#5 Meeting - Produce 45
Cast :
Ha Sung Woon ~ Nam Chaerin
Genre :
Romance (AU - Alternate Universe)
o O O O o
Sudah berulang kali aku mematut diriku di depan cermin di
kelas. Oh.. jika cermin ini bisa berbicara pasti ia akan mengomel dan menyuruh
ku untuk berhenti karena teman-temanku yang lain juga membutuhkan dirinya.
Namun untungnya cermin ini bukanlah cermin dalam cerita dongeng, jadi aku tidak
perlu merasa takut jika tiba-tiba saja ia mengomel. Tapi lain halnya jika
omelan itu berasal dari Cheonsa.
Ya.. sahabatku yang satu itu terlihat sudah sangat lelah
dengan diriku yang berdiri di depan cermin selama hampir sepuluh menit hanya
untuk memastikan segala hal yang menempel di tubuhku telah sesuai. Kepalanya
bahkan sudah berhenti menggeleng dan hanya menyisakan bola matanya yang
sesekali berputar karena jengah. Oh bagus.. jika aku berdiri di sini lebih lama
lagi maka bukan hanya temanku yang lain yang mengomel, tetapi gadis berkacamata
itu juga akan menyuarakan emosinya kepada ku.
āSudah puas memandangi diri di depan cermin?ā Tanya Cheonsa
dengan suaranya yang agak sarkastis.
Aku menarik salah satu sudut bibirku dan berkata, ā Belum..
tetapi mata kekasih Yongpil di depan ku ini sudah hampir melompat keluar. Jadi
untuk mencegahnya aku memutuskan untuk menyudahinya.ā
Cheonsa tampak terkejut sekaligus marah begitu mendengar
ucapanku. Melihat reaksinya membuat aku ingin tertawa dengan kencang. Namun
belum juga aku bisa tertawa, Sora telah menginterupsi rencanaku untuk membuat
Cheonsa semakin kesal.
āJangan bertengkar, kita harus segera menuju lapangan.ā
āIya, guru Park telah memanggil. Aku tidak ingin dimarahi
hanya karena kita telat.ā Hara menambahkan yang membuat aku dan Cheonsa
menolehkan kepala ke arah pintu kelas dimana telah berdiri guru Park yang
tengah berbincang dengan kepala sekolah.
Oke... yang Hara katakan sangatlah benar. Aku tidak ingin
suasana hatiku menjadi runyam hanya karena mendapat omelan dari guru seni kami
yang begitu killer di saat hari masih
cukup pagi untuk menikmati hembusan angin dan cicitan burung.
* *
* *
Kami baru saja turun dari atas panggung dan bergegas
menyimpan alat musik yang kami gunakan ke ruang musik. Aku dan ketiga sahabatku
memilih untuk berkeliling sekolah untuk melihat kemeriahan pentas seni yang
tengah berlangsung. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah kantin, memang
kantin tidak masuk ke dalam lokasi pelaksanaan pentas seni tetapi karena kami
memang belum mengisi perut sejak pagi tadi jadi kantin adalah tempat yang
paling tepat untuk dikunjungi pertama kali.
Setelah memastikan makanan yang ada di masing-masing piring
telah habis, aku segera bangkit dan mengajak ketiga sahabatku untuk segera
menuju lapangan. Teriakan dan kemeriahan yang semakin kencang membuat aku tidak
sabar untuk melihat penampilan di atas panggung. Walau aku tahu bahwa bintang
tamu utama akan menampilkan penampilannya di akhir acara, tetapi ikut menikmati
dan memeriahkan acara sejak awal bukanlah ide yang buruk kan.
Saat kami sampai di lapangan, kemeriahan begitu terasa
bahkan membuat aku tidak dapat untuk tidak tersenyum. Dengan semangat yang
membara, aku mengajak Cheonsa, Sora, dan Hara untuk berkeliling melihat
keseluruhan acara siang itu. Walau matahari bersinar cukup terik dengan Cheonsa
yang terus mengeluhkannya dan Hara yang mulai lelah melihat keramaian, aku
tetap memaksa mereka untuk menemani ku.
āTidak bisakah kita mencari tempat berteduh? Ini sangat
panas.ā Keluh Cheonsa.
Sora mengangguk mengiyakan.
Aku lantas menghelas. āBaiklah, kita pergi ke dekat ruang
medis sepertinya di sana tidak terlalu panas dan tidak telalu banyak orang.ā
Ketiga sahabatku pun mengangguk dan mulai merajut langkah
menuju tempat tersebut. Meninggalkan aku yang masih belum bisa melepaskan
atensi dari penampilan di atas panggung.
āChaerin!ā Seru Sora saat aku masih setia berdiri di tempat
ku.
Aku mengangguk kemudian segera melangkah cepat menuju mereka
yang telah berjalan cukup jauh di depan ku. Saat kami sibuk berdebat dengan
kondisi panas, keramaian, dan juga keiinginan ku untuk menonton di dekat
panggung, seseorang memanggil kami. Tanpa ada komando, kami menoleh ke arah
sumber suara bersamaan. Dahiku lantas berkerut begitu melihat sosok laki-laki
yang bertanggung jawab atas panggilan tersebut.
āKalian lupa ya?ā
Aku mengerjap cepat. Oh Tuhan... bagaimana bisa dia ada di
sini? Kenapa dia berbeda? Kenapa Kau mempertemukan kami dengan dia? Apa
rencanamu Tuhan?
āOh.. kau Ha Sung Woon bukan?ā Hara menjadi orang pertama
yang berbicara dengan Sung Woon. Ya.. dia adalah Sung Woon, teman sekalas ku,
Hara, dan Sora saat kelas 9.
Laki-laki itu semakin menarik kedua ujng bibirnya. Matanya
perlahan menyipit.
āKu kira kalian lupa..ā Balasnya sedikit terkekeh.
Dan itu adalah saat dimana aku merasakan senang kembali.
Ya... senang karena bertemu kembali dengan teman lama sekaligus senang karena
Sung Woon yang kami temui.
āBerhentilah Nam Chaerin!ā Desisi Cheonsa tertahan.
Aku menatap padanya. Oh.. pasti dia menyadari bahwa aku
terus tersenyum pada Sung Woon. Aku hanya mengendik acuh sebagai respon dari
peringatannya. Memang apa yang aku lakukan? Aku kan hanya tersenyum. Aku tidak
melakukan tindak kejahatan. Jadi apa salahnya? Kenapa aku harus berhenti?
Aku mengalihkan kembali atensi ku pada Sung Woon yang masih
setia dengan senyum manisnya yang mengembang sempurna menghiasi wajahnya. Oh...
aku sadar, jika tersenyum padanya memang bukanlah tindak kejahatan. Namun
kemungkinan selanjutnya yang bisa aku lakukan karena senyum laki-laki di
hadapanku ini baru bisa disebut kejahatan. Kejahatan untuk hatiku yang mulai
merasa hangat hanya karena senyumannya yang terbingkai dalam rahang yang kokoh,
tatapan mata yang tajam, serta tubuh yang tinggi, tegap dan cukup kekar.
* *
* *
Dua hari setelah pertemuan tidak terduga di lapangan
sekolah. Aku yang sebelumnya hanya berniat untuk melihat foto-fotonya kini
mengubah niatan itu menjadi rencana untuk menjalin komunikasi dengan teman
lama. Ya.. anggap saja aku menjadi gadis baik yang ingin menjalin kembali
hubungan yang sempat terputus karena keadaan, bukankah itu yang diajarkan oleh
setiap agama?
Aku berjalan menuju kelas setelah memastikan motor yang ku
kendarai terparkir dengan benar, karena jika kalian tidak memarkirkannya dengan
benar maka jangan terkejut jika sepulang sekolah kalian akan melihat motor
kalian teronggok entah dimana dengan posisi yang tidak beraturan. Sembari berjalan,
ku rogoh saku jaket dan mengeluarkan ponselku yang beberapa kali bergetar. Sebuah
notifikasi yang berasal dari salah satu sosial media ku terlihat pada sisi atas
layar.
Senyumku mengembang begitu melihat notifikasi tersebut.
Dengan perasaan yang penuh suka cita aku membuka akunku dan melihat pada
notifikasi yang masuk. Tanganku bergerak dengan lincahnya mengoperasikan benda
itu hingga sampailah aku pada laman dimana sebuah komentar muncul yang
didahului oleh penulisan nama akunku.
@Chaerin_N hahaha..
kau bisa saja. Tapi terima kasih, aku menganggap itu sebagai pujian.
Balas akun bernama @HSWoon.
Ya.. Ha Sung Woon. Itu adalah akun miliknya. Usahaku mencaritahu mengenai
dirinya akhirnya berhasil. Aku berhasil menemukan akun sosial medianya dan
setelah berpikir sangat panjang, kurang lebih 30 menit, akhirnya ku putuskan untuk
meninggalkan sebuah komentar pada salah satu foto yang diunggahnya setelah
sebelumnya aku meminta pertemanan dengannya.
āKau terlihat lebih
tampan sekarang ini, pasti banyak yang mengejar mu.ā Cheonsa menatapku
horor.
Oh dia baru saja membaca komentar yang ku tinggalkan pada
foto Sung Woon. Reaksinya membuat aku berdecak kesal. Memangnya salah jika aku
berkomentar seperti itu? Aku kan hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak
sedang berbohong karena memang kenyataannya dia terlihat lebih tampan di
bandingkan dulu.
āKenapa? Aku kan berkata jujur.ā
Cheonsa terlihat memutar bola matanya. Nampaknya ia jengah. Baguslah
jika begitu, jadi aku tidak perlu repot-repot menutup telingaku karena
amukannya.
āIya itu kalimat yang jujur, tetapi kenapa juga harus
meninggalkan komentar seperti itu? Maksud ku, kenapa mengomentari
penampilannya? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu hanya sekedar ingin
berkomunikasi kembali sebagai teman.ā Itu Sora, gadis yang duduk di sebelah ku
sejak awal semester.
Aku baru saja ingin membuka suara saat tiba-tiba saja Hara
mendului, membuat kedua bibirku yang telah terbuka berangsur kembali menutup.
āKami hanya tidak ingin kamu melakukan hal bodoh Nam Chaerin.
Kamu tahukan bagaimana lingkar pertemanan Ha Gaeul, jadi bukan tidak mungkin
kalau berita mengenai usahamu mendekati Sung Woon yang merupakan sepupunya akan
diketahui teman sekolah kita dulu. Apakah kamu mau dan siap?ā
Pertanyaan yang diajukan Hara seperti sebuah petir yang
menyambar otakku hingga aku kembali ke dalam realita kehidupan yang sebenarnya.
Ya.. aku melupakan Ha Gaeul, teman sekelasku juga yang memiliki teman dekat
dengan mulut yang begitu menyebalkan. Sungguh mengingat itu, rasanya aku ingin
menyumpal mulut-mulut mereka dengan cabai agar mereka berhenti untuk
membicarakan orang lain!
Aku melirik pada ketiga sahabatku bergantian. Kemudian tanpa
sadar aku menggeleng.
āKalau begitu berhenti sebelum mimpi burukmu datang.ā
Lagi-lagi Cheonsa yang berkata dengan sinisnya.
Aku hanya mampu meneguk salivaku sendiri mendengar
peringatan darinya. Perasaan takut akan kemungkinan yang masih berupa
kemungkinan itu perlahan mulai menggerogoti diriku. Membuat nyali besarku mulai
mengikis hingga menyisakan sebagian kecil dari potongannya yang telah lenyap
entah kemana.
Tapi memang dasarnya aku yang keras kepala atau mungkin
kurang tahu malu, keinginan untuk tetap membalas komentar Sung Woon masih terus
mendominasi isi otakku. Rasanya tangan ini menjadi gatal jika tidak
meninggalkan komentarku pada laman sosial medianya.
Dan dibalik anggukan persetujuanku pada Cheonsa, Sora, dan
Hara, dalam hati aku memutuskan untuk tetap melakukan komunikasi dengan Sung Woon
mengikuti caraku. Lupakan mimpi buruk yang dikatakan Cheonsa. Meraih kesenangan
yang dekat lebih baik dibandingkan dengan menanti kedatangan mimpi buruk yang
masih berjalan cukup jauh atau bahkan belum bergerak sama sekali.
Setidaknya biarkan aku merasa senang walau aku tahu semua
itu tidak akan bertahan lama, karena pertemuan ku dengan Ha Sung Woon bagaikan
sebuah euforia di tengah hatiku yang terasa hampa karena sudah lama tidak
merasakan perasaan hangat karena seorang laki-laki.
E . N . D
ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment