Getting Better - Part 3
Satu minggu telah berlalu tapi Tzuyu masih belum mendapatkan
kabar apa pun dari Vernon, laki-laki yang menjadi asistennya untuk acara
departemen olahraga dan seni. Bahkan ia tidak melihat barang sehelai rambut laki-laki itu. Agak berlebihan memang karena sehelai rambut terlalu tipis dan sangat
sulit ditemukan di antara kerumunan mahasiswa. Tapi tidak bagi gadis yang masih
belum bisa memecahkan permasalahannya terkait dengan sang senior, Hyebin.
Tzuyu bergerak menuju ruang rapat BEM karena hari itu memang
dijadwalkan sebagai salah satu hari rapat guna melancarkan acara yang tengah
mereka rancang. Namun saat ia akan membuka pintu, suara riuh di dalam membuat
Tzuyu menghentikan gerak tangannya dan lebih memilih untuk berdiam di sana.
āSudah ku katakan bukan kalau dia payah! Keberadaannya di
tempat ini hanya akan menghambat kinerja kita!!ā Sergah Mino. Pria itu begitu
kesal terdengar dari suaranya yang meninggi dan nafasnya yang sedikit
tersenggal.
āAku tidak habis pikir, kenapa Tzuyu meminta pria itu
menjadi asistennya?! Apakah ia sudah lupa bagaimana reputasi Vernon selama
menjabat sebagai ketua departemen ini?? Argghh... aku tidak habis pikir!!ā
Sambung Jaebum dengan suara yang terdengar tak kalah kesal.
āSudahlah kita tidak tahu apa yang tengah terjadi pada
Vernon, jadi berhenti menyalahkannya. Lebih baik kita fokus saja pada persiapan
acara departemen kita ini.ā
āKenapa? Apakah kini kau membela pria tak berguna itu Kang
Seulgi??ā Kini giliran Bobby yang membuka suaranya. Pria itu terdengar begitu
sinis menanggapi ucapan Seulgi.
āAku tidak membela siapa-siapa. Aku hanya tidak ingin kalian
membuang banyak waktu hanya untuk menyalahkan seseorang yang tidak berada di
sini. Bukankah akan lebih baik jika kalian menyelesaikan tugas kalian
dibandingkan dengan membicarakan orang lain??ā
āBenar yang Seulgi katakan. Lebih baik kita selesaikan tugas
masing-masing karena sepertinya Tzuyu akan segera datang.ā Tambah Jun
menanggapi ucapan Seulgi.
Tzuyu menegakan tubuhnya. Sudah cukup baginya mendengar
amarah anggota yang lain. Dan ucapan yang dikatakan Mino tadi menyadarkan
dirinya akan kesalahan yang baru saja ia buat. Tidak seharusnya ia menawarkan
jabatan sebagai asisten kepada Vernon hanya karena lembaran-lembaran kertas
milik laki-laki itu yang ia temukan.
Dan tak seharusnya pula ia bersandar pada janji laki-laki
itu yang mau menolongnya untuk berbicara dengan senior Hyebin. Jika saja ia
tidak termakan dengan janji manis Vernon, mungkin saat ini ia telah berhasil
menemui seniornya itu beberapa kali walaupun tidak ada hasil yang didapatkannya.
Tapi setidaknya ia telah menemui seniornya itu daripada hanya diam berharap bahwa
keesokan harinya sudah ada laporan mengenai perizinan publikasi melalui radio
kampus.
Tzuyu menghembuskan nafasnya. Ia merasa begitu bersalah
dengan anggota BEM yang lain karena keputusan yang ia buat. Rasanya batu di
dalam hatinya semakin bertambah hingga membuat perasaannya seakan menjadi
berat.
Gadis itu dengan sekali hembusan nafas lagi menekan gagang
pintu dan mendorongnya. Dari depan ruang ia dapat merasakan keadaan yang
mencekam karena perdebatan yang baru saja terjadi. Tapi bukan Zhou Tzuyu namanya
jika ia tidak mampu menyembunyikan perasaannya.
Ia kemudian bergerak menuju kursinya dan mengeluarkan isi
map yang ia bawa. Gadis itu kemudian duduk dan membiarkan anggotanya mengisi
rapat hari itu dengan mempresentasikan kemajuan dari pekerjaan mereka.
Satu persatu anggota BEM mulai menampilkan hal-hal apa saja
yang telah mereka lakukan selama satu pekan ini. Mulai dari pencarian,
penentuan, dan pengiriman proposal kepada calon sponsor. Melakukan publikasi
online. Mencari tempat acara, menentukan dekorasi, dan membeli beberapa
kebutuhan dekorasi. Hingga mencari dana tambahan.
Semua itu membuat Tzuyu dapat sedikit bernafas lega karena
setidaknya kemajuan dari anggotanya telah berhasil menutupi kelalaian dirinya.
Gadis itu kemudian mengakhiri rapat dengan merangkum tugas-tugas yang harus
anggotanya kerjakan untuk satu minggu ke depan, termaksud untuk dirinya
sendiri. Namun sebelum rapat benar-benar ditutup, Tzuyu menginterupsi dengan,
āSebelumnya aku ingin meminta maaf atas kesalahan ku dalam mempercayai Vernon.
Aku akan memperbaiki kesalahan tersebut jadi kalian tidak perlu khawatir. Dan
setelah ini, ku pastikan bahwa Vernon tidak akan pernah muncul lagi dalam rapat
ini.ā
Ketika mengungkapakan semua itu bahkan setelah ia selesai
mengucapkannya, tidak ada bentuk rekasi yang dimunculkan oleh Tzuyu. Bahkan
tatapannya terlihat begitu dingin seakan ia tidak merasakan apa pun.
Hal itu berbeda dengan Bobby yang langsung berdiri dan
bertepuk tangan. Kemudian diikuti dengan Mino yang ikut menepukan tangannya
seperti yang Bobby lakukan. āAkhirnya kau mengambil keputusan yang tepat Zhou
Tzuyu.ā Ujar Jaebum yang masih setia menduduki kursinya.
āKau tidak bisa melakukan hal itu Tzuyu-ssi..ā Somi yang
sejak awal hanya diam dan terus memperhatikan anggota lain kini berdiri dan
bergerak menghampiri Tzuyu.
Ucapan Somi barusan berhasil membangktikan kembali aura-aura
kelam yang menggelayuti tubuh Mino, Jaebum, dan Bobby. Ketiga pria tiu lantas
menatap tajam pada Somi yang kini telah berdiri tepat di samping Tzuyu.
āKau tidak bisa memecat Vernon Tzuyu-ssi.ā Ulang Somi.
āKenapa tidak bisa? Dia saja tidak melakukan tugasnya. Untuk
apa kita mempertahankan dia!!!ā Sergah Bobby cepat.
Tzuyu tak menanggapi ucapan Somi maupun Bobby yang kini
hanya saling melempar pandang dengan tatapan yang tajam. Gadis itu dengan sifat
dinginnya masih menunggu kelanjutan ucapan Somi. Namun bukan penjelasan yang ia
dapat dari Somi, melainkan sebuah map bening yang diberikan gadis itu padanya
yang membuat perasaan bingung mencuat dari dalam hatinya.
Tzuyu mengambil map tersebut dari tangan Somi. Ia kemudian
menatap Somi dengan tatapan meminta penjelasan dari gadis itu. āItu adalah
surat perizinan publikaai dari radio kampus yang diberikan Vernon pada ku
kemarin.ā
Sontak tatapan keterkejutan muncul secara bersamaan dari
mata-mata penghuni ruang rapat. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang
dikatakan Somi. Namun hal itu tidak berlaku bagi Tzuyu. Gadis itu masih
konsisten dengan tatapan dinginnya yang sejak awal ia pancarkan.
āTidak mungkin. Kau pasti berbohong!ā
āTidak! Jika kau tidak percaya, kau bisa tanyakan pada
Hyebin sunbea. Lagi pula aku tidak membutuhkan kepercayaan dari orang yang suka
merendahkan orang lain seperti dirimu, Song Mino!ā āSomi.
āAku tidak tahu kenapa ia menghilang dan tidak memberikan
kabar. Tetapi menurut asumsiku, telah terjadi sesuatu padanya. Karena saat ia
menemui ku di depan gerbang kampus, kepalanya dililiti perban putih dan
tangannya diikat dengan kain biru dan dikalungkan pada lehernya.ā
* *
* *
Dengan perlahan vernon menutup pintu geser berwarna coklat
itu. Ia kemudian melihat sejenak pada kaca yang terpasang di pintu sebelum
memutar tubuhnya. Ketika ia hendak melangkah pergi, seorang gadis muncul dan
menghalangi jalannya.
āBagaimana?ā Tanya gadis itu pada Vernon dan kemudian ia
melirik singkat pada kaca seperti apa yang Vernon lakukan sebelumnya.
āDahyun baru saja tertidur. Sepertinya obat yang diminumnya
memberikan efek kantuk.ā Terang Vernon sembari ikut melirik kaca pada pintu
tersebut.
Kedunya lantas diam. Tak ada yang membuka percakapan lagi
setelah penjelasan Vernon tadi. Vernon masih terus melihat pada kaca atau lebih
tepatnya pada sosok gadis yang tengah tertidur dengan wajah pucat dan beberapa
perban yang membelit tubuhnya di atas ranjang di dalam ruangan tersebut melalui
kaca. Begitu pun dengan sosok gadis yang baru saja menghampirinya.
Mereka seperti tengah menerawang pada sosok gadis tersebut. Andai kejadian itu tidak terjadi, pasti Dahyun
dalam keadaan baik-baik saja., Seharusnya
bukan Dahyun, bukan gadis yang ia cintai yang terbaring lemah di sana, tetapi dia
yang harusnya berada di sana!, dan masih banyak lagi pengandaian yang
dilakukan keduanya saat melihat sosok bernama Dahyun itu.
āMaaf Hyebin sunbea, aku telah gagal melindungi Dahyun. Aku
memang laki-laki tidak berguna.ā Vernon mulai kembali membuka suaranya. Namun
kali ini suaranya terdengar bergetar dan pelan.
Sosok di sampingnya yang ia panggil Hyebin itu memutar
pandangannya sebentar lalu kembali menatap pada Dahyun yang masih tertidur di
ranjangnya. āAndai waktu itu aku lebih cepat untuk menolong anak kecil
tersebut, mungkin Dahyun tidak akan menjadi seperti ini.ā Kembali Vernon
menyuarakan perasaan menyesal dan bersalahnya. Ia kembali menyalahkan dirinya
atas insiden yang terjadi satu minggu lalu. Insiden yang hampir merenggut
nyawanya, nyawa Dahyun, dan juga nyawa anak kecil yang ingin ditolongnya.
Sebuah tepukan berhasil mendarat di atas pundak Vernon. Ia
kemudian melirik pada sang pemberi tepukan yang saat itu tengah menatap
padanya.
āTidak ada yang perlu disalahkan. Tidak ada yang perlu
dimaafkan. Tidak ada pula yang seharusnya berada di sana atau di sini. Semua
sudah menjadi kehendak Tuhan. Kau di sini dan adik sepupuku di sana, itu sudah
menjadi keputusan Tuhan. Jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri Vernon. Ku
rasa jika Dahyun mendengarnya, ia juga tidak suka jika kau mengatakan hal
seperti ini.ā
Ia menatp gadis yang terbaring di dalam ruang rawat
tersebut. Dan tiba-tiba saja setetes cairan bening melesat jatuh dari matanya.
Yang dikatakan Hyebin tadi memang mampu mengurangi sedikit rasa bersalahnya
pada Dahyun, tetapi saat melihat Dahyun di dalam ruangan tersebut, rasa
bersalah itu tidak bisa ia hindarkan.
Perasaan yang telah ia rasakan sejak dirinya dan Dahyun
dilarikan ke rumah sakit oleh orang-orang yang menolong mereka. Dan perasaan
itu semakin membesar tatkala ia harus duduk di kursi roda dan melihat tempat
tidur Dahyun dibawa masuk ke dalam ruang operasi.
āVernon, lebih baik kau pulang dan beristirahat. Kau tampak
tidak begitu baik.ā Hyebin kembali membuka suara. Saran yang baru saja
diberikan bukan tanpa alasan, setelah ia menyelesaikan ucapannya ia melihat
wajah Vernon dipenuhi dengan beban berat yang ia yakini sebagai rasa bersalah
atas kejadian yang menimpa dirinya dan Dahyun.
āTidak sunbea, aku ingin menemani Dahyun malam ini.ā Tolak
Vernon.
āHari ini biar aku saja yang menemaninya. Kau pulang dan
beristirahatlah. Bukankah kau harus menyelesaikan rencana acara departemen
olahraga? Jika kau tak kunjung sembuh, bagaimana bisa kau menyelesaikan
tugasmu.ā
Vernon terdiam. Ia kemudian menatap singkat pada Hyebin yang
kini tengah menyunggingkan senyumnya. Yang dikatakan Hyebin ada benarnya. Ia
harus sembuh dan menyelesaikan tugasnya sebagai asisten Zhou Tzuyu, gadis yang
telah merebut posisinya sebagai ketua departemen olahraga dan seni.
āKau baru saja menyelesaikan tugasmu dengan mendapatkan
persetujuan seorang ketua klub radio kampus yang menjadi penggila pertamamu,
jadi kau harus menunjukan kepada anggota departemen kalau apa yang mereka
pikirkan selama ini tentangmu itu salah. Jadi lebih baik kau pulang dan
beristirahat.ā
Vernon tersenyum simpul begitu mendengar ucapan Hyebin. Ya..
yang seniornya itu bilang benar. Ia baru saja menyelesaikan tugas yang
sebenarnya bukan tugasnya karena itu adalah tugas Tzuyu yang dengan bodohnya ia
malah menawarkan diri untuk membantu. Dan ia harus bisa menyelesaikan pekerjaan
lainnya sebagai asisten guna mendapatkan kembali apa yang telah direbut oleh
gadis itu darinya.
Vernon pun mengangguk dan merunduk singkat. āBaiklah, kalau
begitu aku pulang sunbea. Aku titip Dahyun padamu.ā Pamitnya.
āTenang saja, tanpa kau minta pun aku akan menjaga Dahyun.
Walau ia kekasihmu tapi hubungan sepasang saudara sepupu lebih erat
dibandingkan sepasang kekasih. Jadi kau tak perlu khawatir kalau aku tidak
menjaganya.ā
Vernon kembali tersenyum mendengar celotehan Hyebin. Setidaknya
ia bisa bernafas dengan sedikit lega karena ada yang menjaga Dahyun. Mengingat
gadis itu kini hidup sebatang kara membuat ia tidak bisa untuk tidak menemani
Dahyun.
Dahyun merupakan anak tunggal dari keluarga Kim. Ia dilahirkan
di dalam keluarga yang sangat menyayanginya. Mereka bukanlah keluarga
konglomerat yang memiliki banyak deposito di seluruh bank di Korea, walaupun
begitu kehidupan mereka begitu bahagia dan menyenangkan.
Tapi semua itu berubah disaat hari kelulusan Dahyun. Kedua
orang tuanya terlibat kecelakaan beruntun di jalan menuju sekolahnya. Kepergian
kedua orang tuanya memberikan pukulan berat untuk Dahyun yang baru berusia 17
tahun. Dan sejak saat itu, Vernon lah yang menjadi teman Dahyun. Ia rela
menemani Dahyun menangis sepanjang malam sejak kepergian orang tuanya. Dan
karena itulah akhirnya mereka menjadi dekat dan menjadi seperti sekarang ini,
sepasang kekasih.
Dahyun masih memiliki sanak saudara. Seperti Hyebin, kakak
sepupunya. Tetapi ia tidak ingin merepotkan keluarga Hyebin, yang notabenenya
ayah Hyebin merupakan adik dari ayahnya. Karena itulah ia bersikeras untuk
hidup sendiri di rumah peninggalan orang tuanya dan bekerja paruh waktu di toko
buku dan sebagai guru les untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk biaya
kuliahnya sendiri. Untunglah ia memiliki Vernon yang mau menemaninya walaupun
kini ia hanyalah anak yatim piatu.
Lain Dahyun lain Vernon. Hidupnya memang tidak semenyedihkan
hidup Dahyun. Tetapi keduanya sama-sama harus bekerja keras untuk mewujudkan
mimpinya. Vernon dilahirkan dikeluarga baik-baik. Ayahnya merupakan developer
sedangkan ibunya memiliki sebuah tempat makan yang telah memiliki banyak cabang
yang tersebar di seluruh penjuru Korea.
Tapi Vernon harus bekerja keras untuk membiayai kuliahnya.
Ayahnya tidak mau membiayai kuliah Vernon karena anak laki-lakinya itu tidak
mau mengikuti kemauannya untuk belajar bisnis agar dapat melanjutkan
pekerjaannya. Walau sebenarnya hukum bukanlah sesuatu yang diinginkan dan
dicita-citakan Vernon, tetapi baginya menajdi mahasiswa fakultas hukum lebih
baik dibandingkan belajar ilmu bisnis seperti keinginan ayahnya.
Jadi saat ia mendaftarkan diri untuk berkuliah, ia hanya
mengikuti kemauan ayahnya untuk melanjutkan studinya di kampus yang telah
dipilihkan tetapi ia tidak memilih jurusan seperti apa yang telah sang ayah
rencanakan. Dan karena itu, ayahnya menjadi murka dan bersumpah untuk tidak
membiayai biaya kuliah Vernon.
Vernon kembali tersadar dari lamunan singkatnya. Ia kemudian
berjalan mendekati pintu kamar Dahyun. Menatap gadis itu sebelum berbalik dan
kembali berpamitan pada Hyebin, āAku pamit sunbea. Dan sekali lagi
terimakasih.ā Vernon membungkuk singkat dan kemudian berlalu pergi.
* *
* *
Hari telah sore. Koridor kampus telah semakin sepi mengingat
semua kelas berakhir pada jam 4 sore. Vernon yang baru saja tiba bergegas
menuju ruang rapat BEM dengan rasa nyeri yang masih bersarang di tangan dan kepalanya. Ia tidak menghadiri
kelas pada hari itu. Tetapi dengan tenaganya yang belum pulih ia memutuskan
untuk menghadiri rapat yang hampir dua minggu ini ia abaikan.
Laki-laki itu berhenti sejenak di depan pintu ruang rapat.
Dengan susah payah, ia menekan gagang pintu tersebut. Suara-suara orang yang
tengah berbicara tiba-tiba saja hilang saat Vernon berjalan masuk ke dalam
ruangan.
Dosen Gu Won yang tengah memperhatikan presentasi Jun
tiba-tiba berdiri dengan matanya yang membulat. Ia tidak menyangka bahwa Vernon
akan hadir. Terlebih mantan ketua departemen itu datang dengan keadaan yang
sangat tidak biasa. Kepala yang diperban serta tangan yang diikat dengan arm sling.
āOh, jadi seorang Vernon Choi Hansol benar-benar mengalami
kejadian menyedihkan seperti ini.ā Sindir Jaebum yang masih duduk dikursinya
dengan tatapan tidak suka yang ia tunjukan pada Vernon.
Namun Vernon tidak begitu tertarik untuk meladeni anggota
departemen yang sejak awal tidak menyukai dirinya, seperti Jaebum. Ia hanya
ingin menyerahkan hasil kerjanya yang lain dan mengikuti rapat dengan tanpa
usikan. Rasa sakit yang tengah ia rasakan sudah cukup baginya sehingga ia tidak
ingin membuat rasa sakit itu semakin bertambah dengan terpancing oleh ucapan
Jaebum tadi.
Vernon lantas membungkuk meminta maaf atas keterlambatannya
yang menyebabkan terhentinya presentasi Jun. Ia kemudian dengan susah payah
mengeluarkan sebuah map dari dalam tas yang dibawanya dan memberikan pada Tzuyu
dan juga dosen Gu Won.
Vernon kemudian beranjak menuju kursi kosong yang tersisa.
Ia kemudian mendudukan tubuhnya di sana, pada kursi di samping Seulgi yang
tengah memperhatikannya dengan alis bertaut.
āApakah kau baik-baik saja?ā Tanya gadis itu begitu Vernon
duduk. Suaranya pelan namun tetap terdengar oleh anggota lain mengingat keadaan
ruang rapat menjadi hening saat dirinya masuk ke dalam.
āIya.ā Jawab Vernon sekenanya. Ia kemudian mengeluarkan
sebuah buku catatan dan pulpen dari dalam tas. Ia berencana untuk mencatat
segala hal yang dirapatkan hari itu.
Melihat Vernon yang telah siap, dosen Gu Won kembali
mempersilahkan Jun untuk melanjutkan presentasinya. Walaupun sebenarnya ada
perasaan penasaran yang dirasakan saat ia melihat Vernon. Ada apa dengan anak itu? Kenapa ia seperti itu???
Jun yang sebenarnya juga merasa penasaran sekaligus prihatin
akan kondisi Vernon, mau tak mau mengenyampingkan perasaan tersebut dan kembali
melanjutkan presentasinya. Ia kembali menjelaskan berbagai desain yang telah
dibuatnya.
Rapat pada sore itu terus berlanjut hingga dosen Gu Won
mengakhirinya dengan pemberian target kerja untuk satu minggu ke depan kepada
seluruh anggota. Pria itu kemudian bergegas meninggalkan ruang rapat dengan
membawa beberapa lembar map yang merupakan hasil kerja anggota departemen
selama dua minggu belakangan ini.
Vernon yang melihat kepergian dosen Gu Won mulai bersiap
untuk mengikuti sang dosen meninggalkan ruang rapat. Ia harus kembali ke rumah
sakit untuk menemani Dahyun malam itu, karena Hyebin memiliki jadwal rapat
dengan teman-teman satu klubnya. Dengan tangannya yang bebas, ia masukan buku
dan alat tulisnya ke dalam tas. Ia kenakan kembali tasnya dengan agak susah
karena salah satu tangannya yang harus menggunakan arm sling.
āVernon..ā Panggilan Tzuyu berhasil menghentikan langkah
Vernon yang hendak meninggalkan ruang rapat.
āBisakah kita bicara?ā Sambung Tzuyu. Gadis itu melihat ada
keraguan dari pancaran mata Vernon. āSebentar, hanya sebentar.ā Tambahnya saat
Vernon tak kunjung memberikan jawaban.
āBaiklah, hanya sebentar.ā
Keduanya pun berjalan meninggalkan ruang rapat. Tzuyu
berjalan lebih dulu memimpin Vernon untuk berjalan mengikutinya menuju taman
belakang kampus. Ia kemudian menempati kursi taman dan meletakan tas serta
map-map yang dibawanya di sisinya. Vernon tak lantas duduk. Ia masih berdiri
dan menanti Tzuyu untuk berbicara.
āKau tidak duduk?ā Tanya Tzuyu begitu melihat Vernon yang
masih berdiri.
Laki-laki itu menggeleng. āTidak. Aku hanya sebentar. Jadi
apa yang ingin kau bicarakan?ā Tanya Vernon langsung kepokok pembicaraan.
āBaiklah, jadi kenapa kau tidak datang menemuiku di kantin?ā
Tzuyu memulai pembicaraan kali itu dengan membahas alasan Vernon atas ingkarnya
laki-laki itu dari janji yang telah ia buat.
āUntuk itu, aku minta maaf. Ada hal yang harus aku lakukan
sehingga aku tidak dapat menemuimu.ā
āApakah hal itu ada hubungannya dengan keadaanmu saat ini?ā Tanya
Tzuyu lagi yang masih merasa belum puas dengan jawaban yang diberikan Vernon.
Vernon memicingkan matanya dan menatap Tzuyu dengan alis
bertaut. Ia merasa tidak suka atas pertanyaan dan sikap Tzuyu saat itu. Kenapa dengan gadis ini? Kenapa ia terdengar
begitu sinis?? Apakah yang terjadi pada dirinya harus gadis itu ketahui. Ia
tahu kalau dirinya adalah asisten gadis itu, tetapi bukan berarti segala
sesuatu yang terjadi pada dirinya harus ia beritahukan pada gadis itu!
āKu rasa itu bukan urusanmu Zhou Tzuyu.ā
āTapi kau adalah asistenku. Dan sudah menjadi tanggung
jawabku untuk tahu segala hal yang bersangkutan dengan acara departemen. Dan
kau hampir membuat jadwal yang telah ku buat hancur karena-ā
āMaaf. Ku kira itu cukup. Lagi pula aku sudah mengerjakan
tugasmu, jadi kita impas.ā Selak Vernon. Ia kemudian mengalihkan pandangannya
dari Tzuyu dengan menatap hamparan hijau di depannya. Walau ada rasa tidak enak
yang mencuat ketika dirinya mengatakan hal menyakitkan itu.
Seperti diikat dan diletakan di samping sebuah pemabakaran,
seperti itulah perasaan Tzuyu saat itu. Panas bahkan semakin lama semakin
memanas saat ia melihat bagaimana raut wajah Vernon. Hilang sudah rasa
simpatinya. Awalnya ia ingin berbaik hati pada laki-laki itu. Tapi melihat
bagaimana reaksinya membuat Tzuyu membuang jauh-jauh perasaan simpatinya itu.
āKurasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Terimakasih
karena telah mengerjakan tugasku!ā Tzuyu segera bangkit dari kursi. Kemudian
mengambil map-mapnya dan menarik tali tasnya bersama dengan langkah cepatnya.
Vernon terkejut saat melihat kepergian tiba-tiba Tzuyu. Ia
hendak mengejar gadis itu tapi keadaan Dahyun yang masih lemah membuat ia
mengurungkan niatnya. Lantas laki-laki itu memutar langkahnya hendak pergi.
Namun sebuah barang yang sepertinya milik Tzuyu tertinggal di kursi taman. Ia
kemudian mengambil barang tersebut.
āGantungan kunci anjing?ā Gumamnya. Ia menatap lekat-lekat
benda tersebut sebelum ingatannya kembali membawa ia pada kejadian dua tahun
lalu.
Vernon merasa begitu kesal. Ia tidak suka ayahnya terlalu
mencampuri kehidupannya. Mengatur dan menentukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan masa depannya. Ia sudah besar! Ia bisa menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk untuk dirinya sendiri. Jadi ayahnya tak perlu
repot-repot memilihkan segala sesuatu untuk dirinya lagi.
Terlebih mengancamnya dengan tidak membiayai kuliahnya jika
ia berani untuk tidak memenuhi permintaan sang ayah. Cih.. Vernon tidak takut!
Terserah jika sang ayah tidak ingin membiayainya. Dunia tidak akan hancur jika
ayahnya tidak membiayai kuliahnya. Toh masih ada banyak jalan untuk bisa sampai
di Roma. Jadi masih ada cara lain untuk dia bisa membayar biaya kuliahnya.
Mengingat bagaimana sang ayah mengancamnya membuat Vernon
tidak dapat lagi membendung rasa kesalnya. Ia ingin berteriak dan mengeluarkan
seluruh kekesalannya. Tapi ia sadar, ia tidak bisa melakukan hal itu di tempat
tersebut. Bisa-bisa ia yang akan ditarik keluar secara paksa oleh para pejaga
cafƩ.
Lantas Vernon akhrinya memutuskan untuk membayar segelas
soda yang telah dipesannya agar ia bisa dengan segera pergi meninggalkan tempat
tersebut. Seorang pelayan yang sebelumnya datang memberikan bill, kembali menyambangi Vernon untuk
memberikan kembalian laki-laki itu. Vernon mengucapkan terimakasih dan bersiap
untuk pergi.
Tapi seorang gadis yang duduk tak jauh dari mejanya menarik
perhatian Vernon untuk beberapa saat. Mata gadis itu terihat sembab. Bahakn
pipinya juga terlihat basah. Awalnya Vernon ingin menghiraukan keberadaan sosok
tersebut. Tetapi cairan merah yang berada di telapak tangan gadis itu membuat Vernon
tidak bisa untuk tidak mengindahkannya.
Ia ingin menghampiri gadis itu. Sayangnya sang gadis telah
lebih dulu beranjak pergi meninggalkan mejanya. Merasa tidak mau kehilangan
gadis tersebut, Vernon pun dengan cepat mengejar gadis yang memiliki gantungan
kunci berbentuk anjing di tasnya itu.
Saat berada di luar, Vernon pun berlari mengejar sang gadis
yang tengah berjalan menuju tempat penyebrangan. Beruntung bagi Vernon, karena
saat gadis itu hendak menyebrangi jalan lampu lalu lintas telah berubah menjadi
hijau hingga gadis itu tidak dapat melewatinya. Vernon pun dengan cepat meraih
lengan gadis itu dan membuat mereka kini menjadi berhadapan.
āSiapa kau?!ā Tanya sang gadis yang terkejut karena aksi
tiba-tiba Vernon. Mungkin tidak hanya gadis itu saja yang bereaksi seperti itu.
Semua orang akan bereaksi yang sama jika ada orang tak dikenal yang menarik
mereka secara tiba-tiba.
āMaaf aku tidak bermaksud jahat. Aku tidak akan meminta
uangmu atau apa pun. Aku hanya ingin...ā Vernon menggantungkan ucapannya. Ia
kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan sapu tangan biru langit
miliknya.
āTanganmu terluka karena selama di cafĆ©
kau memegang pisau dengan terbalik. Tapi setidaknya kau beruntung karena lukamu
ini tidak terlalu parah karena pisau tadi bukanlah pisau pemotong daging.ā Ujar
Vernon lagi sembari mengikatkan sapu tangannya pada telapak tangan gadis itu
untuk menutupi dan menghentikan lukanya.
Vernon memegangi gantungan kunci tersebut dengan erat.
Sebuah senyum kecil terpasang diwajahnya saat ia berhasil mengingat kejadian
saat itu. āTernyata kau itu adalah dia..ā
* *
* *
Suara gesekan pada pintu bertekstur kayu itu membuat Dahyun
menolehkan kepalanya pada sumber suara. Sosok Vernon datang masih dengan arm sling yang mengikat tangannya
membawa sebuah paper bag putih.
Kedatangan Vernon di malam itu membuat senyuman lebar namun masih terlihat
lemah tersungging pada bibir Dahyun.
āBagaimana keadaanmu?ā Tanya Vernon begitu ia telah berada
di dekat ranjang Dahyun.
Vernon meletakan paper
bag yang di bawanya di atas meja di samping ranjang. Kemudian menarik kursi
hitam yang bersandar di tembok dan mendudukinya.
āBaik, walau terkadang aku merasa begitu pusing tetapi tidak
lama rasa itu hilang.ā
āApakah kau sudah mengatakannya pada dokter?ā Tanya Vernon
yang mulai agak khawatir dengan kondisi Dahyun. Pasalnya sejak gadis itu
tersadar dari obat tidur pasca operasi, Vernon beberapa kali memergoki Dahyun
yang tengah memegangi kepala dengan mata terpejam dan dahi berkerut. Seperti
tengah menahan rasa sakit.
āTidak usah, mungkin ini hanya efek dari operasiku saja. Kau
tak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja.ā Ujar Dahyun menenangkan. Dahyun
tahu bahwa saat ini sang kekasih begitu mengkhawatirkan dirinya. Tetapi ia
tidak ingin membuat Vernon terlalu mengkhawatirkannya sampai-sampai ia lupa
untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Kekasihnya itu juga mengalami hal yang sama
dengannya, jadi akan lebih baik jika mereka menyembuhkan diri masing-masing.
āBenarkah? Tetapi kau selalu mengalami hal ini Dahyun-aa. Apakah
kau tidak ingin dokter memeriksamu?ā Kembali Vernon menyuarakan
kekhawatirannya. Ia tahu Dahyun adalah gadis yang kuat dan tangguh, tapi tidak
semua hal harus gadis itu hadapi dan selesaikan sendiri. Terlebih mengenai
kesehatannya. Dahyun bukanlah ahli medis, jadi akan lebih baik jika meminta
bantuan dari ahlinya bukan.
Dahyun menggelengkan kepalanya pelan dan singkat. Ia
kemudian meraih tangan Vernon dan menggenggamnya. āAku baik-baik saja.
Percayalah..ā
Vernon hanya menghela nafasnya. Ia sudah tidak bisa lagi
membujuk atau merayu Dahyun jika gadis itu sudah memutuskan. Gadisnya itu
memiliki keteguhan hati yang besar, jadi sulit bagi orang lain untuk
menginterupsi apa yang telah diputuskannya, termasuk dirinya sendiri.
āOh iya, apa yang ada di dalam paper bag itu?ā Dahyun mengalihkan pandangannya dan melepaskan
genggamannya. Ia kemudian menunjuk paper
bag yang berada di atas meja nakas.
āOh ini,ā Vernon akhirnya kembali menyunggingkan senyumnya
setelah alisnya terus bertaut saat berbicara dengan Dahyun. Ia kemudian
mengeluarkan isi dari paper bag
tersebut dan menunjukannya tepat di hadapan Dahyun.
āRoti bakar dari kedai kesukaanmu.ā
Dahyun tak mampu menyembunyikan rasa senangnya begitu
mendengar dan mencium aroma roti bakar kesukaannya. Dengan gerakan yang lemah,
ia berusaha untuk mengambil roti tersebut dari Vernon. Tapi belum sempat
tangannya mengambang ke atas, Vernon telah lebih dulu menjauhkan bungkusan roti
bakar tersebut dari hadapan Dahyun.
āAku akan menyuapimu, jadi kau diam dan jangan bergerak.ā
Malam itu keduanya habiskan dengan dua porsi roti bakar
serta susu murni yang sangat lezat. Bahkan perkiraan bahwa hujan akan turun dan
membasahi ibu kota tidak terjadi malam itu. Semua itu seperti langit ikut
merasakan kebahagian kecil Vernon dan Dahyun. Tidak ada setetes air pun yang
langit jatuhkan ke bumi. Tetapi malah bintang-bintang yang menghiasi langit
hitam yang diberikan langit untuk menemani malam keduanya.
* *
* *
Gadis yang hanya ditemani segelas jus jeruk itu terus saja
menitihkan air matanya. Sudah hampir satu jam lebih, sejak ia sampai hingga
detik itu, matanya terus mengalirkan cairan bening yang akan memberikan efek
bengkak pada matanya.
Gadis itu berusaha untuk menyekah aliran air yang mengalir
membasahi pipinya. Mengusap matanya kasar. Tetapi lagi-lagi cairan bening itu
tidak mau berhenti mengalir. Ia lelah. Ia putus asa. Apakah tidak ada yang bisa
mengerti dirinya?!? Bahkan air matanya sendiri saja tidak bisa!
Ia ingin pergi jauh. Sangat jauh dan tidak kembali lagi.
Tapi apa yang dikatakan orang lain jika ia benar-benar melakukan hal itu.
Seorang Zhou Tzuyu melarikan diri hanya karena dipaksa melanjutkan studinya di
faktultas kedokteran. Bisa hancur harga dirinya. Bisa hilang reputasinya
sebagai gadis pintar yang mampu menghadapi segala macam tantangan hidup.
Tapi ia juga tidak bisa menghilangkan keinginan dan hasrat
hidupnya untuk menjadi bagian dari dunia pemerintahan. Ia ingin menjadi seorang
politikus handal yang dihormati dan dicintai masyarakat. Ia tidak ingin menjadi
seorang dokter yang bekerja untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Baginya
menyelamatkan nyawa orang lain bisa menjadi sia-sia jika Tuhan sudah
berkehendak lain.
Dan ia tidak ingin hal itu terjadi. Ia tidak ingin usahanya
menjadi sia-sia hanya karena bertentangan dengan suratan Tuhan. Ia tidak ingin
merasa bersalah karena gagal menyelematkan nyawa seseorang. Dan ia juga tidak
siap untuk disalahkan atas sesuatu yang tidak ia kehendaki dan juga bukan
kuasanya.
Dan karena itulah, sejak satu jam yang lalu gadis bedarah
Taiwan itu berada di meja tersebut. Menangis oh tidak, berusaha untuk
membendung tangisnya walau air mata terus jatuh bebas dari matanya.
Ia tidak tahu harus pergi kemana lagi selain cafƩ
tersebut. Baginya cafƩ itu merupakan tempat terbaik setelah kamarnya. Ia tidak
peduli dengan pengunjung cafƩ lainnya yang mungkin memperhatikannya
dengan bingung. Ia tidak peduli jika orang lain mengasihaninya bahkan
menganggapnya seperti orang gila karena menangis di tempat umum.
āSudah cukup Zhou Tzuyu. Sudah cukup. Jangan menangis lagi.
Tangisanmu tidak akan mengubah keputusan ayahmu. Jadi berhentilah!!ā Ujarnya
mencoba memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
Ya, gadis itu menangis karena keputusan yang baru saja
ayahnya buat. Saat pesta kelulusan di sekolahnya, sang ayah datang dan
memberikan sebuah amplop padanya. Sebuah kertas yang terlipat rapih di dalam
berhasil menarik rasa penasarannya. Ia penasaran dengan isi surat tersebut.
Dengan perlahan ia membuka lipatannya. Sebuah kata āselamatā
tertulis besar dan tebal pada bagian atas surat. Ia tidak tahu maksud kata itu
apa. Namun saat ia membuka secara utuh lipatan kertas tersebut, namanya telah
tertulis di sana sebagai pemberitahuan bahwa seseorang bernama Zhou Tzuyu resmi
diterima menjadi mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Cheong-Dam pada
tahun ajaran baru.
Tzuyu menatap sang ayah dan ibu yang tengah tersenyum dengan
lebar padanya. Ia tidak tahu apa yang telah kedua orang tuanya lakukan. Ia juga
tidak tahu harus bereaksi apa atas surat yang dipegangnya saat itu.
āIni apa ayah?ā Tanyanya masih dengan raut bingung yang
begitu kentara sekali pada wajahnya.
āKarena prestasimu selama ini, ayah meminta wali kelasmu untuk
mendaftarkan mu di fakultas kedokteran. Dan kamu diterima pada pilihan pertama
Tzuyu. Kamu menjadi mahasiswi fakultas kedokteran kini. Kamu bisa melajutkan
pekerjaan ayah dan ibu jika kami telah tiada nanti.ā Seru sang ayah sembari
memberikan pelukan hangat penuh kebahagian kepada Tzuyu.
āIbu bangga padamu nak. Kamu akhirnya bisa meneruskan
cita-cita kami sebagai dokter. Kami sudah cukup tua untuk terus berada di dunia
kedokteran, jadi akan lebih baik jika kami memilki penerus. Dan kamu adalah
satu-satunya penerus kami.ā Kini sang ibu ikut menyuarakan rasa bahagianya. Ia
ikut memberikan pelukan hangat serta kecupan singkat pada kening anak gadisnya
itu.
Mengingat kejadian itu, lagi-lagi tangis Tzuyu pecah. Ia
tidak dapat mengendalikan rasa kecewanya pada orang tuanya sendiri. Dan yang
lebih membuatnya merasa kecewa adalah dirinya yang tidak berani mengatakan apa
yang sebenarnya ia inginkan kepada kedua orang tuanya.
Mendapat pelukan dan ucapan selamat membuat Tzuyu bungkam
seribu bahasa. Ia hanya diam dan membiarkan kedua orang tuanya berbicara,
membayangkan hal-hal yang akan terjadi dimasa depan saat dirinya telah memiliki
gelar dokter. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia bingung. Kemampuan
berbicaranya seakan hilang saat melihat raut bahagia ayah dan ibunya sendiri.
Dan karena itulah akhirnya ia berakhir di cafƩ
tersebut. Duduk di salah satu meja yang berada di pojok, memandang ke kaca luar
dengan ditemani segelas jus jeruk yang sama sekali tak disentuhnya. Tzuyu sudah
tidak tahu lagi harus melakukan apa. Oh bukan tidak tahu lagi, tetapi memang
sedari awal ia tidak tahu harus melakukan apa.
Ia tidak ingin mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan
keinginan orang tuanya karena itu berarti akan menghancurkan harapan dan rasa
bahagia mereka. Tetapi ia juga tidak ingin menggeluti hal yang tidak ia minati.
Ia tidak ingin kuliah 6 tahunnya menjadi sia-sia karena ia yang tidak mencintai
bidangnya.
Rasa kecewa yang begitu besar membuat Tzuyu tanpa sadar
terus memegangi pisau yang memang sengaja disediakan di atas meja. Gadis itu
terus memeganginya dan membiarkan cairan kental berwarna merah mengalir dari
sela buku-buku tangannya. Tzuyu sudah tidak tahan lagi berdiam diri. Ia ingin
mengeluarkan keluh kesahnya. Dan saat itu juga, ia bergegas pergi meninggalkan
cafƩ.
Ia tarik tali tasnya dan mengenyampirkan dengan kasar pada
pundaknya. Ia kemudian dengan langkah cepat berjalan menuju tempat
penyebrangan. Namun saat ia sampai, lampu lalu lintas berubah hijau dan ia
tidak bisa menyebrangi jalan raya itu. Dan saat ia tengah menunggu lampu untuk
berubah kembali menjadi merah, seseorang menarik lengannya dan membuat tubuhnya
berputar.
āSiapa kau?!ā Tanya Tzuyu terkejut. Ia tidak tahu siapa
sosok laki-laki yang baru saja menariknya. Ia ingin teriak agar ia dapat
terbebas dari laki-laki itu. Namun gerakan laki-laki itu membuat dirinya hanya
diam dan menatap sosok itu dengan bingung.
āMaaf aku tidak bermaksud jahat. Aku tidak akan meminta
uangmu atau apa pun. Aku hanya ingin...ā Laki-laki itu terlihat merogoh saku
celananya dengan sedikit sulit. Lalu tak lama sebuah sapu tangan biru langit
keluar dari balik saku belakang celananya.
āTanganmu terluka karena selama di cafĆ©
kau memegang pisau dengan terbalik. Tapi setidaknya kau beruntung karena lukamu
ini tidak terlalu parah karena pisau tadi bukanlah pisau pemotong daging.ā Pria
itu berujar sembari mengikatkan sapu tangannya pada telapak tangan Tzuyu.
Setelah selesai, laki-laki itu melepaskan tangannya. Ia
kemudian mengangkat kepalanya dan menyunggingkan senyumnya begitu mata mereka
bertemu. āAkan lebih baik jika kau segera membersihkan lukamu saat tiba di
rumah.ā Ucapnya sebelum melenggang pergi menyebrangi jalan bersama dengan
orang-orang lain di pinggir penyebrangan tersebut.
Tzuyu menatap kepergian sosok itu saat lampu lalu lintas kembali
berubah hijau. Ia kemudian menatap kembali pada sapu tangan biru yang kini
menutupi luka yang baru saja disadarinya itu. āVernon..ā Gumamnya melafalkan
ukiran pada sapu tangan tersebut.
Tzuyu bangkit dari ranjangnya. Ia berjalan menghampiri meja
belajar. Menarik kursi meja tersebut keluar dan mendudukinya. Ia kemudian
membuka laci meja dan mengeluarkan sapu tangan biru langit dari sana.
āAku tidak menyangka kau seperti itu Vernon. Kau bukanlah
pria baik seperti yang ku pikirkan. Dan seharusnya aku tidak menyimpan benda
ini!ā
Gadis itu bangkit dari duduknya. Berjalan menuju tempat
sampah di pojok ruangan dan menginjak injakan benda tersebut. āAkan lebih baik
jika aku membuangnya sejak awal.ā Dengan kilatan amarah yang terpancar
dimatanya, Tzuyu mengangkat tangan berniat untuk membuang sapu tangan tersebut.
Namun gerakannya tiba-tiba terhenti dan kemudian tangannya hanya diam
mengambang di udara.
* *
* *
Waktu telah menujukan pukul 2 dini hari. Tempat itu begitu
sunyi melebihi kesunyian pada umumnya. Terang saja karena tempat tersebut
mempunyai peraturan untuk tidak membuat keributan jika tidak ingin ditarik
paksa oleh penjaga.
Namun keadaan menjadi ricuh dengan tiba-tiba. Vernon yang
terlelap tidur di sofa tiba-tiba saja terperanjak begitu mendengar suara
rintihan. Laki-laki itu segera menanggalkan sofa dan menghampiri Dahyun yang
tengah merintih kesakitan sembari memegangi kepalanya.
āDahyun-aa.. kenapa? Ada apa?ā Tanya Vernon mulai khawatir.
Ia kemudian memegangi Dahyun yang terus bergerak karena rasa sakit yang
tiba-tiba saja menyerang kepalanya.
āDahyun-aa..ā
āSakit.. Kepalaku sakit.ā Hanya itu yang mampu diungkapkan
Dahyun. Sakit. Tidak ada kata lain selain itu.
Vernon yang mendengarnya berusaha untuk menenangkan gadis
berbalutkan pakaian rumah sakit itu. Namun usahanya tidak bisa membuat gadis
itu tenang dan berhenti menjerit. Sudah merasa tidak tahu harus melakukan apa
lagi, akhirnya laki-laki itu menekan tombol pemanggil perawat yang berada di
atas ranjang Dahyun. Tak lama seorang perawat dan seorang dokter jaga datang.
āAda apa ini?ā Tanya sang dokter begitu melihat pasiennya
menggeliat tiada henti di atas ranjangnya.
Dokter itu dengan cepat menghampiri Dahyun. Dengan bantuan
sang perawat, keduanya berusaha untuk menenangkan Dahyun. Namun usaha mereka
tidak membuahkan hasil apa pun. Dahyun tetap menjerit sembari memegangi
kepalanya. Merasa tak ada pilihan lain, sang dokter meminta perawat untuk
mempersiapkan jarum suntik beserta obat bius.
Tak lama, jarum berisikan cairan bius telah diserahkan oleh
perawat itu kepada dokter. Kembali dengan bantuan sang perawat, dokter tersebut
menyuntikan habis cairan bius ke dalam tubuh Dahyun. Setelah habis, dengan
perlahan ia menarik kembali jarum suntik dari lengan Dahyun.
Dahyun yang mulai melemah, kian lama ia mulai menghentikan
gerakannya walau masih ada rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulutnya.
Tidak sampai 2 menit, obat bius itu telah benar-benar berhasil membius Dahyun
hingga kembali tertidur.
Sang dokter, perawat, dan Vernon akhirnya dapat menghela
nafasnya lega. Setidaknya tidak ada lagi rintihan menyakitkan yang keluar dari
mulut Dahyun untuk malam itu.
āSebenarnya ada apa dengan pasien?ā Tanya dokter saat sang
perawat tengah merapihkan posisi Dahyun.
āSaya tidak tahu dok. Tiba-tiba saja dia menjerit dan mengatakan
sakit dikepalanya.ā Terang Vernon. Ia kemudian melirik sejenak pada Dahyun
sebelum kembali menatap dokter yang tengah memikirkan sesuatu.
āKepala? Sudah berapa kali ia mengeluh sakit dan sejak kapan
ia merasakan rasa sakit dikepalanya?ā Tanya sang dokter lagi, kali ini dengan
raut yang lebih serius.
Vernon diam. Ia berusaha untuk mengingat semua keluhan sakit
yang keluar dari bibir Dahyun. āSaya kurang tahu pasti dok, tapi sejak ia sadar
dari operasinya ia mulai mengeluhkan rasa sakit dikepalanya. Dan rasa sakit itu
muncul hampir setiap hari.ā
Dokter tersebut kembali diam. Namun alisnya semkain menegang
begitu mendengar penuturan Vernon.
āMemangnya ada apa dok? Apa yang terjadi pada Dahyun?ā Tanya
Vernon lagi yang mulai merasa risau saat melihat raut wajah sang dokter yang
tidak biasa itu.
āKita harus melakukan pemeriksaan mendalam pada pasien untuk
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.ā
Vernon merasa jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan
harapannya. Ia menginginkan jawaban yang lebih dari itu untuk membeirkan
sedikit rasa tenang pada dirinya.
āKatakan yang sejujurnya dok. Apa yang terjadi pada Dahyun!ā
Paksa Vernon. Ia mengguncang tubuh sang dokter dengan tangannya yang bebas.
Dokter tersebut berusaha menenangkan Vernon. Ia kemudian
melepaskan genggaman Vernon pada pundaknya. āMenurut diagnosa sementara saya,
sepertinya ada sesuatu pada kepala pasien yang menimbulkan rasa sakit itu. Sesuatu
itu bisa tumor atau adanya gumpalan darah pasca operasi. Karena itu kita
memerlukan pemeriksaan lebih mendalam sebelum menarik kesimpulan.ā
Seperti tersambar petir disiang bolong. Vernon langsung
limbung begitu mendengar penuturan dokter. Ia tidak tahu kenapa hal seperti itu
dapat terjadi. Dahyun adalah gadis yang baik. Bahkan gadis itu rela untuk
menyelematkan dirinya dan juga anak kecil yang mereka tolong dan membiarkan
dirinya sendiri menderita luka yang lebih parah.
Tapi kenapa Tuhan malah memberikan cobaan yang lebih pada
Dahyun?? Bukankah itu tidak adil??? Bukankah lebih baik jika hal itu terjadi
pada dirinya? Ia hanya mengalami patah tulang dan luka ringan, sedangkan
Dahyun, gadis itu harus menjalani operasi terlebih dulu untuk menyelamatkan
nyawanya.
Dan kini, dokter memberikan diagnosa sementara bahwa ada
tumor di dalam kepala Dahyun?!?! Tidak, itu tidak mungkin! Itu tidak mungkin
terjadi!! Bagaimana bisa? Kenapa Dahyun? Kenapa harus gadis itu dan bukan
dirinya???!?
āAnak muda, apakah kau baik-baik saja?ā Tanya sang dokter
yang mencoba menahan Vernon agar tidak jatuh.
Vernon berusaha mengembalikan kesadarannya. Ia kemudian
mencoba untuk berdiri tegak dan berjalan masih dengan sedikit limbung menuju
rangjang Dahyun. āKau akan baik-baik saja Dahyun-aa.. aku janji.ā
TBC
"HAPPY NEW YEAR 2017!!"
Seperti yang udah dua author sebelumnya bilang kalau ini challenge, dan menurut rencana awal seharusnya ini bagian terakhir dari rangkaian challenge kali ini. Tapi kalau kalian baca lagi dari part 1 dan part 2, agak sulit dan terlalu maksa kalau cerita ini harus bener-bener selesai di aku.
Jadi karena itu, aku akan menyerahkan tongkat estafet kembali ke author pertama. Dan karena itu saya persilahkan kepada author selanjutnya untuk memasuki ruang kerja :)
Comments
Post a Comment