Goodbye Baby - chapter 2





Cast:


Lee Minhyuk (BtoB)  ><  Byun Taerin  (OC)  ><  Song Mino (WINNER)  ><  Yoon Jisun (OC)



Genre:


romance, university life, angst (AU - Alternate Universe)



Previous Story:
Chapter 1 




o  O  O  O  o







Taerin baru saja memasuki kelasnya. Namun ia kembali melangkah keluar begitu ia membaca tulisan yang tertulis pada papan tulis. Tulisan pemberitahuan tersebut membuat gadis itu dengan jengkel melangkahkan kakinya menyusuri koridor. Ia begitu merasa kesal!


Bagaimana tidak?


Untuk kesekian kalinya dosen yang mengajar mata kuliah manajemen dan analisis data itu berhalangan hadir. Dan yang membuat ia semakin bertambah jengkel adalah, kenapa dosen tersebut tidak memberitahu jauh-jauh hari?! Jika seperti itu ia kan tak perlu datang ke kampus yang akhirnya hanya membuang waktunya saja.


Masih dengan rasa jengkel yang memenuhi relung hatinya, sebuah pesan singkat baru saja diterima oleh Taerin. Pesan tersebut berhasil mengalihkan sedikit dari rasa jengkel yang tengah dirasakannya. Lantas ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel pintar tersebut. Tangannya dengan mahir mulai berselancar pada layar benda itu.


Mata Taerin bergerak fokus membaca setiap deret kata yang tertulis di sana. Ia sedikit menjengkitkan alisnya. Namun segera tergantikan dengan seulas senyum manis yang membuat aura kelam yang menyelimuti Taerin berangsur menghilang.


“Setidaknya hari ini tidak akan menjadi sangat buruk.”


Taerin kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku. Ia kemudian hendak kembali melanjutkan jalannya,n amun seseorang menutup akses jalan di depannya. Taerin lantas menangkat kepala. Menatap pada sosok pria yang kini tengah memasang senyum seribu arti miliknya.


Lenguhan lolos begitu saja dari bibir Taerin saat ia mengetahui siapa sosok pria itu. Kepalanya pun secara spontan menoleh ke arah lainnya, seperti enggan untuk bertatap muka dengan pria tersebut.


“Kau nampak begitu senang.. Apakah ada sesuatu yang terjadi? Ah.. apa ini berhubungan dengan pria itu, Lee Minhyuk..?”


Sosok yang tengah berdiri tepat dihadapan Taerin itu melipat kedua tangannya di depan dada. Ia terus menampakan senyumnya dengan matanya yang menatap Taerin intens.


Taerin mendengus. Perasaannya kembali menjadi jengkel. Ia tak tahu kenapa Tuhan selalu mempertemukan dirinya dengan pria tersebut disaat ia baru saja merasakan kegembiraan. Apakah ia manusia yang penuh dosa sampai-sampai Tuhan selalu memberinya cobaan seperti itu???


“Ini bukan urusanmu!” Sengit Taerin.


Ia hendak kembali melanjutkan langkahnya. Namun sosok tersebut menahan lengannya dan membuat Taerin kembali kepada posisinya.


“Sekarang memang tidak. Tetapi ku pastikan sebentar lagi urusanmu akan menjadi urusanku.”


Taerin membelalakan matanya. Ia terkejut mendengar ungkapan tersebut. Sebentar lagi? Urusannya menjadi urusan pria itu? Gila?!! Tidak. Itu tidak mungkin terjadi!!!


“Memang siapa kau? Kau hanya seorang pria casanova Song Mino! Jadi jangan bermimpi.”


Taerin menampakan wajahnya yang keras. Ia sudah diselimuti amarahnya. Ungkapan pria bernama Song Mino itu telah membangkitkan emosinya yang sebelumnya telah ia coba redam.


“Ya.. aku memang pria casanova yang sebentar lagi akan mengklaim mu sebagai kekasihku.”


Kembali Mino menyampaikan isi pikirannya yang lagi-lagi berhasil membuat mata Taerin membulat terkejut. Membuat urat-urat dilehernya muncul. Dan membuat tubuh gadis itu memanas hanya dalam waktu hitungan detik.


“APA? Kau?!” Taerin menggemertakkan giginya. Ia ingin sekali melayangkan pukulannya begitu Mino menyelesaikan ucapannya. Namun dirinya masih begitu sadar untuk tidak melakukan hal bodoh itu.


“Kau sudah memiliki kekasih Song Mino! Jadi urusi saja kekasihmu itu dan jangan pernah memimpikan niat burukmu itu!”


“Memangnya kenapa kalau aku sudah memiliki kekasih? Ahh.. apakah kau cemburu? Apakah kau tak ingin menjadi yang kedua..?”


“Apa katamu cemburu?? Tidak! Aku tidak cemburu dan tidak akan pernah cemburu dengan hubunganmu bersama senior itu!” Sergah Taerin cepat.


Gadis itu begitu tak menyangka dengan jalan pikiran Mino. Bagaimana bisa pria itu berpikiran bahwa ia cemburu?? Sampai kapan pun, sampai bumi menjadi mars dan mars menjadi bumi, iya tidak akan pernah cemburu pada pria itu dan juga kekasihnya.


“Benarkah?? Tetapi jika pun kau menjadi kekasihku yang kedua, ku rasa tidak akan ada masalah selama kekasihku mengizinkannya. Lagi pula memiliki dua kekasih ku kira tak buruk, iyakan sayang?”


Mino memiringkan sedikit wajahnya. Senyumnya pun telah berubah menjadi senyum malaikat yang mampu menghipnotis banyak kaum hawa.


“Cih! Menjadi satu-satunya kekasihmu saja aku tak mau dan tak sudi, apalagi menjadi kekasih kedua mu. Jangan pernah bermimpi Song Mino!!”


“Benarkah?” Mino semakin menarik kedua ujung bibirnya yang berhasil membuat seorang mahasiswi yang baru berlalu di sana tak mampu mengedipkan matanya.


“Tentu saja. Sudahlah jika aku terus berbicara dengan mu aku akan menjadi gila seperti dirimu.”


Taerin menghempaskan tangan Mino yang masih dengan setiap menggenggam lengannya. Gadis itu pun kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti. Ia terus berjalan dan sama sekali tak menggubris sosok Mino yang masih setia menatap kepergiannya dengan kembali memasang senyum seribu arti miliknya.


“Lihat saja Byun Taerin. Sebentar lagi.. kau akan putus dengan pria itu dan menjadi kekasihku.”



o  O  O  O  o



Tepat pada pemberhentian ketiga, Taerin turun. Gadis itu berjalan ke arah dimana banyak terdapat bangunan dengan desain menarik. Sembari kakinya terus melangkah, tangannya tengah merogoh ke dalam tas. Kemudian sebuah ponsel keluar bersama dengan tangannya.


Taerin lantas tersenyum. Ia kemudian menekan panggilan cepat dan meletakkan benda itu ke dekat telinganya. Suara nada sambung menyambutnya begitu nomor yang ia tuju telah terhubung.


Ketika menunggu sang pemilik nomor untuk mengangkat telefonnya, kaki gadis itu masih terus melangkah. Ia baru menghentikan langkahnya saat telah berdiri di depan bangunan dengan aksen hijau putih dan beberapa ornamen bunga yang menempel di bagian depan.



Aku sudah sampai.


.....


Baiklah.. aku tunggu.



Sambungan telefon tersebut berakhir. Taerin pun menjauhkan ponselnya dan kembali menyimpannya di dalam tas.


Tak lama setelah itu, seorang pria dengan mengenakan celana jeans coklat, kemeja berbahan sama dengan warna biru, serta sepatu coklat keluar dari bangunan tersebut. Pria itu dengan tersenyum menghampiri Taerin. Memberikan pelukan singkat dan mengusap puncak kepala gadis itu.


“Sudah lama?” Tanyanya.


