Iced Chocolate





cast:
Park Jinyoung  <>  Shin Seulbin


genre: college life (AU - Alternate Universe)




Previous story:




*  *  *  *






Sungguh... ini terlalu berat dan melelahkan. Walau tak seberat dan semelelahkan mencari permasalahan dan solusi politik dunia, tetapi mencari bahan bacaan mengenai demokrasi negara juga tak kalah berat dan melelahkan. Pertama, aku harus mencari beberapa referensi di internet. Setelahnya aku harus mencari daftar tersebut di ruangan yang setiap sisi dan lantainya dipenuhi dengan buku-buku. Dan jika salah satu dari daftar yang ku miliki tidak ada, maka aku harus kembali mengulanginya dari tahap pertama.



Dan karena itulah aku masih berada di bangunan bertingkat empat ini, walau nyatanya aku telah menghabiskan 3 jam waktu istirahatku di sini. Ya.. semua itu aku lakukan hanya untuk menemukan satu buah buku agar terhindar dari dosen Song, pengajar menyebalkan yang kerap memberikan hukuman merangkum buku yang diterbitkannya. Entah apa tujuan dosen pria itu, apakah ia memang ingin membuat para mahasiswanya mempunyai banyak pengetahuan atau hanya untuk memamerkannya saja???



Waktu masih terus saja berjalan saat aku sudah mulai kehabisan rasa sabarku. Argh.. andai saja Minhyo, Eun Ra, dan Jiyeong atau paling tidak salah satu dari mereka masih berada di sini, mungkin aku tak akan semenyedihkan seperti sekarang ini.



Semua ini karena pria-pria itu. Dasar pria-pria menyebalkan!!



Tenaga, semangat, serta kesabaran yang ku miliki sudah tak bersisa banyak lagi, ku putuskan untuk kembali mencari salah satu buku dari beberapa buku yang berada di daftarku dan berhenti untuk mengeluh karena aku sadar kalau mengeluh tak membuat buku itu dapat datang kepada ku. Aku mulai mencari buku tersebut di lantai dua dimana menjadi lantai terakhir penyimpanan buku-buku untuk fakultas humaniora. Ku periksa setiap rak yang berlebelkan politik, berharap bahwa di antara deretan buku yang tersimpan di sana terdapat salah satu buku yang ku cari.



Mirisnya sepanjang rak yang ku periksa, tak ku temukan satu pun buku dari sekian banyak daftar buku yang ku punya. Dan hal itu membuat aku menyerah. Aku sudah muak berada di tempat ini. Aku sudah tak sanggup untuk menghabiskan waktu istirahataku di tempat ini. Dan rasa sabarku juga sudah habis termakan oleh buku-buku di ruangan ini.



Kakiku lantas melangkah memutar menuju pintu keluar. Dan saat melewati tempat peminjaman buku, ekor mataku berhasil membaca deretan huruf pada salah satu buku di sana yang sama dengan yang tertulis pada daftar buku di tanganku.



Segera ku hampiri meja tersebut dan benar saja, itu adalah salah satu buku yang ku cari. Buku yang telah menghabiskan tiga jam lebih waktu istirahatku.



Tanpa membuang banyak waktu lagi, aku segera mengeluarkan kartu mahasiswaku dan meminjam buku tersebut. Setelahnya aku segera meninggalkan tempat ini guna mencari tempat lain untuk merilekskan otot-otot kepalaku yang terasa tegang.




At Cafétaria


Aku baru saja sampai dan langsung bergegas menuju salah satu kedai yang selalu ku kunjungi. Mataku langsung bergerak membaca daftar menu yang terpasang di atas kedai. Walau banyak sekali menu-menu menggiurkan yang pasti bercita rasa menarik, tetapi tetap saja hatiku memilih menu yang selalu ku pesan di kedai ini.



Iced chocolate satu bi..”



“Hai Seulbin! Bibi, tolong iced chocolate satu.”



Kepalaku langsung menoleh begitu suara berat itu mengalun menyebutkan namaku. Pria ini... astaga!! Kenapa ia tersenyum seperti itu pada ku?? Kenapa juga senyumnya begitu mempesona???



Tunggu tunggu Shin Seulbin. Ada apa dengan pikiranmu?!?! Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?? Huh.. Seulbin, ayo cepat hilangkan pikiran itu dari otakmu!!! Ingat, yang bisa memikirkan hal semacam itu hanyalah Minhyo, temanmu yang berlebihan itu, jadi kau jangan mengikutinya. Maka dari itu, lekaslah kau buang pikiran konyolmu itu.



“Oh hai Jinyoung-ah...” Balasku dengan tersenyum canggung.



“Maaf iced chocolate-nya hanya tersisa satu, jadi salah satu dari kalian harus mengalah.” Ujar bibi pemilik kedai yang membuat perhatianku dan juga pria di samping ku ini beralih padanya.



“Ah em...” Aku bergumam. Sedang berusaha untuk mempertimbangkan apakah aku harus mengganti pesananku atau tidak. Tapi sayangnya hatiku sama sekali tak mengizinkan aku untuk menggantinya. Iced chocolate benar-benar yang aku inginkan untuk saat ini. Aku tak mau menggantinya!



“Em.. tapi aku, em....”



“Kalau begitu satu iced chocolate dan yang satunya iced vanilla late.” Tukas Jinyoung.



Pria itu kemudian menoleh kepada ku dan kembali menyunggingkan senyumnya yang entah mengapa berhasil membuat hatiku terasa menyejuk. Entah kenapa, wajahnya yang kokoh begitu cocok untuk dirinya. Membuat ia terlihat semakin tampan dengan tubuhnya yang tegap. Jika diumpamakan, Park Jinyoung itu bak malaikat yang sengaja diturunkan ke bumi oleh dewa langit.



“Ayo kita cari tempat.” Ujar Jinyoung yang membuat ku kembali tersadar dari pikiran-pikiran anehku tentangnya.



Kepalaku lantas mengangguk, kemudian mengikuti langkahnya menuju salah satu meja kosong. Walaupun ada rasa canggung yang ku rasakan saat tak ada satu pun teman kami, tetapi aku tak ingin mengakhiri keadaan ini dengan cepat.



Ku tarik kursi yang berhadapan dengannya dan mendudukan tubuhku di sana. Sembari menunggu segelas iced chocolate dan iced vanilla late yang telah dipesan, kami terlibat perbincangan ringan yang setidaknya bisa menghilangkan kejenuhan saat menunggu pesanan datang.



Tak lama berselaang, bibi pemilik kedai datang dengan membawa dua buah gelas tinggi yang kemudian diletakan di atas meja kami. Bibi tersebut lantas pergi menuju kedainya untuk melanjutkan kegiatannya.



Setelah kepergian bibi tadi, tanpa menunggu waktu lama, aku langsung menyesap minuman dingin pesanan ku begitu juga dengan Jinyoung. Cairan coklat yang telah bercampur dengan es yang telah hancur tersebut langsung mengalir dan membasahi kerongkongan, membuat urat-urat sarafku yang tadinya menegang perlahan mulai mengendur.



Setelah merasa cukup, aku pun menyudahinya dan menggeser sedikit gelas tinggi milik ku dari hadapan wajahku.



“Dimana teman-temanmu yang lain? Tak biasanya kau sendiri seperti ini.”



“Mereka? Tsk.. apakah kau tidak tahu? Ini semuakan karena teman-temanmu.”



“Apa maksud mu? Aku tidak mengerti.” Tanya Jinyoung dengan dahi yang mengerut.



Sepertinya dia tidak tahu dengan apa yang telah diperbuat oleh ketiga temannya sehingga membuat aku menjadi sendiri, menderita, dan menyedihkan seperti ini.



“Baiklah aku akan menceritakannya.” Balasku



Ku sesap sedikit minumanku terlebih dulu sebelum menceritakan semua yang berhubungan dengan ketiga temannya dan juga tiga temanku.



“Pertama adalah temanmu yang bernama Jaebum. Entah apa yang pria itu katakan di telfon. Yang pasti setelah Minhyo menutup telefonnya, gadis itu langsung meloncat kegirangan dan kemudian pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.”



Ku berikan jeda singkat pada ceritaku dengan kembali menyesap sedikit isi gelas di dekat ku. Kemudian barulah aku kembali melanjutkan ceritaku.



“Lalu Eun Ra, sejak awal dia sudah mengatakan kalau tidak bisa pulang bersama. Dan saat aku dan Jiyeong mengikutinya, ternyata gadis itu menemui Jackson di tempat parkir dan kemudian mereka pergi bersama.”



Ku jeda kembali ceritaku. Aku sengaja melakukannya karena aku ingin melihat reaksinbya. Namun saat mataku menatap tepat pada bola matanya, entah kenapa aku langsung menunduk dan tiba-tiba saja rasa hangat masuk ke dalam hatiku dan kemudian menjalar ke bagian tubuh yang lainnya.



Oh ada apa ini? Kenapa tubuhku bereaksi seperti ini? Tak biasanya aku seperti ini..



“Hei Shin Seulbin, kenapa kau diam? Ayo lanjutkan lagi ceritamu.” Ujar Jinyoung antusias.



Tsk.. pria ini?! Kenapa ia begitu tertarik dan senang mendengar cerita tentang teman-temannya yang sangat menyebalkan itu???



“Maaf aku akan lanjutkan lagi. Dan yang terakhir adalah Jiyeong. Tadinya ia ingin menemani ku mencari buku untuk tugasku. Tetapi saat kami hendak menuju perpustakaan, tiba-tiba saja Mark datang dan langsung membawanya pergi. Kau pasti tahu bagaimana kelakuan temanmu yang satu itu. Walau Jiyeong telah berusaha untuk menolaknya, temanmu itu pasti selalu bisa membuat Jiyeong tunduk dan mengikuti kemauannya. Dan itulah cerita terkait tiga temanmu yang membuat aku sendiri di sore hari ini.”



Ku akhiri ceritaku dengan kembali menyesap minumanku. Lantas menyenderkan tubuhku pada punggung kursi sembari menanti pendapat Jinyoung setelahnya.



“Hmm.. aku mengerti.” Balas Jinyoung dengan kepala yang mengangguk.



Ia pun kembali menikmati segelas vanilla late-nya. Dan ucapan Jinyoung tadi menjadi perbincangan terakhir kami sebelum aku dan Jinyoung kembali fokus pada minuman masing-masing dengan Jinyoung yang meminumnya sampai habis.



“Oh iya, ada satu hal yang ingin ku tanyakan pada mu. Tidak penting sih, tetapi aku penasaran saja. Sebenarnya telah lama aku ingin menanyakannya..”



Aku yang sebelumnya tengah asyik menikmati kenikmatan coklat pada minumanku, seketika itu juga langsung menghentikan aktivitas minum ku dan menatap pria di depan ku ini dengan dahi yang sedikit berkerut.



“Eo.. mmm.. a-ap-a ya..ng ingin kau tanyakan?”



Kini aku merasa rasa panas mulai menjalar ke sulurh tubuhku. Nafasku seakan tengah berpacu seperti saat tengah mengikuti langkah Eun Ra yang begitu cepat. Dan untuk mengendalikan semua itu, ku eratkan genggaman tanganku, berharap kegugupan yang tengah ku rasakan saat ini tak diketahui oleh Jinyoung.



“Sejak pertama kita berbicara hingga saat ini, pasti ada segelas iced chocolate  yang tengah kau nikmati. Hmm... kalau boleh aku tahu, memangnya ada apa.....”



“Kenapa aku memesan iced chocolate? Maksudmu itu??” Ucap ku cepat saat aku mulai mengerti maksud pertanyaannya itu.



Jinyoung lantas menganggukan kepalanya. Walau terlihat ada rasa tidaknyamanan pada raut wajahnya, tetapi matanya menunjukan bahwa ia sangat ingin tahu.



Tapi.. kenapa iced chocolate yang malah ia tanyakan?? Kenapa tidak hal lain saja?? Seperti hobi misalnya. Dasar menyebalkan!



“Ini sederhana. Kenapa iced chocolate? Karena aku menyukai coklat. Aku tidak menyukai kopi seperti Eun Ra dan Jiyeong, atau minuman dengan rasa masam seperti yoghurt atau pun yang lainnya. Karena itu aku selalu memesan iced chocolate.” Terangku yang kemudian dibalas anggukan oleh Jinyoung.



Tak lama setelah aku memberitahukan alasanku, ia melirik jam tangannya dan kemudian merapihkan tasnya yang berada pada kursi di sampingnya.



“Ah.. sepertinya aku harus pergi. Terimakasih sudah mau menemani ku sore ini. Sampai bertemu lagi Seulbin-ah..”



Ia bangkit dari duduknya dengan mamakai tasnya dan membawa satu buah laptop putih. Kemudian berjalan meninggalkan meja kami. Namun tiba-tiba saja tubuhnya berbalik dan hal itu membuat aku terkejut karena nyatanya aku terus memperhatikan kepergiannya dan tak sekalipun mengalihkan pandangan ku dari sosoknya sampai ia kembali menghampiri ku.



“Hem.. aku tak tahu kenapa terbesit pemikiran seperti ini di otakku. Ya.. walaupun sedikit menggelikan tetapi tak masalah. Jadi.. yang aku pikirkan adalah....”



Pria itu menjeda ucapannya. Ia kemudian memajukan wajahnya hingga ke samping wajahku. Dan itu membuat mataku refleks membulat.



“Sepertinya Tuhan sengaja memperkenalkan kita, karena menyukai hal yang sama.”



Jinyoung menegakkan tubuhnya dan kemudian kembali berbalik, dan kali ini ia benar-benar pergi. Kepergiannya meninggalkan sebuah pertanyaan besar di dalam benak ku.



Hal yang sama??? Apa?? Apakah yang dimaksudnya adalah coklat?



Jadi.. jika coklat, berarti ia juga menyukai coklat?? Dan.. dan tadi ia sengaja mengalah dan membiarkan aku yang menikmati coklat ini...



Astaga pria itu... Park Jinyoung kau benar-benar.....




E . N . D




Annyeonghaseyo...
 
Aku balik nih sama judul baru tapi masih ada hubungannya kok sama cerita sebelumnya yang linknya udah aku tautin di atas. Aku mesti jujur kalau cerita kali ini gagal fluff. Emang sih dua cerita sebelumnya juga enggak fluff fluff banget. Tapi masalahnya cerita Eun Ra - Jackson sama Minhyo - Jaebum udah dipublish dan aku enggak ngedit-ngedit lagi, jadi enggak terlalu berasa gagal.

Nah.. sedangkan yang satu ini. Aku baru ngedit banget. Dan tara... bisa dirasainkan gimana feel ceritanya terus alurnya juga. Rasanya ini adalah kesekian kalinya aku gagal bahkan ini enggak sampe ke taraf ekspektasi sendiri.

Jadi aku mau say sorry nih ke kalian yang pas liat ini berekpektasi luar biasa banget. Tapi tau tau pas baca malah sangat biasa banget.

Oh iya aku mau ngasih tau kalau sebenarnya rangkaian cerita ini adalah opening untuk cerita lain. Dan ini adalah cerita terakhir sebelum masuk ke cerita baru yang akan diperanin oleh Jiyeong - Mark. Tenang aja, khusus yang satu itu enggak akan fluff karena emang niat awalnya bukan fluff. Tapi mau spoiler nih.....

Jadi.. di edisi Jiyeong - Mark, walaupun enggak akan berbau fluff, tapi akan ada konten-konten menarik yang bakal ngebuat kalian DEG! Jadi ditunggu aja ya kawanss.. Oke deh, sekian dari aku. Sampai bertemu dilain kesempatan.

Annyeonghigasaeyo..... 감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts