Businesship Part 1
Main Cast = Jung Jaehyun, Lee Sanghyeon
Minor Cast = Seo Youngho, Wang Yiren, Choi Minho, Dong Sicheng, Kim Jisoo
Length = Series
Genre = Romance
Author = Salsa
**********
āJadi, kecakapanku dalam
mengelola Jung Corp selama ini tak ada artinya bagi jajaran direksi? Hanya karena
aku tak punya pasangan? Apa hubungannya punya pacar dengan memimpin
perusahaan!ā kata Jaehyun, nyaris menggebrak meja sebelum berhasil menahannya
dengan mengepalkan tangan.
āDan aku dianggap tidak stabil?ā
āMereka rasa begitu, ya.ā Choi
Minho, konsultan bisnis pribadi perusahaannya, memainkan kursinya sambil mengangkat
bahu. āBelum lagi gosip yang menyebar tentangmu di perusahaan. Mereka khawatir
itu benar.ā
āGosip apa?ā
āWah! Kau tak tahu?ā serunya
meledek. āMukamu tebal juga ya sampai gosip sepanas itu tidak tahu.ā
āGosip apa!ā Jaehyun mengulangi
dengan lebih mendesak.
āSudahlah! Aku dibayar bukan
untuk menyebar gosip. Intinya kau sudah tahu apa yang harus kaulakukan.ā
āAku masih 26. Aku tak mau
menikah.ā
āSiapa yang menyuruhmu menikah,
sih? Cukup ajak seseorangāseorang perempuan,ā Minho menekankan dengan wajah
serius, āke seluruh agendamu di Amerika Serikat. Perkenalkan dia sebagai
pacarmu dan mengaranglah kalau kalian saling mencintai dan akan bertunangan.
Masalah selesai. Ayolah, itu mudah. Hanya sampai mitra perusahaanmu di sana
tanda tangan kontrak. Hanya sampai RUPS tahunan Jung Corp selesai digelar. Kau
tahu sendiri bagaimana Seo Youngho mengincar posisimu. Apalagi dia pandai
mengambil hati pemegang saham.ā
āSeo
Youngho sialan. Jelas-jelas ini Jung Corp. Perusahaan ini dirintis oleh ayahku.ā
Minho
mendesah. āJaehyun,ā tegurnya, āJung Corp sudah jadi perseroan terbuka sejak empat
tahun lalu. Tak ada urusannya lagi siapa yang merintis. Kalau kau dianggap tak
cocok memimpin, maka RUPS bisa memberhentikanmu kapan saja.ā
āAku tahu!! Berhenti
mengajariku!! Aku cumaā¦ ah berengsek!!! Dari mana aku bisa dapat pacar?ā
āSudah kubilang ini tidak seperti
kau harus punya pacar sungguhan. Kalau kau malas mencari, ajaklah sekretarismu
itu. Siapa namanya?ā
āKim Jisoo?ā
āYa. Dia cantik, pintar. Tawarkan
saja dia uang, mana mungkin sih menolak?ā
**********
āTidak,ā kata Jisoo, tanpa
berpikir sama sekali.
Saat itu sore hari, ruangannya
sunyi dan gorden-gorden ditutup. Jaehyun sudah memikirkan cara untuk menawarkan
hal memalukan ini sejak kemarin pagi, dan jawaban Jisoo yang dingin seperti itu
benar-benar menyinggung harkat martabatnya.
āSaya punya pacar,ā tambah Jisoo.
āLagi pula saya mau resign.ā Ia
meletakkan amplop putih ke meja Jaehyun dengan kepala tertunduk muram.
Jaehyun mendengus tak terima,
āKenapa tak bilang dari tadi! Kenapa kau menungguku mengatakan semuanya dulu
sebelum bilang mau resign! Memang
niat ingin mempermalukanku, ya!!ā
āAnda tidak memberi saya
kesempatan bicara!ā balas Jisoo tak tahan. Wajahnya memerah menahan emosi dan
tubuhnya sedikit bergetar. Sebelumnya gadis itu tak pernah menjawab perkataan Jaehyun
dengan nada tinggi seperti ini. Mungkin keberaniannya timbul karena dia sudah
menyodorkan surat resign. Sekarang
dia sudah tak takut lagi dipecat. āKalau saya potong nanti diomeli. Sekarang
tidak dipotong pun tetap diomeli! Saya capek diomeli terus! Bukan bermaksud
lancang, tapi semoga sekretaris Anda selanjutnya benar-benar sabar.ā
**********
Seumur hidupnya, tak pernah
terbersit di benak Sanghyeon bahwa ia akan kabur dari rumah seperti ini.
Bangunan yang selama dua puluh tahun ini menjadi tempat ternyamannya
tiba-tiba disulap oleh orangtuanya menjadi neraka.
Semua ini bermula di awal April
tahun lalu. Saat dirinya masih semester empat, saat seorang pria paling tak
menarik yang pernah terjamah matanya berdiri di depan mobil mewah di depan
kampusnya, bermaksud menjemputnya. Sanghyeon otomatis kabur, berlarian ke halte
bus sementara mobil mewah itu mengejarnya dari belakang. Tidak hanya memalukan,
kejadian itu juga benar-benar traumatis. Sanghyeon jadi takut keluar rumah.
Namun setelah beberapa minggu, bahkan di rumah pun ia tetap ketakutan.
Orangtuanya mulai mengundang cowok bertampang abstrak itu untuk makan malam
bersama mereka.
Sejak saat itu, rumah
kesayangannya mulai terasa suram dan tak nyaman. Ibunya mulai mengumbar semua
pengorbanan yang telah ia beri kepada Sanghyeon dengan air mata yang
berderai-derai dramatis, seolah mengandung, melahirkan dan menyusui adalah
tindakan amal alih-alih kewajiban. Ayahnya mulai menatapnya seolah ia amat
mengecewakan. Kegagalan besar. Salah didik. Mereka bertingkah seolah merekalah
korbannya dan sebagai korban sesungguhnya, Sanghyeon jadi tak bisa apa-apa
selain merasa bersalah. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, bukan sesuatu
yang begitu saja dilakukan karena kau sudah cukup umur, karena uang, apalagi
hanya karena leluhurmu pernah bersahabat.
Selama sekian bulan itu,
Sanghyeon benar-benar merasa sendiri. Sama sekali tak ada satu pun keluarga
yang mendukungnya, mereka semua menghakiminya dengan kejam, menuduhnya keras
kepala dan tidak dewasa.
Jika kedewasaan wanita diukur
dari mau tidaknya ia menikahi ahjussi jelek bermobil mewah yang senantiasa
menutup mata dari ketidaktertarikkan prominen yang ditunjukkan lawan jenisnya,
maka Sanghyeon positif ia tak mau jadi dewasa. Ia tak mau menyerahkan sisa
hidupnya pada cowok tak tahu malu seperti itu.
Setelah hampir setahun Sanghyeon bersikap
tegas dan konsisten akan keputusannya, ia kira orangtuanya akan mengerti dan
membiarkannya bernapas. Namun ternyata tidak sama sekali. Sekarang mereka malah
bermaksud untuk melakukan pertemuan keluarga, membicarakan tanggal baik dan hal
gila lainnya. Hati Sanghyeon mencelus. Kekecewaannya pada orangtuanya, pada
hidupnya, pada duniaā¦ semuanya sudah melampaui batas.
Maka di sinilah ia sekarang
alih-alih di rumahnya. Sanghyeon kabur lewat pintu belakang tepat saat mobil
mewah si berengsek itu datang. Kesabarannya habis. Sanghyeon bersumpah
kebenciannya pada si ahjussi itu benar-benar sudah membara. Di cerita hidupnya,
cowok itu adalah penjahat bengis keji yang mengerikan. Dan Sanghyeon pun sadar
bahwa bagi cowok itu, dirinyalah penjahatnya. Cewek sombong tak tahu diri yang
kabur begitu saja di acara penting. Perempuan gila yang bikin malu keluarga.
Mereka adalah penjahat di cerita satu sama lain dan Sanghyeon tak sanggup lagi
untuk peduli. Entah chaos macam apa
yang sedang terjadi di rumahnya sekarang.
Sanghyeon turun di pemberhentian
terakhir dan menarik kopernya di sepanjang trotoar tanpa ada tujuan.
Lampu-lampu mulai dinyalakan. Ia menemukan sauna 24 jam dan memutuskan untuk
bermalam di sana sebelum bangun besok pagi dan berkeliling mencari pekerjaan.
*********
Setelah memberikan surat resign, Jisoo seenaknya tak masuk kerja lagi
keesokan harinya. Inilah kenapa perusahaan-perusahaan malas mempekerjakan
orang-orang yang baru lulus kemarin sore. Mereka benar-benar tak ada tanggung
jawabnya.
Jaehyun masuk ke ruangannya dan
menggerung kesal begitu tak menemukan Americano favoritnya di meja. Ia pun
keluar lagi, bermaksud mencari seseorang untuk disuruh membelikannya kopi.
Namun semua orang langsung pura-pura sibuk dan menghindari matanya.
Jaehyun mendecakkan lidah. Lantas melangkah lurus ke elevator. Sementara ia
berjalan, matanya melirik karyawati-karyawatinya yang berpostur lumayan. Namun
tiba-tiba saja percakapan terakhirnya dengan Jisoo kemarin sore terngiang di
kepalanya.
āLebih baik Anda tidak cari perempuan di kantor ini jika tak mau
gosipnya makin menyebar.ā
āGosip apa?ā
āAnda gay.ā
Jaehyun tiba di coffee shop di seberang kantornya dan
langsung memesan. Sembari menunggu pesanannya dibuat, Jaehyun bersandar di sisi
lain konter dan tak sengaja mendengar percakapan yang menarik. Ia menoleh dan
menemukan seorang perempuan berambut ikal tengah bicara dengan supervisor kafe. Wanita itu membawa
koper besar dan raut wajahnya dipenuhi gurat keletihan yang membuat iba.
āKenapa Anda tidak bilang
langsung saja kalau saya tidak diterima? Sudah dibilang saya tidak punya
ponsel, mau hubungi ke mana!ā
āBaguslah kalau Anda cepat paham.
Lagian sudah dibilang tak ada lowongan malah memaksa diinterview.ā
āTadi Anda yang suruh interview
dulu! Bagaimana sih!ā
āSaya tidak bilang begitu, kok.
Anda kenapa sih siang bolong begini malah mengigau.ā
āPermisi,ā Jaehyun tiba-tiba
menyela. Wanita berkoper dan si supervisor kafe menoleh padanya. āApa Anda
punya waktu sebentar?ā Ia bertanya kepada sang wanita. Si supervisor kafe
memutar mata dan pergi meninggalkan mereka begitu saja.
āAda perlu apa?ā
āAnda mau duduk? Mau kopi?ā
āDi situasi seperti ini saya tak
bisa buang-buang uang untuk kopi.ā
āSaya yang bayar.ā
āOke.ā
āApa yang Anda mau? Americano?ā
āVanilla Latte.ā
āBaik, saya pesankan. Boleh
tolong carikan tempat duduk untuk kita berdua?ā
āOke.ā
Tak lama kemudian, Jaehyun pun
menghampiri meja yang dipilih gadis itu dengan nampan berisi Americano-nya dan
Vanilla Latte milik sang gadis. Ia duduk di hadapannya dan langsung
memperkenalkan diri.
āNama saya Jung Jaehyun, saya CEO
perusahaan di seberang sana, Jung Corp.ā
Jaehyun bisa melihat perubahan
wajah gadis di depannya dengan jelas, ia tercengang sampai tak sadar membuka
mulutnya dan hal itu membuat Jaehyun tersenyum.
āSaya Lee Sanghyeon. Mahasiswi
bisnis semester enam di Universitas Seoul.ā Alis Jaehyun tertarik penuh minat selagi
ia menyesap Americano-nya. Ia meletakkan gelasnya dan menatap Sanghyeon sambil
berdeham sedikit.
āNona Lee Sanghyeon, saya punya
proposal untuk Anda,ā katanya. āAnda bisa langsung bilang tidak, saya
sepenuhnya mengerti. Maksud saya, kita baru bertemu hari ini tapi saya sudah
meminta yang tidak-tidak.ā
āJawaban saya tergantung proposal
Anda.ā
Jaehyun mengusap belakang kepalanya
dengan canggung sebelum melanjutkan, āSaya tak sengaja mendengar obrolan Anda dengan supervisor kafe tadi. Nampaknya Anda sedang butuh pekerjaan.ā
āYa.ā
āApa Anda bersedia pura-pura jadi
pacar saya?ā Alis Sanghyeon berkerut. āHanya untuk acara-acara perusahaan. Dua
minggu lagi saya akan melakukan perjalanan bisnis ke Amerika dan
konsultan saya mengusulkan agar saya membawa seseorang. Biaya perjalanan Anda
akan saya tanggung, dan saya akan membayar semua pakaian, sepatu, aksesoris,
dan apa pun yang Anda butuhkan untuk acara-acara itu.ā
Sanghyeon terdiam seribu bahasa. Membelalak menatap Jaehyun seolah pria itu sudah gila.
Melihat reaksinya itu, tawa
canggung keluar dari bibir Jaehyun. āMaafkan saya. Dalam waktu secepat ini saya
benar-benar tak tahu harus mencari perempuan di mana, saya tidak bermaksud
untuk merendahkan Anda atau apa. Sekali lagi saya minta maaf, Anda bisa
menganggap pembicaraan ini tak pernahā¦ā
āBerapa?ā sela Sanghyeon. āBerapa yang akan saya dapat?ā
Jaehyun nampak terkejut selama
beberapa saat sebelum akhirnya berhasil menguasai diri. Sejenak ia merenungkan
harga di kepalanya. āAnda harus tinggal dengan saya di Amerika selama empat sampai lima bulan, tergantung lancar atau tidaknya proyek saya di sana. Dan selama itu saya sanggup membayar 10 juta won per bulannya. Bagaimana
menurut Anda?ā Sanghyeon menggigit bibir. Itu gila. Sepuluh juta won? Per
bulan? Ia akan tinggal di Amerika dan pura-pura jadi pacar seorang CEO
perusahaan sekelas Jung Corp? Dan dibayar untuk itu? Sanghyeon menggenggam
gelas lattenya dengan erat, dalam hati berpikir apakah ini nyata? Apa ia tidak
sedang dijebak? Apakah sebentar lagi ia akan dikejutkan oleh orang-orang dari
stasiun tv yang menanyakan bagaimana perasaannya? Tapi sekalipun ia tak dijebak,
apa ia akan menerima tawaran manis ini? Apa dia sungguh repot-repot kabur dari
rumah demi menghindari cowok hanya untuk jatuh ke perangkap cowok yang lain?
Sanghyeon menatap wajah rupawan Jaehyun dan mendesah, tampang memang bisa
mengubah segalanya.
Sebelum Sanghyeon menjawab,
Jaehyun menyela cepat. āSaya tidak mencari pacar sungguhan, saya sama sekali
belum tertarik untuk menjalin hubungan romantis dalam bentuk apa pun, termasuk
secara seksual. Jadi jika saat ini ada prasangka yang berkelebat di kepala Anda
bahwa saya sedang menawarkan diri untuk menjadi sugar daddy Anda atau apa, tolong buang jauh-jauh prasangka itu.
Saya bisa pastikan saya bukan orang seperti itu.ā Jaehyun nampak canggung
sekali saat mengatakannya, dan bibir Sanghyeon otomatis tertarik membentuk
senyum geli. āSaya masih harus fokus menjalankan perusahaan. Akhir-akhir ini
banyak yang harus dikerjakan dan saya juga harus menjaga posisi saya dalam RUPS
tahunan. Saya benar-benar butuh seseorang untuk diperkenalkan, tapi tak siap
untuk menjalin hubungan. Jadi saya terpaksa mengambil jalan pintas.ā
Sanghyeon menelan senyumnya dan mengangguk
paham menanggapi penjelasan Jaehyun. Dalam hati berpikir mungkin ada baiknya ia diinterview
sampai setengah jam di kafe ini, kesempatan sehebat ini tidak akan datang dua
kali, bahkan jika ia bereinkarnasi sampai dua puluh kali sekalipun, belum tentu
ia bisa bertemu CEO perusahaan besar yang bersedia membayar sepuluh juta won
per bulan hanya untuk jadi pacarnya. Tidak dibayar pun tetap saja mustahil.
āAnda bisa memikirkannya dulu.ā
Jaehyun mengeluarkan kartu namanya. āAnda bisa cari nama saya di internet untuk
memastikan bahwa saya bukan penipu.ā
Sanghyeon mengambil kartu nama
itu dan mengamatinya selagi Jaehyun menghabiskan sisa Americano-nya dan
berdiri. Sanghyeon mendongak dan langsung ikut berdiri menghadapnya. āSaya
menunggu kabar baik dari Anda,ā kata Jaehyun, menyunggingkan senyum melemahkan hati sebelum melangkah pergi.
**********
Sanghyeon sudah setengah jalan
menuju sauna lagi saat tiba-tiba saja hujan turun. Sambil menyeret roda
kopernya yang mulai macet, ia berlari ke bangunan terdekat. Sebuah gereja
katolik luas yang nampak gelap dan sunyi. Lampu-lampu mati dan pintu utamanya
dikunci. Sanghyeon berteduh di teras sambil mengusap muka dan rambutnya yang
setengah basah.
Sekian lama ia hanya bergeming
diam menunggu hujan. Sampai akhirnya wajah teduh Jaehyun mulai terbayang di
antara langit malam yang muram. Pria itu memandangnya sambil tersenyum hangat
dari balik gelas Americano-nya. Manis sekali. Sanghyeon balas tersenyum,
sebelum akhirnya ia sadar itu cuma halusinasi dan langsung menggeleng sendiri.
Ini gila. Jika Sanghyeon
sebegitunya butuh uang, bukankah ia hanya tinggal pulang saja? Sekarang mana
coba yang lebih bahaya, menikahi pria berusia satu dasawarsa di atasnya, yang
amat tidak enak dilihat tapi kaya raya dan dikenal baik orangtuanya, atau
tinggal selama lima bulan di Amerika bersama orang asing yang baru ia
temui pagi ini? Pilihannya akan jadi luar biasa mudah jika ia menyebutkan
faktor X dari orang asing itu; dia luar biasa tampan, CEO perusahaan besar dan
bersedia menggajinya sepuluh juta won per bulan. Menikah membutuhkan hubungan
emosional yang kuat, Sanghyeon bisa membayangkan dirinya menangis darah dan
depresi akut jika tiap hari harus melihat wajah si ahjussi, harus pura-pura bahagia
sampai salah satu dari mereka mati, namun dengan si CEO Jung Corp, Jung
Jaehyun, semuanya tak lebih dari sekadar hubungan bisnis. Mereka adalah rekan
kerja, tak lebih. Tapi masalahnya ia tak kenal Jung Jaehyun. Bagaimana jika
ternyata pria itu pembunuh berantai? Bagaimana jika sebenarnya ia seorang
kriminal? Pelaku perdagangan orang?
Saat pikirannya sudah semakin
liar, tiba-tiba saja pintu di belakangnya berdesing membuka dan membuat
Sanghyeon terkejut hingga berteriak kencang.
Sanghyeon menoleh dan menemukan
seorang biarawati tengah mengernyit padanya. āAda yang bisa saya bantu, Nona?
Dari tadi Anda berdiri di sini.ā
āM-maaf, saya cuma sedang berteduh."
"Baiklah kalau begitu."
"T-tunggu, apaā¦ Anda punya komputer?ā tanya Sanghyeon begitu saja, āada yang harus saya cari di internet. Darurat.ā
"Baiklah kalau begitu."
"T-tunggu, apaā¦ Anda punya komputer?ā tanya Sanghyeon begitu saja, āada yang harus saya cari di internet. Darurat.ā
āYa, kami punya.ā Kerutan di dahi biarawati itu kini muncul lagi. āSilakan ikuti saya.ā
Mereka memasuki perpustakaan mini
berisi buku-buku agama dan biarawati itu menyuruhnya berdiri di belakang konter
selama ia menghidupkan komputer.
āApa yang ingin Anda cari?ā
āJung Jaehyun Jung Corp.ā
Sang biarawati mendongak secepat
kilat dan nampak tertegun memandang Sanghyeon.
āJung Jaehyun Jung Corp, tolong.ā
Sanghyeon mengulangi dengan lebih sopan, tak lupa menyelipkan senyum, mengira
ia diberikan pandangan seperti itu karena lupa bilang ātolongā.
Biarawati tersebut pun mulai
mengetik di mesin pencari dan begitu hasil pencariannya keluar, Sanghyeon
langsung mengulurkan kepalanya ke layar.
Foto dan data diri Jaehyun
terpampang lengkap dengan perkiraan kekayaannya. Dia adalah orang terkaya
ke-32 se-Asia versi majalah Forbes dan dagu Sanghyeon rasanya jatuh
ke lantai melihat deretan angka nol di samping mata uang dollar di bawah
fotonya.
āWah,ā gumam gadis itu sambil
melirik sang biarawati. āOrang seperti ini tak mungkin penipu, kan? Kalau dia
sekaya itu, dia tak mungkin punya niat menjual organ tubuh manusia atau
melakukan perdagangan orang, kan? Atau apa menurutmu dia psikopat?ā
Biarawati itu entah mengapa nampak
tersinggung. āSaya yakin Jung Jaehyun-ssi adalah orang baik,ā katanya tegas.
Sanghyeon sudah memberengut hendak
menentang saat sang biarawati berdiri tiba-tiba dan mengambil buku kas ber-hard cover, lantas membebernya di depan
Sanghyeon. āDia penyumbang terbesar di gereja ini selama dua tahun
berturut-turut,ā ia menunjuk nama Jaehyun yang tertera di paling atas. āTiap
bulan tak pernah absen menyumbang. Tak berlebihan jika saya bilang gereja ini
masih berdiri berkat uangnya. Bahkan ubin yang kau injak itu juga bisa dibeli
karena uang sumbangannya, Nona.ā
āAh, begitu rupanya.ā Sanghyeon
akhirnya mengerti kenapa biarawati ini nampak tersinggung. Ia benar-benar
kehilangan kata.
āAda yang bisa saya bantu lagi?ā
tanya sang biarawati ketus.
āYa. Boleh pinjam telepon?ā
**********
Ponsel Jaehyun berdering tepat
saat sang pemilik hampir tertidur. Dengan enggan, pria itu mengulurkan tangan
dan mengangkatnya sebelum mendekatkannya ke telinga. āHalo.ā
[Saya Lee Sanghyeon, perempuan
yang Anda temui di kafe tadi pagi. Saya mau bilang bahwa saya menerima tawaran
Anda dengan dua syarat.]
Jaehyun mengucek mata dan langsung
bangkit ke posisi duduk. Kantuknya hilang seketika. āSebutkan
saja.ā
[Setelah semua ini berakhir,
setelah saya lulus kuliah, saya mau diberi pekerjaan dengan posisi bagus di
perusahaan Anda.]
āBukan masalah.ā
[Syarat kedua, tolong carikan
saya tempat tinggal sampai kita berangkat ke Amerika.]
Jaehyun melirik jam dindingnya
yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam dan mengernyit. āTempat
tinggal?ā
[Ya.]
āMemangnya di mana Anda
sekarang?ā
[Di Gereja Betlehem.]
āSaya ke sana sekarang.ā
Sembari berjalan ke mobil,
Jaehyun membuka kembali email dari tim HRD yang diterimanya siang ini. Email
itu berisi tiga orang calon pengganti Jisooāuntuk menjadi sekretaris
pribadinyaāyang sudah lolos seleksi berkas. Rencananya, karena Jaehyun adalah user
langsung, maka ketiga orang itu akan diinterview olehnya besok lusa. Namun
Jaehyun menemukan cara yang lebih efisien untuk mendapatkan kandidat terbaik
sekaligus menghemat waktunya.
Sambil menstarter mobil, Jaehyun
menelepon Min Hyo Sun, kandidat pertama. Tidak diangkat. Ia langsung beralih ke
kandidat kedua dan hasilnya sama. Mobil Jaehyun berbelok meninggalkan
pekarangan rumahnya saat Jaehyun mendecakkan lidah dan menelepon kandidat
ketiga.
Diangkat.
[Kau tahu jam berapa ini!] Pria
di ujung telepon menjawab dengan serak. Ada kemarahan dalam suaranya yang
membuat bibir Jaehyun tertarik membentuk senyum.
āSaya Jung Jaehyun, CEO Jung
Corp.ā
[Baik Jung Jaehyun CEO Jung Corp,
kau tahu jam beraāHEHH!!! CEO JUNG CORP!?]
āYa. Kau Dong Sicheng?ā
[Benar. Saya Dong Sicheng. 25
tahun. Lulusan strata dua akuntansi universitas Chung-Ang. Saya..}
āCarikan saya tempat tinggal
untuk dua minggu ke depan. Kirimkan perkiraan harga dan lokasinya ke email jungjae@jcorp.com. Kalau pekerjaanmu bagus,
besok pagi kau bisa langsung kerja.ā
[Wah!! Terima kasih. Saya
sangatā¦]
āSaya tunggu dalam dua puluh
menit.ā
[Dua puluh menit?]
āTerlalu lama?ā
[TIDAK!!]
āBagus.ā
[Boleh saya tahu berapa budget Anda, Tuan?]
āTak terhingga.ā
Jaehyun mematikan sambungannya begitu
saja dan fokus menyetir. Sepuluh menit kemudian, ia sampai di gereja yang
dimaksud dan turun dari mobilnya. Ia melihat Sanghyeon tengah duduk di undakan
tangga gereja di teras sambil memeluk kopernya. Matanya terpejam.
āLee Sanghyeon-ssi?ā
Sanghyeon terlonjak sedikit dan
langsung mendongak. āAh! Anda sudah sampai.ā Ia segera berdiri. āMaaf sudah
membangunkan malam-malam.ā
āTidak masalah. Ayo.ā
Sanghyeon mengangguk dan
mengikuti Jaehyun ke mobilnya. Pria itu membantunya memasukkan koper ke bagasi
dan membukakan pintu penumpang untuknya.
Begitu Jaehyun akhirnya duduk, ia
langsung mengecek ponselnya. Email dari Dong Sicheng sudah masuk. Ia membacanya
sebentar sebelum mengulurkan ponselnya pada Sanghyeon.
āSilakan pilih yang Anda
suka.ā
Sanghyeon mengecek pilihan-pilihan
yang diberikan dan terkejut bukan main. Hotel bintang lima? Mengontrak satu
rumah penuh? Menyewa apartemen? Jangan gila!
āPadahal kos-kosan pun tak
masalah,ā kata Sanghyeon. āBukankah ini terlaluā¦ā
āKalau Anda tak suka, saya akan
suruh calon sekretaris saya mencarikan yang lain.ā
āBukannya tidak suka. Tapiā¦ā
āKalau begitu pilih saja. Lebih
cepat lebih baik.ā
Sanghyeon melirik Jaehyun yang
terus menyela ucapannya dengan nada tak ramah dan mendengus sebal. āHotel
saja,ā sahutnya tak acuh, sengaja memilih yang paling mahal untuk membuat
Jaehyun geram. Namun pria itu nampaknya tak peduli sama sekali dan langsung
memasukkan alamat hotelnya ke navigasi.
Mereka tiba di hotel tersebut dua
puluh menit kemudian. Sicheng sudah memesankan suite room jadi keduanya tak perlu berlama-lama lagi di meja
resepsionis. Setelah check-in, seorang
bell boy membantu membawakan koper
Sanghyeon dan sebelum gadis itu masuk ke elevator, Jaehyun berdeham untuk
mendapatkan perhatiannya. āMaaf, Lee Sanghyeon-ssi, apa Anda tak punya nomor
telepon yang bisa saya hubungi?ā
Muka Sanghyeon mendadak muram. āTidak ada,ā katanya tak enak. āSaya meninggalkan ponsel saya di rumah.ā
āDan Anda tak bisa mengambilnya?ā
Sanghyeon menggeleng. āMaaf.ā
āAkhir pekan ini ada waktu? Anda memerlukan
banyak gaun dan saya dengan senang hati akan menemani Anda ke butik. Lagi pula kita
harus saling mengenal dulu sebelum bisa bersandiwara.ā
āYa, saya ada waktu.ā
Jaehyun tersenyum lega. āBaiklah.
Kalau begitu silakan istirahat." Ia menunduk sopan. "Selamat malam.ā
Sanghyeon balas menunduk dengan kikuk.
āSelamat malam.ā
**********
Tepat setelah resepsionis hotel
menelepon ke kamarnya, tanpa buang waktu Sanghyeon bergegas turun ke lobi.
āTuan Jung Jaehyun sudah menunggu Anda,ā kata sang resepsionis ramah, diiringi
dengan ucapan āterima kasihā yang samar dari Jaehyun.
Berbalut setelan jas biru
gelap yang rapi, Jaehyun nampak begitu bersinar dan mencolok sehingga hal pertama
yang Sanghyeon lihat setelah pintu elevator terbuka adalah dirinya. Dengan
gugup, Sanghyeon yang cuma memakai jins dan kaus merah terangāsekalipun itu
adalah pakaian terbaik yang sempat dijejalkannya ke koperāmenghampiri sang pria
yang berdiri gagah di samping jendela kaca.
āMaaf membuat Anda lama
menunggu.ā
Jaehyun langsung menoleh dan menegakkan
badan, tak lupa menyunggingkan senyum tipis andalannya. āKita
jalan sekarang?ā
āYa.ā
Jaehyun membawanya ke butik mewah
di kawasan Gangnam. Gaun dan aksesoris dari brand-brand dan desainer mode
terkemuka dunia yang sanggup Sanghyeon bayangkan ada di sana. Lengkap. Semuanya
berjejer dalam etalase kaca setebal setengah inci dengan masing-masing seorang
penjaga di setiap raknya.
āPilihlah yang
Anda suka,ā kata Jaehyun mempersilakan.
Sanghyeon meremas ujung kausnya
dengan gugup sebelum menoleh pada Jaehyun. āSaya tak terlalu pandai memilih
gaun.ā
Jaehyun langsung menoleh pada
pramuniaga yang baru saja menghampiri mereka. āTolong bantu rekan saya
memilih.ā
āBaik, Tuan.ā
Jaehyun kemudian beranjak ke sofa
tunggu sambil mengeluarkan ponselnya. Membalas email yang masuk dan tenggelam
dalam urusan kantornya begitu saja.
Sanghyeon diajak berkeliling
butik dan mencoba banyak sekali mini dress
yang manis. Ia juga dibantu memilih stiletto
dan perhiasan-perhiasan cantik. Hari itu, Sanghyeon benar-benar merasa di atas
awan. Ia tak pernah sebahagia itu seumur hidupnya. Para pramuniaga di sana
memperlakukannya bak putri raja dan memujinya dengan berlebihan. Sanghyeon
hampir percaya bahwa kulitnya nampak berkilau dalam balutan spandex kuning dan lekuk
tubuhnya amat luar biasa hingga harus ditonjolkan dengan memakai wrap dress. Sanghyeon tak bisa
mengendalikan pipinya yang terus merona sekalipun ia tahu pujian mereka hanya
merupakan trik marketing.
Setelah mencoba kurang lebih
tujuh gaun, kini Sanghyeon kembali masuk ke ruang ganti dengan membawa gaun
hijau mint sebatas lutut rancangan Valentino. Bahunya terbuka dan ada Kristal
swarofski yang bertumpuk di bagian dadanya. Gilap-gemilap terkena cahaya.
Saat Sanghyeon menyibak gordennya,
ia terkejut melihat Jaehyun berada di hadapannya.
āApa ada yang Anda suka, Lee
Sanghyeon-ssi?ā
āY-ya,ā kata Sanghyeon canggung,
āsaya suka gaun ini. Apa Anda juga suka?ā
Pertanyaan itu keluar begitu saja
dari mulut Sanghyeon dan membuat Jaehyun hampir tertawa. āYa, saya sudah pasti
suka kalau Anda suka.ā
Jawaban Jaehyun berhasil membuat
butik yang sejuk itu tiba-tiba jadi terasa panas. Para pramuniaga di belakang mereka terkikik. Sanghyeon menelan ludah dan malu-malu menundukkan wajahnya.
āAda lagi yang Anda suka?ā
āYa, sayaā¦ā Sanghyeon berjalan
salah tingkah ke etalase brand Chanel
dan menunjuk midi dress hitam yang
simpel dan elegan. āā¦ saya juga suka gaun itu. Bahannya dari kain taffeta jadi
kelihatan mengilap. Saya suka semua yang berkilauan.ā
Tanpa basa-basi, Jaehyun pun
langsung menoleh pada pramuniaga di belakangnya. Ia menunjuk etalase yang
dimaksud Sanghyeon lalu menggerakkan telunjuknya sampai ke ujung lorong. āSaya
ambil semuanya.ā
Sanghyeon melotot kaget.
āDari etalase Chanel sampai Dior,
Tuan?ā Pramuniaga itu memastikan.
āYa, tolong pastikan semuanya sesuai dengan ukuran rekan saya.ā Jaehyun memandang Sanghyeon yang masih syok
dan lagi-lagi terlihat hampir tertawa. āSaya juga mau semua perhiasan dan heels dalam daftar best seller Anda. Dan kalau ada gaun atau aksesoris lain yang
berkilauan, saya ambil itu juga. Rekan saya bilang dia suka semua yang
berkilauan.ā
Sanghyeon tersekat dan
menggeleng-geleng. Bukan begitu maksudnya.
Jaehyun menyerahkan kartu kredit
silvernya dan mereka melakukan transaksi di hadapan Sanghyeon yang masih
melongo hanya dalam satu menit.
āKami akan makan siang di
restoran seberang, saya harap semua barang yang kami beli sudah siap begitu
kami kembali.ā
āBaik, Tuan.ā
Saat pramuniaga itu pergi,
Sanghyeon baru menghampiri Jaehyun dengan wajah panik luar biasa. āKenapa Anda
melakukan itu? Padahal maksud saya bukan begitu. Saya cuma suka midi dress yang hitam. Kenapa tiba-tiba
beli semuanya?ā
āJadi Anda ingin semuanya
dikembalikan?ā
āBukan begitu. Tapiā¦ā
āAnda suka steak?ā
āApa?ā
āSaya sudah buat reservasi di
restoran seberang. Kita bisa saling mengenal sebagaimana yang saya janjikan
selagi kita makan siang.ā
āYa, saya sukaā¦ steak.ā
āKalau begitu ayo.ā
āSebentar saya ganti baju dulu.ā
āBukankah Anda bilang Anda suka
gaunnya?ā
āYa, saya suka.ā
āKalau begitu tidak usah
diganti.ā
Tanpa menunggu perkataannya
dibalas, Jaehyun langsung berbalik dan berlalu begitu saja menuju pintu keluar. Membuat Sanghyeon tak punya pilihan lain selain mengikuti.
Restoran steak yang dimaksud Jaehyun benar-benar tidak masuk akal. Baik dari
desain interior sampai harga makanannya, semuanya benar-benar sinting. Segala
hal di sini meneriakkan kemewahan yang memuakkan. Sanghyeon duduk di hadapan
Jaehyun di tengah restoran dan langsung mengikat rambutnya dengan karet
gelang. Memandang berkeliling dan mengernyit melihat betapa eksklusifnya
pengunjung-pengunjung di sini. Semua orang terlihat elit dan mewah seolah
berasal dari dunia lain. Sekalipun menggunakan gaun karya Valentino dan
stiletto keluaran Jada, entah bagaimana kepercayaan diri Sanghyeon tetap saja terjerembab
ke lantai dan membuatnya tak nyaman.
āAnda mau pindah ke restoran
lain, Lee Sanghyeon-ssi?ā Seolah bisa membaca pikiranāatau mungkin ia hanya
pandai membaca ekspresi wajahāJaehyun menanyainya dengan ramah.
Sanghyeon langsung menggeleng.
āTidak, tidak perlu. Saya cuma agak canggung, ini pertama kalinya saya ke
restoran seperti ini.ā
āAnda harus membiasakan diri.ā
Sanghyeon cuma mengangguk.
āApa ada menu yang Anda mau coba?
Saya sudah pesankan T-bone sapi dan Tenderloin untuk kita berdua. Itu menu
andalan di sini. Tapi kalau Anda mau
coba yang lain, saya bisa ganti pesanannya.ā
āTidak perlu, saya tidak pilih-pilih makanan, kok.ā
āBaik kalau begitu.ā
Obrolan ringan pun dimulai.
Awalnya terasa sedikit canggung, namun setelah beberapa menit, terlebih setelah
makanannya datang, obrolan mereka pun mengalir dengan mudah. Jaehyun
benar-benar piawai untuk membangun suasana dan mengarahkan percakapan.
Sanghyeon beberapa kali tersadar bahwa pertanyaan pribadi yang tadinya ia
ajukan untuk Jaehyun tiba-tiba berbalik lagi padanya. Mungkin Jaehyun belum mau
membiarkan Sanghyeon mengenalnya terlalu jauh dulu. Atau mungkin, ia sebenarnya
tidak mau membiarkan Sanghyeon mengenalnya sama sekali. Lagi pula semua ini
cuma pura-pura. Mereka tidak sedang kencan sungguhan.
Hidangan penutup yang terdiri
dari beraneka fruitcake dan banana split disajikan, ditata dengan
rapi dan berkelas. Sanghyeon tengah menusuk buah stroberi dengan garpu dan
mencocolnya ke dalam es krim vanilla saat Jaehyun mengubah percakapan yang
semula berkutat di pendidikan ke sesuatu yang lebih spesifik.
āSaya sadar bahwa Anda sedang ada
masalah dengan keluarga Anda,ā Jaehyun bicara dengan hati-hati, ia ingat
bagaimana gadis itu membawa koper ke mana-mana dan meninggalkan ponsel begitu
saja di rumahnyaātanpa berniat mengambilnya sama sekali dan itu menjelaskan
sesuatu. āApa mungkin Anda kabur dari rumah?ā
Sanghyeon menggaruk bagian
belakang lehernya dan mengangguk.
āSaya tidak akan bertanya
alasannya. Itu privasi Anda. Saya cuma mau tahu apa Anda bawa paspor.ā
āYa, saya bawa paspor. Saya
menyimpannya bersama ijazah dan dokumen penting lain, jadi syukurlah tidak
tertinggal.ā
āBaguslah kalau begitu. Saya akan
mulai mengurus visa Anda.ā
Sanghyeon mengangguk pada Jaehyun
dan mengunyah stroberinya pelan-pelan.
Saat itu, seorang pria jangkung
berkemeja rapi masuk ke restoran dan langsung menghampiri Jaehyun. Ia
mengulurkan bungkusan yang terbuat dari kardus hitam kecil dan Jaehyun menerimanya sambil berterima kasih. āKau bisa langsung kembali ke kantor. Kerja
bagus, Dong Sicheng-ssi.ā
āSaya permisi, Pak Bos.ā Dong
Sicheng membungkuk pada Jaehyun lalu pada Sanghyeon, yang buru-buru menyeka
mulutnya yang penuh krim kocok dengan serbet dan balas membungkuk. Sanghyeon
tersenyum mengamati betapa antusiasnya Sicheng, yang kini tengah berjalan
keluar dengan langkah besar yang nampak bangga. Dia tersenyum sangat lebar saat Jaehyun memujinya ākerja bagusā dan energi positif menguar dari tubuhnya
seperti cahaya. Sebutan āPak Bosā juga terasa lucu di telinganya.
āAgak sulit jika saya harus
menghubungi hotel tiap mau bicara dengan Anda, jadi ini...ā Jaehyun menyodorkan
bungkusan itu pada Sanghyeon yang langsung tersadar dari lamunannya, āā¦ saya
sudah menyuruh sekretaris saya menyimpan nomor saya.ā
Dengan hati-hati, Sanghyeon
mengeluarkan kotak beledu dari dalam bungkusan itu dan terpana melihat ponsel mahal
di dalamnya.
āSaya akan sibuk untuk beberapa
hari ke depan. Jadi, sampai kita berangkat ke Amerika, saya harap kita bisa
berkomunikasi lewat ponsel.ā
Sanghyeon yang sedang
menyentuhkan ujung-ujung jarinya di pinggiran ponsel langsung mendongak dengan
wajah sedih. āMaksud Anda kita tak akan bertemu lagi?ā
āKita akan bertemu lagi, tentu
saja. Saya akan menjemput Anda untuk ke bandara tanggal 5 besok.ā
āJadi untuk sepuluh hari ke depan
kita tak akan bertemu lagi.ā
Sanghyeon terdengar begitu kecewa
dan Jaehyun mengerutkan keningnya, āYa. Apa ada yang salah?ā
āTidak, saya hanyaā¦.ā Sanghyeon
seketika merasa bodoh sekali. Ia tak pernah sebegini dimanja seumur hidupnya,
alhasil ia jadi mudah terbawa perasaan. Sanghyeon mengingatkan dirinya sekali
lagi bahwa ia dan Sicheng berada di posisi yang sama. Jaehyun adalah bosnya dan semua perlakuan
manis yang diterimanya ini adalah bagian dari pekerjaan. Tidak lebih. āhanyaā¦ uh, tidak apa-apa. Tiba-tiba saja saya merasa kesepian.ā
Jaehyun tak menjawab dan
mengangkat gelas bourbon-nya. Menyesapnya sedikit sebelum bergumam, hanya untuk berbasa-basi, āSepuluh hari bukan waktu yang lama.ā
Sanghyeon mengangguk. āYa.ā
āYa.ā
TBC
HALOOOOO!!!!
Jadi ceritanya hari jumat kemaren aku abis nonton pretty woman trus jadi pengen bikin ff tema sugar daddy.. Tapi aku gak yakin aku bisa bikin sesuatu sesensual itu, makanya aku geser dikit ke rich CEO + fake dating
Jadi ceritanya hari jumat kemaren aku abis nonton pretty woman trus jadi pengen bikin ff tema sugar daddy.. Tapi aku gak yakin aku bisa bikin sesuatu sesensual itu, makanya aku geser dikit ke rich CEO + fake dating
Anyway!! FF ini sekali lagi ada di dunia yang sama kaya vampire bride
dan good criminals. Jadi part ini tuh waktunya adalah beberapa hari sebelum
Doyoung ketangkep. Tapi tenang aja, aku sadar diri kok good criminals views-nya
semengenaskan apa wkwk jadi aku gak akan banyak nyebut Doyoung dan geng kriminalnya
sama sekali di ff ini supaya kalian g risih bacanya.
Trus minggu depan aku udah masuk kuliah jadi aku g janji bisa upload
part 2 dalam waktu deket ini. Tapi semoga bisa ya~ Semoga kita semua
sehat-sehat terus, bahagia terus~ Good night everyone, terlebih buat Kak Doy
yang lagi di manado^^
Babay~
Comments
Post a Comment