Ia masih merangkul Taerin. Sepertinya pertemuan kali itu menjadi ajang untuk melepaskan rasa rindu yang ia rasakan pada gadis itu.


“Tidak, aku baru saja sampai. Apakah aku mengganggu mu?”


Pria itu menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menautkan jari jemarinya pada jemari Taerin.


“Pekerjaanku baru saja selesai saat kau datang. Oh iya, bagaimana kalau kita pergi makan siang. Sudah lama bukan kita tidak menghabiskan waktu seperti ini?” Tawar pria tersebut yang langsung dibalas dengan anggukan kepala oleh Taerin.


“Kalau begitu tunggu di sini, aku akan mengambil motorku dulu.”


Pria itu kemudian melepaskan tautan tangannya dan berjalan kembali memasuki bangunan dimana ia keluar. Beberapa menit ia di dalam, dan kemudian ia kembali keluar dengan mengendarai satu buah sepeda motor.


Pria itu berhenti tepat di depan Taerin. Tanpa turun dari motornya, ia memasangkan helm yang dibawa bersamanya kepada Taerin.


“Ayo naik..” Perintahnya begitu helm yang digunakan Taerin telah terpasang dengan baik.


Taerin lantas menaiki motor tersebut. Tangannya langsung melingkar pada pinggang pria itu tanpa ada yang memintanya, seperti sudah menjadi suatu kebiasaan yang membuat Taerin tak perlu memikirkan tindakan apa lagi yang harus dilakukannya setelah itu.


Pria itu pun semakin menarik ujung bibirnya begitu Taerin memeluk tubuhnya. Ia lantas menghidupkan kembali mesin kendaraannya dan segera pergi meninggalkan tempat kerjanya tersebut.



o  O  O  O  o



Perasaan senang yang ia rasakan karena dapat bertemu dengan kekasihnya terbawa hingga Taerin telah sampai di rumah. Walaupun hanya sekedar makan siang bersama dan setelahnya pria itu harus kembali bekerja, hal itu tak membuat rasa bahagianya berkurang. Malah ia semaki senang karena ia rasa ia telah memilih orang yang tepat untuk bersanding dengannya.


Taerin membuka pintu pagar rumahnya. Perasaan berbunga yang tengah ia rasakan membuat ia sama sekali tak memperhatikan sekelilingnya. Ia yang terus mengembangkan senyumnya itu hampir saja jatuh tersungkur karena sebuah batu yang menghalangi jalannya.


Namun lagi-lagi pertemuan dengan kekasihnya tadi membuat semua bagaikan tak ada. Ia sama sekali tak peduli dengan batu tersebut yang hampir membuatnya terjatuh. Bahkan dengan sebuah mobil yang kini tengah terparkir di depan rumahnya sekali pun mobil itu bukanlah mobil keluarganya.


Taerin menekan bell rumahnya. Setelahnya seorang asisten rumah tangga datang dan membukakan pintu untuknya. Sang asisten mengucapkan ucapan selamat datang kepadanya, tetapi Taerin hanya membalas dengan anggukan singkat.


Sungguh.. perasaan gembira yang ia rasakan telah berhasil mengalihkan dunia Taerin. Ia terlihat begitu tak peduli dengan sekitarnya. Bahkan terhadap asisten rumahnya yang biasanya selalu mendapat ucapan terimakasih dari Taern setiap kali ia membukakan pintu.


Taerin lantas melangkahkan kakinya hendak menuju kamar. Hari yang telah berubah gelap membuat gadis itu ingin segera berada di atas ranjangnya sembari membaca materi yang seharusnay ia pelajari tadi. Walaupun sebenarnya ia tak begitu yakin, apakah dirinya bisa mempelajari materi tersebut dengan baik setelah menghabiskan waktunya dengan sang kekasih.


Tapi kewajibannya untuk belajar tetap harus dilakukan. Walaupun mungkin hanya beberapa saja dari materi tersebut yang akan ia mengerti. Tetapi bukankah itu lebih baik daripada tidak mempelajarinya sama sekali.


Namun saat ia hampir mencapai tangga, seketika ia menghentikan langkahnya. Tepat di balik dinding pemisah ruangan, gadis itu menyembunyikan dirinya di sana. Ia berusaha untuk mencerna perbincangan yang tengah terjadi di ruang keluarga rumahnya.


“Siapa yang datang? Kenapa begitu akrab dengan ayah dan ibu, bahkan dengan Taeho?” Bisik Taerin pada dirinya.



Ah.. kau bisa saja Han Jung-aa.


Benar, Mino telah berubah menjadi pria yang sangat tampan.


Terimakasih atas pujiannya Bibi Byun.



“Mino?? Kenapa nama itu???”


Dahi Taerin mulai membentuk lipatan dan alis gadis itu juga ikut berjengkit kaku begitu ia mendengar nama Mino disebut. Ia tak tahu siapa yang dimaksud Mino oleh ibunya. Namun entah kenapa ia terpikir oleh sosok Song Mino.


Tak tahu kenapa. Tetapi saat mendengar nama Mino, wajah pria itulah yan muncul dipikirannya. Walau sebenarnya ada banyak pria di Korea yang bernama Mino. Tepi entah kenapa malah wajah pria casanova itu yang muncul.



Lihat, ia juga sopan. Suamiku.. sepertinya kita tidak salah memilih jodoh untuk Taerin.


Iya aku setuju dengan mu. Sepertinya kau sangat cocok untuk Taerin Mino-aa.



Taerin terhenyak begitu kembali mendengar perbincangan yang tengah terjadi. Matanya langsung membelalak dan jantungnya berdebar tak menentu. Perlahan ia merasa tubuhnya seperti kehilangan kendali dan membuat dirinya tanpa sadar menggeser salah satu foto yang berada di atas meja, hingga membuat benda itu terjatuh dan menimbulkan suara hantaman.


Taerin yang masih terhenyak seakan bertambah rasa keterkejutannya saat suara benda jatuh itu masuk ke dalam gendang telinganya. Ia ingin pergi meninggalkan rumahnya. Tetapi kerja otak dan sarafnya masih belum dapat dikendalikan.


Ia masih begitu terkejut dengan semua yang baru saja didengarnya. Jodoh? Mino? Dirinya??


“Oh Taerin.. kau sudah pulang? Apa kau baik-baik saja?” Nyonya Byun, ibu Taerin datang menghampiri sumber suara dan terkejut mendapati sang anak berada di sana.


“Eo.. ya..”


Taerin masih tak dapat mengendalikan rasa terkejutnya. Ia masih begitu terkejut. Bakan jantungnya masih berdetak melebihi detakan orang-orang pada umumnya.


“Oh iya, ayo ikut ibu. Ada yang ingin ibu kenalkan padamu.” Nyonya Byun meraih tangan Taerin dan menuntunnya bersama dengan dirinya.


Taerin pun hanya mampu mengikuti langkah sang ibu tanpa melakukan apapun. Bahkan bertanya mengenai apa yang baru saja didengarnya pun tidak. Pasalnya lagi-lagi ini karena rasa terkejutnya yang berhasil menguasai kerja tubuhnya.


Perasaan terkejut yang tengah dirasakan Taerin masih begitu besar saat matanya menemukan sosok pria yang ia pikirkan sebelumnya. Dan hal itu membuat ia lagi-lagi terhenyak dan membuat otaknya tak mampu memberikan perintah dengan baik.


Taerin hanya diam. Menatap sosok pria muda di sana dengan mata membulat. Jantung yang semakin berdetak dengan cepat. Dan nafas yang kini ikut tersenggal.


“Kau Taerin? Ya ampun.. kau sudah tumbuh menjadi wanita cantik. Bibi sangat senang bertemu dengan mu.” Ujar wanita setengah baya yang merupakan ibu dari pria bernama Mino.


Wanita itu lantas menghampiri Taerin dan memberikan pelukan hangat layaknya seorang ibu pada anaknya kepada Taerin.


Taerin yang masih belum bisa mengembalikan kerja otaknya hanya diam. Ia sama sekali tak membalas ucapan wanita itu. Ia juga tidak membalas pelukannya.


“Taerin-aa.. ayo duduk sini.” Ujar Tuan Byun menginterupsi kelompok wanita tersebut.


Perbincangan yang sebelumnya terhenti kini berlanjut. Para pria dan wanita setengah baya tersebut ditambah dengan Taeho dan pria bernama Mino itu semakin larut dalam pembicaraan yang semakin melebar jauh.


Mereka tanpa sadar terus berbicara dan tak mengindahkan sosok Taerin yang masih begitu merasa terkejut. Gadis itu dalam diamnya masih terus berusaha untuk mengembalikan dirinya kekeadaan semula. Membuat jantungnya kembali berdetak normal. Membuat nafasnya tak lagi sesak. Serta membuat ia dapat berpikir dengan baik.


Dan ketika semua itu tengah ia lakukan, Mino ternyata terus memperhatikannya. Walaupun ia tengah berbincang dengan Taeho, kakak Taerin, tetapi matanya terus mengawasi gerak-gerik Taerin. Bahkan kedua ujung bibirnya semakin tertarik ketika melihat Taerin yang tengah berusaha dengan keras itu.


“Bagaimana kalau kita langsung membahas tentang perjodohan ini?”


“Ya tentu. Lebih cepat lebih baik.” Balas Tuan Byun.


Keadaan ruang keluarga yang sebelumnya begitu ceria kini beruba menjadi serius saat dua pria dewasa di sana berusaha untuk memulai pembicaraan yang sejak tadi mereka tahan. Keduanya menegakkan duduk mereka dan berdeham sebagai tanda awal pembicaraan serius itu.


“Jadi begini Taerin-aa.. pertemuan ini diadakan untuk membahas mengenai rencana perjodohan antara diri mu dan Mino, anak Paman dan Bibi Song. Sebenarnya perjodohan ini telah direncanakan sejak lama, tetapi pertemuan ini baru bisa terlaksana sekarang.” Tuan Byun mengawali pembicaraan itu dengan menjelaskan maksud dari pertemuan tersebut.


Sebenarnya niat Tuan Byun sangat baik. Ia ingin memberitahukan Taerin agar anak gadisnya itu tidak terkejut. Tetapi sayangnya, Taerin sudah tahu sejak beberapa saat lalu dan ia juga sudah sangat terkejut dengan keadaan yang membelitnya saat ini.


“Dan tadi Mino mengatakan kalau sebenarnya kalian sudah saling kenal. Jadi ayah rasa, kalian bisa bertunangan secepatnya.”


“APA? Tunangan???” Sontak Taerin memekik begitu mendengar penuturan ayahnya.


Taerin yang masih dilanda rasa terkejut semakin tak dapat mengontrol rasa keterkejutannya saat mendengar kata pertunangan terucap dari bibir Tuan Byun. Ia tak meyangka bahwa hal itu akan didengarnya saat itu. Ia juga tak menyangka dengan sosok Mino yang dijodohkan dengannya. Ia merasa seperti hari itu adalah mimpi karena semua terjadi dengan begitu cepat tanpa tanda apa pun.


“Kenapa kau terkejut? Apakah ada yang salah?” Tanya Nyonya Byun.


Wanita itu menatap Taerin bingung. Bukankah sudah sewajarnya di dalam perjodohan pasti akan ada pertunangan. Dan ia rasa Taerin tahu. Karena gadis itu adalah penggemar cerita romansa picisan. Itu terbukti dari koleksi bukunya yang tersimpan di dalam lemari khusus di dalam kamar.


“Tentu ibu. Tentu ada yang salah. Bahkan perjodohan ini juga salah! Kalian tidak memberitahu ku terlebih dulu. Dan sekarang pertunangan. Ku rasa semua anak perempuan di muka bumi ini akan bereaksi yang sama dengan ku jika hal seperti ini terjadi pada mereka.”


“Tenanglah.. kau jangan seperti itu. Ini kan hanya pertunangan bukan pernikahan. Ibu juga tidak akan setuju kalau kau menikah sebelum meneyelesaikan studimu.”


“Tapi bukan itu bu... masalahnya kenapa aku? Taeho lebih tua dariku, kenapa bukan dia saja yang dijodohkan??”


“Aku seorang laki-laki Taerin-aa.. jadi aku bisa mencari jodohku sendiri. Dan aku akan bertanggung jawab dengan apa yang akan aku pilih.” Terang Taeho yang masih dengan setia duduk diposisinya.


“Taerin, perjodohan tak selamanya buruk. Bibi yakin pasti lambat laun kamu akan bisa menerimanya. Jadi jangan takut. Lagi pula ini hanya pertunangan, kamu masih bisa untuk pergi bersama teman-temanmu. Jadi jangan khawatir.” Ujar Nyonya Song yang mecoba untuk menenangkan Taerin.


Taerin diam. Ia tak merespon apa pun. Ia rasa jika ia tetap memberikan penolakan, semua itu tak akan berbuah apa pun. Kedua orang tuanya serta Paman dan Bibi Song sudah sepakat untuk menjalankan perjodohan ini. Jadi seberapa banyak alasan yang ia kemukakan, tak akan berpengaruh apa pun pada keputusan mereka.


“Kalau begitu kita lanjutkan pembicaraan ini.” Tuan Byun kembali bersuara setelah melihat sang anak tenang.


“Jadi menurut mu, kapan waktu yang tepat untuk acara pertunangan itu?” Tanya Tuan Byun.


Semua anggota keluarga diam. Mereka terlihat tengah berpikir.


“Bagaimana saat ulang tahun ibuku. Berarti bulan depan?” Usul Tuan Song.


Tuan dan Nyonya Byun, Taeho, Nyonya Song, bahkan Mino terlihat tengah menimbang-nimbang usul tersebut. Hari ulang tahun ibu Tuan Song, itu berarti nenek dari Mino. Tidak buruk bukan?


“Aku setuju. Bagaimana dengan yang lain, Taerin menurut mu bagaimana?”


Ibu Taerin dan Taeho menganggukan kepala mereka tanda setuju dengan usul tersebut. Taerin yang sudah tak tahu lagi dengan jalan hidupnya ke depan  memilih untuk membungkam mulutnya. Menurutnya, ia memberikan ataupun tidak memberikan jawaban tak akan berpengaruh apa pun. Toh.. semua sudah ditentukan. Jadi buat apa pendapatnya lagi.


“Baik.. kalau begitu pertunangan antara Mino dan Taerin akan dilaksanakan bulan depan.” Ujar Tuan Song menyimpuli diskusi kali itu.


Taerin yang mendengar hal itu hanya mampu menghela nafasnya. Tamatlah riwayatnya. Dijodohkan dengan Song Mino. Lalu bertunangan dengan pria itu. Astaga! Hidup macam apa yang tengah dilakoni dirinya???


Bagaimana bisa ia terperangkap bersama dengan pria casanova seperti Song Mino? Dan kenapa harus Song Mino?? Pria brengsek yang suka menyakiti banyak hati wanita. Pria yang suka bermain-main dengan tubuh wanita.


Kehidupan rumah tangga macam apa yang akan ia jalani bersama dengan pria itu jika perjodohan konyol ini terus berlanjut???


Tapi tunggu... pria casanova? Song Mino???


Ingatan Taerin kembali hadir saat wajah pria itu tertangkap indera pengelihatannya. Ia memicingkan matanya. Menatap awas pada sosok Mino yang ternyata juga tengah menatapnya sembari memasang senyum kemenangan yang membuat Taerin muak.


“Mino memiliki kekasih. Jadi bagaimana bisa pertunangan ini dilaksanakan?” Ungkap Taerin.


Gadis itu kini kembali menatap Mino dengan tatapan mati kau sekarang Song Mino. Walaupun ia tak tahu reaksi macam apa yang akan ditunjukan oleh orang tuanya serta orang tua Mino, tetapi ia berharap dengan pengakuannya perjodohan yang akan dilakukan ini bisa dibatalkan.


Kini giliran Mino yang menjadi pusat perhatian. Semua orang beralih menatap Mino dengan tatapan terkejut. Namun jika Mino terlihat gusar bukan Song Mino namanya.


“Mino-aa apakah benar yang dikatakan Taerin?” Tanya Nyonya Song yang mencoba untuk kembali memastikan kepada sang anak.


Mino tak menjawabnya. Ia masih diam dengan membalas tataan tajam yang diperuntukan Taerin untuk dirinya dengan memasang senyum malaikat yang membuat mata Taerin membelalak seketika.


“Iya ibu. Tapi tenang saja, aku akan mengakhiri hubunganku setelah pertemuan ini. Aku sudah merencanakannya. Jadi ku rasa aku tak ada masalah. Tapi...” Mino memberikan jeda pada ucapannya. Masih dengan menatap Taerin, pria itu mencoba menelaah ke dalam pikiran Taerin.


“Tapi apa?” Sergah sang ayah cepat.


“Taerin juga sama. Ia juga sudah memiliki kekasih, kalau tidak salah namaya... Lee..... Min..... Hyuk.”


Dugaannya salah! Kini semua berbalik kepada Taerin. Ia kira pengakuannya barusan akan membuat dirinya kembali ke tempat terang. Tapi ternyata malah membuatnya semakin terjerembab jatuh ke dalam lingkaran hitam.


“Apa Lee Minhyuk? Taerin-aa, apakah benar??” Tanya Nyonya Byun.


Wanita itu begitu terkejut saat mendengar ucapan Mino. Bagaimana bisa?? Kenapa Taerin melanggar larangannya? Kenapa anaknya itu harus menjalin kasih dengan Lee Minhyuk???


“Ibu.. itu... aku...”


Taerin tak sanggup menjelaskan apa pun pada sang ibu yang tengah menatapnya dengan marah. Ia tak mengira bahwa hubungannya akan terbongkar secepat itu. Oh matilah dia sekarang!


“Sudahlah Han Jung-aa, jangan kau marahi anakmu. Taerin, karena Mino sudah berjanji untuk memutuskan hubungannya, Bibi harap kau juga mau melakukan hal yang sama. Semua inikan juga untukmu. Masih ada waktu sebelum pertunanan kalian. Jadi manfaatkanlah waktu itu dengan baik..”




To Be Continued...





Hallo semuanyaaa!!!


Seperti janji aku dari pas publish TIME. Nih.. akhirnya aku datang dengan membawa Goodbye Baby chapter 2!!! *yeay akhirnya bisa publish part 2nya*


Gimana gimana?? Setelah hampir sembilan bulan cerita ini enggak ada kabarnya, gimana menurut kalian? Apakah part terbaru ini memuaskan? Memenuhi ekspektasi kalian? Atau malah absurd dan yaa... gitu?? Pokoknya apa pun itu aku tetep mau berterimakasih, yang pertama sama Tuhan yang akhirnya telah mengizinkan aku untuk melanjutkan cerita ini. Terimasih juga karena telah mengembalikan mood dan ide untuk nulis cerita ini. Serta terimasih dan tentunya maaf untuk kalian yang sudah menanti kelanjutan dari Goodbye Baby *walaupun kayaknya enggak ada yang nunggu sih* #udahpededuluan.


Enggak ketinggalan, aku juga mau berterimakasih sama diri sendiri serta otak jahat ku yang akhirnya mengizinkan tangan ini untuk mengetikan setiap kata sampai bisa rampung kayak gini *terimakasih otak tercintaahhh* #mulaierror.


Oke.. karena janjinya udah aku tepatin dan sebelum aku ngalur kemana-mana. Jadi kini saatnya aku untuk pamit. Sampai bertemu di cerita lainnya. See U babayyy.....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts