Goodbye Baby - chapter 6






Cast:



Lee Minhyuk (BtoB)  ><  Byun Taerin  (OC)  >< Song Mino (WINNER)  ><  Yoon Jisun (OC)  >< Nam Woohyun (Infinite)




Genre:



romance, university life, angst (AU - Alternate Universe)





Previous Story:
Chapter 1  I  Chapter 2  I  Chapter 3  I  Chapter 4  I  Chapter 5





o  O  O  O  o





“Ini pakai jaket ku.” Ujar Woohyun sembari melepaskan jaket yang ia pakai dan kemudian memakaikannya pada Taerin yang hanya mengenakan blus serta rok yang tak mampu melindungi tubuhnya dari udara dingin malam.



Taerin lantas tersenyum. Begitu pun dengan Woohyun yang juga membalas senyum temannya itu dengan ikut menarik kedua sudut bibirnya.


“Hey berhenti tersenyum seperti itu. Kita masih berada di depan pintu dan Mino juga belum pergi. Jadi lebih baik kita segera masuk.” Sergah Hyejin cepat. Gadis itu sengaja menginterupsi Taerin dan Woohyun karena ia takut kalau sahabatnya itu akan berpaling kepada Woohyun dan melupakan tujuannya meminta bantuan dari pria itu.


Tidak terasa kebersamaan Taerin dan teman-temannya telah berlangsung cukup lama. Hal tersebut ditandai dengan perubahan hari yang semakin larut dengan langit yang semakin gelap. Kebersamaan yang terjadi malam itu mampu membuat Taerin melupakan masalah yang tengah membelit dirinya. Dan ia patut mengucapkan terima kasih pada Woohyun yang telah bersedia memberikan bantuannya hari itu. Terlebih pria itu juga bersedia menolong hubungannya dengan Minhyuk yang telah berakhir walaupun itu bukanlah keinginannya.


Kibum yang baru saja melirik pada jam tangannya, akhirnya menyadari bahwa jika mereka tidak segera pulang sekarang maka kemungkinan mereka akan sampai larut malam di rumah. Hal itulah yang mendasari pria itu untuk mengakhiri malam itu dan mengajak teman-temannya untuk segera pergi. Ketujuh muda-mudi itu akhirnya bersiap untuk meninggalkan pusat perbelanjaan tersebut.


Saat mereka hendak pergi, Woohyun secara tiba-tiba menghentikan langkah Taerin dan membiarkan teman-temannya terus berjalan. Taerin terkejut mendapati aksi Woohyun. Ia lantas mengernyitkan dahinya.


“Kamu tidak membawa mobil kan? Bagaimana kalau ikut dengan ku? Sepertinya Hyejin akan bersama dengan Jung Ra karena rumah mereka yang berada di arah yang sama.”


Taerin diam. Ia nampak tengah mempertimbangkan tawaran Woohyun. Namun tak lama, kepalanya mengangguk menerima tawaran pria itu. “Baiklah.. aku ikut dengan mu.” Jawabnya. Lantas keduanya segera menuju mobil putih Woohyun yang terpakir bersebelahan dengan mobil temannya yang lain.



*   *   *   *



Taerin melambai pada mobil yang tengah melaju pergi. Lebih tepatnya ia melambai pada sosok yang mengemudikan mobil itu. Saat mobil tersebut telah menghilang dari pandangannya,kakinya kembali merajut langkah menuju ke dalam rumah. Berjalan melewati taman kecil yang berada di depan dan kemudian barulah ia sampai di depan pintu utama.


Gadis itu lantas menekan bel rumahnya. Dengan santainya ia menunggu sang asisten rumah tangga untuk membuka pintu tersebut. Tidak berapa lama pintu itu terbuka. Namun bukan sosok sang asisten atau pun salah satu anggota keluarganya yang muncul. Melainkan sosok lain yang tidak Taerin sangka keberadaannya. Taerin pun tidak dapat menutupi rasa terkejutnya hingga ia nyaris menjatuhkan tas tangannya saat ia melihat sosok tersebut.


“Mi-Mi..no?”


Mino, sosok itu hanya tersenyum mendapati Taerin yang terkejut. Ia tak lantas membuka suaranya. Ia malah diam mengikuti Taerin yang juga diam.


“Ke-kena.. pa ka-u a-da di..sini?” Lagi-lagi suaranya bergetar yang membuat setiap kata yang Taerin sampaikan menjadi tidak jelas.


“Ayah dan ibu mu sedang ada urusan keluar kota untuk tiga hari ke depan. Lalu Taeho, katanya dia ada janji dengan teman-temannya. Sehingga aku diminta oleh nyonya Byun untuk menemani mu malam ini setidaknya sampai Taeho kembali.”


“Apa?!? Jangan bercanda!” Taerin menatap Mino tajam. Ia kemudian mendorong tubuh pria itu agar menyingkir dari pintu kemudian melangkah masuk ke dalam.


“Jika kau tidak percaya, cek saja ponselmu. Ku pikir nyonya Byun pati telah menghubungi mu.”


Mendengar ucapan Mino membuat Taerin kembali diselimuti amarah. Belum juga reda amarahnya karena kejadian siang tadi, tapi kehadiran dan ucapan pria itu malah menyulut kembali amarahnya.


Dengan menatap sengit, Taerin merogoh tas dan mengelurkan ponselnya. Ia kemudian menonaktifkan tombol kunci dan secara bersamaan beberapa panggilan tak terjawab serta satu buah pesan langsung muncul di layar. Semua itu berasal dari satu nama, yaitu Ibunya.


Dengan cepat Taerin segera membaca isi pesan yang didapatnya. Dan seperti yang dikatakan Mino, Ibunya memberitahu bahwa dirinya dan sang suami harus pergi untuk tiga hari, dan ia juga meminta Mino untuk menemani Taerin sampai Taeho kembali.


Seketika tubuh Taerin melemas. Kepalanya menjadi pening. Dan hawa panas langsung menjalar dari ujung kepala hingga kaki. Ia ingin memaki Mino. Tapi dengan alasana apa ia melakukan itu. Ia juga ingin mengusir pria itu. Tapi Taerin tidak mungkin melakukan hal itu karena Mino pasti akanmengadu pada orang tuanya dan tamatlah hidupnya.


Rasa marah dan kesal yang begitu besar serta kebingungan mengenai bagaimana menyalurkannya, membuat Taerin akhirnya menaiki tangga menuju lantai dua dengan langkah yang menghentak. Ia ingin segera memasuki kamarnya dan mengurung diri sampai pria itu pergi dari rumahnya. Tidak peduli jika ia tidak makan atau beraktivitas di luar. Yang jelas ia tidak ingin bertemu dengan Mino.


Belum sempat gadis itu menutup dan mengunci pintu kamarnya, tangan kekar yang ia yakini sebagai tangan Mino menahan pintu tersebut. Sontak Taerin mendorong pintu itu tapi tidak membuahkan hasil. Kekuatan tubuhnya tidak sebanding dengan kekutan tangan pria itu. Dan seketika itu juga, pintu yang awalnya telah menutup sebagian kini terbuka sepenuhnya.


Taerin terdorong ke belakang. Gadis itu hampir saja terjatuh. Berutnungnya ia berhasil mengembalikan keseimbangan tubuhnya sehingga kejadian menyakitkan itu tidak terjadi.


“Mau apa kau? Cepat keluar!” Titah Taerin. Ia hendak mendorong tubuh Mino tapi pria itu telah lebih dulu menghentikan gerakan tangannya.


Perlahan Mino melangkah mendekati pada Taerin yang kakinya ikut melangkah mudur. Kegiatan menghapus dan membuat jarak antara Mino dan taerin terus berlanjut hingga Taerin berhenti saat punggungnya menyentuh lemari pakaian. Gadis itu mengumpat atas kebodohannya. Kenapa ia harus mundur? Kenapa tidak pergi keluar saja??


Taerin masih terus mengumpat sampai-sampai ia tidak sadar bahwa kini Mino telah berdiri tepat di depannya dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan sangking dekatnya, pria itu dapat dengan jelas merasakan napas hangat Taerin yang menyapu dadanya.


Hembusan napas yang tidak dapat Taerin hentikan itu membuat sesuatu yang ada di dalam diri Mino bangkit. Sesuatu tesebut tidak pernah ia bayangkan akan bangkit saat itu juga hanya karena sapuan hangat napas Taerin. Ia yang awalnya hanya ingin memberikan kejutan kecil kepada gadis itu kini merubah pikirannya. Sesuatu yang baru saja bangkit itu membuat ia menginginkan hal yang lebih dari sekedar kejutan kecil.


Mino lantas merendahkan tubuhnya, hingga wajahnya dan Taerin berada pada posisi yang sama. Setelahnya wajahnya mulai mendekat, terus mendekat, dan semakin dekat hingga bibirnya mendarat dengan sempurna pada bibir Taerin. Tidak ada penolakan yang dilakukan Taerin. Gadis itu masih terjerembab di dalam rasa terkejutnya. Ia masih belum menyadari apa yang tengah terjadi pada dirinya.


Mengira bahwa Taerin menerima ciumannya, lantas Mino merangkul pinggang gadis itu, menekan tengkuknya, dan kemudian mencium bibir Taerin dalam. Secara bergantian Mino mengulum bibir Taerin, baik itu bibir atas maupun bibir bawah. Ciuman itu terus berlanjut hingga kini beralih pada bagian tersensitif gadis itu.


Perlahan Mino mulai menciumi leher jenjang Taerin. Ia mencoba meninggalkan jejak kemerahan di sana. Dan saat ciumannya sampai pada daerah tersensitif itu, barulah Taerin menyadari apa yang tengah terjadi padanya. Namun ia tidak bisa untuk menghentikan aksi Mino karena tubuhnya yang semakin lama semakin terasa lemas, terlebih ketika pria itu semakin menyesap daerah paling sensitif di lehernya yang membuat ia menutup mata dan mengatupkan mulutnya sangat rapat.


Di saat Taerin merasa tidak memiliki kesempatan untuk menghentikan Mino, di saat itu juga ponselnya berdering. Sontoak Mino menjauhkan wajahnya dari leher Taerin dan hal itu dimanfaatkan Taerin untuk mendorong tubuh Mino menjauh. Kemudian gadis itu segera mengambil ponselnya yang berada di dalam tas dan membawanya keluar dari kamar.



From: Nam Woohyun

Apakah kau sudah tidur? Maaf jika aku mengganggu tidur mu. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk hari ini. Dan semoga kau merasa senang..



Taerin merasakan seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya begitu ia selesai membaca pesan singkat tersebut. Perasaan seperti itu muncul sama seperti saat ia bersama Minhyuk. Ya.. Minhyuk. Pria yang sampai detik itu masih terus memenuhi pikiran dan hatinya. Pria yang sampai saat itu belum mampu ia hilangkan dari kehidupannya, walaupun ia sadar akan sangat sulit untuk mengembalikan hubungan mereka seperti dulu lagi.


Taerin menggelengkan kepalanya singkat. Saat ini ia tidak ingin terus memikirkan Minhyuk karena hanya akan membuat rasa pedih dihatinya. Lebih baik ia fokus pada tujuannya agar rasa pedih itu akan berganti menjadi perasaan gembira.


Gadis itu lantas ingin membalas pesan tersebut. Namun saat ia hendak mengetikan kalimat balasan, ponselnya tiba-tiba saja menghilang dan berpindah tangan. Taerin membalikkan badannya mencari siapa yang baru saja mengambil barang pribadinya. Dan ketika ia berbalik, ia menemukan Mino tengah membaca isi pesan tadi.


“Kembalikan!” Perintah Taerin sembari mencoba untuk mengambil kembali ponsel digenggaman Mino.


Pria itu tak menggubris Taerin. Ia tetap membaca pesan tersebut dan setelah selesai atensinya kembali pada Taerin. “Jadi pria itu bernama Nam Woohyun, pria yang memberikan jaketnya kepadamu.”


“Bukan urusan mu. Kembalikan ponselku!” Sergah Taerin cepat. Ia kembali berusaha untuk meraih ponselnya tapi Mino telah lebih dulu menjauhkan benda itu dari jangkauan Taerin.


“Apa yang mau kau lakukan?” Tanya Taerin saat Mino tengah mengoperasikan ponselnya bersamaan dengan ponsel gadis itu.


“Bukan urusan mu nona Byun.”


“Jangan macam-macam kau Song Mino! Jangan ganggu Woohyun dan cepat kembalikan ponsel ku!” Titah Taerin.


“Dengan senang hati.. ini ponsel mu.” Mino menyerahkan ponsel itu kepada Taerin. Tapi sebelum Taerin berhasil mengambilnya, pria itu malah menarik Taerin mendekat. Ia mendekatkan wajahnya hinga membuat Taerin menutup matanya cepat, karena mengira bahwa Mino akan kembali menciumnya.


Tapi dugaan Taerin salah. Mino tidak ingin mencium Taerin. Melainkan hanya berbisik pada telinga gadis itu.


“Bukan aku yang mengganggunya, tetapi dia yang telah mengganggu ku.”


Antara malu dan terkejut atas perlakuan Mino membuat Taerin tidak tahu harus melakukan apa. Matanya hanya mengerjap cepat. Serta tubuhnya yang menjadi tegang kala mendengar kalimat yang Mino ucapkan.


“Aku pulang..” Suara berat Taeho berhasil membuat Taerin tersadar dari ketegangannya. Walau masih berada di jarak yang dekat dengan Mino, tetapi setidaknya gadis itu telah berhasil melepaskan rangkulan tangan Mino dari pinggangnya.


“Sedang apa kalian di sini?” Tanya Taeho saat mendapati Taerin dan Mino yang terdiam dan saling menatap di ruang tengah.


“Oh kau sudah pulang. Kami hanya sedang berbicara saja. Dan karena kau sudah kembali, lebih aku pamit. Sampai jumpa Taerin.” Mino melangkah mundur dan kemudian pergi dari ruang pribadi Taerin.



*   *   *   *



Taerin melenguh di dalam balutan selimut putih yang tebal. Rasa hangat yang timbul karena paparan sinar mentari membuat mata Taerin perlahan mulai mengerjap. Sedikit demi sedikit tubuhnya mulai terjaga. Dengan perlahan ia menegakkan tubuhnya. Duduk dengan bersandar pada kepala ranjang.


Rasa kantuk memang masih menggelayuti Taerin. Tapi ia tidak bisa untuk kembali melanjutkan tidur mengingat dua jam lagi kelas paginya akan dimulai. Dan hal itulah yang mendasari gadis itu untuk bangun pagi hari walaupun semalam ia baru dapat memejamakan mata saat pertengahan malam.


Taerin menanggalkan selimut putih yang menutupi tubuhnya. Menapakkan kakinya di lantai dan kemudian melangkah pergi memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.


Tidak butuh waktu yang lama untuk Taerin membersihkan diri dengan sabun, shampoo, dan pelengkapan mandi lainnya. Tidak kurang dari lima belas menit. suara gemercik air dari dalam kamar kecil itu telah berhenti. Setelahnya Taerin keluar dengan handuk yang mengitari leher serta rambut yang terurai berantakan. Gadis itu segera menuju meja riasnya. Mengambil sisir dan mulai menata rambutnya.


Ia kemudian mengambil beberapa alat rias dan kemudian mulai menggunakan peralatan tersebut pada wajahnya. Hingga alat yang terakhir ia gunakan adalah pewarna bibir yang kemudian disapukan pada kedua bibirnya. Warna merah muda yang tidak terlalu mencolok membuat Taerin terlihat lebih segar dan tidak berlebihan.


Taerin pun meninggalkan meja riasnya menuju lemari yang berada di dekat pintu. Ia membukanya dan kemudian mengambil satu tas santai dari dalam. Memasukan ponsel, dompet serta beberapa benda lainnya. Kemudian meninggalkan ruang pribadinya itu.


Sesampainya di ruang makan, sosok Taeho telah lebih dulu menikmati sajian makanan yang disiapkan oleh sang asisten rumah tangga. Taerin lantas mengikut sertakan diri untuk bergabung bersama saudara laki-lakinya itu.


Selama menikmati makanan yang tersaji, tidak ada perbincangan yang terjadi antara Taerin dan Taeho. Keduanya hanya sibuk menghabiskan makanan yang berada di piring tanpa ingin mengatakan sepatah kata pun. Sampai saat Taeho telah menyelesaikan makannya serta meminum habis air mineral di gelasnya, raut pria itu tiba-tiba berubah serius dengan atensi yang ia arahkan pada Taerin.


“Kemarin aku melihat Mino dengan seorang gadis. Apakah kau mengetahui mengnai hal itu?”


Taerin yang tengah asyik mengunyah makanan di dalam mulutnya, tiba-tiba saja tersedak saat mendengar ucapan Taeho. Ia lantas menatap Taeho dengan dahi yang berkerut.


Apakah Taeho melihat Mino dengan Jisun?, pikir Taerin. Gadis itu berusaha untuk memahami raut wajah Taeho sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan saudaranya itu.


“Em mungkin... gadis itu, temannya atau.. saudaranya.”


“Benarkah? Tapi sepertinya ada sesuatu di antara mereka.”


“Ah mungkin itu hanya perasaanmu saja.”


“Taerin.. ku harap apa yang kau katakan benar dan aku harap tidak ada yang kau coba tutupi dari ku. Karena walau bagaimana pun aku tetap kakakmu, aku bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada mu. Mengerti?”


Taeho lantas bangkit dari duduknya. Tangannya sempat menyentuh puncak kepalaTaerin dan mengusapnya, sebelum tubuhnya pergi meninggalkan ruang makan.


Tsk... kenapa aku harus berkata seperti itu? Kenapa aku tidak jujur saja? Bukankah lebih baik jika Taeho tahu yang sebenarnya.. Huh!, batin Taerin. Tangannya yang bebas lantas memijat pelipisnya akibat rasa pusing yang dirasakan.



*   *   *   *



Mino bergegas memasuki mobilnya. Ia kemudian menghidupkan mesin mobil itu dan segera melaju pergi meninggalkan pekarangan rumah. Dalam fokusnya terhadap jalan yang tengah ia lalui, seulas senyum miring terpasang diwajahnya.


“Taerin.. kau gadis pintar. Tak ku sangka semudah itu untuk membuat mu tunduk pada ku.” 




To Be Continued...




...감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts