Freeze #11 (I love you)




Baik Hana maupun Taeyong sama-sama tak menyebut soal kejadian semalam saat mereka sarapan keesokan paginya. Keduanya bersikap seolah tidak saling kenal. Jika saja ibu Hana tidak menyuruh mereka makan bersama, sudah pasti keduanya akan sarapan di kamar masing-masing.


ā€œAku mengundang temanku ke sini.ā€ Hana berkata tiba-tiba, tepat setelah keluhan ibunya soal mesin cuci yang mulai rusak berhenti. ā€œYah, tadinya aku berencana jalan-jalan dengan seseorang, tapi kelihatannya dia sibuk sekali.ā€ Hana melirik Taeyong dengan jengkel. ā€œLagi pula pelajaran sainsku ketinggalan satu bab. Dan setelah dipikir-pikir, kurasa belajar dengan teman sekolahku jauh lebih bermanfaat daripada jalan-jalan dengan orang yang tak tahu terima kasih.ā€


Ibu Hana mencium gelagat permusuhan antara dua anak di depannya tapi ia tak berkomentar. Di lain sisi, Taeyong mendengus. Itu alasan yang konyol, pikirnya. Kenapa tidak belajar dari Wooseok Hyung saja? Dia jelas-jelas ilmuwan. Hana yang mendengar dengusan mencibir itu praktis berpaling pada Taeyong dan menatapnya tak suka.


Taeyong balas menatapnya, lebih tak suka. Walaupun semalam ia sudah bertekad untuk minta maaf, tapi entah mengapa begitu melihat Hana pagi ini (yang bicara dengan nada sok soal teman sekolah dan menyebutnya tak tahu terima kasih), rasa kesalnya malah muncul lagi.


Saat tatapan benci mereka semakin intens, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar. Hana langsung berdiri dan bergegas membukakan pintunya. ā€˜Temanā€™ yang dimaksudnya sudah datang. Taeyong tak perlu menoleh untuk tahu siapa itu. Dia sudah bisa menebak dari aura menyebalkan di belakang punggungnya.


ā€œIbu, ini temanku, Lucas.ā€ Ibu Hana menoleh dan langsung berdiri, memberikan sambutan hangat seperti biasa.


ā€œTeman sekelas, ya?ā€ tanyanya antusias.
ā€œBukan, sih, tapi kelasnya persis di depan kelasku.ā€
ā€œBegitu? Memang pelajarannya sama?ā€
ā€œTentu saja sama. Kita kan sama-sama kelas 10. Lagi pula rumahnya dekat sini.ā€
ā€œOh ya? Di mana?ā€ Ibu Hana menoleh pada Lucas, yang berdiri menjulang di samping Hana. Namun pria itu tak memerhatikan. Matanya yang besar tak lepas dari Taeyong, terkagum-kagum seperti anak kecil.


Hana menyikut perutnya hingga pria itu tersadar. ā€œIbuku tanya rumahmu di blok apa?ā€ katanya, mengulangi pertanyaan sang ibu.


ā€œRumahku?ā€ Lucas terkejut dan langsung menoleh pada Ibu Hana, ā€œBlok F Nomor 9. Ada di sana,ā€ ia menunjuk ke Utara, ā€œDekat danau. Cat putih.ā€


ā€œOhh.. rumah itu sudah lama sekali kosong. Kau pasti baru pindah, ya?ā€
ā€œBenar. Keluargaku baru pindah dari Hongkong tahun lalu.ā€
ā€œPantas saja.ā€


Tahun lalu, kehidupan Hana sedang sangat berantakan. Ibunya koma dan dia menghabiskan beberapa bulan di rumah keluarga Lee dan sisanya di rumah singgah di Mungyeong. Jadi, saat Lucas pindah ke sini, rumahnya sedang kosong dan tak terawat seperti rumah hantu. Walaupun tinggal berdekatan, wajar saja mereka tak saling kenal lebih awal.


ā€œDan iniā€¦ā€ Hana mengenalkan Taeyong dengan enggan, ā€œsaudara jauhku.ā€


Taeyong mendelik pada Hana. Saudara jauh? Ia memutar mata. Oh terserah! Lalu kembali fokus pada makanannya. Mengabaikan kehadiran Lucas sama sekali.


ā€œDia memang orangnya lucu, suka bercanda, jadi sori sudah membuatmu bingung kemarin,ā€ tambah Hana.


Taeyong mendelik lagi. Sementara Lucas langsung mengangguk-angguk dengan muka berbinar seolah dibohongi Taeyong adalah sebuah kehormatan.


ā€œTak masalah,ā€ kata Lucas. Dia berdiri di samping Taeyong, kelihatan gugup dan bergairah seolah sedang fanmeeting dengan artis favoritnya. Dia tersenyum lebar sekali dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. ā€œSenang bertemu denganmu,ā€ katanya. Taeyong menatap tangan itu, lalu tanpa ragu-ragu mengangkat tangannya juga. Hana sontak terbeliak. Ia segera menyambar tangan Lucas dan menariknya ke tempat duduk.


ā€œDuduklah! Sarapan bersama kami.ā€ Hana menyambar piring dan gelas dengan gaduh, membuat Lucas terkejut.


ā€œTapi aku belum salaman..ā€
ā€œTidak usah!!ā€ Hana menjerit.


Semua orang di meja makan terkejut. Apalagi Lucas.


Sudut bibir Taeyong tertarik membentuk seringaian. Hana melotot padanya seolah berkata ā€˜apa yang kau lakukanā€™. Tapi Taeyong mengabaikannya. Aku tak salah, kan? Toh cowok tengil itu duluan yang mau menyentuhku. Biar saja dia rasakan sendiri sensasinya!


Hana lantas duduk di sebelah Lucas, kemudian mereka mulai mengobrol tentang sekolahnya. Taeyong yang tak mengerti dengan topik itu secara otomatis terasingkan. Pembicaraan itu lama-lama memudar di telinganya dan ia merasa meja ini makin lama makin panjang, dan jaraknya dengan semua orang makin lama makin jauh. Sekalipun sudah berusaha untuk memahami pembicaraan, pada akhirnya Taeyong tetap saja menyerah dan menarik diri. Pikirannya mengembara ke mana-mana dan baru kembali ke meja makan begitu Hana menyinggung soal ā€˜Lucas akan membantuku belajarā€™. Benar-benar omong kosong, pikirnya. Bagaimana bisa cowok petantang petenteng begitu mengerti sains?


ā€œKurasa sekolah lamaku melongkap materi tentang daur biogeokimia,ā€ kata Hana. ā€œAku benar-benar bengong saat lihat soalnya. Tapi untung saja Lucas bilang dia paham materi itu dan bersedia mengajariku.ā€ Lucas mengangguk-angguk, tapi ekspresinya benar-benar meragukan.


ā€œMemang di kelasmu muridnya bodoh semua ya sampai harus minta tolong anak kelas lain? Cowok seperti dia memangnya ngerti apa, sih? Dia bahkan tak bawa buku. Apa yang mau kalian pelajari?ā€ gumam Taeyong, matanya menatap tajam pada Lucasā€”yang malah balik menatapnya dengan senyum lebar, tidak nampak keberatan sama sekali.


Hana menggelengkan kepala dan memandang ibunya, seolah sedang berkata ā€˜lihat betapa tidak sopannya diaā€™. Ibu Hana mengerti tatapan itu dan menarik napas, hendak menegur Taeyong, tapi begitu ia melirik Lucas, ia langsung berubah pikiran. Wanita itu mengernyit, bertanya-tanya dalam hati kenapa dia tak bawa buku, dan mendadak berada di pihak Taeyong.


ā€œDia benar, Han. Kenapa temanmu tak bawa buku?ā€


Saat Hana membuka mulutnya, suara klakson panjang khas mobil Wooseok terdengarā€”Wooseok tak akan turun dari mobilnya barang sedetik pun jika tidak ada alasan penting. Taeyong pun berdiri tanpa mengacuhkan Hana. Ia hanya menoleh pada Nyonya Kim seolah wanita itu adalah satu-satunya orang di ruangan ini, ā€œAku akan tanya Wooseok Hyung bagaimana caranya betulkan mesin cuci.ā€


Ibu Hana langsung tersenyum sambil memegangi dadanya. Nampak terharu sekali.


ā€œTerima kasih,ā€ katanya manis. Rasanya, sekalipun Taeyong pada akhirnya tak bisa membetulkan mesin cucinya, Ibu Hana tetap akan berterima kasih dan mengagumi pria itu sepenuh hati. Sebab menurutnya, seorang Taeyong (yang tak tahu-menahu soal mesin cuci) memiliki inisiatif untuk menawarkan bantuan saja sudah manis sekali.


Taeyong melirik Hana sekilas, kemudian berkata dengan sinis, ā€œEntah apa yang akan kalian pelajari tapi yahā€¦ selamat belajar,ā€ lalu berjalan keluar.


ā€œWoah, dia keren sekali,ā€ gumam Lucas.
ā€œKeren?ā€ Hana menoleh padanya tak habis pikir. ā€œKau sadar tidak sih dia menghinamu?ā€
ā€œTapi kan dia tak salah, Han. Aku memang tak bawa buku.ā€
ā€œKenapa kau tak bawa buku?ā€
ā€œAku sudah cari tapi tak ada,ā€ kata Lucas enteng. Ia menyumpit sepotong ayam goreng ke piringnya lalu mengusulkan dengan tampang cerah, ā€œApa sebaiknya belajarnya besok saja? Ayo jalan-jalan!ā€


ā€œLucas ya ampun! Aku mau belajar!ā€
ā€œIni hari Minggu.ā€
ā€œDua bulan lagi sudah kenaikan kelas!!ā€
ā€œBenar. 60 hari itu waktu yang lama.ā€
ā€œBagaimana jika aku tidak naik kelas!!ā€
ā€œAku akan tidak naik kelas bersamamu.ā€
ā€œJangan bercanda! Kau sudah janji semalam!ā€ seru Hana. ā€œKau sudah janji mau mengajariku.ā€
ā€œIya, sih. Tapi kanā€¦ā€
ā€œKita akan belajar,ā€ tandas Hana final. Sang ibu yang duduk persis di depan Hana memandang mereka berdua dengan heran, kemudian menggelengkan kepala dan berdiri sambil membawa piring kotor. Lucas tampak sangat meragukan di matanya. Mustahil rasanya membayangkan pria itu mengajari anaknya soal apa pun. Apalagi sains.



**********



Taeyong merasa lebih tenang begitu tiba di lab. Dia duduk di kursi putar dengan lima buah plester di kepalanya, semuanya tersambung dengan kabel putih panjang yang menjuntai hingga ke komputer Ghana. Pada semua orang di lab, Taeyong berkeluh kesal tentang kehidupannya sepanjang hari kemarin sampai pagi tadi, soal Lucas yang menyebalkan, soal Hana yang jauh lebih menyebalkan.


ā€œUh, Lucas? Bukankah itu nama lain dari Lucifer?ā€ cetus Howon.
ā€œApa itu Lucifer?ā€
ā€œDalam tradisi Yudeo-Kristen, Lucifer merupakan sosok malaikat agung yang jatuh dari surga karena memberontak melawan Tuhan,ā€ jelas Howon seraya membenarkan letak kacamatanya.


ā€œIntinya dia iblis.ā€ Ghana menyahut dari balik komputernya.


Taeyong terbeliak. ā€œJadi maksud kalian Hana berteman dengan iblis?ā€


ā€œBisa jadi.ā€ Ghana tertawa. Howon ikut cekikikan. Semua orang nampak terhibur sekali melihat wajah cemas Taeyong dan terus mempermainkannya.


Wooseok memutar mata dengan bosan. ā€œKau tak boleh percaya dengan semua yang mereka katakan. Dalam bahasa Afrika-Amerika, Lucas artinya cahaya.ā€ Wooseok menatap Ghana dan Howon dengan pandangan mencela, ā€œbukan iblis.ā€


ā€œYeah, okeā€¦ terserah. Yang pasti aku benar-benar benci.ā€ Taeyong mendengus. ā€œHarusnya aku yang mengajarkan sains padanya. Harusnya aku yang mengajarkan daur begokimia itu.ā€


ā€œKalau begitu ajarkanlah padanya! Aku akan mengajarimu lalu kau bisa mengajarinya.ā€
ā€œSungguh?ā€
ā€œYa, tentu!ā€ sahut Wooseok. ā€œTapi masalahnya aku tak ingat ada materi seperti itu di SMA.ā€ Ia menoleh pada keempat rekannyaā€”yang dengan kompak menggeleng tak tahu menahu.


ā€œKau yakin namanya Begokimia?ā€ tanya Wooseok skeptis.
ā€œAku juga tak tahu.ā€ Taeyong putus asa. ā€œYa ampun! Lihat betapa payahnya aku! Sebut nama materinya saja tidak bisa apalagi mengajari Hana.ā€


ā€œOh, maksudnya daur biogeokimia,ā€ kata Howon tiba-tiba, baru saja mengecek di internet. Ia menggulirkan jemarinya di atas layar, menelaah semua informasi dalam website tersebut, kemudian mengangguk seolah sudah menghapal semuanya. ā€œIni mudah. Aku bisa ajari.ā€


ā€œYang benar?ā€
ā€œIya.ā€
ā€œHebat!ā€ Taeyong nampak bergairah. Nyaris melompat berdiri dari kursinya jika saja Maria tidak menahan pundaknya dari belakang.


ā€œOke, masalah Hana sudah selesai. Aku hanya perlu berdoa semoga Lucas tidak mengajarkan apa-apa padanya. Tapi ada masalah lain.ā€ Semua penghuni lab menoleh, memerhatikan Taeyong penuh simpati, berpikir kenapa anak ini banyak sekali masalahnya. ā€œApa ada dari kalian yang mengerti mesin cuci?ā€ 


ā€œMesin cuci?ā€ ulang Wooseok heran.
ā€œYa. Mesin cuci di rumah Hana airnya tidak lancar.ā€
ā€œWow. Apa Nyonya Kim menyuruhmu melakukan ini?ā€ Wooseok nampak tak terima. Ada nada menuduh dalam suaranya.


ā€œTidak. Tidak, aku cumaā€¦ mau bantu.ā€ Suara Taeyong terus mengecil. Semua orang di lab memandangnya dengan aneh, kenapa kau harus peduli dengan mesin cuci orang lain? ā€œKalau kalian tidak tahu tidak masalah, kok. Tak usah menatapku begitu.ā€


ā€œYa ampun, dia polos sekali. Kalau aku punya anak perempuan, aku akan nikahkan anak ini dengannya.ā€
ā€œLebih baik kau cari calon buatmu dulu,ā€ sahut Jia. Ghana melotot padanya sementara yang lain tertawa.


Taeyong mendecak. ā€œAku serius, apa yang salah dari membantuā€¦ā€


ā€œCalon mertuamu?ā€ sela Wooseok, memandangnya usil. ā€œKau pasti sangat menyukai Hana, ya?ā€


Taeyong tak langsung menjawab. Ia memikirkan perasaannya selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk menggeleng, ā€œDibanding suka, aku justru kesal sekali padanya akhir-akhir ini.ā€


ā€œYa ampun, kenapa sih dia terus terang sekali?ā€ Maria menggeram gemas.
ā€œKesal kenapa?ā€ tanya Wooseok serius. ā€œKarena dia dekat dengan Lucas?ā€


Taeyong mengangkat bahu, menolak mengakui hal itu. ā€œAku cuma kangen kami yang dulu, saat yang ada hanya aku dan dia, dan kamar kecilku di gedung terlarang. Sekarang semuanya sudah beda. Dia punya kehidupan baru dengan orang-orang baru, dan aku tak suka. Aku tak suka melihatnyaā€¦ tak bersamaku.ā€ Taeyong bisa merasakan dadanya bergemuruh.


ā€œAku percaya Lucas dan Hana cuma berteman.ā€ Wooseok berusaha menghibur.
ā€œSebelum ada Lucas, aku sudah jadi temannya duluan.ā€
ā€œAku mengerti. Tapi masa hanya karena Hana berteman denganmu duluan dia jadi tak boleh punya teman lain?ā€


ā€œAku tak bilang dia tak boleh punya teman lain,ā€ kata Taeyong. ā€œAku cuma berharap dia lebih sayang padaku.ā€


Ghana, Maria dan Jia tanpa aba-aba ber-ooh panjang, sementara Wooseok dan Howon saling berpandangan dengan jijik.



**********



Mobil Wooseok baru memasuki komplek perumahan Hana pukul 7 malam. Tak seperti biasanya, hari ini justru Taeyong lah yang sengaja berlama-lama di lab. Ia takut jika ia pulang lebih awal, Lucas masih ada di dalam rumah dan ia terpaksa harus melihatnya lagi. Sangat tidak nyaman melihatnya, sungguh. Apalagi saat Taeyong tahu pria itu lebih unggul darinya dalam berbagai hal.


ā€œTrims,ā€ kata Taeyong singkat sambil membuka kunci pintu mobil. Namun Wooseok segera menekan tombol otomatis di sebelahnya hingga pintunya terkunci lagi.


Taeyong mengerutkan kening, ā€œApa?ā€


ā€œAku punya sesuatu untukmu.ā€


Kerutan di kening Taeyong makin dalam. Terlebih saat Wooseok mengulurkan badannya ke jok belakang dan mengambil sebuah kotak. Ia mengulurkan kotak itu pada Taeyong.


ā€œBukalah,ā€ suruhnya.


Perlahan, Taeyong membuka kotaknya dan melihat sebuah gelang yang tampak didatangkan langsung dari masa depan. Warnanya perak seperti besi, tapi saat Taeyong mengangkatnya, gelang itu ternyata ringan sekali. Ada segaris kaca plastik yang melingkar di tengahnya. Taeyong memerhatikan benda itu selama beberapa saat sebelum menoleh pada Wooseok tak mengerti.


ā€œGelang? Kau kasih aku gelang?ā€
ā€œPakailah dan kau akan mengerti.ā€


Meski keheranan, Taeyong tetap menuruti perintah Wooseok dan memakainya. Ia menunggu, memandang ke depan dan ke samping, lalu memandang gelangnya lagi. Tak ada yang terjadi. Tak ada sesuatu yang muncul tiba-tiba. Tak ada hal spesial yang ia rasakan. Tak ada perubahan. Tak ada apa-apa.


Melihat Taeyong kebingungan, Wooseok mendenguskan tawa, lalu mengulurkan tangannya. ā€œMau jabat tangan denganku?ā€


ā€œYeah?ā€ Taeyong menjabatnya dengan wajah penuh tanda tanya. ā€œOkay, kurasa ini terlalu lama,ā€ katanya setelah lewat 5 detik.


ā€œTidak.ā€
ā€œBegitu? Memangnya ini gelang penahan dingin atau apa?ā€ gurau Taeyong.
ā€œEntahlah, belum kuberi nama,ā€ balas Wooseok. ā€œTapi kuharap kau menamainya dengan sesuatu yang lebih futuristik. Cold holder, atau bracecold?ā€


ā€œWow, tunggu! Itu artinyaā€¦ā€
ā€œAku masih menggenggammu. Coba pikir sendiri apa artinya.ā€
ā€œKau tidak kedinginan?ā€
ā€œTidak.ā€
ā€œSerius?ā€
ā€œYa.ā€


Mata Taeyong perlahan-lahan membelalak. ā€œA-apa ini artinya aku sembuhhhh???ā€


ā€œAku tak yakin kau bisa menyebutnya begitu. Maksudku, kau tetap dingin. Namun gelang ini menahannya di dalam tubuhmu. Jadiā€¦ā€


ā€œYa ampun!! Aku sembuhhhh!!!ā€ teriak Taeyong. Jelas tak mendengarkan.


Wooseok menghela napas penuh rasa sabar, ā€œOkay, aku mohon padamu dengarkan aku! Aku senang melihatmu begini. Tapi kau harus tahu, aku membuat gelang ini hanya dalam waktu semalam. Aku belum tahu apa kekurangan dari alat ini jadi...ā€


Taeyong nampaknya tak begitu peduli dengan semua perkataan Wooseok dan langsung melompat untuk memeluknya.


ā€œKau manusia terkeren di dunia. Kalau aku punya anak perempuan aku pasti sudah menikahkannya denganmu!ā€


Wooseok menepuk-nepuk punggung Taeyong sambil tertawa. ā€œKau belajar terlalu banyak dari anak-anak di lab.ā€



**********



Taeyong memasuki rumah dengan wajah semringah. Ia mendengar suara di dapur dan langsung menghampirinya tanpa peduli apa suara itu berasal dari Hana atau ibunya. Yang pria itu butuhkan sekarang hanyalah seseorang untuk berbagi kebahagiaan.


Begitu Taeyong mendekat, ia mengetahui bahwa seseorang tersebut adalah Hana. Sedang berdiri membelakanginya sambil mengaduk cokelat panas di konter dapur.


ā€œHei,ā€ kata Taeyong.


Hana berbalik. ā€œHei,ā€ katanya.


Taeyong benar-benar lupa akan pertengkaran kemarinā€”atau pagi iniā€”ia langsung bicara dengan penuh semangat. ā€œAda sesuatu yang mau kutunjukkan padamu.ā€


Namun nampaknya Hana belum lupa. Ia memandang Taeyong tanpa minat, kemudian menggeleng sambil mengangkat gelas cokelatnya. ā€œAku agak sibuk. Harus belajar.ā€


ā€œBukankah kau sudah belajar dari pagi?ā€
ā€œTidak. Dia tiba-tiba ditelepon atau apalahā€¦ harus latihan baseball.ā€ Hana mendengus membayangkan betapa buruknya acting Lucas. Kalau memang pria itu tidak mau mengajarinya, kenapa kemarin malam ia setuju untuk datang ke rumahnya? Tadi, setelah sarapan, persisnya ketika Hana membuka bukunya, tiba-tiba Lucas mengangkat ponselnya yang tidak berdering sama sekali, lalu mulai bicara sendiriā€¦ ā€˜ohhh, oke, oke... aku segera ke sanaā€™.  Ia lantas bicara panjang lebar, memberikan alasan yang tak masuk akal kepada Hana. Hana tentu saja tak percaya, tapi apa gunanya menahan pria itu di sini. Jadi dia hanya mengangguk dan Lucas pun buru-buru pergi.


ā€œBagus,ā€ cetus Taeyong refleks. Senyumnya melebar.
ā€œBagus?ā€ Hana memicing padanya. ā€œAku bisa tak naik kelas dan kau bilang itu bagus?ā€


Taeyong tersadar dan langsung menggelengkan kepala, kemudian berusaha meralat ucapannya. ā€œTidak, tidakā€¦ Maksudku, bagus aku pulang tidak terlalu malam, jadi aku bisa mengajarimu.ā€


Hana tersenyum pahit, ā€œYeah, tentu,ā€ katanya, lantas berjalan begitu saja melewati Taeyong menuju kamarnya. Namun Taeyong tak tinggal diam. Ia menangkap tangan Hana dengan cekatan, ā€œHan, aku bisa. Seorang Hyung di lab sudah mengajariku. Sekarang aku sudah paham soal daur biogeokimia.ā€ Taeyong bangga sekali begitu berhasil menyebutkan ā€˜biogeokimiaā€™. Ia butuh 20 menit sendiri hanya untuk mengejanya.


Hana nampak terkejut, bukan karena ucapan Taeyong, melainkan hal lain. ā€œKenapa aku tidak merasakannya?ā€ tanya Hana penuh antisipasi. ā€œKenapa aku tidak merasa dingin?ā€


ā€œAh, benar!ā€ Taeyong tersenyum semringah lagi. ā€œItu yang mau kukatakan, Han.ā€ Ia menunjukkan gelangnya. ā€œWooseok Hyung membuatkan ini untukku.ā€


ā€œOh, astaga!ā€ Hana membekap mulutnya. Ia menatap Taeyong dengan takjub dan jelas sekali pupil matanya melebar. ā€œIni luar biasa. Ya ampun, aku bahagia sekali untukmu. Selamat.ā€


ā€œTerima kasih.ā€ Melihat reaksi Hana yang seperti itu, Taeyong jadi sepuluh kali lipat lebih bahagia. ā€œJadi bagaimana? Mau kuajari sekarang? Tentang daur biogeokimia?ā€


ā€œKau sungguh mengerti?ā€
ā€œYa. Aku sudah menghapal daur fosfor, daur sulfur, daur air dan fungsinya untuk bumi. Aku menghapal semuanya saat orang-orang makan siang.ā€


Hana merasa benar-benar tidak enak. Ia bergeming, memandangi Taeyong, berpikir kenapa cowok ini mau menghapal semua itu hanya untuknya? Hana merasa Taeyong memperlakukannya terlalu spesial, dan perasaan itu membuatnya tersipu sendiri.


ā€œHan?ā€
ā€œOh.ā€ Hana tersadar. ā€œYeah, aku.. akan ambil bukunya dulu. Kau tunggu di meja depan saja. Kita belajar di sana.ā€


ā€œSebenarnya aku punya tempat belajar yang lebih bagus.ā€
ā€œOh, ya? Di mana?ā€
ā€œDi atap?ā€ kata Taeyong ragu.
ā€œAtap?ā€ ulang Hana kaget. ā€œMemangnya kita bisa duduk di atap?ā€
ā€œYa. Ada bagian datar di sebelah kiri.ā€ Taeyong menunjuk ke atas, ke area di atas kulkas. ā€œKalau kau mau, aku akan mengeceknya dulu. Akan kubersihkan kalau ternyata tertutup salju.ā€


Hana merasa aneh sekali karena Taeyong yang baru menetap 3 hari lebih mengetahui seluk beluk rumah ini daripada pemiliknya sendiri.


Karena Hana tak kunjung menjawab, Taeyong pun bertanya dengan hati-hati. ā€œApa kau takut ketinggian?ā€


ā€œTidak.ā€
ā€œKalau begitu kita sepakat?ā€
ā€œYa, ya tentu.ā€
ā€œHebat. Aku akan lihat ke atas.ā€
ā€œDan aku akan ambil bukunya.ā€
ā€œBagus.ā€
ā€œYa.ā€



**********



ā€œTerkait daur nitrogen, sebelumnya kau harus tahu dulu dalam nitrogen terdapat senyawa organik seperti protein dan urea, juga senyawa anorganik seperti nitrat, nitrit dan amonia. Tahapan terjadinya daur nitrogen persis seperti yang tertulis di bukumu ini,ā€ kata Taeyong, menunjuk gambar di buku Hana. ā€œPertama nitrogen ditransfer dari atmosfer ke dalam tanah, kemudian selanjutnya yang akan berperan adalah makhluk hidup. Misalnya kalau ada hewan atau tanaman yang mati, makaā€¦ā€


Taeyong dengan serius menjelaskan, menunjuk gambar di bukunya dan bicara tanpa putus. Hana diam-diam menoleh memandangnya, terpesona luar biasa. Taeyong sudah mengajarinya banyak sekali. Buku catatannya sudah penuh dengan tulisan-tulisan dan buku paketnya warna-warni dengan stabilo. Taeyong menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami ketimbang bahasa di buku. Juga menambahkan informasi tambahan yang tak tertulis di sana.


Mereka (fosfor) sebenarnya dikelompokkan jadi dua, yang ini dan ini (ia menunjuk air dan tanah) disebut senyawa fosfat anorganik, dan ini (hewan dan tumbuhan) disebut senyawa fosfat organik.


Sebenarnya kelangsungan bumi itu tergantung sekali pada daur biogeokimia. Kalau siklus ini hancur, maka tamatlah kita.


Setelah selesai menjelaskan, Taeyong menoleh pada Hana dan tanpa sengaja hidung mereka beradu. Hana terkejut dan menarik kepalanya, begitu pun Taeyong. Wajah mereka merona sekali dan keduanya tertawa malu. Tak sadar kalau ternyata jarak mereka sedekat itu.


ā€œTerima kasih,ā€ kata Hana pelan, bergeser menjauh. ā€œKau hebat sekali.ā€
ā€œItu bukan apa-apa.ā€ Taeyong mengusap tengkuknya.
ā€œTidak, sungguh, kau mengagumkan. Maksudku, ini tidak mudah dan kalau seandainya Lucas benar-benar memahami materi ini dan mengajariku tadi pagi, semua yang kau pelajari tak akan ada gunanya.ā€


ā€œTidak, Han, sungguh, aku suka belajar. Lagi pula Hyung-ku di lab bilang kalau di dunia ini tak ada ilmu yang sia-sia. Aku senang sekali bisa mengetahui semua siklus dan senyawa yang ada di alam.ā€ Taeyong menoleh pada Hana sambil tersenyum lembut, ā€œSemua ini berkatmu. Makasih, ya.ā€


Hana langsung berpaling, tubuhnya bergetar dan mukanya makin merah lagi. ā€œUntuk apa terima kasih padaku!ā€


Taeyong tertawa pelan, tak mengalihkan pandangannya dari Hana. Dia manis sekali kalau sedang malu-malu. Taeyong merasa pengorbanannya mempelajari fosfor dan nitrogen dan keseluruhan daur biogeokimia ini terbayar lunas.


ā€œOkay, berhubung situasinya bagus, aku akan minta maaf dengan benar,ā€ kata Hana tiba-tiba. Ia memutar tubuhnya dan menatap Taeyong dengan serius. ā€œMaafkan aku karena tak bisa tepati janji. Harusnya aku menolak ajakan Lucas untuk makan Sushi tapi aku agakā€¦ kau tahu, terbuai? Rasanya lama sekali sejak terakhir aku punya teman sekolah, dan harus kuakui dia memang menyenangkan, dan sangat lucu, danā€¦ā€ Taeyong mulai jengah, ā€œTidak, tidak, dengarkan aku. Aku berpikir pada akhirnya kau akan kembali ke Mungyeong dan aku akan sendirian lagi. Dan aku tak mau kehilangan Lucas. Aku tak mau kehilangan teman sekolahku. Jadi aku berpikir, oh aku akan makan sushi dengannya lalu pulang secepat mungkin dan makan malam lagi denganmu. Tapi ternyata kami lupa waktu.ā€


Taeyong memutar mata. Fakta bahwa Lucas membuat Hana lupa waktu membuatnya makin kesal lagi. ā€œOke intinya?ā€


ā€œIntinya aku menyesal,ā€ sahut Hana. ā€œMaaf sudah membuatmu kecewa dan maaf karena tidak mendahulukan janjiku padamu sebelum jalan dengannya.ā€


ā€œKau dimaafkan,ā€ balas Taeyong tanpa berpikir. ā€œReaksiku kemarin juga berlebihan. Seharusnya aku tidak menyuruhmu enyah. Itu kasar sekali. Lagian ini rumahmu.ā€


ā€œOkay, jadi kita sudah baikan?ā€
ā€œYeah.ā€
ā€œBagus. Sekarang, walau agak telat, sesuai janjiku, aku akan bacakan komik untukmu.ā€


Mata abu-abu Taeyong yang selalu nampak dingin itu langsung membelalak dan berbinar seperti kristal. ā€œSungguh?ā€


ā€œYa. Tentu. Atau kau mau baca sendiri? Sepertinya kau sudah sangat fasih sekarang,ā€ goda Hana.
ā€œTadi aku cuma menghapal gambar senyawanya, Han,ā€ kata Taeyong merana. ā€œKemampuan membacaku masih payah. Please, bacakan untukku!ā€


Hana terkikik, lalu mengeluarkan gulungan komik Spider Man seri 14 dari saku celananya. Ia sudah menyiapkannya di meja belajar sejak kemarin lusa dan barusan, sembari mengambil buku sainsnya, tanpa memikirkan apa-apa ia langsung menyambar komik itu dan memasukkannya ke kantong. Insting yang bagus sekali, karena ternyata komiknya terpakai.


ā€œKau yakin tidak apa-apa? Bukankah besok kau sekolah?ā€
ā€œYa, besok aku sekolah, tapi tidak masalah. Ini cuma 1 seri, tidak akan lama. Aku akan langsung tidur setelah ini.ā€


Taeyong mengangguk. "Baiklah."


Hana pun mulai membaca dan Taeyong mencondongkan kepalanya untuk melihat gambarnya. ā€œDalam satu minggu, kalian akan datang ke sini dan menjadi pahlawan super. Ini adalah presentasi lisan. Laporan lisan. Masing-masing dari kalian akan maju ke depan kelas sebagai karakter. Kalian akan menggambarkan siapa karakter kalian dan apa yang kalian lakukan. Kalian bisa mengarang karakternya sendiri atau menggunakan salah satu yang nyata, yang suka muncul di sekitar Madison Avenue, misalnya. Kalian bisa tentukan sendiri mau jadi karakter baik atau jahat. Tapi kalian harus menceritakan kenapa karakter kalian seperti itu dan apa arti kekuatan kalian bagi kalian. Kalian bahkan bisa jadi mutan kalau mau. Terakhir, jika butuh bantuan, datanglah padaku. Ada pertanyaan?ā€


ā€œYeah, Han. Aku ada.ā€ Taeyong mengangkat tangannya. Hana terkekeh pelan. Pertanyaan tadi diajukan oleh guru di kelas Peter Parker kepada muridnya. Namun Taeyong nampaknya terlalu terbawa suasana.


ā€œDan pertanyaanmu adalah?ā€ tanya Hana.
ā€œApa kau kedinginan?ā€


Hana mengerutkan kening, ā€œYah, lumayan, ini kan musim dingin. Memangnya kenapa? Apa kau kedinginan juga? Apa kita sebaiknya turun saja?ā€


ā€œTidak, tidak, maksudku, mungkin sebaiknya kau duduk lebihā€¦ dekatā€¦ padaku. Kau tidak lupa, kan? Aku sudahā€¦ kau tahu, normal. Dan kurasa, dengan begitu aku bisaā€¦ lihat gambarnyaā€¦ lebih jelas,ā€ kata Taeyong kaku.


ā€œOkay.ā€ Hana menggeser posisinya. ā€œSekarang bagaimana?ā€


Taeyong beringsut semakin dekat lagi. ā€œYeah, sempurna.ā€


Hana tak tahu apa ia bisa membaca dalam kondisi seperti ini. Jantungnya berdebar kencang sekali dan mukanya terasa panas. Taeyong duduk terlalu dekat dengannya. Jika ia menggerakkan punggungnya sedikit saja, ia akan mengenai dada pria itu.


Sambil menahan debaran jantungnya, Hana lanjut membaca. Walau awalnya canggung, namun tak butuh waktu lama, mereka mulai tenggelam kembali dalam cerita.


ā€œClifford, Sayang, aku pergi dulu, teriak ibunya dari bawahā€¦ Terserah, gumam Clifford dari tempat tidur. Ia menatap langit-langit, membayangkan betapa miripnya karakteristik Spider Man dengan teman sekelasnya, Peter, dan perlahan-lahan semuanya mulai jelas. Peter yang pecundang dan kutu buku tiba-tiba menjadi jagoan. Dia handal bermain basket dan jago berkelahi, cowok kurus itu bahkan mampu mengalahkan Clifford yang bertubuh jauh lebih besar darinya dengan begitu mudah, semuanya setelah ia digigit laba-laba saat kunjungan ke lab. Whoa, gumamnya tak percaya, pada akhirnya semua renungan panjangnya berakhir dalam satu kesimpulan.ā€


Hana menutup komiknya dan baru sadar dengan posisi mereka sekarang. Ia benar-benar tengah bersandar nyaman di dada Taeyong dan dagu pria itu persis ditumpangkan di puncak kepalanya.


Hana perlahan-lahan mendongakkan kepala dan ternyata Taeyong pun tengah menunduk menatapnya.


ā€œClifford sudah tahu jati diri Peter,ā€ kata Taeyong, lebih seperti gumaman. Matanya sayu sekali dan dia terlihat seperti malaikat di bawah cahaya bulan.


ā€œYeah.ā€
ā€œSeri selanjutnya akan seru sekali.ā€
ā€œBenar.ā€


Mereka saling bertatapan selama beberapa saat sebelum akhirnya Taeyong merendahkan wajahnya dan mencium bibir Hana.



**********



Wooseok terhuyung menuju nakas. Ia sudah mengabaikan kira-kira 10 panggilan, namun dering ponselnya tak kunjung berhenti. Siapapun peneleponnya itu sungguh keras kepala.


ā€œHalo?ā€ kata Wooseok serak, tanpa mampu melihat nama peneleponnya terlebih dahulu. Ini masih jam setengah 2 pagi dan matanya serasa direkatkan dengan lem super.


[LEE WOOSEOK!!! Aku tahu Taeyong sudah siuman! Cepat bawa dia pulang sekarang juga!!!] Itu suara Bunda Sejeong. Wooseok serta merta terbelalak.


ā€œD-dari mana kau tahu?ā€
[Jadi itu benar? Taeyongku sudah siuman? Oh, syukurlah! Aku tak bisa tidur berhari-hari karena memikirkannya. Aku nyaris gila malam ini karena merindukan anakku!]


Wooseok mengusap mukanya sambil mengumpat pelan. Dia baru saja dijebak.


[Kenapa kau membohongiku! Beraninya kau membohongiku! Di mana dia? Aku mau bicara dengannya.] Suara Bunda Sejeong semakin lama semakin tinggi. Telinga Wooseok berdengung pengang.


ā€œTaeyong tak di sini. Dia di rumah Hana,ā€ katanya sambil mengusap telinga.
[Bawa dia pulang sekarang juga!]
ā€œTidak bisa. Mobilku sedang di bengkel.ā€ Wooseok berbohong. ā€œAku akan memulangkannya lusa.ā€
[Kau kira setelah semua ini aku akan percaya padamu, hah? Dasar! Kuberi kau waktu sampai besok siang, jika kau tak memulangkan Taeyong, aku bersumpah akan menjemputnya sendiri.]


Wooseok menggaruk pelipisnya. Timnya masih membutuhkan Taeyong di lab. Dia tak bisa memulangkannya dulu. Tapi di sisi lain suara Bunda Sejeong sangat menyeramkan hingga membuatnya bergidik.


ā€œKubilang mobilku di bengkel. Kalau Anda mau Taeyong dibawa pulang dengan bus sih tak masalah, tapi orang-orang pasti akan menatapnya dengan curiga. Coba pikirkan risiko dan keselamatannya! Tapi terserah. Itu kan anak Anda.ā€


[Oh, ilmuwan pandai! Mengaranglah sesukamu! Aku tak akan percaya! Biar kuulangi sekali lagi! Kau kuberi waktu sampai besok, jika sampai tak datang, maka aku bersumpah akan ke sana. Dan demi Tuhan, aku tak akan memaafkanmu.]


Wooseok benar-benar ketakutan, ā€œK-kau tak tahu aku tinggal di mana.ā€


[Tentu saja aku tahu. Keluargamu sudah jadi penyumbang rutin untuk rumah singgah selama berbulan-bulan, mana mungkin aku tak tahu!]


Wooseok mengusap mukanya lagi. Ia mengerang tanpa suara. Tak punya pilihan lain. ā€œBaiklah. Iya, iya, akan kubawa dia pulang.ā€



**********



Hana berpakaian secepat kilat keesokan harinya dan meninggalkan rumah tanpa sarapan. Dia ketiduran di atap, dan bangun saat langit sudah cerah. Taeyong turut bangun bersamanya, tapi mereka tak bicara sepatah kata pun. Hana bahkan tak melirik Taeyong lagi saat turun karena wajahnya terus tersipu.


Sama seperti Hana, Taeyong pun sama tersipunya. Ia terbangun dengan Hana di pelukannya. Dan setiap melihat wajah gadis itu rasanya seperti menciumnya lagi. Akhirnya, karena tahu mereka sedang sama-sama malu, Taeyong menunggu Hana berangkat sekolah dulu sebelum turun ke dalam rumah. Ia bertemu ibu Hana di dapur dan memberitahunya soal gelang dari Wooseok. Wanita itu langsung memeluknya erat sekali sampai ia tak bisa bernapas.


Setelah itu, Taeyong mengecek mesin cuci yang rusak dan mencoba membenarkannyaā€”hanya berbekal kata-kata Howon soal saluran filter dan beberapa video yang diperlihatkannya di youtube.


ā€œKau yakin bisa?ā€ kata ibu Hana, nampak ragu sekali melihat Taeyong menggunakan tang lancip untuk melepaskan filter.


Walau cara Taeyong memegang tang kelihatan kikuk, dan pembawaannya sangat tidak meyakinkan, pada akhirnya filternya berhasil terlepas. Taeyong menoleh pada ibu Hana dan tersenyum, ā€œYa, aku bisa. Lihat! Masalahnya di sini.ā€ Taeyong mengacungkan filternya yang kotor, kemudian menjelaskan, ā€œkarena tersumbat kotoran, airnya jadi tidak lancar.ā€


Ibu Hana menepukkan tangannya dengan kagum, ā€œYa ampun, ternyata begitu.ā€


ā€œBiar kubersihkan dulu.ā€


Setelah filternya dipasang kembali, ibu Hana langsung mencoba menyalakan mesin cucinya, lantas bersorak senang begitu melihat airnya mengalir deras seperti sedia kala. Ia langsung memeluk Taeyong lagi.


Setelah itu, dengan rasa bangga tiada tara, Taeyong berjalan ke kamarnya untuk mandi. Dia terus membayangkan betapa sempurnanya 10 jam terakhir ini, betapa bergunanya dia bagi Hana dan ibunya, serta betapa menyenangkannya bisa leluasa bersentuhan dengan orang-orang. Ibu Hana tak berhenti mengacak rambutnya dengan gemas setiap kali ia melakukan apa pun. Walaupun itu agak aneh, tapi Taeyong amat menikmatinya. Dia amat menikmati cara kerja tubuhnya yang sekarang. Dia amat menikmati menjadi normal. Taeyong berpikir akan sesempurna apa jadinya andai ia bisa memberi tahu ibu kandungnya juga soal ini. Taeyong benar-benar tak sabar untuk kembali ke Mungyeong dan memeluk ibunya dengan layak.


Setelah menyisir rambut, Taeyong keluar kamar dan terkejut begitu melihat Wooseok di meja makan. Pria itu tengah bicara serius dengan ibu Hana dan saat mendengar suara pintu, keduanya serentak menoleh pada Taeyong, menatapnya dengan pandangan tak biasa.


ā€œAda apa?ā€ tanya Taeyong. Perasaannya tidak enak.


Ibu Hana berdiri dan memeluknya untuk yang ketiga kali dalam sejam terakhir. ā€œAku akan sangat merindukanmu.ā€


Taeyong mengerutkan kening, kemudian menoleh pada Wooseok menuntut penjelasan. ā€œKita akan ke Mungyeong hari ini. Ibumu sudah tahu semuanya.ā€


Taeyong terperangah. Mungkin ia memang ingin memberi tahu ibunya soal ini tapi maksudnya tidak sekarang. Doanya dikabulkan terlalu cepat.


Wooseok berdiri. ā€œKalau kau sudah siap, kita akan pergi sekarang.ā€


ā€œSebaiknya aku ganti baju dulu dengan bajuku.ā€ Taeyong menunduk pada kaus birunya. ā€œIni punya ayah Hana.ā€


ā€œTidak apa-apa kalauā€¦ā€
ā€œTidak, Tante. Aku akan ganti baju,ā€ sela Taeyong, lantas masuk lagi ke dalam kamarnya.


Taeyong keluar 5 menit kemudian dengan sweter putih dan jins abu-abu pudarnya, lalu sekali lagi berpamitan pada Ibu Hana.


ā€œBisakah kita ke sekolah Hana dulu?ā€ tanya Taeyong begitu mobilnya keluar dari komplek perumahan. ā€œAku mau pamit dengannya.ā€


Wooseok melirik arlojinya, kemudian mengangguk.



**********



Mereka tiba di sekolah Hana dan menunggu di mobil sampai jam istirahat. Begitu bel berbunyi, Taeyong langsung keluar dan berjalan di koridor sementara nyaris semua orang menoleh padanya dengan tatapan terpana. Taeyong sudah belasan kali membalas sapaan ā€˜heiā€™ malu-malu dari semua gadis yang berpapasan dengannya, lalu mendengar mereka semua terkikik kegirangan di belakangnya. Taeyong melihat nyaris semua orang tersenyum padanya dan terheran-heran. Ia heran melihat betapa ramahnya orang-orang di sekolah Hana, dan gadis itu malah memilih berteman dengan cowok seperti Lucas.


ā€œAda yang bisa kubantu?ā€
ā€œAtau aku?ā€
ā€œAku juga bisa bantu.ā€
ā€œAku juga mau bantu.ā€
ā€œAku saja yang bantu.ā€


Sekitar 6 orang gadis tiba-tiba saja berkerumun di sekeliling taeyong dan bersahut-sahutan menawarkan bantuan.


ā€œOh, ya, bisa panggilkan Hana?ā€ kata Taeyong.
ā€œHana siapa?ā€ Salah satu dari mereka menyahut.
ā€œDia kelas 10.ā€
ā€œKelas 10-1 atau 10-2?ā€


Taeyong tak tahu Hana kelas 10 berapa. ā€œUh, kelas yang tak ada Lucas-nya?ā€


ā€œLucas di 10-1, kan?ā€ Mereka berbisik-bisik selama beberapa saat sebelum akhirnya menoleh lagi pada Taeyong.


ā€œKau tunggu di sini saja. Akan kupanggilkan.ā€
ā€œTidak, biar aku yang panggilkan.ā€
ā€œTidak usah, aku saja.ā€
ā€œKelasku paling dekat dengannya.ā€
ā€œAku saja.ā€


Tiba-tiba gadis-gadis itu bertengkar dan saling kejar menuju kelas Hana.



**********



Hana mendongak dari buku catatannya saat suara berisik dari setengah lusin murid perempuan terdengar dari ambang pintu.


ā€œMana yang namanya Hana?ā€ Hana melotot mendengar namanya disebut. Itu adalah anak-anak kelas 12. Mereka kelihatan bergairah sekali seolah akan mencabik-cabiknya.


ā€œMana yang namanya Hana!!ā€ Dia berteriak lebih kencang dan beberapa gadis lain mulai menyebar untuk memeriksa para siswi di kelas satu per satu.


Hana semakin ketakutan. Dia menunduk dalam-dalam di balik buku catatannya sambil berpikir kesalahan apa yang sudah ia perbuat. Saat itu, salah satu anak kelas 12 tersebut sudah tiba di samping mejanya. Ia merebut buku catatan yang sedang Hana pakai lalu membalik sampulnya.


ā€œAku menemukan Hana,ā€ teriaknya sambil menarik tangan Hana. Semua senior di depan kelas langsung berhamburan ke mejanya.


ā€œA-apa salahku?ā€ tanya Hana gelagapan.
ā€œKau tidak salah. Kenapa kau berpikir kau salah? Apa kami semenyeramkan itu?ā€
ā€œLalu kenapa kalian mencariku?ā€
ā€œAda cowok cakep yang mencarimu di luar.ā€
ā€œRambutnya putih.ā€
ā€œMatanya abu-abu.ā€
ā€œDan berkelip-kelip.ā€
ā€œDia bersinar sekali. Rasanya seperti melihat bintang.ā€
ā€œDia lebih cakep dari cowok di komik! Kau pacarnya, ya? Apa dia punya saudara?ā€


Mereka terus bersahut-sahutan tiada henti. Sementara Hana terbelalak dan langsung berdiri. Ia menyelak mereka semua, kemudian berlari keluar. Gadis itu menemukan Taeyong sedang berjongkok di koridor di samping lapangan dan langsung menghampirinya.


ā€œTaeyong!ā€


Taeyong menoleh dan berdiri.


ā€œYa ampun apa yang kauā€¦ā€
ā€œHan, aku harus kembali ke Mungyeong!ā€
ā€œApa? Kapan?ā€
ā€œSekarang.ā€ Taeyong berpaling pada mobil Wooseok. Hana mengikuti arah pandangnya dan merasakan hatinya mencelos.


ā€œApa Bunda Sejeong sudah tahu?ā€
ā€œYa. Wooseok Hyung ditelepon semalam.ā€
ā€œOh.ā€ Hana benar-benar kehilangan kata. Dia menunduk, berusaha mengendalikan matanya yang memanas.


Taeyong mengangkat dagunya. ā€œHan, kita akan bertemu lagi, kan?ā€ katanya, pelan dan lembut.


ā€œYa, ya, tentu.ā€
ā€œKau akan ke Mungyeong atau aku akan ke Seoul lagi, iya kan?ā€
ā€œYa.ā€
ā€œSecepatnya?ā€
ā€œYa.ā€
ā€œHan, aku sudah merindukanmu.ā€
ā€œA-aku juga.ā€


Taeyong menggenggam kedua tangan Hana erat, kemudian bicara dengan nada memohon. ā€œHan, bisakah kau cari teman lain? Maksudku, yeah, Lucas mungkin lucu dan menyenangkan bagimu, tapiā€¦ aku tak suka dia,ā€ katanya. ā€œDan lebih tak suka lagi melihatmu bersamanya."


ā€Aku tahu aku tidak punya hak untuk melarangmu. Tapi, Han, kurasa aku menyukaimu,ā€ kata Taeyong lagi. Hana merasa jantungnya menggila. ā€œSungguh-sungguh suka. Seperti Peter Parker menyukai Mary Jane.ā€


Hana tertegun. Ia merasa lidahnya tertekuk ke belakang sehingga tak bisa berkata-kata. Saat itu Wooseok membunyikan klaksonnya dan turun dari mobil. Ia mengacungkan ponselnya ke udara dan melambaikannya seperti sedang mengisyaratkan sesuatu.


ā€œSepertinya Wooseok Oppa ingin kau pergi sekarang. Bunda Sejeong mungkin meneleponnya lagi.ā€


Taeyong menggeleng, ā€œYa, aku tahu. Tapi bisa kau jawab aku dulu?ā€


ā€œJawab apa?ā€
ā€œAku mau jadi pacarmu. Kau mau jadi pacarku?ā€



Taeyong bicara dengan suara lembut dan wajah tersipu. Hana terkejut sekali sampai kehilangan kata. Jantungnya bekerja sangat gaduh sampai Hana merasa mau pingsan. Sekujur tubuhnya bergetar. Dan saat Hana hendak menjawab, Wooseok berteriak dari kejauhan. Menyuruh Taeyong segera kembali atau mengancam akan menghajarnya.


ā€œOke, baiklah, tak usah dijawab. Aku mengerti. Itu konyol. Hanya karena apa yang terjadi semalam tiba-tiba aku jadi sangat percaya diri untuk mengatakan ini. Aku cuma takut tak punya kesempatan untuk mengutarakan perasasaanku padamu. Karena kata ā€˜secepatnyaā€™ terdengar sangat tidak meyakinkan di telingaku. Karena tak ada yang tahu apa yang akan terjadi padaku atau padamu setelah ini. Karena konsep waktu adalah hal paling abstrak sedunia. Tapi yah, setidaknya kau sudah tahu perasaanku, kan? Kukira itu saja sudah cukup.ā€


Taeyong melepas tangan Hana. Dan mereka bisa mendengar suara Wooseok yang mengomel-ngomel dari jauh. ā€œTerima kasih sudah mengenalkan semua ini padaku. Kalau tak ada kau, aku mungkin masih dikurung di kamarku yang dingin di gedung terlarang. Tak tahu dunia luar. Tak tahu rasanya jatuh cinta.ā€


Taeyong tersenyum sedih kepada Hana lalu perlahan-lahan mulai menarik diri. ā€œSampai jumpa,ā€ katanya, berjalan mundur beberapa langkah sebelum akhirnya berbalik badan dan melangkah pergi.


Melihat pemandangan itu, Hana merasa jantungnya dihujam. Tangannya gemetar dan semua kata yang sempat hilang dari bibirnya mendadak muncul kembali. ā€œTaeyong!ā€ teriak Hana, lantas berlari menyusulnya.


Yang dipanggil menoleh.


ā€œYa,ā€ jawab Hana lantang. ā€œYa, ya, aku mau. Aku mau jadi pacarmu.ā€
ā€œSungguh?ā€ Wajah Taeyong langsung berbinar.
ā€œYa.ā€


Wajahnya semakin berbinar dan berbinar lagi. Taeyong merasa tubuhnya mau meledak. Ia tak bisa menahan diri. Pria itu langsung merangsek memeluk Hana dan mengangkatnya dalam satu putaran singkat. Mereka terkekeh dengan muka berseri yang tak bisa ditutupi.


ā€œAku akan pinjam ponsel Eomma.ā€
ā€œIde bagus.ā€
ā€œKita akan teleponan.ā€
ā€œOke.ā€


Saat itu Wooseok benar-benar mengamuk sampai jadi pusat perhatian. Hana dan Taeyong pun terpaksa berpisah.


ā€œAku akan meneleponmu secepatnya, aku bersumpah.ā€
ā€œOke.ā€
ā€œKau bisa bacakan komik untukku lewat telepon.ā€
ā€œTaeyong pergilah!ā€
ā€œAku sayang padamu.ā€
ā€œAku juga.ā€



TBC

Comments

Popular Posts