FriendZone - Ain't Exciting



Cast: Lucas (NCT) – Kim Soyeon (OC)
Genre: Friendship


“Soyeon, hari ini aku pulang dengan Mark, ya? Tidak apa-apa kan kau pulang sendiri?” 


Tentu saja Soyeon merasa kecewa, namun ia tidak sampai hati mengatakannya pada Mina. Lagipula mana tega ia membuat Mina yang sangat girang itu menjadi cemberut. Sebagai sahabat yang baik ia mengatakan sebaliknya, malah menyuruh Mina untuk bergegas agar tidak membuat Mark menunggu lebih lama.



Mina mengamatinya sejenak, sebelum akhirnya menyengir lebar. “Terimakasih ya Soyeon. Kau memang teman yang paling pengertian,” ujarnya sambil memeluk Soyeon.



Setelah itu Mina meninggalkan kelas dengan riang. Soyeon menatap kepergian Mina dengan perasaan aneh. Perasaan yang belakangan ini kerap ia rasakan saat teman-temannya mulai sibuk dengan pacar mereka masing-masing. Soyeon menggelengkan kepalanya, menepis pikiran aneh yang mulai memenuhi kepalanya.


Ia pun bergegas pulang. Ia harus segera meninggalkan ruangan ini untuk berhenti meratapi kemalangannya.


Seperti biasa ia menunggu bus di halte depan sekolahnya. Tidak banyak orang di sana, hanya beberapa murid sekolahnya yang kebetulan pulang lebih lama karena mengikuti kegiatan ekstrakuriler.


Ia mendesahkan napasnya. Padahal Mina tidak akan pulang sesore ini biasanya. Tapi semenjak pacaran dengan Mark dua minggu lalu, temannya itu tidak pernah absen untuk menunggu Mark selesai latihan basket. Mina menunggu Mark bersamanya di kelas, sementara ia akan sibuk rapat dengan anggota mading lainnya.


Kegiatan menunggu selama kurang lebih dua jam itu bukan masalah untuk Mina. Temannya itu akan menunggu dengan sukarela, sesekali ikut bergabung dalam diskusi kelompok mading dan sesekali Mina akan pergi ke lapangan  untuk melihat Mark.


Lambat laun Mina berubah, Soyeon menyadari itu. Mina yang sebelumnya sangat pendiam dan tenang, menjadi sangat cerewet dan sering tersipu saat menceritakan apapun tentang Mark. Mark begini, Mark begitu.


Ia pikir Kang Mina tidak akan ikut-ikutan berubah seperti Hani dan Yeri. Ia pikir Mina akan selalu ada di sisinya, selalu siap menjadi rekan menjelejah mini market atau berkeliling toko buku kapan saja.



Tapi ternyata tidak. Semenjak sebulan yang lalu saat Mark terang-terangan mendekati Mina, Soyeon mulai menyadari perubahan temannya itu. Walau bukan perubahan yang buruk, tapi tetap saja...
Tetap saja apa?


Sekali lagi ia mendesahkan napasnya keras-keras.


Teman macam apa sih ia ini? Padahal Mark membuat Mina yang pendiam menjadi lebih ceria. Berkat Mark juga Mina bisa merasa lebih percaya diri.


Ia tahu itu, tapi ia merasa kesepian. Selain itu, melihat bagaimana teman-temannya menjadi lebih riang membuat dirinya merasa.. ia merasa hidupnya membosankan.


“Ada apa sih?” 

Soyeon terkesiap, seseorang baru saja menjentikkan tangan di depan mukanya. Ia menoleh, mendapati Lucas duduk tepat di sebelahnya. Anak itu masih memakai seragam basketnya; kaos berwarna kuning tanpa lengan dengan bordiran hitam di pinggirannya dan celana pendek berwarna senada, memamerkan lengan atasnya yang mulai berotot dan kakinya yang begitu jenjang.


“Apa yang sedang kau pikirkan sampai kelihatan seperti orang depresi begitu?” tanya Lucas lagi.

Anak itu mengulurkan kantong keripik ke arahnya, ia pun langsung merogoh keripik di dalamnya. Soyeon kembali menatap lurus ke jalanan. Bahunya merosot saat ia teringat lagi dengan teman-temannya.

“Aku merasa ada yang aneh pada diriku. Aneh, kan?”
Lucas menatapnya serius, kemudian memasukkan segenggam keripik kentang ke dalam mulutnya.
“Tidak kok. Kau kan memang sudah aneh,” katanya sambil mengunyah keripik kentang lagi dan lagi.

Hah, memang percuma bicara dengan Lucas. Anak itu tidak pernah bisa diajak serius.
“Sudah itu saja? Coba ceritakan dengan lebih jelas supaya aku mengerti.”

Soyeon menatap lekat anak di sebelahnya, mempertimbangkan apakah membicarakan masalahnya pada Lucas adalah hal yang bijak. Tapi kalau dipikir lagi, sebenarnya ia hanya ingin menceritakan keluhannya pada seseorang. Dan Lucas datang di saat yang tepat. Toh, ia tidak berharap Lucas bisa memberikan solusi untuk masalahnya.


“Aku merasa belakangan ini hidupku membosankan.”


Lucas mendesah, anak itu membuat wajah konyol. “Jelas saja. Rutinitasmu kan hanya itu-itu saja. Sepulang sekolah mengerjakan tugas, setelah itu menonton variety show, begitu jam sepuluh malam kau bersiap tidur.”


“Kalau kau membicarakannya seperti itu hidupku jadi terdengar sangat membosankan.”
“Memangnya tidak?”
Soyeon menatap Lucas dengan serius, berharap anak itu akan mengerti ucapannya.
“Bukan begitu maksudku. Kau tahu kan teman-temanku?”


“Hani, Yeri, dan siapa itu yang baru pacaran dengan Mark?” Lucas mencoba mengingat, kemudian menjentikkan jarinya, “Ah, Mina. Memangnya kenapa?”
“Mereka semua sudah punya pacar. Tidak semua sih, tapi setidaknya Yeri punya seseorang yang ia sukai.” Suaranya semakin mengecil. Entah kenapa ia merasa malu.
"Terus masalahnya dimana?”


Soyeon tahu bicara dengan Lucas tidak akan pernah mudah. Ia mencoba bersabar, “Aku tidak merasakan apa yang mereka rasakan. Aku tidak tahu bagaimana senangnya Yeri saat diajak bicara dengan Jaehyun sunbae, aku tidak tahu bagaimana rasa cemburu yang dirasakan Hani saat melihat Jungwoo terlalu dekat dengan gadis lain.” Soyeon menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan.


“Aku juga tidak tahu betapa bahagianya Mina saat Mark memperhatikannya. Aku.. aku merasa hidupku membosankan. Aku merasa hidupku tidak ada gejolaknya,” ungkapnya.
Walaupun merasa malu, Soyeon tidak menyesal telah mengatakan keresahannya selama ini. Ia menjadi lebih lega.


“Begitu ya. Kau mau hidupmu bergejolak.”

Untuk beberapa saat Lucas terdiam, pandangannya lurus mengamati jalanan di depan. Anak itu sedang serius memikirkan sesuatu. Mungkin masih berusaha memahami maksud ucapannya.

Soyeon tidak mengeluh. Memang terkadang anak laki-laki sulit memahami masalah yang dihadapi anak perempuan.


“Kalau kau mau hidupmu bergejolak, tinggal saja di negara yang sedang konflik. Kau tahu kan beberapa negara di Timur Tengah sedang konflik? Kau bisa pindah ke sana,” kata Lucas.
Soyeon mendengus kasar. Memang percuma bicara dengan Lucas.


“Bukan begitu bodoh! Aku juga mau menyukai seseorang.” Kemudian ia langsung terdiam. Konyol sekali pasti kedengarannya. Tapi itulah yang ia pikirkan belakangan ini.


Ia ingin menyukai seseorang agar hidupnya menjadi lebih menyenangkan, persis seperti yang teman-temannya rasakan. Namun sampai saat ini ia tidak menyukai siapapun.


“Itu sih masalah gampang. Kukira apa.”
 “Mungkin ini sangat sepele buatmu, tapi buatku ini penting. Aku ingin merasakan sendiri bagaimana rasanya menyukai seseorang, bukan cuma dari cerita teman-temanku.”


“Kan ada aku. Kau bisa menyukaiku. Masalah selesai, kan?”
“Memang deh anak perempuan itu paling hobi membesar-besarkan masalah,” kata Lucas sambil menggelengkan kepala.


Ingin rasanya Soyeon memukul kepala Lucas, kemudian membelahnya untuk mencaritahu isi dari kepalanya. Tapi alih-alih memukul kepala Lucas, ia hanya memukul lengan anak itu


“Percuma bicara denganmu.” Soyeon mendorong bahu Lucas, “Menjauh dariku sana! Badanmu itu lengket tahu.”
“Baru sadar? Padahal daritadi bahu kita menempel loh,” sahut Lucas sambil tertawa.
“Jauh-jauh sana! Bikin jijik saja!”


Lucas tertawa. Suara tawanya yang mirip suara lumba-lumba itu membuat telinga Soyeon sakit.
“Tapi kau tetap suka, kan?” Tawa Lucas kembali pecah, diikuti dengan suara mengaduh karena Soyeon menyerangnya dengan pukulan bertubi-tubi.


Pada akhirnya Soyeon tetap tidak mendapatkan solusi untuk masalahnya. Namun ia mulai menyadari kalau hidupnya tidak semembosankan yang ia pikirkan. Lucas ada benarnya, ia hanya membesar-besarkan masalah.


“Keringatmu menempel di tanganku semua nih. Menjijikkan!”
“Sudah tahu badanku sedang berkeringat, masih dipukuli juga. Akui sajalah kau memang sengaja ingin menyentuhku, kan?”
“Tidak perlu pura-pura kesal begitu. Aku sudah tahu, kok.”


Soyeon sudah tidak tahan lagi. Ia memukul kepala anak itu dengan sekuat tenaga. Lucas mengaduh, ia berusaha menahan serangan Soyeon.


Selama anak seperti Lucas ada di sekitarnya, tidak mungkin hidupnya akan biasa-biasa saja. Lucas dengan kepalanya yang penuh dengan pikiran ajaib tidak akan membiarkan hidupnya tanpa gejolak.



Fin.


Akhirnya... berhasil juga menuangkan isi kepala ke dalam bentuk tulisan begini. Huh, pertama-tama terimakasih untuk temanku sebut saja Angelina yang pengen banget suka ama seorang laki-laki yang akhirnya memberiku ide untuk menulis. Jadi ceritanya dia itu resah karena udah ngejomblo kelamaan dan pengen ngerasain jatuh cinta lagi *prikitiw*


Dan berhubung aku lagi suka sama *ehem* Lucas si degem yang rasa oppa, jadi aku pun meminjam visual dia untuk ff ini. Mungkin ada yang belum tau siapa itu Lucas, jadi aku kasih tau sedikit aja ya.. kalau mau lebih banyak browsing sendiri aja yaa..


Lucas ini member baru NCT bareng sama Jungwoo (kloningannya Taemin), coba kalian cek MV NCT U yang ‘BOSS’. Padahal dulu waktu jaman fangirlingan SUJU aku paling anti lirik-lirik idol yang umurnya lebih muda dari aku. Tapi sekarang setelah gak alay lagi *tapi berubah menjadi super alay* aku pun gak peduliin umur. Lucas, Jungwoo, Chenle, Mark mengubah hidupku. 


Kembali ke FF, oke jadi berhubung aku lagi sering liat NCT mungkin *baru mungkin* karakter ff yang kutulis akan meminjam visual mereka.  Jadi bersiap kedatangan dedek-dedek gemes yaaa..

Baiklah sekian untuk hari ini, terimakasih yang udah baca... sampai ketemu lagi ya.


Best regards, 

GSB



Comments

Popular Posts