Goodbye Baby - chapter 9





cast:


Lee Minhyuk (BtoB)  ><  Byun Taerin (OC)  ><  Song Mino (WINNER)  ><  Yoon Jisun (OC)  ><  Nam Woohyun (Infinite)



genre:


romance, university life, angst (AU - Alternate Universe)





Previous Story:
Chapter 1  I  Chapter 2  I  Chapter 3  I  Chapter 4  I  Chapter 5  I  Chapter 6  I  Chapter 7  I  Chapter 8





o  O  O  O  o






Mino menatap gusar pada tumpukan CD yang berada di atas meja. Bukan karena ia memiliki masalah dengan CD­­ CD itu. Ia hanya tidak tahu harus melakukan apa untuk membuat dirinya merasa tenang. Apakah ia harus melemparkan semua CD itu? Tapi tdak mungkin. Barang-barang tersebut bukanlah miliknya



 Atau haruskah ia bermain game online? Tidak.. tidak, itu bukan cara yang tepat. Karena ketika ia berpikir bahwa tidur adalah cara terbaik, hal itu malah membuat dirinya semakin tidak tenang.



Selama ia mencoba untuk memejamkan matanya, selama itu pula jantungnya berdetak cepat. Paru-parunya mengembang dengan volume besar namun ia tetap merasa tidak cukup. Kepalanya ikut terus berdenyut tanpa henti. Semua itu benar-benar membuat Mino lelah. Membuat rasa marah terus berkembang di dalam hatinya.



Mino lantas bangkit dari sofa. Ia beranjak menuju ranjang dan menghempaskan tubuhnya di sana. Ia tidak peduli pada sang pemilik kamar yang mungkin akan kesal padanya karena telah membuat kamarnya berantakan. Ia tidak memikirkan hal itu karena diotaknya tidak ada lagi tempat untuk memikirkan hal tidak berguna seperti itu.



Suara decit pintu sama sekali tidak dipedulikannya. Ia tetap saja mencoba untuk memejamkan mata dan berharap bahwa dirinya dapat tidur dan melupakan segala yang telah terjadi. Tapi usahanya sama sekali tidak berbuah apa pun. Mino sama sekali idtak bisa tidur. Ia tetap terjaga walaupun dirinya sudah tidak tidur selama 2 hari.



“Sepenting itu kah Byun Taerin bagi mu?” Suara berat Bobby menginterupsi Mino yang masih memejamkan matanya, berusaha untuk tidur.



Mino lantas bangun dari posisi tidur dan menghadap salah satu temannya itu dengan alis bertaut dan rahang yang mulai mengeras.



“Bukan penting dan tidak pentingnya gadis itu untuk ku. Tapi ini mengenai bagaimana hubungan orang tua ku dengan gadis itu. Kau tahu kan mereka telah bersahabat. Dan jika masalah ini sampai terbongkar, maka...” Mino mengakhiri ucapannya tanpa menyelesaikan kalimatnya.



Menurut pria berperawakan dingin itu, Bobby pasti tahu maksud dari ucapannya. Pria itu pasti tahu kemana arah pembicaraan dirinya. Karena Bobby adalah satu-satunya orang yang mengetahui segala sesuatu terkait dirinya dan perjodohan itu selain orang tuanya.



“Kalau begitu kau bisa mengatakan yang sejujurnya dan kemudian meminta maaf.” Usul Bobby. Pria itu lantas memasukan potato chip yang dibawanya dari dapur ke dalam mulut. Mengunyahnya dan kemudian menelannya.



“Tidak semudah itu. Aku tahu dan yakin kalau Taeho pasti akan berusaha untuk membatalkan perjodohan ini.”



Bobby kembali memasukan potato chipnya ke dalam mulut. Ia biarkan makanan itu melunak di sana dan kemudian barulah ia menelannya. “Bukankah kau bisa membuat alasan palsu seperti biasanya, bukankah itu mudah?”



“Tidak mungkin! Walau awalnya Taeho sangat mendukung perjodohan ini, tapi fakta bahwa gadis itu adalah adiknya membuat pria brengsek itu pasti akan berusaha mati-matian untuk membatalkan perjodohan ini. Ia pasti akan melindungi adiknya walau bagaimana pun itu caranya.”



“Yah.. ku rasa aku akan melakukan hal yang sama jika kejadiannya seperti ini. Tapi untungnya aku tidak memiliki adik perempuan, jadi aku tidak perlu repot-repot menjaganya dari pria casanova seperti mu.” Cibir Bobby. Ia kembali melanjutkan aktivitas makannya dengan memasukan satu demi satu potato chips ke dalam mulut. Kemudian mulai mengunyah makanan garing itu hingga hancur dan menelannya.



“Cih..”



Mino menarik paksa kemasan potato chips yang sedari tadi berada di genggaman Bobby. Ia lantas memasukan tangannya ke dalam. Mengambil beberapa potong kentang dan memasukannya ke dalam mulut. Walau ketenangannya tengah terusik, tetapi sebungkus makanan ringan tetap berhasil menarik minat makannya.



Kedua pria itu terus memasukan chips yang berada di dalam kemasan ke dalam mulut mereka. Sampai tiba-tiba saja ponsel Mino berdering. Ia merogoh saku celananya. Mengeluarkan benda tipis berwarna hitam tersebut dan kemudian menatap layarnya.



From: Mom

Cepat pulang. Ada yang harus kau lakukan.




*  *  *  *




Taeho mengusap wajahnya kasar. Ia juga menghelakan napasnya dengan keras bermaksud agar orang tuanya menyadari bahwa ia tidak sedang berbohong. Apa yang telah dikatakannya adalah benar. Bahkan ia juga sudah memiliki bukti yang nyata.



Tapi tampaknya harapan Taeho tidak semudah itu akan terwujud. Tuan dan Nyonya Byun telah memutuskan untuk menanyakan langsung kebenarannya kepada yang bersangkutan. Karena bagaimana pun masalah ini menyangkut dua keluarga. Mereka tidak mungkin mengambil keputusan hanya sebelah pihak saja. Mereka membutuhkan pihak lain agar tidak merusak hubungan baik yang telah terjalin sebelumnya.



Tapi orang itu bukanlah Taerin. Bukan anak gadis mereka yang menjadi korban menurut penuturan Taeho.



Melainkan Song Mino. Pria yang dikatakan memiliki wanita lain selain tunangannya sendiri. Pria yang masih terus menjalin hubungan dengan kekasihnya walaupun ia telah bertunangan dengan anak mereka. Pria yang memulai janji untuk mengakhiri hubungan di antara mereka dengan pasangan masing-masing. Namun pria itu juga yang tidak menepati janjinya.



“Kita akan menunggu keluarga Song datang. Setelah itu kita akan menanyakannya langsung.” Putus Tuan Byun setelah lelah mendengar perdebatan antara anak laki-lakinya dengan sang Ibu.



“Ayah, anak brengsek itu pasti akan mengelak jika kita mengonfrontasi langsung. Apakah Ayah tidak ingat perumpamaan seorang pencuri tidak mungkin mengaku begitu saja?”



“Tidak ada alasan Byun Taeho. Kau bisa menunjukkan foto itu sebagai bukti kepada Ibu dan Ayahnya. Jika dia tidak berkata jujur, biarkan kedua orang tuanya yang mengurus.”



Tuan Byun lantas bangkit dari sofa. Ia kemudian berjalan meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya. Ia sudah lelah. Tidak hanya fisiknya tapi pikirannya juga. Ia baru saja sampai dari perjalanan bisnis. Namun belum sempat tubuhnya berbaring di atas ranjang –hanya untuk meregangkan otot–, ia sudah di hadapkan dengan kabar tidak mengenakan mengenai perjodohan sang anak.



“Terserah Ayah..” Sama dengan sang Ayah, Taeho pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ruang keluarga. Ia membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sebelum berhadapan langsung dengan Mino dan keluarganya.



Di tempat yang berbeda, Taerin terus saja mendengarkan perdebatan antara kakaknya dengan orang tua mereka dari balik pintu. Mendengar suara teriakan-teriakan membuat hatinya mencolos. Ia tidak ingin sang kakak beradu mulut dengan Ibu mereka. Ia tidak mau hubungan keluarganya sendiri menjadi berantakan hanya karena dirinya.



Karena itulah yang membuat Taerin tidak pernah mengatakan yang sebenarnya terkait Mino. Ia takut kalau hal semacam ini akan terjadi. Ia tidak siap untuk menghadapi keadaan tersebut. Yang ia inginkan hanyalah kehidupan yang harmonis di dalam keluarganya.



Taerin.. bagaimana?



Taerin pun mengerjapkan matanya. Ia baru teringat kalau Hyejin masih menunggu laporan berita terkait kejadian yang tengah terjadi melalui sambungan telepon.



Ibu menghubungi Bibi Song dan meminta mereka datang agar Taeho mengatakan semuanya di hadapan mereka juga.



Wah itu bagus! Kalau begitu pertunanganmu dan juga Mino akan segera dibatalkan. Sudah ku katakan bukan, kalau bagaimana pun Taeho akan membela mu. Jadi tenanglah..




*  *  *  *




Malam itu terasa lebih panas dari malam-malam sebelumnya. Padahal menurut ramalan cuaca tadi pagi, ketika malam suhu udara akan turun sehingga disarankan kepada masyarakat agar membawa pakaian hangat. Tapi entah kenapa, tidak dengan keadaan di ruang tengah rumah keluarga Taerin.



Ruangan itu terasa lebih panas dibandingkan dengan tempat lain. Ditambah dengan raut ketegangan yang terpancar dari setiap orang yang ada di sana. Membuat malam itu berubah menjadi mencekam.



Tuan Byun –Ayah Taerin– menghembuskan napasnya. Kemudian ia membenarkan posisi duduknya dan bersiap untuk memulai pembicaraan penting antara keluarganya dan keluarga sahabatnya itu.



“Aku tidak tahu apa yang telah terjadi antara Taerin dan Mino. Tapi Taerin adalah anak perempuan ku satu-satunya. Aku tidak ingin ia tersakiti dan menderita. Karena itu Paman mohon katakanlah yang sejujurnya, Mino.”



Mino tidak mampu membuka mulutnya. Walau Tuan Byun berbicara dengan intonasi yang santai dan suara yang rendah, tapi kalimatnya syarat akan tekanan. Dan Mino benci itu! Ia tidak suka jika ada orang yang berbicara dengannya berucap seperti Tuan Byun. Itu hanya akan membuat dirinya terlihat bersalah.



“Mino, Ibu mohon.. katakan yang sebenarnya. Ibu tidak mau hal seperti ini akan merusakan segalanya.” Pinta nyonya Song pada sang anak.



Mendengar permintaan sang Ibu membuat helaan lolos dari mulut Mino. Pria itu kemudian memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Menatap kedua orang tuanya lalu Paman dan Bibi Byun serta Taeho yang tengah menatap tajam padanya dan Taerin yang masih bertahan dengan kepala yang tertunduk.



“Yang dilihat Taeho benar. Pria itu adalah aku dan gadis yang bersama ku adalah Jisun.”



“Ayah.. Ayah dengarkan. Anak brengsek ini sudah mengakui sebenarnya. Jadi ku mohon tolong batalkan perjodohan Taerin. Aku tidak-”



“Diamlah Taeho. Biarkan Mino menjelaskan semuanya sampai akhir.” Selak sang Ayah saat Taeho hendak menarik kesimpulan dari ucapan Mino yang belum selesai.



Mino menelan salivanya karena merasa kerongkongannya kering. Selian itu ia juga merasa bahwa kini ada makhluk jahat di sampingnya yang membuat ia merasa tidak nyaman. Ditambah lagi dengan rasa tercekik saat ia bernapas. Semuanya membuat Mino merasa seperti anak kucing yang tidak bertuan, kecil dan tidak berdaya.



“Aku memang pergi bersama Jisun. Tapi hanya sebatas teman, tidak lebih.”



“Bohong! Kau bohong Song Mino. Tidak mungkin hubungan kalian hanya sebatas teman dengan perlakuan manis yang kau tunjukan pada gadis itu, siapa Ji-sun? Dan bahkan kau membelikannya perhiasan. Apakah itu yang disebut teman huh?!?” Kesal Taeho. Pria itu sudah tidak mampu untuk meredam emosinya. Ia merasa seperti tengah dipermainkan anak kecil yang licik.



“Aku memang pergi ke toko perhiasan, tetapi aku tidak membelikannya perhiasan. Aku hanya menemaninya karena ia ingin memberikan hadiah untuk Ibunya. Hanya itu..”



“Ku kira ini hanya salah paham. Apa yang dilihat Taeho benar, maka dari itu kau harus bisa menjaga tingkah laku mu Mino. Kalau tidak, semua akan berakhir seperti ini.” Ujar Tuan Song menengahi perdebatan yang tengah terjadi antara anaknya dan calon kakak iparnya.



“Iya, Ayah kira kau hanya salah paham dengan Mino. Tolong maafkan Taeho, Hyundo Eunsa..”



“Tidak.. tidak apa. Kami paham dengan posisi Taeho. Ia adalah kakak Taerin. Dan ia merasa harus melindungi adiknya. Bukankah itu bagus. Lagi pula ini bukan sepenuhnya salah Taeho, ia bertindak seperti itu juga karena Mino. Jadi maafkan Mino atas tindakannya itu..” Kini giliran Nyonya Song yang berbicara setelah sebelumnya ia lebih memilih bungkam dan hanya mendengarkan pembicaraan yang menegangkan itu.



“Tidak ada masalah lagi bukan? Jadi perjodohan ini masih dapat dilanjutkan..” Nyonya Byun berucap. Wanita itu kini sudah bisa tersenyum lebar setelah sebelumnya hanya menampakan wajah marahnya.



“Tunggu!” Seru memekik seorang gadis dari luar.



Gadis itu langsung memasuki ruang tengah tanpa meminta izin dan juga memohon maaf kepada keluarga Taerin dan Mino. Padahal ia baru saja menimbulkan keributan kecil ketika dua pasang orang dewasa di sana tengah membicarakan hal penting.



“Hyejin..” Gumam Taerin yang terkejut ketika mendapati siapa pemilik suara memekik itu. Bagaimana tidak terkejut? Todak lama sebelumnya, ia baru saja mengakhiri sambungan telepon dengan Hyejin yang mengatakan bahwa ia sudah sampai rumah. Namun kenyataannya kini gadis itu berada di rumahnya. Dan yang semakin membuat mata Taerin melebar adalah saat ia melihat siapa yang datang di belakang sahabatnya itu.



Sontak seisi ruangan tersebut langsung beralih pada para tamu yang sama sekali tidak memiliki urusan dalam pembicaraan kali itu. Tamu-tamu yang tidak diundang untuk hadir pada peretmuan penting kali itu.



“Maaf Paman Jung Shil dan Bibi Hanjung.. maaf juga Paman dan Bibi Song. Maaf karena saya datang dan mengganggu kalian. Tujuan saya kesini hanya untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Bahwa apa yang dikatakan Taeho tidaklah salah, apa yang dilihat oleh Taeho itu semua benar. Disini Mino lah yang berbohong.”



“Hyejin.. apa yang kamu katakan? Bibi tahu kalau kamu teman baik Taerin, tapi kamu tidak berhak ikut campur dalam permasalahan ini.” Ujar Nyonya Byun. Wanita yang sebelumnya telah menarik setiap sudut bibirnya kini kmebali menampakkan wajah seriusnya.



“Yang Hyejin ucapkan benar..”



“Kamu siapa? Kenapa bersama Hyejin?”



“Saya Woohyun, teman sekolah Taerin dan Hyejin dulu. Dan saya datang kesini untuk membantu mengungkapkan yang sebenarnya terjadi. Bahwa Song Mino telah bermain api di balik pertunangannya. Jika Paman-Paman dan Bibi-Bibi tidak percaya, saya membawakan bukti yang lebih konkrit dibandingkan dengan foto yang ditunjukan tadi.”



Woohyun –pria berambut blonde itu– berbalik dan pergi meninggalkan dua keluarga yang masih merasa bingung dan terkejut. Namun tidak lama ia kembali dengan seorang gadis di belakangnya. Sontak hal itu membuat para penghuni ruang tengah tersebut terkejut. Mata mereka membulat. Alis yang bertaut. Serta dahi yang mengerut. Khususnya sosok Mino yang tidak mampu menyembunyikan rasa terkejutnya. Pria itu bahkan sampai tidak mengedip ketika melihat siapa gadis yang datang bersama dengan Hyejin –sahabat Taerin– serta Woohyun yang ia anggap sebagai rivalnya.



“Selamat malam semua.. saya Yoon Jisun, kekasih Song Mino....”



 
6 months later



Suara ramai di sekitar koridor masih terdengar hingga keluar bangunan kampus. Walaupun matahari belum lama menyinari bumi, tetapi kegaduhan akibat berkumpulnya para mahasiswa tetap akan terjadi. Hal itulah yang terjadi di pagi hari ini.



Jam yang masih menunjukan pukul 8 tidak membuat para mahasiswa itu menjadi malas. Ya.. walau ada beberapa dari mereka yang lebih memilih berdiam di kelas dengan kepala tertunduk di atas meja dan mata terpejam, tetapi nyatanya ada lebih banyak mahasiswa yang memulai kegiatan di pagi hari itu dengan berbincang penuh semangat antara satu dengan yang lain.



Keramaian pagi hari itu langsung menyambut kedatangan Taerin. Taerin yang hendak menuju kelasnya terus disambut dengan tawa pecah dari setiap mahasiswa yang tengah berkerumun di sepanjang koridor. Ia tahu betul akan hal itu sehingga keadaan tersebut tidak menjadi masalah baginya.



Taerin terus berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Dengan mengenyampirkan tali tas pada pundak kanannya dan sebuah map biru transparan pada tangan kirinya, gadis itu memasuki ruang kelas. Sorot mata penuh keterkejutan langsung diterimanya begitu ia baru masuk ke dalam.



Taerin tidak heran mendapati tatapan seperti itu dari teman sekelasnya. Mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya membuat Taerin dapat memaklumi reaksi teman-temannya begitu melihat kehadirannya di pagi hari itu.



Lihat itu!



Itu Taerin.



Iya.. dia datang.



Suara riuh yang menyambut kedatangan Taerin itu tiba-tiba saja berganti dengan pekikan Hyejin yang sebelumnya tengah asyik berbicara dengan salah satu teman mereka. Mata Hyejin pun melebar begitu mendapati sosok Taerin yang tengah berjalan ke arahnya.



“BYUN TAERIN!!!”



Taerin meletakkan jari telunjuknya di depan bibir sebagai tanda agar Hyejin tidak berteriak. “Ssshhh.. jangan berteriak seperti itu. Aku tidak tuli tahu!” Omel Taerin saat dirinya telah duduk di kursinya.



“Tapi.. i-ini. I-ini nyata kan?” Tanya Hyejin yang masih belum bisa percaya dengan kehadiran Taerin di sampingnya.



“Tentu saja. Memangnya kau pikir apa huh?”



Saat Hyejin akan menjawabnya, dosen wanita mereka yang mengajar kelas pertama datang dan membuat seluruh mahasiswa diam dan kembali ke tempat mereka. Wanita itu berjalan menuju mejanya. Ia keluarkan daftar hadir dan mengedarkannya kepada mahasiswa.



Saat ia akan memulai kelasnya, matanya menemukan sosok Taerin yang tengah duduk di sisi dekat jendala. Kemudian sebuah ingatan kembali hadir di dalam pikirannya. Wanita itu pun lantas bergerak menghampiri Taerin dengan sebuah senyuman yang terpatri di wajahnya.



“Selamat datang kembali Byun Taerin. Semoga ilmu yang kamu dapatkan selama menjalani pertukaran mahasiswa bisa kamu bagi dengan teman-teman mu.” Ujar sang dosen wanita sembari menjabat tangan Taerin.



“Iya terimakasih..”




*  *  *  *




Kelas mengenai pengolahan data itu berakhir bersamaan dengan masuknya jam makan siang. Saat ini lah yang dinantikan Hyejin untuk segera datang. Parahnya gadis itu telah menantikan jam istirahat ketika kelas baru akan dimulai. Jika saja wanita yang mengajar tadi bisa membaca isi pikiran orang lain, mungkin Hyejin telah ditendangnya keluar kelas.



Hyejin yang memang sudah tidak sabar dengan cepat memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Kemudian berdiri tepat di samping kursinya sembari menunggu Taerin yang masih sibuk dengan peralatannya sendiri.



“Cepatlah Taerin. Kita masih ada keperluan penting.”



Taerin tidak menanggapinya. Ia hanya membalas ucapan Hyejin dengan sebuah tawa kecil. “Ayo..” Ujarnya begitu ia telah siap.



Kedua gadis itu segera meninggalkan kelas mereka. Tempat selanjutnya yang akan mereka datangi tak lain dan tak bukan adalah cafetaria. Tempat dimana Hyejin bisa menikmati makanan dan minuman sembari bercengkrama dengan teman-temannya tanpa harus merasa takut akan mendapati tatapan tajam dari dosen yang mengajar.



Selama perjalanan menuju cafetaria Hyejin terus saja menceritakan hal-hal yang terjadi selama Taerin tidak ada. Bahkan hal konyol yang dilakukan dosen Yang pun juga tidak luput ia ceritakan. Hal itu membuat tawa keduanya lepas begitu Hyejin menyudahi cerita mengenai dosen yang terkenal kejam itu.



Di saat keduanya hampir tiba, tanpa sengaja mereka dipertemukan dengan beberapa orang mahasiswa. Jika saja mereka hanya mahasiswa yang tidak keduanya kenal, mungkin pertemuan kali itu hanyalah sebatas berpapasan. Tetapi masalahnya adalah salah satu dari mahasiswa tersebut adalah Mino. Song Mino.



Taerin yang melihat Mino tidak mampu menutupi rasa terkejutnya. Ia pun semakin mengeraskan genggamannya pada pundak Hyejin dan langsung menarik gadis itu pergi. Sementara Mino, ia tidak mampu untuk tidak mengindahkan Taerin. Matanya terus memerhatikan gadis itu bahkan sampai tubuhnya telah menghilang di dalam kerumunan mahasiswa lainnya.



“Sudahlah.. kalian sudah berakhir.” Ujar Bobby dengan menepuk tangannya pada pundak Mino.



Mendengar ucapan Bobby, Mino pun langsung memutar kembali kepalanya dan melanjutkan perjalannya menuju area parkir kampus.



Sesampainya di cafetaria, Hyejin langsung menyambangi tempat pemesanan untuk memesan makan siang bagi dirinya dan juga Taerin. Sementara Taerin, ia memutuskan untuk mencari tempat bagi mereka berdua.



“Jadi sekarang mulai cerita mu.” Ujar Hyejin yang baru saja bergabung bersama Taerin. Gadis itu kemudian menyimpan tasnya di samping dan merapihkan posisi duduknya.



“Cerita apa? Tidak ada yang harus ku ceritakan. Ku rasa kau sudah tahu semuanya, mengenai perjodohan itu dan keputusan ku untuk menerima tawaran pertukaran mahasiswa. Jadi apa lagi yang harus ku ceritakan?”



Hyejin mendengus mendengarnya. Ia ingin sekali memukul kepala Taerin dengan buku catatannya agar gadis itu tidak bertingkah seakan tidak tahu apa-apa.



Tsk! Iya aku tahu kalau perjodohan itu telah dibatalkan karena pengakuan Jisun. Lalu ternyata kau menerima penawaran pertukaran mahasiswa itu dan pergi dua hari setelahnya tanpa menceritakan apa pun.”



“Lalu apa lagi? Kau sudah tahu semuanya kan..”



“Iya.. tapi yang ku maksud adalah Minhyuk. Bagaimana dengannya? Bukankah Woohyun telah menceritakan semuanya pada Minhyuk malam itu juga. Lalu bagaimana kalian sekarang?” Tanya Hyejin tidak sabar. Gadis itu pun semakin mencondongkan tubuhnya ke meja.



“Bagaimana apanya? Ya.. kita sudah berakhir. Dan itu keputusannya.”



“Maksud mu, selama 6 bulan ini kalian tidak berhubungan? Dia tidak menghubungi dengan cara apa pun?” Tanya Hyejin mencoba memastikan bahwa apa yang ia simpulkan sama dengan maksud ucapan Taerin.



Taerin mengangguk. Dan itu sudah cukup memberikan gambaran bagaimana Taerin setelah perjodohannya dibatalkan. Pria yang sangat dicintainya telah benar-benar merelakan dirinya. Dan Hyejin tau kenapa Minhyuk melakukan hal itu. Jadi ia juga tidak bisa menyalahkan Minhyuk untuk 6 bulan ini.



“Apakah kau sedih?”



“Iya.. awalnya aku sedih bahkan marah karena setelah pembatalan tersebut aku tetap tidak bisa bersama dengan orang yang ku cintai. Tapi selama 6 bulan ini, aku paham bahwa aku memang ingin kembali bersama Minhyuk tetapi yang sebenarnya ku harapkan adalah terbebas dari Mino. Dan itu sudah cukup. Mungkin Tuhan sudah memiliki rencana lain..”



Hyejin mengangguk. Ia kini benar-benar mengerti bagaimana pandangan Taerin setelah malam itu. Ia juga merasa bangga dan salut pada temannya itu. Ia tidak menyangka bahwa Taerin bisa menerima keputusan Minhyuk yang pada kenyataannya hanya menyakiti mereka berdua.



“Sudah jangan bersedih. Seperti yang kau katakan, mungkin Tuhan sudah memiliki rencana sendiri. Jika Minhyuk memang jodohmu maka kalian akan bersama dan jika tidak, mungkin ada orang lain yang telah Tuhan tetapkan sebagai jodohmu. Dan mungkin saja, itu adalah..... Woohyun.”



Taerin pun menghujani Hyejin dengan tatapan tajam. Ia tidak menyangka bahwa temannya itu bisa berkata seperti itu. Maksudnya mengatakan bahwa Woohyun mungkin akan menjadi jodohnya. Bagaimana bisa Hyejin mengatakan hal seperti itu setelah ia menceritakan semuanya. Sungguh menyebalkan!



“Berhenti menjodohkan ku dengan pria mana pun. Aku tidak mau hubungan ku ke depannya akan berakhir seperti sekarang ini. Kau ingatkan awal hubungan ku dan Minhyuk itu saat kau membuat lelucon di antara kami.” Sindir Taerin.



Gadis itu pun menyesap minumannya yang baru sampai. Meninggalkan Hyejin yang tengah tertawa senang karena mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat dirinya membuat lelucon terkait kedua sahabatnya itu hingga akhirnya keduanya benar-benar terlibat hubungan asmara.




The End.




Haloha..
Finally series yang didedikasikan untuk Mino selesai!
Terima kasih untuk semua yang telah menyempatkan waktunya untuk membaca dan dengan kesabaran yang besar menunggu kelanjutan cerita ini dari November 2015 sampai di penghujung tahun 2018 ini. Terima kasih banyak untuk 3 tahunnya. Sampai bertemu di series selanjutnya, yang didedikasikan untuk..... *secret*
See you and Bye
...감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts