Time Part 7 - Rain, Gift, Fight
Teaser <> The Beginning <> Unexpected Tradition <> Much Bad, Little Good <> Oh No! <> The Revenge <> The Old Boy-Friend and The Closing Party
* * * *
Bell pertanda kelas berakhir sudah menggema dengan
nyaringnya. Wajah-wajah lelah yang sejak tadi menghiasi sekolah itu kini
berangsur menghilang seiringan dengan gerak mereka merapihkan seluruh buku-buku
yang tergeletak di atas meja kemudian membawanya bersama dengan diri mereka
menuju kamar yang mereka tinggal pagi tadi. Dan dalam beberapa menit saja,
bangunan bertingkat itu sudah mulai sepi dari kegiatan para muridnya.
Yoona memakai tasnya dan berjalan keluar kelas. Mendahului
Sooyoung dan juga Seohyun yang melihat kepergiannya bingung. Bagaimana tidak?
Pertama, Yoona pergi beriringan dengan Lay. Lalu yang kedua, wajah gadis itu
sangatlah tak sedap untuk dilihat. Dan yang terakhir, Yoona terus saja
menundukan kepalanya selama ia berjalan keluar kelas.
“Ada apa dengannya? Semenjak selesai istirahat wajahnya
begitu aneh.” Tanya Sooyoung yang hanya mendapat gelengan kepala dari Seohyun.
Dilain tempat, Yoona hanya dapat menghela nafasnya. Tak tahu
harus berbuat apa. Menolak kesempatan emas yang diberikan sekolah atau
menerimanya tetapi hatinya harus kembali merasa gelisah karena berada pada
kelompok yang sama dengan Donghae. Dan sepanjang koridor yang ia dan Lay
lewati, otaknya tak pernah berhenti memikirkan hal itu. Mencoba mencari
keputusan terbaik. Namun pada akhirnya, tak ada jawaban atau keputusan yang
berhasil ia pilih. Kedua pilihan itu meiliki sisi positif dan negatif
masing-masing.
“Ya! Kenapa kau malah diam? Ayo masuk.” Lay menyikut Yoona
saat gadis itu tak kunjung berjalan masuk dan hanya diam padahal mereka telah
sampai di ruangan yang telah mereka dan Donghae sepakati untuk membahas mengenai
pembagian tugas.
Yoona mengerjapkan matanya. Ia tak menyangka bahwa
lamunannya berhasil membuat ia berjalan tanpa sadar. Hingga membuat ia tak
menyadari bahwa ternyata ia dan Lay telah sampai sejak beberapa saat yang lalu.
“A-ah ya.” Yoona menggaruk tengkuknya lalu berjalan masuk
mengikuti Lay yang telah berjalan mendahuluinya.
Mereka berjalan beriringan mencari tempat senyaman mungkin untuk
duduk. Meletakan tas mereka, dan tak lupa mendudukan tubuh mereka di atas kursi
yang mereka pilih. “Kemana Donghae sunbea? Kenapa ia belum datang?” Tanya Lay.
“Entahlah.” Balas Yoona acuh.
Mereka kembali diam dengan kegiatan masing-masing. Lay dengan
ponselnya sementara Yoona dengan pikirannya. Sampai saat itu, ia masih
bersikeras untuk menemukan pilihan terbaik sebelum pertemuan pembagian tugas
terjadi. Apakah ia akan tetap bergabung dengan team itu? Atau mundur dan menyerahkan kesempatan emas tersebut pada
orang lain?
Dan setelah sekian lama berpikir, akhirnya keputusannya
jatuh pada tetap menerima tawaran tersebut. Membiarkan semua
kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan menimpanya nanti pergi, dan berusaha
sebisa mungkin untuk mengejar mimpi terpendamnya. Dan bertepatan dengan terpilihnya
pilihan tersebut, pintu ruangan yang awalnya tertutup kini terbuka. Menampakan
sosok Donghae yang tengah membawa satu buah map tembus pandang.
“Maaf membuat kalian menunggu. Aku harus mengambil map ini
terlebih dahulu dari Kyuhyun-saem.” Ujar Donghae dan kemudian menduduki kursi
yang berada dipaling depan jejeran kursi di ruangan itu.
Donghae membuka map yang dibawanya. Membaca isi map
tersebut, dan kemudian kembali berdiri dari duduknya. “Jadi menurut Kyuhyun-saem
dan Jung Soo-saem, keputusan untuk memilih tema untuk perlombaan kali ini diserahkan
seluruhnya kepada kita. Dan dari semua pilihan yang diberikan oleh sekolah, aku
memutuskan untuk memilih tema,-” Donghae menggantungkan ucapannya. Entah
tujuannya apa, yang jelas secara otomatis hal itu membuat Yoona dan Lay
langsung memiringkan kepala mereka menanti kelanjutan dari apa yang menjadi
pilihan ketua team mereka.
“Aku memilih tema,-” Ulang Donghae yang lagi-lagi
menggantungkannya sebelum ia memberitahu keputusan yang diambilnya.
“Ini.” Donghae menyerahkan satu lembar kertas kepada
masing-masing anggotanya.
Lay segera meraih kertas itu, sementara Yoona, ada rasa
enggan yang menggelayuti dirinya hingga membuat ia dengan malas mengambil
kertas putih itu. Lay langsung membaca satu buah kalimat yang tertera disana.
Sedangkan Yoona, ia masih saja menatap kertas itu tanpa terlihat ada niatan
untuk membuka dan membacanya.
Lay menganggukan kepalanya setelah membaca kalimat yang
tertera di atas kertas tersebut. Dan kembali menatap Yoona yang tak kunjung
membuka lipatan kertas itu. “Kau tak membacanya?” Tegur Lay.
Yoona menatap sekilas pada sahabatnya itu. Kemudian ia
mendesah dan menganggukan kepalanya. “Baik aku akan membacanya.” Balas Yoona.
Ia membuka lipatan itu dan membaca tulisan yang tertulis disana.
“Sepasang kekasih.” Ucapnya. Ia masih diam setelah
mengucapkan kalimat itu. Otaknya masih belum bisa menelaah dengan baik kalimat
tersebut. Yoona kembali mengeja kalimat itu. Namun lebih pelan dan hati-hati.
Dan tak lama, matanya membelalak.
Ia baru menyadari makna dari tulisan tersebut.
“A-apa? Sepasang kekasih?” Tanya nya tak percaya atas apa
yang baru saja ia baca.
Ia menatap Lay berharap ada kesalahan atas apa yang tertera
disana. Namun Lay hanya mengendikan bahunya dan diam. Kemudian ia beralih
menatap Donghae. Namun sama halnya dengan Lay, laki-laki itu hanya diam sembari
tersenyum.
Yoona kembali menghela nafasnya. Ia tak habis pikir dengan
tema yang ditentukan oleh Donghae. Oh ayolah.. bukankah sekolah memberikan
banyak pilihan. Lalu kenapa ‘sepasang
kekasih’ yang ia pilih?
“Baiklah jadi kini saatnya pembagian tugas.” Ujar Donghae.
Ia kembali membuka map yang berada di depannya, dan saat ia akan mengumumkan
tugas-tugas yang akan diberikan kepada anggotanya, Yoona berdiri dari duduknya.
Hal itu membuat Donghae mengurungkan niatnnya untuk membagikan tugas.
“Ya. Kenapa sunbea memilih tema ini? Apakah tak ada tema
lain yang lebih manusiawi untuk dipilih?!” Protes Yoona.
Donghae berdeham dan kemudian hanya menggeleng singkat
sebagai jawaban atas protes yang diajukan Yoona. Yoona kembali menghela
nafasnya. Ia merasa bahwa sebentar lagi akan ada kejadian buruk yang
menimpanya.
“Apakah masih ada yang ingin mengajukan pendapatnya? Kalau
tidak ada, aku akan melanjutkannya.” Ujar Donghae. Ia kembali duduk di
tempatnya, dan bertetapatan dengan itu pintu ruangan itu kembali terbuka.
Menampakan seorang gadis yang juga merupakan deretan senior yang kemarin ikut
menjalankan tradisi sekolah bersama dengan senior-senior lainnya.
Minhyun sunbea?,
batin Yoona saat ia melihat siapa sosok cantik yang membuka pintu itu.
“Oh maaf. Apakah aku mengganggu kalian?”
“Tidak, kau tunggu saja Minhyunnie. Aku hanya tinggal
membagi tugas saja.” Jawab Donghae yang kemudian diangguki oleh gadis bernama
Minhyun itu. Ia kembali menutup pintu dan menghilang disana, tapi sebelum itu,
ia sempat merundukan badannya meminta maaf karena merasa telah mengganggu.
“Kalau begitu aku akan langsung membagikan tugas kalian.
Lay, karena menurut data yang ku terima, kau sangat pandai dalam mengedit foto.
Maka dari itu, aku akan menugaskanmu mengedit hasil foto yang kita dapatkan. Dan
untuk kau Yoona, kau dan aku yang akan mencari objek untuk dibidik.”
“Apa?? Aku? Kenapa tak suneba saja? Aku bisa mengedit. Jadi
biarkan aku mengedit bersama Lay.”
Donghae menggelengkan kepalanya. Ia tak setuju dengan
permintaan juniornya itu. “Tidak. Kita hanya membutuhkan satu pengedit. Dan tak
ada penolakan. Oh satu lagi, kita akan memulai mencari objek gambar akhir
minggu. Jadi kau harus bersiap-siap. Sepertinya tak ada lagi yag harus dibahas,
jadi kalian boleh kembali.”
*****
Semenjak keluar dari ruang rapat hingga area parkir sekolah,
Yoona masih saja mengutuki Donghae yang memberinya tugas yang sangat tak ingin
ia lakukan. Dan hal itu membuat Lay yang berjalan beriringan dengannya hanya
tersenyum, menahan tawa melihat kelakukan Yoona.
“Eoh lihat itu.” Lay menahan langkah Yoona sekaligus
menghentikan mulut gadis itu melontarkan sumpah serapahnya. Ia menatap Lay
bingung. Namun kemudian kepalanya tergerak mengikuti arah yang tengah ditunjuk
Lay.
“Bukankah itu Donghae dan Minhyun sunbea?”
Yoona menatap lurus ke depan. Matanya memicing seiringan
dengan jarak yang cukup jauh antara tempat ia berdiri dengan kedua sosok itu.
“Iya, memangnya kenapa?”
“Kenapa? Coba lihat! Mereka bergandengan tangan.” Ujar Lay
histeris.
“Biarkan saja. Toh mereka memang sepasang kekasih.” Balas
Yoona acuh. Ia hendak melangkahkan kakinya kembali. Namun lagi-lagi Lay menahan
pergerakannya.
“Darimana kau tahu?” Tanya Lay.
“Eemm itu... aku tak sengaja melihat mereka dan juga
beberapa senior yang lain di taman dorm. Ya.. hampir sebagian besar dari mereka
merupakan pasangan kekasih. Ahh sudahlah tak usah dibahas. Lebih baik kita
kembali ke dorm sebelum hari semakin sore.”
o O
O O o
Kicauan burung serta terangnya sinar mentari membuat gadis
yang sebelumnya tengah terlelap perlahan mengerjapkan matanya. Ia mengerang
pelan. Mengusap kedua matanya. Dan terduduk di atas ranjang.
“Bagaimana mimpimu? Apakah kau memimpikan sunbea?” Tanya
seseorang yang sontak membuat gadis itu membelalakan matanya dan langsung
bangkit dari atas ranjang.
“Su-sun.. bea? Ba-bagaima-”
“Bukankah hari ini kita akan mencari objek gambar? Apakah
kau lupa Yoona-ah?”
Yoona, gadis itu kembali mengerjapkan matanya. Meraih ponsel
kesayangannya yang ia letakan di atas nakas di samping ranjang dan membuka
sesuatu disana. Tak lama, matanya membulat seiringan dengan gerakan tangannya
yang bergerak menuju tengkuknya.
“Ma-maaf sunbea.. aku lupa.” Ujarnya tertunduk. Rasa malu
berhasil membuat ia tak berani memandang sosok yang ia panggil sunbea itu.
o O
O O o
Dua orang anak cucu adam -laki-laki dan perempuan- dengan
kamera berkualitas tinggi yang tersampir dipundak mereka berjalan menembus
keramaian ibu kota. Sejak keluar dari area dorm, keduanya itu terus
melangkahkan kakinya mencari tempat yang biasanya didatangi oleh kaula muda
untuk menghabiskan waktu mereka dengan pasangan masing-masing. Mulai dari café,
taman, pusat perbelanjaan, semua telah mereka datangi. Namun kehausan akan
objek bidikan masih terus menggelayut dibenak mereka. Membuat mereka terus
bergerak mencari objek-objek yang akan memuaskan diri mereka.
Hingga langit berubah menghitam, kedua manusia itu masih
terus saja memfokuskan kameranya dan membidik segala sesuatu yang tertangkap di
kamere. Sayangnya aktivitas mereka harus berhenti begitu saja saat setetes air
berhasil jatuh dan mengenai wajah sang laki-laki. Membuat laki-laki itu sadar
bahwa sebentar lagi hujan akan turun. Namun terlambat karena saat ia akan
memanggil sosok gadis yang masih asyik dengan bidikannya untuk berteduh, hujan
benar-benar turun dengan tanpa memberikan jeda untuk kedua sosok itu berlari
menuju tempat yang dapat melindungi mereka dari rintikan hujan.
“Sunbea hujan..” Ucap gadis itu histeris. Ia segera memasukan
kameranya ke dalam tas dan berjalan menghampiri sosok laki-laki yang juga
tengah menyimpan kameranya agar tak terkena siraman air hujan.
“Kita cari tampat berteduh.” Ujar laki-laki itu. Dengan
sigap tangannya langsung menggenggam tangan gadis itu dan menariknya pergi
menuju tempat yang ia maksud tadi.
Sebuah halte menjadi tempat yang dipilih oleh laki-laki itu
untuk menghindari hujan yang semakin deras serta angin yang ikut berhembus
kencang. Selain karena tempat itu tempat pertama yang ia lihat yang bisa ia dan
gadis itu gunakan untuk berteduh, tempat
itu juga tempat satu-satunya yang bisa mereka gunakan untuk berteduh. Karena
sepanjang jalan yang mereka lewati tak ada satu pun café ataupun rumah penduduk yang
bisa mereka tumpangi.
“Aahhh... kenapa hujan turun??” Gerutu gadis itu sembari
menyekah air yang membasahi tubuh serta pakaiannya.
Sementara gadis itu terus menggerakan bibirnya meluapkan
seluruh kekesalahnya, sosok laki-laki tadi malah tengah asyik memandangi gadis
itu. Entah apa yang ada dipikiran laki-laki itu. Yang jelas seulas senyum
terpatri begitu saja diwajahnya.
Waktu terus berjalan. Namun hujan semakin deras saja turun membasahi
bumi. Membuat angin juga ikut berhembus dengan amat kencangnya. Hingga membuat
hawa dingin menyergap siapapun yang berada di luar. Dan hal itulah yang tengah
menimpa sosok gadis dengan cardigan coklat yang membalut tubuhnya. Dinginnya
angin sore itu membuat tubuhnya meremang
dan bibirnya mulai memucat. Gadis itu menautkan kedua tangannya. Mencoba untuk
menghilangkan rasa dingin yang tengah menyergap tubuhnya.
Dilain sisi, laki-laki tadi kini tengah menatap gadis di
sampingnya yang tengah menekan-nekan tangannya sendiri, menyalurkan rasa dingin
yang tengah ia rasakan. Melihat itu, refleks laki-laki tadi melepaskan jaket
yang ia pakai dan mengenakannya pada gadis di sampingnya.
“Su.. sun-bea.....”
Laki-laki itu hanya tersenyum saat gadis di sampingnya
menatapnya bingung. Sepertinya ia sudah tahu apa yang mau dikatakan gadis itu,
sampai-sampai ia tersenyum dan membuat gadis itu tak lagi melanjutkan
ucapannya.
o O
O O o
Redupnya sinar rembulan telah berganti dengan terangnya sang
surya. Suara hembusan angin juga telah berganti dengan merdunya kicauan burung.
Dan kaki-kaki yaang sempat berlindung di bawah atap juga perlahan mulai muncul
dan memenuhi bumi.
Yoona, siswi kelas satu Chonjae High School itu baru saja merapihkan tatanan rambutnya
sebelum ia melangkah keluar dari kamar dengan satu buah tentengan yang ia
genggam. Hangatnya sinar mentari yang mengenai kulitnya saat ia berjalan keluar
dari bangunan bertingkat itu tak memberikan efek apapun untuk tubuh rampingnya.
Entah kenapa, sejak pagi tadi tubuhnya mulai merasakan sesuatu yang membuatnya
enggan untuk melakukan apapun. Tapi mengingat barang yang berada digenggamannya
itu akhirnya mau tak mau ia harus melupakan sejanak perasaan tersebut.
Selama kakinya melangkah menuju bangunan bertingkat yang
bersebelahan dengan bangunan dimana kamarnya berada, kepeningan mulai
menyergapnya. Bahkan ia hampir saja menabrak salah satu pohon andai saja ia tak
segera berhenti dan memejamkan matanya sejenak. Walaupun begitu, ia tetap
melangkah memasuki bangunan bertingkat itu. Dan saat ia telah berada di
dalamnya, tak hanya kepalanya saja yang beraksi atas rasa yang tadi pagi ia
rasakan, tapi kakinya juga mulai bereaksi hingga membuat ia harus memegangi
dinding selama ia melangkah.
Setelah menempuh jarak yang teramat jauh, menurutnya.
Akhirnya Yoona sampai di depan sebuah ruangan dengan angka 409 yang tertulis
pada roomtag yang terpasang di depan
pintu. Tanganya hendak mengetuk pintu tersebut, namun tak jadi dilakukannya
karena seseorang dari dalam telah membuka pintu itu terlebih dahulu. Mendapati
orang yang dicarinya-lah yang membuka pintu itu, seulas senyum mengembang
dibibirnya.
“Yoona-ah.. kenapa kau ada disini?” Tanya sosok itu yang
terkejut melihat Yoona yang telah berdiri di depan kamarnya.
“A-aku ingin mengembalikan jaket sunbea. Ini... terima kasih
untuk jaketnya sunbea.” Balas Yoona sembari menyerahkan tas kertas yang
dibawanya pada sosok itu.
“Ah itu. Sudah sewajarnya bukan, lagi pula kau lebih
membutuhkan jaket ini dibandingkan aku.” Ia mengambil alih tas yang disodorkan
Yoona padanya dan tersenyum membalas senyum gadis di depannya.
“Apakah kau baik-baik saja? Wajahmu pucat Yoona-ah..”
“Ah iya, aku baik-baik saja. Eo apakah sunbea ingin pergi?
Kalau begitu lebih baik aku pamit sekarang. Sekali lagi terima kasih atas
jaketnya.” Yoona merundukan badannya. Ia kembali tersenyum pada sosok di
depannya dan kemudian memutar tubuhnya hendak pergi dari tempat itu. Namun belum
sempat kakinya melangkah, rasa pening yang sebelumnya ia rasakan semakin
bertambah kadarnya hingga membuat kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya dan
seluruh pandangannya perlahan berubah menjadi gelap.
“Yoo-Yoona!!” Refleks sosok itu bergerak menghampiri Yoona
dan menahan tubuh gadis itu agar tak jatuh ke atas dinginnya lantai.
“Yoona! Im Yoon Ah!!”
Sosok itu mengguncang tubuh Yoona. Berharap bahwa gadis yang
berada dipangkuannya memberikan reaksi. Namun selama apapun ia mencoba
melakukannya, Yoona tetap tak beraksi apapun. Matanya tetap terpejam. Dan
tubuhnya tetap diam tak bergerak.
“Aish...” Gerutunya. Ia segera memangku Yoona dan membawanya
masuk ke dalam kamarnya.
“Do-donghae-ah, ada apa? Ke-kenapa Yoona-”
“Tadi dia mengantarkan jaketku dan kemudian dia pingsan. Aku
ingin membawanya ke ruang kesehatan. Tapi hari ini hari minggu, tak ada doketr
jaga disana. Dan Junsu-saem, ia sedang mengurus beberapa perlombaan olah raga
yang akan diikuti sekolah.” Terang Donghae. Ia merebahkan Yoona di atas
ranjangnya.
“Ada apa ini? Kenapa kalian beris........ APA? Donghae-ah.
Ada apa dengan Yoona? Kenapa ia bisa berada disini?” Tanya sosok lain yang baru
saja keluar dari dalam kamar mandi.
“Tsk.. sudahlah Yoochon-ah jangan banyak tanya. Aku ingin
mengambil air panas dan handuk untuk mengompresnya, jadi tolong jaga dia.”
Balas Donghae dan tak lama setelah itu, ia langsung melangkah pergi
meninggalkan kamarnya.
*****
Sesampainya di cafétaria dorm, Donghae langsung bergerak
menuju tempat dimana biasanya mangkuk-mangkuk disimpan. Kakinya dengan lincah
bergerak menyusuri cafétaria guna menemukan berbagai macam barang yang ia
butuhkun untuk mengompres dahi Yoona yang terasa panas saat tadi ia
memegangnya. Dan saat seluruh barang yang ia butuhkan telah terkumpul dan ia
hendak kembali ke kamarnya, sesuatu berhasil mengurungkan niatnya. Ia keluarkan
benda berbentuk persegi panjang -ponsel- dari dalam sakunya. Mencari nama
seseorang di dalam kontak telephonenya. Dan tak lama nada sambung terdengar disana.
“Eo Minhyunnie...
maaf, sepertinya oppa tak bisa pergi. Kau tak apakan?”
“..........”
“Eemm itu.... ah oppa
harus bertemu dengan Junsu-saem. Mian oppa baru mengingatnya.”
“..........”
“Kau tak marahkan?”
“..........”
“Benarkah? Terimakasih
Minhyunnie...”
“..........”
“Iya, oppa juga
mencintai mu....”
Sambungan pun berakhir dan Donghae segera beranjak pergi
meninggalkan cafétaria kembali ke kamarnya.
*****
Mentari telah kembali berganti menjadi rembulan. Kicauan
burung juga sudah tak terdengar lagi semenjak senja mulai menghilang. Dan kini
hanya tersisa angin yang berhembus dengan semkain kencang.
Walaupun pagi telah berganti menjadi malam, Yoona masih
belum juga tersadar. Matanya masih dengan setianya terpejam semenjak matahari
masih bersinar hingga matahari tak lagi menyinarkan cahayanya. Dan hal itu
semakin menambah kerisauan dihati Donghae. Ia tak tahu harus melakukan apa.
Bahkan meminta tolong pada siapapun ia tak tahu. Memita bantuan teman satu kamarnya?
Seorang Park Yoochun dan Kim Jaejoong?? Itu gila. Ia tak mungkin meminta bantuan
pada kedua anak manusia itu. Meminta bantuan pada keduanya sama saja dengan meminta
bantuan pada bocah berumur tiga tahun.
Malam semakin larut. Namun Yoona tetap tak menunjukan
tanda-tanda bahwa ia akan sadar. Donghae yang berniat untuk terus terjaga guna
memastikan bahwa juniornya itu dalam keadaan baik-baik saja tak mampu menutupi
bahwa rasa lelah telah menyerangnya. Bayangkan, ia terus terduduk dikursi semenjak
matahari masih bertengger dilangit hingga jam di kamarnya telah mununjukan
pukul dua belas malam. Perlahan matanya terpejam dengan tubuh yang tetap
bersandar pada senderan kursi yang ia duduki. Dan tak bertahan lama, nyawanya
telah melayang pergi meninggalkan raganya.
*****
Kicauan burung serta terangnya seberkas sinar yang menyentuh
wajah laki-laki itu membuat matanya perlahan terbuka. Erangan pelan lolos
begitu saja dari bibirnya. Ia pun menggerakkan tubuhnya guna meregangkan
otot-otot yang terasa kaku akibat tertidur dengan posisi terduduk. Ia mengusap
wajahnya. Menutup mulutnya yang terbuka saat menghembuskan nafas bangun
tidurnya.
Ia menenggelamkan kepalanya pada dua tangan yang telah
menjadi tumpuannya. Hingga otaknya menyadarkan ia pada sosok gadis yang
seharusnya tengah berbaring di atas ranjang miliknya. Seharusnya?? Ya..
seharusnya, karena saat itu tubuh gadis itu sudah tak berada lagi disana.
Ranjang itu telah kosong dan tak berpenghuni. Bahkan selimut yang tadi menutupi
gadis itu kini telah berpindah dan berganti menutupi tubuhnya.
“Yoona??!” Histeris sosok itu saat otaknya baru menyadari
ketidak beradaan gadis yang ia panggil Yoona.
Ia segera beranjak menuruni tangga guna memastikan bahwa
gadis itu tengah berbincang dengan teman-temna sekamarnya. Namun harapannya
hanyalah sebuah harapan kosong saat dilihatnya kedua laki-laki yang tinggal di
kamar yang sama dengannya masih dengan tenang bermain-main di alam mimpi
mereka. Ia mendengus dan lantas berbalik. Berlari menuju pintu kamar dan
tiba-tiba saja terhenti saat dilihatnya sebuah kertas tertempel di sana.
Terima kasih telah menjagaku
semalam ini. Dan maaf karena aku pergi tanpa membangunkan sunbea, karena sunbea
terlihat begitu lelah jadi aku tak tega untuk melakukannya. Sekali lagi terima
kasih...
Im Yoon Ah
Laki-laki itu menghela nafasnya begitu kata demi kata yang
tertulis pada kertas itu telah dibacanya. Ia kembali berjalan menuju
ranjangnya. Membaringkan tubuh besarnya disana dan memejamkan mata. Ia
seakan-akan tengah merasakan kehangatan tubuh gadis itu yang sebelumnya tengah
tertidur disana.
“Kenapa aku merasa seperti ini? Rasanya hangat dan
menenangkan. Bahkan tidak ketika aku dengan Minhyun.”
o O
O O o
Bersama dengan teman-temannya, Donghae berjalan menyusuri
koridor dengan berbagai macam tatapan kagum yang terarah kepada kelompok
laki-laki itu. Tak dapat dipungkiri bahwa sosok Jaejoong, Siwon, Yoochun,
Yunho, Sungmin, Eunhyuk, dan tentunya Donghae selain wajah mereka yang dapat
digolongkan sebagai wajah tampan, mereka juga menjabat sebagai anggota
kesiswaan dan tergabung dalam berbagai macam ekskul sekolah. Dan hal itu
menjadi alasan mengapa setiap dari ketujuh pria itu tengah berkeliaran selalu
menjadi pusat perhatian bagi seluruh siswi Chonjae high school.
Ketujuh laki-laki tampan itu kini tengah berada di dalam
ruang loker dimana tempat yang harus mereka kunjungi terlebih dahulu setiap
paginya. Untuk apa? Ya... apa lagi kalau bukan membuka loker milik mereka dan
mengambil berbagai macam hadiah dan surat yang tersimpan disana. Dan jangan
tanyakan darimana asal barang-barang itu. Karena tanpa dijelaskan sekali pun,
seluruh penghuni dunia ini sudah tahu siapa oknum-oknum yang melakukan hal itu.
Donghae membuka lokernya. Mengeluarkan berbagai macam surat
dari sana. Mulai dari yang berwarna putih polos, putif bermotif, biru, bahkan
hingga merah muda dengan motif bunga dan hati yang hampir memenuhi seluruh
bagian amplop. Dan layaknya hari-hari biasanya, ia memberikan lembaran-demi
lembaran surat itu pada sosok laki-laki yang tengah duduk sembari membaca surat
yang ia temukan sendiri di dalam lokernya.
“Kau tak membacanya?”
Donghae menggelengkan kepala singkat da kembali memeriksa
lokernya. Dan matanya tiba-tiba menyipit saat menemukan satu buah kotak
berukuran sedang berwarna coklat disana. Ia memicingkan matanya. Mengeluarkan
benda berbentuk persegi itu dan memperhatikannya.
“Apa itu?” Tanya laki-laki yang sedari tadi terus membaca
surat yang Donghae berikan padanya.
“Entahlah.” Jawab Donghae ringan masih dengan memperhatikan
kotak coklat itu.
“Cepat buka! Mungkin itu dari Minhyun. Bukankah kemarin
kalian berencana untuk berkencan namun kau batalkan karena Yoona sakit.” Ucap
sosok lain yang berdiri di belakang Donghae dengan masih memeriksa lokernya
seperti sebelumnya.
Donghae mengangguk singkat. Mungkin apa yang dikatakan
temannya itu ada benarnya karena sebelumnya Minhyun meminta ia untuk bertemu
karena ada sesuatu yang ingin gadis itu berikan. Donghae kembali menatap kotak
itu singkat. Hingga akhirnya ia membuka penutup benda itu dan menemukan sebuah
syal berwarna light orange disana. Ia
mengeluarkan benda itu dan beralih pada secarcik kertas yang ternyata tersimpan
di bawah syal tersebut.
“Yoona??!!” Histeris sosok yang sebelumnya tengah membaca
surat yang kini telah berdiri di samping Donnghae.
Sontak sosok-sosok yang sebelumnya tengah disibukkan dengan
isi loker masing-masing berbalik dan mengerubungi Donghae yang masih terpaku
dengan kertas dan syal yang berada di tangannya. Namun keterpakuan laki-laki
itu tak bertahan lama saat suara serak seorang gadis terdengar oleh dirinya.
“Jadi ini alasanmu membatalkan pertemuan kita?”
“Sepertiya hadiah ini sudah tak berarti lagi, karena kau
telah mendapatkan hadiah yang lebih baik dari ini. Jadi jika kau ingin
membuangnya, buanglah. Aku tak peduli.” Ujar gadis itu yang diiringi dengan
setetes cairan bening yang melesat jatuh dari matanya.
Gadis itu meletakkan kotak yang dibawanya dan berlalu pergi
meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan kumpulan laki-laki tersebut yang masih
terkejut atas kemunculannya yang tiba-tiba. Tiba-tiba?? Apakah kemunculannya
masih dapat dikatakan tiba-tiba? Hei... ia telah berada di ruangan itu beberapa
saat sebelum sosok-sosok itu memasuki ruangan. Jadi masih pantaskan kemunculannya
dikatakan sebagai kemunculan yang tiba-tiba????
Sementara itu, Donghae masih terus memperhatikan kepergian
gadis itu dalam diam. Otaknya seakan terlalu lambat menerjemahkan apa yang baru
saja dilihatnya, hingga membuat ia masih terpaku setelah gadis itu sudah tak
berada lagi di dalam sana. Dan ketika otaknya telah berhasil menerjemahkan
semua yang ia lihat, dan mentransferkan kepada
saraf serta efektor ditubuhnya, barulah ia berlari mengejar gadis itu
yang entah sudah kemana perginya.
“Minhyun-ah!!!!”
To Be Continued..
Hallo semuanya. Sesuai dengan janji sebelumnya kalau aku akan update Time. Dan here it is.. TIME PART 7!!!!
Gimana gimana?? Masih tertarikan baca cerita ini.. pleaseeee maafkan aku yang jarang banget update ff ini. Sudah terlalu banyak alasan yang aku ungkapkan mengenai ff ini, jadi kayaknya gak perlu ngejelasin lagi deh kenapa aku late update banget untuk ff yang satu ini. Karena kalau dijelasin pun pasti kalian udah tau alesannya.
Oke.. mengenai part kali ini, jujur sebenernya aku tuh udah mau publish dari beberapa hari yang lalu. Tapi karena belum mengalami pengeditan, jadinya aku tunda deh. Dan penundaannya terjadi terus menerus karena aku yang lagi klepek klepek (?) sama p'push.. si aktor dari negeri gajah itu. Enggak tau kenapa aku bisa nemu si abang itu. Yang jelas gara-gara satu fmv dari salah lakorn *atau kalau di korea umumnya disebut drama* yang dia peranin, aku jadi nyari tau soal dia dan nemu lakorn lakorn lainnya yang sangat remaja. Dan aku suka! Akhirnya aku nontonin dan yeah.. gagal ngedit.
Tapi.. dengan niat yang besar, akhirnya aku berhasil nyelesain proses editingnya dan finally publish!!!!!! *yyeeeaayyy*. Aku enggak mau lama-lama. Intinya semoga kalian terhibur dan tetep tungguin Time sampai terakhir nanti yaa. Selain itu selamat menjalankan ibadah puasa untuk yang menjalankannya. Semanagat sebentar lagi lebaran!
Sampai bertemu lagu gengss.. see you babayyy.....감사합니다 ^^
Comments
Post a Comment