita fiksi blog yang
kini blognya semakin dikenal oleh anak-anak muda. Seorang gadis yang memiliki
teman-teman yang juga menulis di blog yang sama, yang mana mereka masih dapat
menelurkan karya yang membuat para pembaca terkesima.
Sedangkan aku?? Tsk..
sejak awal masuk semester, tak ada satu pun karya yang berhasil ku terbitkan.
Irikah aku???
Ya.. aku iri. Tapi iri yang kurasakan bukanlah iri karena
mereka bisa menghasilkan karya dan aku tidak. Tetapi iri yang ku rasakan lebih
kepada, kenapa mereka bisa dan aku tidak. Mereka juga pergi ke kampus,
mengerjakan tugas-tugas yang tak kalah banyak dengan ku, tapi kenapa mereka
masih bisa menulis cerita yang ketika aku membacanya membuat aku seakan berada di dalam cerita itu.
Setelah terus memikirkan ide untuk hasrat ku yang semakin
lama semakin menyesakkan hati, memikirkan rangkaian adegan yang akan aku
tuangkan dalam bentuk narasi, serta setelah waktu istirahat ku yang masih
terus bergulir dan hanya ku habiskan dengan duduk di cafetaria sembari
memandangi layar putih ini, tapi semua itu tak membuahkan hasil apa pun. Tidak
ada satu kata pun yang berhasil aku tulis, bahkan ide cerita yang akan aku
tuangkan pun masih belum ku dapatkan.
Aku mendesah, mengerang tertahan, dan hampir saja tangan ku
melemparkan laptop hitam berlayar putih ini ke atas meja. Namun untungnya otak
ku masih dapat berpikir jernih dan akhrinya ku tutup benda ini dan menyimpannya
ke dalam tas.
ā_____, mana cerita mu? Aku ingin membacanya.ā
Shinjung menatap ku dengan penuh harap. Gadis itu memang
selalu seperti itu terlebih jika ia membutuhkan sesuatu yang dapat menghiburnya
setelah menghabiskan waktu yang lama untuk mendengarkan celotehan sang dosen di kelas.
Aku tak menjawabnya. Aku hanya diam dan kembali merapihkan
isi tas ku agar laptop yang baru ku masukan ini tersimpan dengan baik.
āPasti kau belum menulisnya. Jujurlah.ā
āYa kau benar. Maaf Shinjung-ah..ā Ujar ku. Mungkin kini aku
terlihat begitu menyedihkan dimata gadis ini. Bagaimana tidak, Shinjung adalah
salah satu teman yang juga aktif menulis di blog yang sama dengan ku. Dan dia
juga masih dapat menerbitkan ceritanya walaupun jurnal-jurnal internasional
sudah menanti untuk dibacanya.
āSudahlah.. walaupun aku sangat ingin membaca sesuatu,
tetapi aku tahu bagaimana rasanya terjerat sindrom sulit menulis seperti mu.
Apalagi kini kau juga masih harus menyelesaikan tugas-tugas yang penuh dengan
perhitungan retribusi, modal, dan yang lainnya itu.ā
Aku hanya menghela berat. Apakah sesulit itu untuk menulis
disela-sela tugas yang sangat banyak ini? Kenapa rasanya aku sulit sekali
tetapi mereka tidak.
āSudahlah.. ini hanya sekedar menulis cerita fiksi dan bukan
karya ilmiah. Jadi jangan bersedih seperti itu. Jika dalam waktu dekat ini kau masih
tak bisa, mungkin setelah semester berakhir kau akan bisa menulis kembali.ā
Terang Shinjung yang mampu membuat ku merasa sedikit membaik. Sedikit ya..
hanya sedikit. Karena nyatanya aku masih merasa kesal karena tidak mampu
merampungkan cerita fiksi yang sudah ku bayangkan sejak satu bulan yang lalu.
āSudah tidak ada kelas bukan? Bagaimana kalau kita menyesap
segelas coklat untuk mu dan kopi untuk ku di kedai biasa?ā
Aku mengangguk. Kemudian mulai membenahi beberapa barangku yang masih tergeletak di atas meja. Namun saat tanganku masih sibuk memasukan buku dan
peralatan tulis ke dalam tas, ekor mata ku menangkap siluet seorang pria yang
membuat semua kegiatan yang tengah ku lakukan terhenti dan aku hanya fokus pada
pria tersebut.
āHey kau kenapa?ā
āItu.. lihatlah!ā Ku angkat dan ku arahkan tangaku pada
sosok pria yang kini berdiri tidak jauh dari tempat kami duduk.
Aku dan Shinjung pun lantas menatap pada sosok pria
tersebut. Aku terus memperhatikannya namun Shinjung, ku dengar ia menghela
kasar. Sepertinya ia tidak lagi memperhatikan sosok itu. Yah.. biarkan saja.
āKenapa kau tidak datang dan ajak adik tingkat mu itu
berbicara? Akan lebih baik jika kau melakukannya daripada hanya diam dan
memandanginya seperti ini bagaikan seorang pencuri.ā
Aku tak menggubris ucapan Shinjung yang seakan tengah
mencibir ku. Pasalnya aku tak merasa seperti pencuri seperti apa yang
dikatakannya. Dan fakta yang lain adalah sulit untuk melakukan apa yang
dikatakan oleh gadis itu.
Menghampiri dan mengajak Jaehyun berbicara, ah.. maksud ku
pria yang saat ini masih terus menjadi pusat perhatian ku. Iya.. dia bernama
Jaehyun. Pria dengan kulit yang putih, wajah yang tampan dan lucu, serta tubuh
yang tidak terlalu besar seperti Junhong -salah satu temanku-, tapi cukup
membuatnya terlihat begitu berkarisma.
Saat aku masih begitu menikmati wajah tampan dan lucunya,
Shinjung malah menghalanginya. ā_____ sudahlah.. ayo kita pergi.ā Tubuhku
hampir saja mendarat di atas lantai saat tiba-tiba saja Shinjung menarik tangan
beserta tas ku pergi. Aku ingin memakinya namun ia telah lebih dulu membungkam
mulutku dengan permen berkadar asam tinggi
yang membuat aku langsung mengatupkan mulutku dan tak jadi untuk memakinya.
Kami akhirnya memutuskan untuk segera menuju kedai yang
lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus. Namun tiba-tiba saja suara berat
seorang pria menghentikan langkah kami. Suara itu langsung membuat aku menoleh
karena merasa begitu mengenalinya. Begitu pun dengan Shinjung yang juga
membalikan badannya karena merasa namanya terpanggil.
āShinjung sunbea? Ini kartu mahasiswamu terjatuh.ā Pria itu
lantas mengulurkan kartu mahasiswa berfotokan Shinjung pada pemiliknya.
Shinjung pun lantas mengambil kartu itu dan meenganggukan kepalanya.
āTerimakasih.. em...ā
āAku Jaehyun, mahasiswa baru jurusan bisnis.ā
āAh.. jadi kau adik tingkat _____?ā
āIya suneba.. _____ adalah seniorku. Kalau begitu sampai
bertemu lagi sunbea.ā
āIya. Terimakasih karenna telah mengembalikan kartu ini.ā
Mataku masih terus memperhatikan Jaehyun walaupun kini
tubuhnya sudah berjalan jauh di depan ku. Namun saat punggungnya masih dapat
dengan jelas ku pandangi, tiba-tiba saja pemandangan tersebut berganti menjadi wajah Shinjung yang tengah
tersenyum bagaikan baru bangkit dari kubur.
āYak! Menyingkirlah dari hadapan ku!ā Maki ku. āTidak. Aku
tidak akan membiarkan mu melihat adik tingkat mu itu terus menerus.ā
Huh.. akhirnya ku putuskan untuk mengalah. Rasanya akan
sangat sulit mendebat seorang Shinjung yang tengah menjadi separuh iblis
seperti saat ini. Mendebat gadis itu saat ini sama saja dengan membuang dengan
sia-sia tenaga yang ku miliki.
āSudahlah.. jika kau tidak berani untuk mengajaknya
berbicara, lebih baik berhenti menatapnya seperti itu. Karena akan membuat mu
terlihat seperti gadis muda yang cintanya bertepuk sebelah tangan.ā
Aku meliriknya tajam. Apa yang baru saja ia katakan?!? Gadis
yang cintanya bertepuk sebelah tangan??? Apakah semenyedihkan itu diri ku
sampai-sampai ia memberikan perumpamaan seperti itu untuk ku?
Tapi tunggu! Gadis menyedihkan. Bertepuk sebelah tangan. Jaehyun..
Sepertinya aku...
āKalau begitu ayo pergi ke kedai kopi sebelum tempat itu
penuh dan kita tidak mendapatkan tempat untuk duduk.ā Lagi, untuk kedua kalinya
Shinjung menarik ku tanpa memberi aba-aba yang hampir membuat wajah ku menabrak
dinding putih yang berada di sisi kanan.
āTidak. Aku tidak akan pergi ke kedai.ā Sontak gadis itu
langsung berbalik ke arah ku. Menatap ku dengan wajah bingungnya. āKenapa?
Bukankah tadi kau sudah setuju untuk pergi ke kedai?ā Tanya Shinjung yang masih
terlihat bingung.
āIya.. awalnya aku setuju. Tapi setelah bertatap muka dengan
jarak yang dekat sreta mendengar suara Jaehyun membuat sebuah ide muncul dan
aku ingin menulisnya sebelum ide itu menghilang lagi bagaikan ditelan bumi!ā
Gadis itu masih terlihat begitu bingung. Sepertinya ia masih
tidak mengerti dengan apa yang aku katakan.
āMaksud mu kau akan menulis tentang Jaehyun??ā Tanya nya dengan
dahi yang berkerut. āYap. Tapi tetap, aku akan menyamarkan namanya.ā Balas ku
senang.
Shinjung memutar bola matanya. Ia seperti tengah mecerna
setiap kata yang aku katakan. Tunggu, apakah begitu sulit untuk memahami
perkataanku yang begitu mudah dan tidak ambigu itu? Kenapa Shinjung yang
biasanya suka menulis dengan bahasa yang berbelit, kini malah tidak mengerti
maksud ucapan ku??
āJadi maksud mu, kejadian tadi, maksud ku Jaehyun mampu
membuka ruang imajinasi serta menyingkirkan tugas perhitungan dana yang ada di
dalam otak mu itu?ā Lagi Shinjung seperti tengah berusaha untuk membenarkan
perkiraannya yang kenyataannya sudah ku katakan dengan begitu jelas dan jujur
padanya.
āIya. Sudah jangan banyak bertanya lagi. Aku akan pulang
sekarang dan segera menulis tentang Jaehyun. Jadi sampai bertemu besok.ā Aku menepuk
pundaknya dan kemudian berlalu pergi tanpa mengindahkan Shinjung yang masih
diam terpaku di tempatnya berdiri.
Ya aku harus meninggalkan gadis itu sekarang walaupun
nampaknya ia masih belum kembali ke dalam dunia nyata, sebelum ide dan
imajinasi ku yang akan pergi meninggalkan ku. Aku tidak mau ide yang sangat
menyenangkan ini menghilang seperti ide-ide ku yang sebelumnya, hanya karena aku
tidak langsung menuangkannya dalam bentuk narasi. Terlebih ide kali ini berawal
dari Jaehyun dan akan dipenuhi oleh Jaehyun, adik tingkat ku yang berhasil
menarik rasa simpatik hingga membuat aku bagaikan tersihir olehnya.
E . N . D
Hallo semuanya... Long time no see ya.
Enggak nyangka aku menghilang selama dua bulan. Jujur awalnya enggak berniat menghilang selama itu. Tapi apa daya, rasa kantuk enggak pernah mau pergi diri dari ini. Setiap kali ada waktu lenggang, pasti si ngantuk dateng dan membuat mata ini menjadi berat kayak ditimpa barbel.
Oke ini berlebihan. Tapi kalau soal ngantuk setiap saat itu bener enggak pake bohong.
Balik ke cerita kali ini. Gimana guys?? Dapet feelnya enggak? Smooth enggak ceritanya? Terus gimana alurnya, kecepetan, kelambatan, atau ada yang lain...?
Kalau enggak sesuai harapan, maaf guysss. Aku bikin ini disela-sela tugas, jadi enggak fokus 100% ke cerita kali ini. *sebenernya enggak boleh beralesan sih, tapi ini kenyataan*
Tapi akhirnya aku berhasil merampungkan cerita kali ini karena kepikiran GSB yang ngebet mau baca ff bercastkan anak NCT. Dan ini dia. FF NCT pertama ku serta FF NCT pertama GIGS *yeayyyy*.
Terus apa cuma karena GSB aku bikin NCT?
Ya enggaklah... Aku enggak selebay itu kali. Gara-gara GSB temen terus aku langsung bikinin ceritanya. Enggak gitu juga, semua ada prosesnya. Kebetulan aja pas mau nulis NCT eh si GSB bilang dia negebet baca, jadi ini secara gak sengaja terjadinya..
Selain itu apalagi kalau bukan karena ngikutin yang lagi ngehits. Terus juga karena belakangan ini aku nontonin rookie-nya SM ini.
Intinya si Jaehyun ini berhasil mengobok-ngobok hati dan pikiran ku sampai ngebuat aku ngebet bikin cerita buat si dedek manis ini dan lupa sama Donghae dan Jonghyun oppa, suamiku Mark, sama my bro Zelo. Walaupun gitu, aku enggak akan lupa sama hutang ff yang belum kelar sama kalian hehehe *peace guys*.
Oke deh.. kayaknya cukup sekian. Semoga kalian terhibur dengan ff ini. Sampai ketemu dilain waktu ya. Annyeonghigaseyo chingudeul.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment