#17 Hang Out - Produce 45
Cast:
Zhang Yixing / Lay ~ Nam Chaerin
Genre:
Romance (AU - Alternate Universe)
o O O O o
Ini adalah cerita tentang laki-laki tampan lainnya bernama Zhang
Yixing. Laki-laki berdarah China itu adalah kakak dari gadis bernama Zhang
Yiyang yang tidak lain merupakan teman sekelas Chaerin. Ya.. sangat kecil bukan
lingkaran asmara seorang Nam Chaerin. Jika tidak temannya teman Chaerin, pasti
tidak jauh-jauh dari koluarga dekat atau jauh temannya. Aku tida bisa
menjanjikan jika kisah ini akan membekas dihati siapa pun yang membaca. Ini
adalah kisah yang monoton dan pasti banyak yang sudah mengalami. Hanya saja,
kisah ini sepertinya perlu diceritakan untuk lebih menggambarkan bagaimana hati
seorang Nam Chaerin. Apakah dalam, lebar, luas, atau kebalikan dari semuanya?
Yasudah, mari kita mulai saja kisah lain Chaerin bersama
dengan sosok Yixing atau kerap dirinya panggil dengan panggilan Lay oppa.
Kisah ini dimulai dari bagaimana Chaerin menghabiskan akhir
pekannya. Ia akan mengisi waktu akhir pekan dengan pergi bersama teman
sekolahnya. Bukan bersama dengan trio kwek-kweknya (Hara, Sora, dan Cheonsa)
tetapi dengan temannya yang lain. Dan Yiyang adalah teman yang akan menjadi
teman Chaerin untuk menghabiskan pekannya. Kedua gadis itu akan pergi sejak
siang hingga malam. Bukan hal menarik, hanya memutari pusat perbelanjaan sepanjang
hari sebelum sepeda motor yang dikendarai Chaerin akan bergerak menuju rumah
Yiyang untuk mengatarkan pulang.
Jika kalian kira malam itu akan berakhir setelah
mengantarkan Yiyang pulang, maka kalian salah. Karena dibalik aktivitasnya
bersama Yiyang ada hal lain yang ia nantikan saat kegiatan bersenang-senang ala
dua gadis muda selesai. Hal yang hanya dirinya dapat ketika ia mengantarkan
Yiyang pulang. Yes.. sosok laki-laki
bernama Lay yang adalah kakak kandung Yiyang.
Saat Yiyang mengenalkan sang kakak, entah mengapa rasa
tertarik langsung timbul dibenak Chaerin. Membuat dirinya begitu penasaran
hingga berakhir dengan mencari sosial media dari kakak temannya itu. Mencari
tahu tentang sosok laki-laki Zhang itu hingga kehidupan asmaranya. Chaerin
begitu senang saat menemukan fakta bahwa Lay tidak sedang menjalin hubungan
asmara dengan siapa pun. Seakan alam ada dipihaknya, pikir Chaerin.
Maka di setiap malam minggunya, ia akan menghabiskan
waktunya sedikit lebih lama di rumah Yiyang hanya untuk bisa berbincang dengan
Lay. Bagai umpan yang dimakan ikan, sosok Lay tampaknya menerima dengan terbuka
kehadiran Chaerin. Tidak jarang Lay juga kerap memberikan atensi lebih yang
membuat Chaerin merasa terbang ke langit tujuh. Chaerin yang berpikir jika Lay
memberikan peluang untuknya berusaha, menyusun cara bagaimana dirinya bisa
lebih dekat dengan sosok itu. Hingga kesimpulan dari seluruh rencananya adalah
dengan meminta Lay untuk mengajarinya bermain gitar.
Bukankah itu menarik?
Lay bisa bermain gitar. Oh
tidak, bukan hanya bisa tetapi mahir. Terbukti dengan beberapa unggahan video
di jejaring sosialnya. Selain bisa lebih dekat dengan Lay, ia juga bisa belajar
cara bermain gitar walaupun dirinya dan bahkan pembaca pun tahu jika Chaerin
tidak akan pernah fokus dengan permainan gitarnya, tetapi wajah laki-laki Zhang
itu.
Seperti gayung bersambut, apa yang Chaerin rencanakan seakan
diterima dengan baik oleh Lay. Laki-laki itu seperti memberikan atensi yang
berhasil membuat jantung Chaerin bergemuruh hebat setiap kali mata mereka
bertemu. Tidak jarang semburat merah pun timbul dipipinya. Chaerin sampai harus
membuang muka hanya agar Lay tidak melihatnya.
Lucu bukan. Chaerin yang agresif menjadi malu hanya karena sosok
Lay yang kerap tersenyum lebar dengan mengerlingkan mata ke arahnya. Wow.. hal menarik untuk kehidupan asmara
Chaerin.
Malam minggu untuk yang kesekian kalinya, Chaerin kembali
menghabiskan waktunya di rumah Yiyang setelah bersenang-senang di festival
musik yang diadakan salah satu kampus di Seoul. Yiyang meninggalkan dirinya di
ruang tamu untuk berganti baju sekaligus mengambilkan minum. Tak berapa lama,
sosok Lay datang dan langsung menempati sofa kosong di sebelah Chaerin. Sontak Chaerin
terkejut dan nyaris menjatuhkan ponselnya. Jantungnya ikut bergemuruh yang
membuat ia langsung berdoa agar Lay tidak bisa mendengarnya.
“Oppa, kamu
membuatku terkejut.” Keluhnya sembari memegangi dada.
Lay tersenyum sebelum tangannya mengusap puncak kepala Chaerin.
“Maaf ya..” Balasnya ringan tanpa tahu jika sikapnya itu telah berhasil
menaikkan irama jantung Chaerin lebih kencang lagi.
“Mau temani tidak?”
Chaerin yang sibuk dengan debaran anomali di dadanya
seketika menoleh dan menatap dengan bingung. “Apa?”
“Ibuku sedang menginginkan makanan ringan pinggir jalan, mau
temani aku membelinya?”
Entah mimpi apa Chaerin semalam. Ia tidak menyangka jika Lay
akan mengajaknya pergi. Berdua. Walaupun hanya untuk membeli makanan pinggir
jalan, walau tidak laki-laki itu rencanakan, tetapi sudah sangat berhasil
membuat hatinya ditumbuhi banyak bunga.
“Eo, e-m, ba-baiklah. Ta-Tapi bagaimana
dengan Yiyang?”
Terkutuklah mulutnya yang terbata hanya karena rasa senang
yang membuncah.
“Aku sudah mengatakannya pada Yiyang. Lagi pula adikku itu
sedang di kamar mandi, pasti akan lama.”
Maka anggukan kecil yang Chaerin berikan menjadi izin tidak
langsung Lay untuk menggandeng tangannya sekaligus membawa Chaerin pergi,
bersama dengan jantung yang berdetak cepat, serta hawa panas yang mengalir
disekujur tubuhnya.
Jujur, Chaerin ingin melihat wajahnya saat itu. Sudah
semerah apa pipinya, karena ia bisa merasakan jika wajahnya telah berubah
sangat panas.
* *
* *
Hawa panas yang menguar dari atas pemanas dimana tteokboki dan makanan lainnya dimasak
tidak membuat Chaerin berhenti tersenyum. Bahkan senyum itu sesekali berubah
menjadi kesipuan kala Lay menunjukkan sikap yang membuat hatinya bersorak gembira.
Selain itu tindakan kecil dari Lay juga selalu berhasil membuat perasaan
senangnya bertambah. Seperti menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, atau
berbisik karena banyaknya pengunjung di sekitar mereka.
Sungguh, jantungnya terasa ingin melompat keluar setiap kali
tanpa sengaja terjadi kontak fisik antara mereka.
“Kamu baik-baik saja?”
Chaerin mengangguk walau tangannya masih sibuk mengipasi
wajahnya yang terasa panas.
“Benarkah?”
“Hm.” Balasnya
kikuk.
Lay tampaknya tidak bisa menerima jawaban tersebut. Ia
merasa ada hal lain yang tengah ditutupi Chaerin.
“Tapi kenapa wajahmu memerah?”
Pertanyaan sederhana yang membuat Chaerin langsung tersedak
air liurnya. Tidak! Lay menyadari perubahan wajahnya. Sial! Bagaimana ini? Chaerin tidak memiliki jawaban apa pun. Tidak
mungkin jika dirinya berkata jujur kalau wajahnya merah karena malu. Astaga..
itu bukan dirinya.
“Em.. itu-”
Matanya bergerak gelisah. Mencari-cari jawaban yang bisa ia utarakan sekaligus
diterima dengan baik oleh Lay tanpa harus ada pertanyaan lainnya yang
dilontarkan laki-laki itu.
“Ah, ini karena
uap. Ya.. karena uap. Makanya mukaku memerah. Rasanya panas oppa.” Balasnya sembari menyekah dahi,
berusaha meyakinkan jika yang dirinya katakan adalah benar. Chaerin langsung
mengalihkan pandangannya dari sosok Lay. Ia tidak kuat menatapi laki-laki itu.
Takut jika saja kebohongannya akan terbongkar. Jujur saja, semenjak insiden “Jungwoo”
ia mengalami kesulitan untuk berbohong. Mungkin trauma?
Namun apa yang telinganya dengar setelahnya membuat
kepalanya kembali menoleh dengan mata yang membulat dan jantung yang semakin
berdetak cepat.
“Karena uap, atau karena aku?” Ujarnya dengan salah satu
ujung bibir yang tertarik ke atas.
E . N . D
Hai semua, apa kabar?
Sudah lama ya tidak bersua.
Akhirnya, setelah bersemedi di gua aku bisa kembali dengan potongan kisah Chaerin yang harus banget nguras otak.
Jujur, aku sangat tidak percaya diri dengan cerita ini. Aku udah lama banget enggak nulis romansa yang kayak gini. Sebelumnya yang aku lagi tulis itu feel-nya kayak gelap, kelam, sakit, marah gitu. Sampe untuk ngebangkitin feel-nya aja aku harus baca hal-hal yang ngebuat aku sedih dan marah. Dan taunya, aku keasikan sampe untuk nulis yang lebih ringan kayak gini aja susah banget.
Makanya dengan kisah Chaerin ini aku berusaha untuk kembali membiasakan pikiran dan perasaanku supaya enggak melulu dengan kegelapan.
Jadi kembali kekisah kurang berguna dari Nam Chaerin.
Gimana menurut kalian? (Aku tau ini jauh banget dari ekspektasi kalian, tapi mohon dimaafkan ya karena hanya ini yang berhasil aku tulis dengan sejuta usaha)
Terus bagaimana bentuk hati Chaerin setelah kalian selesai baca?
Jujur aku sendiri aja bingung dengan hati Chaerin. Tapi gimana pun hati Chaerin, kita doakan saja semoga dimasa yang akan datang tidak ada cerita seperti ini lagi dalam kisah hidup seorang Nam Chaerin.
(Capek, Chae. Masa setiap suka harus ngubek-ngubek google dan nyusun rencana. Mending buat susu dan tidur atau makan coklat. Lumayankan bisa mengurangi beban pikiran.)
Oh no.. ini sudah mulai melantur teman-teman. Dan berhubung sudah malam dan berganti hari, aku pamit aja deh.
Semoga kalian terhibur.
Keep safe ya.. Jangan lupa rajin-rajin cuci tangan. Kurangin jajan di luar dan usahakan lebih banyak konsumsi buah dan sayur. Dan semoga juga hoax dan berita yang bikin panik enggak ada lagi.
Inget, lock down bukan berarti kalian bebas untuk liburan. Tapi lock down adalah saat kalian ngurangin waktu untuk bercengkrama dengan orang luar demi mengurangi risiko penularan.
Beware and be safe guys
감사합니다 ^^
Comments
Post a Comment