Goodbye Baby - chapter 5
Cast:
Lee Minhyuk (BtoB) >< Byun Taerin (OC) >< Song Mino (WINNER) >< Yoon Jisun (OC) >< Nam Woohyun (Infinite)
Genre:
romance, university life, angst (AU - Alternate Universe)
Previous Story:
o O O O o
Taerin mengerjapkan matanya saat secarcik cahaya menyentuh
kelopak mata. Ia mengerang dan meregang sebelum menegakkan tubuhnya dan
bersandar pada kepala ranjang. Gadis itu meraih ponsel yang tersimpan di atas
nakas.
Benda itu dalam keadaan mati dan membuat Taerin harus
menekan beberapa saat tombol on yang
berada pada sisi ponsel. Hingga benda itu telah berada pada mode standby, Taerin pun kembali
menyimpannya pada tempat semula.
Sebenarnya ia tak ingin melakukan apa pun pada benda yang
selalu membuat ia tidak nyaman belakangan ini. Tetapi mengingat pengumuman
nilai akhir yang akan diberikan melalui e-mail,
membuat gadis itu mau tidak mau dan suka tidak suka mengaktifkan kembali
ponselnya.
Setelah meletakkan ponselnya di atas nakas, Taerin beringsut
meninggalkan ranjangnya. Gadis itu berjalan menuju lemari pakaian. Mengambil
pakaian rumah yang nyaman dan kemudian bergegas menuju kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, Taerin menyimpan pakaian
bersihnya dan segera memasuki ruang shower.
Ia memutar alat penghidup air. Membiarkan air dingin itu membasahi tubuhnya
dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Taerin kemudian meraih botol shampoo. Menuangkannya ke telapak tangan lalu mengusapkannya pada
rambut hitam legam miliknya. Ia juga melakukan hal yang sama dengan botol sabun
dan pembersih wajah.
Setelah menggunakan berbagai macam isi botol tersebut.
Taerin hendak kembali memutar penghidup shower.
Ia berniat untuk membersihkan semua busa yang menempel di tubuhnya.
Namun dering ponselnya yang nyaring membuat Taerin
mengurungkan niatnya. Ia menoleh pada pintu kamar mandi. Lalu bahunya mengendik
saat suara nyaring itu hilang. Taerin pun kembali akan memutar benda alumunium
itu. Tapi lagi-lagi suara nyaring ponselnya menginterupsi dirinya.
Taerin geram mendengar suara nyaring itu. Pasalnya ia tengah
berusaha menenangkan dirinya dengan membiarkan air yang sempat membuat tubuhnya
bergetar itu mengalir di kultinya.
Biarkan saja.. lebih
baik aku segera membasuh tubuhku., batin Taerin.
Taerin pun tidak mengindahkan dering ponselnya. Dan ia
kembali melanjutkan aktivitas mandinya sampai selesai.
Setelah hampir tiga puluh menit berada di dalam kamar mandi,
akhirnya Taerin keluar dengan mengenakan longsleve
berwarna biru langit yang dipadukan dengan celana selutut berwarna coklat muda.
Ia berjalan keluar dengan mengusapkan handuk putih pada
rambutnya. Ia menuju ranjangnya dan kemudian duduk di sana dengan tangan yang
masih sibuk mengusap rambut bermaksud untuk mengeringkannya.
Taerin kembali teringat akan suara panggilan masuk di
ponselnya. Ia pun mengambil benda itu guna melihat siapa yang baru saja
menghubunginya.
Saat membuka kunci ponselnya, nama Mino langsung terpampang
pada layar. Seketika rasa jengkel kembali menggelayuti benak Taerin. Ia
kemudian mengeluarkan aplikasi panggilan tersebut dengan keputusan untuk
membiarkan saja tanpa mencoba untuk menghubungi kembali pria itu.
Lalu Taerin membuka kotak pesan dimana satu buah pesan
singkat baru saja diterimanya. Namun saat mengetahui siapa pengirim pesan itu,
perasaan jengkelnya semakin bertambah besar. Ia kembali ingin membiarkan pesan
yang dikirim oleh sosok bernama Song Mino itu. Namun sebuah pesan baru saja
masuk ke dalam kotak pesannya dengan pengirim yang masih sama.
Arrgghhh! Pria
menyebalkan. Kenapa ia senang sekali mengganggu orang lain??, geram Taerin
dalam hati.
Dengan berat hati, Taerin akhirnya menekan opsi baca dan
membiarkan dirinya membaca deretan kata yang dikirimkan Mino padanya.
From: Song Mino āThe King of Devilā
Kenapa kau tidak
mengangkat telephonnya? Memangnya apa yang tengah kau lakukan calon Nyonya
Song??
From: Song Mino āThe King of Devilā
Terserah kau mau
membalas pesan ini atau tidak. Aku hanya ingin memberitahu mu kalau kita akan
berkencan sore ini pukul 3 di Clone Coffee. Aku menunggu mu di sana. Kalau kau
sampai tidak datang, kau akan tahu apa yang bisa aku lakukan pada mu.
Taerin seketika mendesah begitu dua pesan dingkat yang Mino
kirimkan padanya telah ia baca. Rasanya kini tidak hanya jengkel saja yang ia
rasakan. Hatinya juga merasa marah dan kesal pada perilaku semena-mena pria
itu.
Memangnya siapa dia?? Kenapa Taerin harus menuruti
ucapannya? Dia kan bukan Tuhan, jadi kenapa Taerin harus menuruti dirinya??
Taerin melempar ponselnya. Ia juga melemparkan handuk putih
yang berada di pundaknya ke sembarang tempat.
Taerin berteriak frustasi. āAku tidak mau pergi! Aku tidak
mau bertemu dengan pria gila dan brengsek itu!!ā
Ia kemudian membanting tubuhnya ke atas ranjang. Mengacak
rambutnya dengan kasar untuk melampiaskan rasa kesalnya pada Mino.
āAh.. Hyejin. Bagaimana bisa aku lupa??ā Taerin menjentikkan
tangannya dan seketika kembali menegakkan tubuhnya.
Ia mengambil kembali ponsel yang sebelumnya ia lemparkan ke
atas bantal. Taerin segera mencari kontak Hyejin, menekan opsi panggil, dan
segera menempelkan ke telinga.
Nada sambung langsung menayapnya ketika benda itu telah
menghubungkan dirinya dengan Hyejin. Tak lama nada sambung tersebut berakhir
pada suara Hyejin yang terdengar tidak jelas.
āApakah aku mengganggu
mu?ā
āTidak.. aku hanya
sedang memakan roti coklatku sembari menyaksikan siaran di tv. Ada apa? Tumben
sekali kau menghubungi ku sepagi ini??ā
āAku batuh bantuan mu
Park Hyejin.ā
āBantuan?ā
āIya.. ini berhubungan
dengan Mino.ā
o O
O O o
Taerin berjalan
memasuki pusat perbelanjaan dimana tempat yang dimaksud Mino berada. Gadis itu dengan mengenakan blus
monochrome yang dipadukan dengan rok
putih serta tas tangan hitam memasuki bangunan bertingkat itu dengan jantung
yang bergemuruh.
Selain itu perasaannya juga menjadi tidak baik dan pikirannya
mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Entah apa itu
yang jelas ia ingin sekali untuk tidak datang.
Taerin menghela napasnya. Ia kemudian menghentikan
langkahnya sejenak. CafƩ yang ia maksud tepat berada berada 50 meter di depannya.
Taerin melirik sejenak pada jam tangan putih yang mengikat dipergelangan
kirinya.
Jam 3 kurang 5 menit. Ia datang lebih dulu dari waktu yang
ditentukan Mino. Ahh... daripada ia harus menunggu pria itu di sana dan
setelahnya Mino malah menjadi besar kepala, lebih baik bukankah ia
berjalan-jalan lebih dulu. Mencuci matanya dengan melihat hal-hal yang berada
di dalam pusat perbelanjaan itu.
Sepertinya idenya itu tidak terlalu buruk. Mino kan tak
menuliskan untuk segera menuju ke cafƩ setelah sampai. Jadi tidak salah jika Taerin
berjalan-jalan dulu sebelum neraka menyapanya.
Keadaan pusat perbelanjaan sore hari itu cenderung lebih ramai
dibandingkan biasanya. Banyak orang tua yang datang bersama dengan anak mereka.
Hal itu karena saat ini pusat perbelanjaan sedang mengadakan kegiatan khusus
anaka-anak, seperti lomba menggambar, menyanyi, menari, hingga kelas memasak. Dan
Taerin pun menjadi terbuai dengan acara tersebut.
Taerin lantas mencari salah satu kursi kosong untuk menonton acara
tersebut. Setiap penampilan yang ditampilkan begitu menarik atensinya. Taerin
begitu menikmati dan larut dengan ppenampilan adik-adik kecil itu. Sampai
membuat ia lupa akan tujuannya datang ke pusat perbelanjaan tersebut.
Tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Taerin yang masih sibuk
menepukkan tangannya untuk memberikan semangat pada para kontestan, merasa
risih dan terganggu dengan getaran tersebut. Lantas ia mengeluarkan benda
tersebut dari dalam tasnya. Dan ketika melihat siapa yang tengah
menghubunginya, Taerin langsung bangkit dari duduknya dan bergegas pergi
meninggalkan tempat itu.
Sial.
Bagaimana aku bisa lupa?!, batin Taerin.
Taerin lantas mengangkat sambungan telepon tersebut. Ia tersentak
begitu sosok yang menghubunginya menyambutnya dengan suara yang agak tinggi.
āDimana
kau? Apakah kau lupa kalau hari ini kita ada kencan??ā
āMaaf..
aku hampir sampai.ā
Taerin langsung mematikan sambungan tersebut tanpa membiarkan Mino
membalas ucapannya. Ia kemudian kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas dan
semakin menambah kecepatannya untuk kembali ke lantai 1.
At Clone
Coffee
Taerin berjalan
dengan begitu perlahan. Ia berusaha untuk menemukan dimana keberadaan Mino walaupun
hati kecilnya tengah berteriak menolak tindakannya. Mata gadis itu mengeder
dari satu sisi ke sisi lain kedai kopi tersebut. Memeriksa wajah orang-orang
yang tengah menikmati minuman mereka.
Namun ia tak juga menemukan keberadaan pria itu.
Taerin lantas mengeluarkan ponselnya. Ia beirnat untuk
menghubungi Mino dan memaki pria itu. Tapi niatnya urung dilakukan saat seorang
gadis melambai padanya.
Taerin lantas memicingkan matanya. Ia berusaha mengenali
pemilik rambut kecoklatan itu.
Ketika otaknya telah berhasil menemukan daftar nama orang
yang ia kenal, sontak Taerin membulatkan matanya. Ia tak menyangka bahwa
dirinya akan bertemu dengan sosok gadis itu di tempat tersebut.
Tunggu..
Ini bukan sebuah kebetulan. Jika ini kebetulan, tidak
mungkin gadis itu melambai padanya seakan mereka telah memiliki janji
sebelumnya.
Astaga!!
Taerin memukul keningnya. Ia baru menyadari situasi apa yang
tengah membelitnya. Hhaahhh... kenapa ia begitu bodoh?? Kenapa tak terpikirkan
sebelumnya mengenai alasan sebenarnya dari kencan yang pria itu maksud??
Sesaat, Taerin kembali melirik pada gadis yang kini tengah
melihatnya dengan alis yang bertaut. Sepertinya gadis itu bingung. Tapi Taerin
tak peduli. Masa bodoh dengan kebingungan gadis itu. Toh tidak akan berpengaruh
apa pun dengannya.
Taerin menarik napasnya dalam. Kemudian ia menghelanya
perlahan.
Tidak ada jalan lain dan tidak ada pilihan lain. Mau tidak
mau, suka tidak suka, ia harus menghadapi keadaan tersebut. Menghampiri gadis
itu. Duduk di depannya. Menunggu pria yang mengajaknya āberkencanā dengan
ancaman. Serta menjadi pendengar yang baik di antara sepasang kekasih itu, mungkin.
Taerin lantas menghampiri gadis itu. Sebelum mendudukkan tubuhnya
pada kursi yang berlawanan, ia sempat membungkuk singkat dan menyapa gadis itu
sopan.
āApakah tadi lalu lintas begitu padat?ā Tanya gadis itu yang
berusaha membuka pembicaraan dengan Taerin.
āAh.. tidak terlalu padat, tetapi cukup ramai.ā Balas Taerin
sekenanya.
Gadis itu merasa tidak nyaman. Ia merasa seperti ada lubang
hitam yang memisahkan antara dirinya dengan sosok gadis itu. Terlebih setelah
mendengar pembicaraan sosok tersebut dengan Mino saat hari pertunangan mereka.
Setelah jawaban singkat Taerin, keduanya memutuskan untuk
mengunci mulut mereka. Rasa canggung tidak dapat mereka sembunyikan. Hal itu
begitu terlihat jelas dari gerak tubuh keduanya.
Tapi untungnya, tak lama, sosok pria yang mengundang Taerin
datang dari suatu tempat yang idtak Taerin tahu dan lebih tepatnya tidak mau ia
ketahui. Taerin lantas menoleh serta menatap tak minat pada pria itu. Ia
kemudian kembali menghadapkan wajahnya ke depan, entah pada apa.
Namun atensi Taerin kembali pada sosok Mino saat pria itu
menarik kursi di sebelahnya dan mendudukkan tubuhnya di sana.
Prai itu balik menatap Taerin. Ia kemudian memasang
senyumnya dan menatap Taerin dengan tatapan biasa saja. Lantas Mino kembali
menolehkan kepalanya kepada gadis berambut coklat itu. Ia kemudian kembali
melanjutkan aktivitasnya bersama gadis itu yang sempat terhenti tanpa
memperdulikan keberadaan Taerin di sampingnya.
Dalam hati, Taerin menggerutu. Ia tak menyangka bahwa
ākencanā yang tengah dilakukannya menjadi lebih buruk dari apa yang ia
bayangkan sebelumnya.
Ia juga tidak menyangka bahwa pria di sampingnya benar-benar
gila! Bagaimana bisa ia mengajak Taerin berkencan dengan mengancamnya tetapi ia
juga pergi berkencan dengan kekasihnya? Bagaimana bisa???
Taerin kembali melirik pada Mino dan gadis itu. Oh.. iya
kini benar-benar terlihat sangat menyedihkan. Ia bagaikan benda mati atau lebih
tepatnya obat nyamuk di antara kedua orang itu.
Lihat!
Tangan kanan pria itu dengan mesranya menggenggam tangan gadis
di depannya. Mereka juga masih sibuk berbincang dengan tersenyum bahagia.
Sesekali tawa pun lepas dari mulut keduanya.
Sementara Taerin. Gadis itu hanya diam. Mematung di samping
pria itu.
Ia berusaha untuk mengalihkan rasa jengahnya dengan
memainkan ponsel pintarnya. Namun semua itu tidak bisa mengalihkan kejengahan
serta kekesalan yang ia rasakan terus-menerus. Lama kelamaan, ia juga merasa
lelah jika harus memandangi layar datar itu.
Namun semua itu berubah saat ponselnya bergetar dan sebuah
pesan baru saja masuk ke dalam nomornya. Taerin lantas membuka pesan tersebut
dan membacanya dengan antusias.
From: Nam Woohyun
Hai taerin-aa.. Hyejin
baru saja memberitahu ku rencanamu hari ini. Tenang saja, aku akan menjadi
malaikat tanpa sayapmu.
Membaca pesan tersebut membuat seulas senyum tiba-tiba saja
bersemi di wajah Taerin. Gadis itu pun buru-buru membalas pesan tersebut dan
mengirimkannya kepada sang pengirim.
To: Nam Woohyun
Hai malaikat tanpa
sayap! Aku menunggu bantuanmu sekaligus dirimu..
Setelah merasa jengah karena terus membuka ponselnya tanpa
ada tujuan, akhirnya kejengahan itu sirna begitu kegiatan mengirimi pesan
singkat antara dirinya dengan kontak bernama Nam Woohyun itu terjadi.
Taerin pun dengan senang hati menarik kembali ucapannya
terkait rasa jengah yang ia rasakan.
Kegiatan Taerin dengan ponselnya berhasil menarik minat Mino
yang sebelumnya hanya fokus pada gadis di depannya. Pria itu melirik Taerin.
Lantas dahinya berkerut. Ia berusaha mencari tahu apa yang tengah gadis itu
lakukan.
Berkirim pesan. Ya.. ia tahu kalau Taerin tengah mengetikan
sesuatu dan kemudian mengirimkannya. Tetapi sayangnya, ia sama sekali tidak
tahu dengan siapa Taerin berkirim pesan.
Hal itu membuat perasaan tidak terimanya tumbuh. Mino
akhirnya mencoba mencari cara untuk membuat gadis itu berhenti dengan
ponselnya. Dan sebuah ide akhirnya muncul dibenaknya.
Dengan salah satu tangannya yang masih sibuk menggenggam
tangan gadis didepannya, yang tengah menikmati sepotong cake, Mino menyelipkan tangannya yang bebas ke bawah meja. Kemudian
ia meletakkan tangannya di atas pangkuan Taerin yang lansung membuat gadis itu
terkejut dan tubuhnya mengaku seketika.
Taerin pun langsung menghujani Mino dengan tatapan
membunuhnya. Ia kemudian menyelipkan tangannya ke bawah meja dengan maksud
untuk menyingkirkan tangan pria itu dari pangkuannya.
Namun hal itulah yang diinginkan Mino. Niat sebenarnya dari
peletakan tangan di atas pangkuan Taerin adalah agar gadis itu melepaskan
ponselnya dan ia dapat menghentikan kegiatan Taerin dengan benda itu.
Mino yang merasa bahwa kini Taerin tengah mencoba menepis
tangannya, buru-buru meraih tangan gadis itu dan kemudian mengenggemnya. Taerin
berusaha untuk melepaskan tangannya namun tidak berhasil karena Mino
menggenggamnya dengan sangat erat.
Taerin pun menyerah. Ia tidak mungkin bisa melepaskan
tanagnnya. Pria itu begitu licik. Ia pasti menggunakan berbagai cara agar
tangannya tetap berada di dalam genggaman pria itu.
Taerin lantas mengangkat kepalanya dan menoleh singkat pada
Mino. Dan ia begitu terkejut saat mendapati Mino yang kembali berbincang dengan
gadis itu seakan tidak terjadi apa pun beberapa detik yang lalu.
Bahkan ia juga tidak merasa canggung dengan posisinya. Oh
kini.. jika ada yang melihatnya mungkin orang itu akan menganggap Taerin lah
yang berperan menjadi orang ketiga di antara hubungan Mino dengan gadis di
depannya, dengan kekasihnya āYoon Jisunā.
Kencan Taerin, ah lebih tepatnya kencan antara Mino dan
Jisun akhirnya sampai pada akhir ketika pria itu mengajak Jisun dan tentu juga
Taerin untuk pulang mengingat hari menjelang malam. Dengan wajah yang terlihat
begitu senang, Jisun menganggukkan kepalanya. Gadis itu juga segera
melingkarkan tangannya pada lengan Mino begitu keduanya bangkit.
Taerin yang sudah merasa muak hanya mampu membuang mukanya
dan berusaha untuk tidak melihat kemesraan yang tengah diperlihatkan oleh kedua
sejoli itu. Ia pun dengan sengaja memperlambat jalannya, membiarkan kedua orang
itu berjalan lebih dulu di depannya, agar ia tidak terlihat seperti orang
ketiga atau menjadi sosok yang tidak diperdulikan.
Sangat menyedihkan sekaligus menyebalkan sekali bagi Taerin
jika hal itu sampai terjadi. Seharusnya bukan ia yang mendapatkan gelar seperti
itu. Ia kan bukan orang ketiga dan juga tidak pernah meminta perhatian dari
kedua orang itu.
Taerin masih terus mengikuti langkah Mino dan Jisun menuju
ke tempat dimana mobil pria itu terparkir. Sebenarnya ia tidak mau berada di
dalam satu kendaraan dengan mereka. Tapi apa daya, Mino tidak akan membiarkan
dirinya pulang sendiri karena pasti ada sesuatu yang tengah direncanakannya.
Ketiganya kini telah berada di luar pusat perbelanjaan tapi
mereka masih harus berjalan karena Mino memarkirkan mobilnya cukup jauh dari
pintu utama. Ketika mereka hampir sampai di depan mobil Mino, Taerin malah menghentikan
langkahnya dan merogoh tasnya. Ia mengambil ponsel pintarnya yang bergetar dan
kemudian segera membaca pesan singkat yang baru saja masuk ke nomornya.
From: Park Hyejin
Aku di pintu selatan,
dan aku bisa melihat mu.
Begitu selesai membaca isi pesan tersebut, Taerin lantas
menoleh ke arah dimana Hyejin berada. Matanya langsung berbinar dan seketika
itu juga perasaan penuh beban hilang dalam sekejap.
Taerin pun segera mengetikan pesan balasan dan mengirimnya
kembali kepada Hyejin.
To: Park Hyejin
Baiklah.. tunggu aku.
Taerin kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas. Namun
sebelumnya ia menonaktifkan benda tersebut dengan tujuan agar tidak ada yan
bisa menghubungi dirinya setelah itu.
Taerin segera menghampriri Mino dan Jisun yang sudah sampai
di depan mobil. Pria itu kini tengah menutup pintu penumpang yang sebelumnya ia
bukakan untuk Jisun. Dan saat ia akan membukakan pintu belakang untuk Taerin,
gadis itu dengan cepat menghentikannya.
āAku bisa melakukan hal sepele seperti ini sendiri. Jadi
jangan repot-repot. Lebih baik kau masuk.ā
Tanpa ada perasaan curiga, Mino lantas meninggalkan Taerin
menuju pintu pengemudi. Ia kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam.
Dan saat pria itu telah berada di dalam dan tengah mencoba
untuk menghidupkan mesin, Taerin berjalan menuju depan mobil yang langsung
membuat Mino menurunkan kaca mobilnya.
āKenapa tidak masuk? Cepat masuk Byun Taerin!ā Titah Mino.
Taerin tidak menanggapi ucapan pria itu. Ia malah
menyunggingkan senyum tulusnya dengan tangan yang ia lipat di depan dada.
āAku tidak akan pulang bersama kalian. Jadi kalian pulang
duluan saja..ā
Taerin melambai sebelum ia memutar tubuhnya dan berjalan
menjauhi mobil Mino. Ia kemudian menghampriri Hyejin yang tengah menunggunya
dengan tangan yang terlipat di depan dada serta wajah penuh kemenangan yang ia
tunjukkan sembari menatap ke arah mobil Mino.
Mino hendak kembali keluar dan menarik Taerin untuk pulang
bersamanya. Namun Jisun menahannya dan bersamaan dengan itu matanya berhasil
melihat adegan yang sejujurnya tidak sudi ia lihat.
Pria berambut pirang yang ia lihat beberapa hari lalu itu
tengah memasangkan jaket yang tadinya ia pakai kepada Taerin untuk menutupi
tubuh gadis itu. Sontak amarah Mino kembali membuncah. Namun bukan Song Mino
namanya jika ia memperlihatkan apa yang tengah ia rasakan kepada orang lain.
Dengan keahliannya itu, ia berhasil mengelabui Jisun yang
duduk di sebelahnya. Ia pun akhirnya memutuskan untuk segera meninggalkan
tempat itu dan membiarkan Taerin untuk hari itu saja dapat menghabiskan waktunya
dengan temannya serta pria berambut pirang yang tidak ia kenal.
Semua akan ada balasannya.
Jadi kau tunggu saja, apa yang akan aku lakukan kepada mu dan juga pria itu,
Taerin..
To Be Continued...
Jadi aku mau minta maaf dulu karena baru bisa update Goodbye Baby saat ini. Maaf banget, karena jujur aku enggak pernah sempet untuk melakukan tahap pengeditan. Banyak banget hal-hal yang harus aku tulis ke dalam proposal skripsi. Dan berhubung aku baru aja melewati tahap pertama untuk masuk ke dalam dunia perskripsian -walaupun masih banyak banget revisi yang aku sendiri bingung ngerjainnya gimana karena di departemen jurusan itu banyak banget mazhab-mazhab dosen yang berbeda-, akhirnya aku meluangkan waktu istirahat singkat ini untuk memulai aktivitas tulis menulis lagi.
Semoga, yang nungguin enggak lupa ya sama ceritanya. Dan semoga chapter ini memenuhi rasa ingin tahu kalian dan ceritanya sesuai dengan ekspektasi kalian.
Baiklah, demiakan dari aku. Sampai bertemu lagi, dan doakan yaa semoga keiinginan untuk menulis dengan cast anak NCT (kayak yang aku bilang sebelumnya) bisa terlaksana secepatnya. Dan aku juga mau ngucapin, selamat ulang tahun bang Jjongku. Walaupun dalam kepercayaanku enggak mungkin, tapi aku mau kayak shawol yang lain dengan berharap semoga bang Jjong bisa jadi The Brightest Star in the Sky :)) Terima kasih telah menemani hari-hari ku dengan karya-karya yang begitu menyentuh dan sangat bagus. You did a very good job bang!
Oke, see you dan.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment