Still I Miss You : Kim Myungsoo's Story









o  O  O  O  o





Sebuah Chevrolet Optra hitam melaju begitu cepat, menembus sepinya jalan. Tidak memerdulikan waktu yang telah menunjukkan pukul dua belas malam, pengemudi itu tetap melajukan kendaraannya. Seakan ia akan mati jika ia menepikan mobilnya atau mengurangi kecepatannya.



Masih dengan tangan pada kemudi mobil dan mata yang tetap terfokus pada jalan, pengemudi itu kembali memacu kecepatannya hingga panah pada speedometer telah bergerak seluruhnya kebagian kanan. Wajahnya yang awalnya biasa saja kini tiba-tiba saja berubah murung. Dan sepersekian detik setelahnya, mobil mewah itu menepi tepat di depan sebuah kedai kecil yang hampir tutup.



Tears won’t come – I thought I’d be okay
So I came to this street for the first time in a while
But I guess it was a mistake



Ia menundukkan kepalanya. Mencoba menyetabilkan emosi, tapi apa daya, emosinya malah membuat satu tetes air melesat jatuh dari matanya. Ia hantamkan tangan kanannya pada kemudi mobil. Masih dengan harapan bahwa emosinya akan kembali normal setelahnya. Namun hal bodoh itu tetap tidak membuat emosinya mereda.



Ia menghela napasnya. Kembali mengangkat kepala dan menyenderkan tubuhnya. Ia tutupi wajahnya dengan tangan kanan. Dan tepat saat itu matanya kembali mengeluarkan cairan bening yang tadi sempat ia coba untuk bendung.



Hati pengemudi itu kini tengah meraung-raung. Rasa sakit telah membuat sebuah luka besar di sana. Ia merutuki kebodohannya yang membiarkan hatinya memperintahkan pergi menuju tempat dimana ia tengah berada. Tempat yang awalnya ia pikir tidak akan memberikan efek apa pun, tapi nyatanya kini malah membuat luka di hatinya semakin menganga besar.



Pengemudi itu mengakat kepalanya. Menatap lurus pada jalan yang ada di depannya. Dan sebuah ingatan terputar begitu saja diingatannya. Ingatan akan gadis yang selalu memenuhi pikirannya. Ingatan akan saat pertama mereka bersama.



Like that awkward day when we first held hands
My days spent alone still feel awkward



Walaupun kejadian itu sudah lama terjadi, tetapi ia masih dapat mengingatnya dengan sangat jelas. Mengingat bagaimana gadis itu memanggil namanya saat mereka bertemu. Mengingat bagaimana raut gadis itu saat mereka untuk pertama kalinya saling berpegangan tangan menembus dinginnya angin yang berhembus. Bahkan ia masih bisa merasakan perasaan yang ia rasakan saat ia menggenggam tangan gadis iu. Ya canggung. Dan rasa itulah yang membuatnya sulit untuk berbicara dengan gadis itu selama mereka berjalan.



Dan kini, saat sang gadis sudah tak lagi berada disisinya, ia merasakan keanehan yang sangat luar biasa. Ia tak menyangka bahwa kepergian gadis itu akan memberikan efek yang sangat besar untuk hidupnya.



Goodbye – your cold
Goodbye – voice
Is still in the wind that passes by me
I wonder where you are and how you’re doing
Are you at the place where my longing touches?
Maybe, maybe are you longing for me with the same hopes?
It’s so hard for me without you, everything is hard
In each moment I breathe, thoughts of you torture me
I try and I try but
Your traces come back to life and I’m afraid



Sosok itu membuka pintu mobilnya. Ia turun lamntas menyenderkan tubuhnya pada pintu mobil. Ia membiarkan angin malam berhembus menerpa setiap inci kulitnya. Matanya kembali dipejamkan. Membiarkan dinginnya angin yang berhembus semakin kasar saja menyerang tubuhnya. Membiarkan sang angin membuat ia bisa mendengar suara gadis itu saat angin itu berhembus.



Laki-laki itu kembali membuka kelopak matanya. Ia tengadahkan kepalanya menatap gelapnya langit malam. Seakan langit merupakan tempat penyampaian keluh kesah. Dalam hati, laki-laki itu menyampaikan segala sesuatu yang memenuhi hatinya. Menanyakan keberadaan gadis itu dan bagaimana keadaannya kini. Bukankah gila bila ia melakukan hal itu? Namun rasa putus asanya membuat ia melakukan hal bodoh itu.



Laki-laki itu kembali menghembuskan napasnya. Membuat napas yang terhembus terlihat begitu nyata karena dinginnya angin malam. Dan kembali, ia seakan mengutuki kehidupannya yang seperti puzzle berukuran satu centi. Bukankah puzzle dengan ukuran seperti itu sangat sulit untuk diselesaikan? Dan begitulah hidupnya kini.



Setiap saat tidak pernah sekalipun ia tidak memikirkan gadis itu. Bahkan ketika ia terlelap sekali pun, wajah gadis itu akan selalu menghiasi alam mimpinya. Ia jengah, dan ia juga lelah dengan itu semua. Dan hal itu sempat membuatnya mencoba menghapus bayang-bayang gadis itu dari kehidupannya. Berbagai macam cara telah ia lakukan. Mulai dari mencoba untuk mencari gadis lain, hingga hal ekstrim yang hampir merenggut nyawanya juga telah ia lakukan. Namun tetap saja bayangan gadis itu masih setia membayangi hidupnya.



Late regrets, pointless hopes
But still, my heart wants to find you again
I miss you, I’m sorry
I regret being not good enough for you
To you, to you
I want to take courage and tell you those things
But where are you?



Dan saat ingatan akan gadis itu kembali berputar diotaknya, air bening yang sempat berhenti mengalir kini kembali membasahi pipinya. Membuat laki-laki itu terjatuh. Kakinya seperti tidak mampu lagi menopang tubuh tegapnya. Dan penyesalanlah yang membuatnya menjadi seperti itu.



Menyesal karena membiarkan gadis itu mengucapkan "Myungsoo, aku ingin hubungan kita berakhir.", tepat dihari hubungan mereka menginjak tahun keempat. Menyesali kebodohannya yang membiarkan gadis itu pergi sebelum ia melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Sayangnya, rasa penyesalan yang ia rasakan tidak hanya membuat ia menyesal akan kebodohannya, tetapi membuat hatinya tetap ingin menemukan gadis itu.



Berulang kali laki-laki itu –Myungsoo– menyekah air matanya. Namun matanya tetap saja mengalirkan cairan bening tersebut. Seakan matanya tidak takut andai saja air mata itu habis.



Myungsoo kembali bangkit. Ia buka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. Memutar kunci dan menghidupkan mesin mobil. Hatinya kini meminta ia untuk mencari keberadaan sosok gadis itu. Mencarinya hingga keujung dunia sekalipun.



Tujuannya hanyalah satu, ia ingin memainta maaf pada gadis itu. Mengatakan bahwa ia sangat merindukannya. Mengatakan apa yang satu tahun lalu tidak sempat dirinya sampaikan. Dan menujukkan bahwa ia telah berubah seperti apa yang diinginkan gadis itu.


Where, where are you?
Are you at the place where my longing touches?



Tepat saat ia akan menginjak pedal gas, sebuah kenyataan pahit kembali menyadarkannya. Ia tidak tahu dimana gadis itu berada. Tempat-tempat yang ia perkirakan bahwa gadisnya berada di sana juga telah ia datangi. Dan hasilnya, gadisnya itu tidak ada di sana. Gadisnya tidak ada dimanapun.



Kenyataan itu menyadarikan ia bahwa hanya kerinduannya saja yang tersisa yang dapat ia harapkan. Entah, apakah rasa rindunya dapat membuat ia menemukan gadisnya itu atau hanya akan membawanya ke dalam keterpurukan yang semakin dalam.




F  I  N




감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts