UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 3



.

.

.

.

.


    Yunga benar menepati janjinya. Setelah Chaerin menunjukkan bahwa dirinya mampu melewati heat pertama tanpa bantuan mate, ia akhirnya mengalah. Walau dalam hati masih ada keraguan akan kelangsungan hidup Chaerin kedepannya. Secara hukum alam, werewolf yang memutuskan hidup tidak berdampingan dengan mate lambat laun tubuhnya akan melemah hingga nyawa yang menjadi taruhannya. Yunga mengetahui hal itu, karena itulah ia masih belum bisa menerima sepenuhnya keputusan Chaerin, sekali pun dirinya juga masih memendam kekecewaan yang begitu besar pada salah satu sahabatnya itu.


    Beberapa hari setelah masa heat Chaerin, tetap tidak ada yang tahu mengenai kondisi gadis itu. Chaerin dan Yunga benar-benar menutupi hal tersebut dengan sangat baik hingga keluarga mereka tidak ada yang menyadarinya. Saat heat-nya akan datang, Chaerin memilih untuk menginap di apartemen Jiyeong. Dirinya baru kembali setelah heat-nya berakhir. Sedangkan Yunga, ia tidak pernah membahas lagi mengenai Chaerin dan mate-nya. Setiap kali ada salah satu dari sahabatnya yang mencoba membicarakan hal tersebut, ia memilih untuk bungkam atau mengalihkan pembicaraan. Beberapa kali Yunga berhasil menghindar tapi beberapa kali pula ia terjebak dalam pembicaraan tersebut, terlebih saat sosok Jayson yang memulainya.


    Yunga ingin menghabisi Jayson setiap kali sahabatnya itu menanyakan tentang Chaerin. Tapi akal sehatnya selalu mengingatkan jika dia tidak bisa menyakiti laki-laki itu karena hanya Jayson yang dapat menyembuhkan Chaerin sekali pun sepupunya menolak keras kehadiran alpha itu.


    Sama seperti yang terjadi siang hari itu. Yunga tengah bertemu dengan Hobee di ruangannya untuk membahas kerja sama perusahaan mereka, ditemani dengan Kavee yang tiba-tiba berkunjung karena ingin makan bersama ditambah Yujin yang datang saat jam makan siang. Suasana santai itu berubah mencekam saat Jayson terus meminta Yunga untuk mempertemukan dirinya dengan Chaerin. Jayson tidak tahu saja jika Chaerin bekerja di perusahaan Yunga, jika tahu mungkin alpha itu tidak akan menemui Yunga dan langsung mencari tahu ruangan gadis itu.


    “Aku sudah berjanji padanya untuk tidak mempertemukan kalian. Dia tidak mau dan kau tahu apa alasannya.”


    Jayson tidak menyerah. Ia berjalan mendekati Yunga yang masih setia duduk di kursi kebesarannya dengan tatapan dingin. Tepat di hadapan alpha itu, Jayson langsung menjatuhkan tubuhnya. Berlutut dengan kepala menunduk.


    Hal tersebut berhasil membuat Yunga dan yang lainnya terkejut. Mereka sampai berdiri dengan mata membulat.


    “Apa yang kau lakukan?! Berdiri.”


    Jayson menggeleng. “Tidak. Aku tidak akan berdiri sampai Bang Yunga mempertemukan aku dengan mate-ku.”


    Yunga tergelak sinis. “Mate?”


    Jayson tidak menjawab. Ia masih menundukkan kepala.


    “Jika kau memikirkan mate-mu maka tidak akan ada yang namanya betrayal. Tapi kenyataannya kau melakukan hal rendahan itu dan membuat mate-mu –Chaerinku– menderita. Lalu untuk apa sekarang kau ingin bertemu dengannya. Urusi saja pasangan betrayal-mu, hidup dengannya dan jangan mengganggu sepupuku.”


    “Aku salah dan aku mengakuinya. Tapi aku tidak bisa Bang, aku membutuhkan mate-ku dan kau pun tahu jika sepupumu membutuhkan mate-nya.”


    Mendengar penjelasan Jayson membuat pundi-pundi kemarahan Yunga kembali terisi. Jayson seperti menganggap tidak penting hubungan sesama mate. Sahabatnya itu seakan mengatakan jika sekali pun tidak ada perasaan cinta, mereka tetap bisa hidup asalkan telah dilakukan pengklaiman oleh mate-nya. Gila! Jayson benar-benar telah membangunkan sisi jahat dari sang dominan di dalam tubuh Yunga.


    “Keparat! Jadi kau berkata jika kau ingin mengklaim Chaerin dan tetap pada betrayal-mu? Apakah kau hanya menganggap Chaerin sebagai penyembuh atas penghianatan yang kau lakukan?!”


    Yunga kehilangan kesabarannya saat amarah sudah menguasai dirinya. Ia bahkan sampai meninggalkan kursi empuknya dan meraih kasar kerah Jayson hingga membuat alpha itu berdiri sejajar.


    “Tidak Bang, aku tidak akan melakukan betrayal lagi. Aku akan setia pada mate-ku. Aku menyesali kebodohanku dan bersumpah untuk melupakan semua perasaanku pada omega lain.”


    Yunga mendesah kasar. Melepaskan cengkramannya dengan mendorong tubuh Jayson. Dirinya mulai bimbang, antara janji yang telah ia buat dan fakta menyeramkan yang menghantuinya. Yunga mencintai Chaerin. Rasa cintanya sama besar dengan rasa cinta yang ia miliki untuk Ibunya. Chaerin adalah kelemahannya selain sosok wanita yang melahirkannya. Karena itulah ia tidak mau Chaerin menderita. Dengan menepati janjinya itu berarti dirinya telah melindungi Chaerin dari rasa sakit akibat pengkhianatan. Namun membiarkan Chaerin hidup sendiri sama saja dengan memberikan kematian untuk Chaerin.


    “Bang, tolong. Aku tidak ingin membiarkan mate-ku melewati heat-nya seorang diri lagi. Aku ingin mendampinginya. Heat pertamanya telah berlalu satu bulan lalu dan jika hitunganku benar maka heat-nya akan kembali datang dalam beberapa hari ini.” Pintanya lagi.


    Yunga yang mendengar jika heat Chaerin akan kembali datang langsung berbalik dan kembali mencengkram kerah kemeja Jayson. Membuat lipatan tersebut menjadi kusut akibat cengkramannya yang sangat kuat.


    “SIALAN!” Umpatnya yang diucapkan bersamaan dengan kepalan tangan yang dihantamkan pada tulang pipi Jayson. Membuat Jayson terhuyung dan terjatuh. Sontak Hobee yang sedari tadi duduk di seberang Yunga menghampiri sahabatnya itu untuk mencegah hal buruk lain kembali terjadi.

 

*   *   *   *

 

    Chaerin masih sibuk memeriksa laporan yang diberikan stafnya ketika gelombang panas menyerang tubuhnya secara tiba-tiba. Membuat tubuh yang terduduk dengan tegap itu seketika membungkuk saat rasa panas semakin menyerang tubuhnya. Pendingin ruangan yang beroperasi sejak tadi seperti tidak berguna saat gelombang panas itu datang. Membuat peluh mulai memenuhi wajahnya saat hasrat seksual dalam dirinya perlahan meningkat.


    “Sial.” Umpatnya saat menyadari jika heat-nya datang lebih cepat dari perkiraannya.


    Mencoba untuk tenang di tengah desakan seksual yang tinggi ternyata sangat sulit untuk Chaerin. Beberapa kali tangannya menjatuhkan barang yang akan disimpan ke dalam tas. Ketika dirinya akan beranjak, kakinya seakan kehilangan kekutan hingga membuat ia harus menyangga tubuhnya dengan meja.


    Chaerin mencoba kembali menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam kemudian mengembuskannya berkala. Ia mengulangi beberapa kali hingga merasa tubuhnya sedikit membaik. Hanya sedikit karena gelombang panas itu kembali menghantamnya yang membuat keinginan untuk disentuh pun semakin menjadi.


    Bermodalkan kekuatan yang tidak seberapa, Chaerin segera meninggalkan ruangannya. Ia harus segera pergi dan bersembunyi untuk dapat menyelesaikan heat-nya. Tidak ada yang boleh menghirup feromonnya disaat heat-nya datang. Akan sangat buruk jika sampai ada alpha lain yang terangsang karena feromonnya yang menguar.


    Hasrat yang begitu besar membuat tangannya bergetar saat akan membuka kunci pintu. Keinginan tubuh yang ingin disentuh membuat Chaerin ingin segera menyentuhkan tangannya pada titik-titik sensitif tubuhnya. Rasanya gila saat setiap titik itu belum juga mendapatkan sentuhannya. Dalam gelombang hasrat yang tinggi, Chaerin masih berusaha keras untuk bisa segera pergi menuju apartemen Jiyeong. Apartemen sahabatnya itu telah dipilih menjadi tempat persembunyiannya saat heat datang.


    Saat tangan yang bergetar itu berhasil membuka pintu kuda bajanya, panggilan seseorang membuat kerja tangannya menjadi terhenti. Lantas ia menoleh dan mendapati Yunga yang tengah berjalan ke arahnya. Tapi Yunga tidak sendiri. Chaerin melihat sosok alpha lain yang berjalan di belakang kakak sepupunya itu.


    Oceanic, Green, Oriental.


    Penghidunya tidak sengaja menghirupnya dan membuat dirinya sadar siapa sosok yang berada di belakang Yunga. Maka dengan amarah yang kembali melingkupi diri, Chaerin bergegas masuk ke dalam mobilnya. Namun pergerakannya ternyata sedikit lebih lambat dari pemilik feromon yang membuat sisi dominan dalam tubuhnya meraung meminta lebih.


    “APA YANG KAU LAKUKAN?!” Makinya dengan mata yang menatap nyalang.


    Ia berusaha melepaskan cekalan pada tangannya tapi ternyata pergesekan kulit yang terjadi membuat sisi dalam tubuhnya menyuarakan kegembiraan. Membuat tubuhnya sempat terbuai dan keinginan untuk disentuh lebih kini diraungkan.


    “Biarkan aku membantumu.”


    “Tidak!”


    Chaerin masih pada pendiriannya. Ia tidak perlu dampingan siapa pun untuk menyelesaikan masa heat-nya. Ia hanya butuh tempat bersembunyi agar tidak ada yang menghidu feromonnya.


    “Chaerin-”


    “Kak, kenapa? Kakak sudah janji bukan?” Tanya Chaerin memotong ucapan Yunga.


    Matanya mulai berkaca saat ia menatap Yunga. Membuat hati alpha itu berdenyut nyeri saat menemukan kekecewaan di tatapan Chaerin.


    “Maaf, tapi Kakak tidak bisa membiarkanmu melewati ini sendiri. Tubuhmu akan melemah jika seperti ini terus. Kakak tidak mau kehilanganmu. Kakak ingin kita tetap bersama.”


    Chaerin menghela kasar. Matanya memejam, tidak suka melihat kesedihan dan penyesalan Yunga. Walau kakak sepupunya telah ingkar janji, tetapi alasan mengapa ia melakukan itu membuat hati kecilnya menjadi sakit. Yunga, alpha dengan perawakan dingin itu tidak ingin dirinya pergi padahal ia sendiri menginginkan kepergian dirinya. Betrayal yang diterimanya membuat ia lebih memilih mati perlahan dibandingkan dengan hidup bersama dengan seorang pengkhianat.


    “Lim Chaerin, tolong izinkan aku membantumu.”


    Chaerin yang semula memejam, perlahan membuka kembali kelopak matanya. Tatapan sendu yang ia tunjukkan pada Yunga berubah menjadi tatapan penuh angkara. Dengan tenaga yang dikumpulkan, ia menghempaskan cekalan Jayson dari pergelangannya.


    “Tidak perlu. Aku telah melewati heat pertamaku seorang diri. Itu berarti aku bisa melewati heat lainnya tanpa bantuan siapapun.” Tolak Chaerin.


    Penolakan yang diberikan tidak membuat Jayson menyerah. Malah membuat dirinya semakin terangsang, terlebih saat feromon Chaerin semakin kuat menyerang penghidunya. Tanpa sadar Jayson mengikis jarak tubuh mereka. Membawa kepalanya sedikit menunduk hingga berhenti di dekat perpotongan leher Chaerin. Semakin dekat wajahnya dengan tubuh Chaerin membuat penghidunya semakin leluasa untuk menghirup tamak-tamak feromon yang menguar itu.


    Musk, Jasmine, Pink Grapefruit.


    “Yakin tidak butuh bantuanku?” Tanyanya sebelum bibir tebal itu mengecup permukaan pakaian dimana lambang omega Chaerin –salah satu titik tersensitifnya– berpendar.


    Sapuan lembut di atas pakaiannya ternyata berhasil membuat sisi dominan tubuhnya bersorak gembira. Tubuhnya menjadi lemas saat sapuan itu berhasil membuat dirinya mengharapkan sentuhan lainnya. Sentuhan yang lebih dalam dengan segala afeksi yang akan diterimanya.


    Chaerin semakin melemah saat jemari Jayson mulai bergerak menyentuh kulitnya. Dimulai dari ujung jari hingga lengan. Nyatanya sentuhan-sentuhan yang dirinya lakukan untuk penyembuhan heat pertamanya tidak seberapa dengan sentuhan ringan dari Jayson yang membuat sisi dominannya meraung meminta lebih.


    Tanpa disadari dan dapat dicegah, lenguhan lolos dari bilah bibir Chaerin. Membuat Jayson yang mendengar itu tersenyum kecil sebelum menoleh kepada Yunga yang berada di belakangnya.


    “Aku sudah bersumpah untuk tidak melukai sepupumu. Jadi biarkan aku menyelesaikan ini.”


    Yunga terdiam beberapa saat sebelum mengangguk singkat. Terlihat keraguan dari tatapannya saat melihat Chaerin yang semakin lemah di bawah kendali Jayson. Terbesit keinginan untuk membawa Chaerin. Namun akal sehatnya mengingatkan jika Jayson adalah takdir Chaerin. Hanya Jayson yang dapat membantu Chaerin. Maka sekali pun matanya melihat bagaimana Chaerin masih berusaha untuk melepaskan diri dari Jayson serta tatapan meminta tolong padanya, Yunga hanya mampu diam dan membiarkan Jayson membawa Chaerin pergi.


    Perlu usaha keras dan konsentrasi yang tinggi untuk bisa membawa Chaerin. Di tengah usahanya untuk tetap fokus pada jalan, ia juga harus tetap membuat Chaerin lemah dengan sentuhannya. Ia harus bisa membuat Chaerin tetap berada disampingnya sampai mobil Chaerin yang dirinya kendarai sampai ditujuan. Maka ketika mobil itu sampai, napas leganya terembus. Ia melepaskan seat belt yang dipasang sebelum melepaskan milik Chaerin.


    “Ini dimana? Aku ingin pulang!” Chaerin berujar dengan penuh amarah.


    “Apartemenku dan kamu akan pulang setelah heat-mu berakhir.”


    Tangannya terkepal kuat mendengar jawaban Jayson. Matanya menatap nyalang bersamaan dengan vokalnya yang terucap kasar. “Aku tidak butuh bantuanmu brengsek!”


    Sepanjang langkah menuju lift, Chaerin terus meronta dan memaki. Ia ingin membuat Jayson marah hingga akhirnya menyerah dan dirinya bisa pergi. Tapi ternyata Jayson sama sekali tidak terpengaruh. Rontaan dan makian yang diterimanya tidak membuat Jayson melepaskan Chaerin. Ia malah membuat Chaerin semakin melemah dengan menarik pinggang gadis itu mendekat hingga tubuh mereka menempel.


    Jayson tidak berhenti sampai di situ, kemudian wajahnya ia tenggelamkan pada perpotongan leher Chaerin di dekat lambang omeganya. Membuat pendarnya semakin bersinar terang hingga lenguhan lirih terdengar ketika penghidunya kembali menghirup tamak-tamak feromon yang kini telah menjadi candunya.


    “Aku bersumpah, diriku hanya untukmu. Hidup dan matiku ada pada dirimu. Serta hakmu adalah kewajibanku.”


    Sumpah itu terucap saat keduanya telah sampai di dalam apartemen yang didominasi keramik putih. Tanpa menunggu waktu terbuang, Jayson menarik paksa kemeja Chaerin hingga membuat kancingnya terlepas. Kemudian menghirup dan mencium tulang selangka Chaerin hingga berhenti pada lambang omega yang berpendar. Kembali mencium singkat lambang tersebut sebelum menancapkan taring dan mengoyaknya hingga membuat Chaerin mengerang di tengah tubuhnya yang lemas. Mengecap sisa feromon yang mengalir sebelum mengangkat kepalanya guna melihat wajah Chaerin yang tengah terpejam dengan napas yang memburu.


    Cantik.


    Pengoyakan lambang yang dilakukan Jayson adalah proses awal pengklaiman yang dirinya lakukan pada Chaerin. Setelah lambang itu hancur dan berubah dengan lambang baru yang merupakan gabungan dengan lambangnya, maka tahap selanjutnya adalah dengan menyelesaikan heat yang tengah menyerang Chaerin. Membawa tubuh yang masih berusaha memberontak itu ke dalam kamarnya dan merebahkannya dengan perlahan di atas ranjang.


    “Izinkan aku-”


    “Tidak!”


    “Kenapa? Aku sudah menyadari kesalahanku. Aku sudah berjanji pada Bang Yunga untuk tidak menyakitimu. Dan aku sudah menandaimu. Apa lagi-”


     “Sekarang mungkin kau menyadari kesalahanmu, tapi tidak menutup kemungkinan jika di masa depan kau akan melakukan betrayal. Karena seorang pengkhianat tetap akan menjadi pengkhianat.”


    Jayson menarik napasnya. Matanya menatap dalam onyx kecoklatan di bawahnya.


    “Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu percaya jika aku tidak akan melakukan pengkhianatan lagi?”


    Chaerin menyunggingkan sudut bibirnya. Menghunuskan tatapan pada obsidian gelap Jayson, kemudian berkata, “Cukup menjauh dariku, karena tidak ada yang dapat kau lakukan.”


    Merasa usahanya sia-sia, Jayson akhirnya mengabaikan pemikiran Chaerin. Cenderung menutup telinga saat gadis di bawah kungkungannya itu berteriak dan memaki untuk minta dilepaskan. Menguatkan cekalannya saat tubuh yang lebih kecil darinya itu berusaha untuk melepaskan diri. Mengabaikan segala bentuk teriakan Chaerin saat perlahan tangannya mulai bergerak menyentuh tubuh gadis itu. Menanggalkan satu per satu pakaian mereka hingga tubuh keduanya tidak berbalut apa pun.


    Jayson masih tidak bisa berhenti dari cumbuan di bibir Chaerin. Rasanya yang manis membuat Jayson menjadi  ingin terus mengecup, melumat, dan mengulum bilah bibir yang mulai membengkak akibat ulahnya. Tidak berhenti di bibir, ciuman itu perlahan bergerak turun menuju rahang, leher, dan tulang selangka Chaerin. Memberikan kecupan hingga gigitan yang menimbulkan warna kebiruan disetiap bekas gigitannya. Ia tahu jika ulahnya akan membuat kulit seputih susu itu memiliki tanda, tetapi dirinya tidak ingin berhenti karena ia sengaja melakukannya untuk menunjukkan jika omega yang tengah berusaha keras untuk menghalau desahannya telah ada yang memiliki.


    Sementara Chaerin merasakan kenikmatan yang jauh berbeda dengan yang ia ciptakan untuk menyelesaikan heat-nya waktu itu. Sentuhan ringan Jayson berhasil menghapus bagaimana rasanya malam itu saat Chaerin berusaha untuk menangani hasrat seksualnya. Hingga tanpa dirinya sadari, desahan yang sedari tadi ditahan akhirnya lolos dari penjagaannya. Membuat Jayson tersenyum di balik ciumannya sebelum alpha itu dengan perlahan menanamkan dirinya ke dalam Chaerin. Kembali mengoyak sisi sensitif lainnya hingga sebuah cairan kental dan pekat berwarna merah mengalir di antara kedua kaki Chaerin.


    Semua terjadi tanpa bisa Chaerin cegah. Sang angkara terkalahkan oleh tingginya hasrat seksual sisi dominannya yang selalu meminta lebih dari seluruh sentuhan Jayson. Keinginan untuk dilepaskan mulai goyah saat dominan dalam tubuhnya malah bersorak senang saat Jayson semakin menyentuhnya hingga titik terdalam. Membuat Chaerin harus menutup mulutnya agar desahannya tidak lagi keluar. Nyatanya walau sisi terdominan dalam tubuhnya merasa senang dengan Jayson, angkaranya masih belum mengizinkan Chaerin untuk menyuarakan kenikmatan yang tengah Jayson berikan padanya. Rasa nikmat yang tidak dapat dirinya bandingkan dengan yang ia ciptakan waktu itu. Kenikmatan yang diberikan untuk dirinya sendiri itu langsung hancur setelah Jayson memberikan kenikmatan lain yang lebih menjanjikan dan mampu memenuhi kebutuhannya.


    Chaerin pasrah. Faktanya adalah ia tidak akan bisa berbuat apa-apa saat alpha menguasai omega-nya. Sebesar apa pun rasa marah dan bencinya, tidak akan pernah bisa mengalahkan dominasi alpha ketika heat-nya datang.


    Maka saat Jayson benar-benar menghabisinya hingga meledakkan bagian penting dalam tubuhnya yang dibarengi dengan kehangatan yang mengalir di sana setelah sesak akibat benda tumpul yang berada di dalamnya semakin membesar, di saat itu angkaranya baru dapat bekerja mengambil alih tubuhnya. Dengan sisa tenaga yang sedikit, Chaerin mendorong tubuh Jayson yang berada di atasnya. Melepaskan setiap kontak fisik mereka walau nyeri menyerang tubuhnya tanpa ampun. Melupakan hasrat seksualnya yang masih tinggi dan menulikan diri dari raungan dominan tubuhnya yang meminta sentuhan lebih dari mate-nya. Mengambil pakaian yang berceceran dan memakainya kembali.


    “Sekalipun kau telah menandaiku, aku tidak akan melakukan hal yang sama karena aku tidak sudi.” Ucap Chaerin tanpa menoleh sebelum melangkah pergi meninggalkan Jayson dalam keterdiamannya.

 


T . B . C




- DF -

Comments

Popular Posts