Love Language: FOUR


 


"To love and be loved is to feel the sun from both sides."

- David Viscott


.

.

.


Mingyu as Kim Melvin





    Melvin merasa aneh. Saat membuka pintu tidak ada suara Tanaya yang menyambutnya. Tidak biasanya sang istri tidak menyambut kepulangannya, apa lagi setelah perjalanan luar kota yang membuat mereka tidak bisa bertemu selama lima hari. Karena itu, Melvin buru-buru merajut langkah menuju kamar karena ia pikir Tanaya ada di sana. Dan benar saja, saat pintu putih itu dibuka sosok sang istri tengah bergumul di bawah selimut.


    Namun Melvin semakin dibuat bingung, karena tidak biasanya Tanaya tidur padahal hari masih sore. Waktu makan malam saja belum, tapi kenapa istrinya sudah membungkus diri dengan selimut.


    Perlahan, Melvin mendekati Tanaya. Tangannya terulur ke depan dan mengusap kepala Tanaya yang tidak tertutup selimut.


    “Tan..”


    Usapan lembut itu mengusik Tanaya. Ia menurunkan sedikit selimutnya hingga sebatas leher.


    “Kamu kenapa? Sakit?”


    Tanaya menggeleng.


    “Kamu udah pulang? Kok aku enggak tau ya..”


    Melvin memposisikan dirinya untuk duduk di samping Tanaya.


    “Kamu belum jawab pertanyaan aku Tan, kamu kenapa?”


    Tanaya tersenyum kecil dan berucap, “Aku sehat kok, cuma ini menstruasi hari pertama aja.”


    Seketika itu juga Melvin semakin khawatir. Ia tahu seberapa parahnya Tanaya dihari pertama siklusnya. Wanita itu pasti mengalami kram perut ditambah dengan tidak adanya tenaga untuk melakukan apa pun, sekali pun untuk makan. Karena itu tubuhnya akan menjadi sangat lemas.


    “Sejak kapan? Kamu udah makan?”


    Tanaya menggeleng lemah.


    “Kenapa enggak ngasih tau aku. Kamu tunggu sini sebentar, aku buatin makanan sama teh dulu buat kamu.”


    Melvin segera meninggalkan Tanaya yang kembali menenggelamkan dirinya di balik selimut. Ia bergegas menuju dapur, memeriksa lemari es untuk mencari bahan makanan yang bisa dimasak. Setelah itu tanpa mengganti baju, Melvin mulai membuatkan Tanaya sup rumput laut, tumis fish cake pedas manis, dan tidak ketinggalan nasi merah.


    Dengan telaten, Melvin meracik semua bumbu yang ada. Ia juga mencicipi makanan itu untuk mengoreksi rasa. Kurang dari setengah jam Melvin menyelesaikan masaknya. Ia menuangkan sup, lauk, dan juga nasi ke piring dan mangkuk yang sudah disiapkan. Tidak lupa dengan secangkir teh manis hangat yang baru selesai dibuatnya. Melvin membawa semua itu ke kamar.


    “Tan, ayo makan dulu.”


    Melvin kembali memposisikan dirinya di samping Tanaya. Setelah meletakkan nampan yang dibawanya di nakas, pria itu membantu sang istri untuk duduk. Sekarang Melvin bisa melihat dengan jelas seberapa pucatnya wajah sang istri.


    “Sakit banget ya, nanti aku kompres sama pijitin ya..” Ujar Melvin sembari mengusap dahi Tanaya.


    “Sekarang kamu makan, aku suapin.”


    Dengan sabar Melvin menyuapi Tanaya. Ia juga membantu Tanaya saat akan minum. Ia melakukannya hingga makanan yang dibawa habis begitu juga dengan teh hangatnya.


    “Kamu istirahat dulu, aku mau cuci piringnya sama mandi. Nanti aku kesini lagi.”


    “Iya, makasih Vin..”


    Melvin mengecup dahi Tanaya sebelum meninggalkan sang istri yang kembali menggulung diri di balik selimut.


    Melvin memutuskan untuk mandi di kamar mandi tamu. Sebelum keluar tadi, ia sudah mengambil baju santainya. Dan setelah selesai merapihkan dapur, ia segera mandi karena tidak ingin mseninggalkan Tanaya terlalu lama.


    Tidak perlu waktu lama, Melvin sudah keluar dengan kaos hitam dan celana panjang hitam. Baru saja ia akan kembali ke dapur untuk mengisi air panas ke compress bag, ponselnya mendapatkan kiriman pesan dari kurir yang mengantarkan pesanannya. Maka ia dengan cepat keluar menemui sang kurir yang sudah berada di depan pagar.


    Melvin kembali dengan satu kantung plastik besar. Ia menaruhnya di atas meja lalu kembali ke dapur untuk meyiapkan kompresan dan juga obat. Setelah selesai, ia kembali ke kamar dengan membawa semuanya. Setibanya, Melvin langsung menaruh belanjaan di atas kasur dan membangunkan Tanaya.


    “Sayang, bangun yuk. Minum obat dulu.”


    Tanaya mengerjap, lalu dengan bantuan Melvin kembali bangun dan bersandar pada jejeran bantal yang sudah ditata Melvin. Ia menyerahkan satu pil ke tangan Tanaya diikuti gelas berisi air yang langsung diminum oleh Tanaya.


    “Itu apa?”


    Melvin melirik sekilas sebelum menjawab.


    “Itu snack buat kamu. Tapi makannya nanti ya, aku kompres dulu perutnya.”


    “Makasih ya Vin, I love you.”


    Melvin mengangguk dan mengusak puncak kepala sang istri. Lantas mengambil kompresan yang ada di nakas dan meminta Tanaya untuk mengangkat sedikit bajunya. Melvin meletakkan compress bag tersebut di bagian bawah perut Tanaya, setelahnya ia ikut berbaring di samping sang istri.


    “Masih sakit?” Tanyanya sembari mengelus kepala Tanaya.


    “Enggak sesakit sebelumnya.”


    “Mau aku pijitin?”


    Tanaya pun mengangguk karena memang pijatan sang suami selalu bisa meredakan sakit di perut bagian bawahnya.


    Melvin mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengangkat compress bag dari perut Tanaya, kemudian memijat perlahan bagian bawah perut sang istri. Melvin melakukannya dengan begitu lembut sampai membuat Tanaya mengantuk dan tanpa sadar tertidur dengan rasa sakit yang mulai mereda.


    “Eh udah tidur aja..”


    Melvin tersenyum melihat raut tenang sang istri. Tidak ada lagi kerutan yang menandakan jika rasa sakitnya mulai menghilang. Ia pun beralih pada plastik belanjaannya. Tangannya masuk dan keluar dengan satu bungkus plester pereda nyeri. Ia membuka bungkusnya kemudian memasangkannya pada perut bawah Tanaya. Setelah itu menurunkan kembali baju yang tadi disingkap.


    “Selamat tidur sayang..”


    Melvin memberikan kecupan panjang di dahi Tanaya. Setelahnya ia kembali memposisikan dirinya di samping sang istri.


    I Love you so much Tan..” Ujarnya pelan setelah melingkarkan tangan kekarnya di tubuh Tanaya.


 

E . N . D




- DF -

Comments

Popular Posts