UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 4
.
.
.
.
.
Sepasang mate
akan dapat merasakan apa yang tengah dirasakan mate-nya setelah
pengklaiman dilakukan. Mereka akan bergembira saat pasangannya merasakan hal
yang sama. Namun akan menyebabkan kesakitan hebat saat pasangannya bersedih
atau sakit. Semua terjadi karena sumpah yang diucapkan serta bergabungnya dua
lambang menjadi satu lambang baru yang mengikat keduanya. Tapi kemampuan itu
akan menjadi sia-sia ketika salah satu mate membangun perisai di dalam
dirinya yang menghalangi ikatan perasaan keduanya.
Setelah penandaan
yang dilakukan Jayson, Chaerin segera membangun perisai dalam dirinya.
Menghalau Jayson mengetahui apa yang dirinya rasakan. Membuat semakin besar
penghalang di antara keduanya. Semua ia lakukan karena angkara yang belum juga
reda. Kekecewaan yang begitu besar hingga rasa sakit yang menyebabkan luka tak terlihat
membuat Chaerin sangat tidak ingin terlibat dengan Jayson. Memilih untuk
mengorbankan nyawa dibandingkan perasaan. Perasaan yang terluka akan sulit
untuk sembuh, tetapi nyawa yang hilang akan membuat dirinya lupa pada apa pun
yang terjadi sebelumnya. Membuat kejadian buruk itu akan ikut terkubur bersama
jasadnya yang mengaku.
Tidak hanya Jayson
yang semakin sulit untuk bertemu Chaerin. Yunga juga mengalami hal yang sama.
Setelah hari itu, semua panggilannya selalu berakhir pada kotak suara.
Pesan-pesan yang ia kirimkan tidak ada satupun yang dibalas. Chaerin selalu
sibuk dan sulit ditemui saat di kantor. Ia baru bisa bertemu dengan adik
sepupunya itu saat rapat perusahaan. Itu pun tidak ada pembicaraan lain selain
mengenai pekerjaan karena Chaerin akan segera meninggalkan ruang rapat setelah
selesai.
Dirinya tahu jika
Chaerin menghindarinya karena kecewa. Ia telah melanggar janji. Ia membuat
Chaerin bertemu dengan Jayson dan lebih parahnya adalah sepupunya itu mendapat
penandaan dari mate yang tidak diinginkan. Yunga sangat tahu dan paham.
Tapi sisi egoisnya tidak bisa menerima itu. Ia ingin kembali seperti dulu
dimana Chaerin tidak akan pernah lama mendiaminya. Tapi kenyataan sekarang
berbeda dengan dulu. Chaerin saat ini lebih memilih mengabaikannya dibandingkan
berbicara dari hati ke hati.
Menghelakan napas
lelahnya, Yunga kembali membenamkan diri pada tumpukan pekerjaan di atas meja.
Baru saja dirinya akan membuka kontrak kerja dengan perusahaan Hobee, sebuah
panggilan masuk menghentikan niatnya. Meletakkan bolpoin yang sedari tadi
digenggam dan mengambil benda tipis berbentuk persegi panjang di dekat
komputer. Tertera nama Jeka yang membuat Yunga menggeser simbol hijau dan
mendekatkan benda tersebut ke telinga.
āHalo Ka, ada
apa?ā
Terdengar napas yang
tidak teratur sebelum terdengar suara Jeka yang panik.
āBang tolong.
Bang Jayson masuk rumah sakit.ā
Ia terkejut tapi
berusaha untuk tenang agar tidak semakin membuat panik Jeka.
āJeka tenang.
Aku akan segera datang. Kau kirimkan alamat rumah sakitnya sekarang.ā
āAkan aku
kirimkan. Cepat Bang, yang lain juga sedang menuju ke rumah sakit.ā
Yunga berdeham
sebelum memutuskan sambungannya. Meletakkan kembali ponselnya ke atas meja.
Lantas memijat pelipis yang tiba-tiba berdenyut. Terlalu banyak yang dipikirkan
membuat kepalanya menjadi pusing. Dirawatnya Jayson di rumah sakit pasti ada
hubungannya dengan Chaerin. Ia tahu karena Jayson menceritakan semua yang
terjadi malam itu.
* *
* *
Keenam sahabat
Jayson tengah menunggu dokter yang memeriksa di dalam. Tadi saat Jeka
berkunjung ke apartemen Jayson untuk meminjam koper, ia menemukan kejanggalan
di sana. Seluruh jendela masih tertutup tirai yang merupakan hal tidak biasa
bagi seorang Park Jayson. Kecurigaannya pun kian bertambah lantaran Jayson yang
tidak mengangkat panggilan atau membalas pesannya. Karena itu dia langsung
datang tanpa menunggu izin dari pemilik apartemen. Betapa terkejutnya Jeka saat
ia membuka pintu kamar bermaksud untuk mencari koper yang ingin dipinjam,
sebuah pemandangan tidak terduga dilihatnya yang membuat matanya membulat.
Jayson terkulai lemas di atas kasur masih dengan mengenakan pakaian kantor
lengkap. Tanpa banyak pikir, Jeka segera membawa Jayson ke rumah sakit karena
ia yakin jika sahabatnya ini telah pingsan cukup lama.
Mereka terlihat tenang menunggu dokter dan suster di ruang tunggu. Tidak ada yang terlihat seperti di drama-drama yang mana akan ada yang berjalan mondar-mandir di depan pintu. Keenamnya setia menduduki kursi stainless steel yang berada di depan pintu pemeriksaan. Tidak lama, pintu terbuka. Mereka baru berdiri menghampiri dokter tersebut.
āTubuhnya melemah
karena proses penandaan yang belum selesai. Kondisinya diperburuk dengan luka betrayal
yang membentang hingga membelah lambang alpha-nya.ā
āTapi apakah kondisinya
akan membaik?ā
Dokter tersebut
mengembuskan napas. āKondisi Pasien bisa membaik jika proses penandaan oleh mate-nya
dapat diselesaikan. Lukanya dan retakan pada lambangnya akan menghilang saat
pengklaiman selesai.ā Suara yang penuh simpati itu berjeda, āSaya hanya bisa
menyarankan agar mate pasien untuk bisa segera melakukan penyembuhan
dengan penyelesaian klaim. Karena kesehatan dan keselamatan pasien kini
bergantung pada mate-nya.ā
Ada hening setelah
penjelasan yang dokter berikan. Sampai akhirnya dokter tersebut pamit diikuti
dengan suster yang mempersilahkan keenamnya jika ingin masuk ke dalam ruangan.
āBang..ā
Yunga menoleh saat
Kavee menyentuh pundaknya.
āAku akan bicara
dengan Chaerin.ā
āBagaimana caranya?
Chaerin saja menghindarimu.ā
āChaerin menghindari
Bang Yunga?ā Tanya Juna tak percaya.
Yujin hanya
mengangguk kecil.
āAku yang akan
mencari tahu caranya. Kalian temani saja Jayson di dalam.ā
Setelah mengatakan
itu, Yunga melangkah pergi meninggalkan para sahabatnya yang hanya mampu
memperhatikan dirinya sebelum berbalik memasuki ruang rawat Jayson.
* *
* *
āMasih menghindari
Kak Yunga?ā
Chaerin kembali
meletakkan ponselnya setelah menolak panggilan yang baru saja diterimanya.
Tubuhnya ia sandarkan pada sofa sembari menatap pemandangan luar melalui
jendela apartemen Jiyeong.
āAku masih kecewa.
Kak Ga sudah berjanji tetapi dia malah membuat bajingan itu melakukan
pengklaiman.ā
Jiyeong yang baru
datang dengan secangkir teh untuknya dan untuk Chaerin ikut bergabung dengan
sahabatnya itu. Memberikan Chaerin cangkirnya sebelum menyesap isi cangkir
sendiri.
āKak Yunga pasti
punya alasan sampai dia ingkar janji padamu.ā
Chaerin tidak
menjawab. Lebih memilih untuk menikmati aroma melati yang menguar dari uap di
cangkirnya. Mencoba mendapatkan ketenangan dari aroma minuman yang ia sukai itu.
Sayang ketenangan itu harus terusik saat ponselnya kembali berbunyi tapi kali
ini lebih singkat dibandingkan sebelumnya. Dengan jengkel Chaerin mengulurkan
tangan untuk menemukan sebuah pesan baru saja masuk. Kembali nama Yunga tertera
di sana yang membuat Chaerin ingin kembali mengabaikan andai saja Jiyeong tidak
menghentikannya.
āBaca saja, siapa
tahu penting.ā
Sembari mengumpat
Chaerin membuka pesan tersebut. Dahinya mengernyit saat rentetan kata itu masuk
ke dalam otaknya untuk diartikan.
From: Kak Ga
Kakak tahu kamu marah, tapi Kakak mohon tolong datang ke rumah sakit. Jayson membutuhkan bantuanmu. Jika tidak kondisinya akan semakin buruk, dan kamu tahu apa penyebabnya.
Mendengus kasar, ia
kembali meletakkan ponselnya ke atas meja dengan sedikit bantingan.
āAda apa?ā
Ia menoleh sebelum kembali membuang pandangannya.
āBajingan itu
sakit, dan Kak Yunga meminta bantuanku.ā
āLalu kenapa masih
di sini? Cepat ke rumah sakit dan temui mate-mu.ā
Ia mendelik tajam.
āTidak. Untuk apa? Aku tidak ada hubungan apa pun dengan-ā
āAstaga Chaerin!ā
Jiyeong berseru kesal. Ia sampai meletakkan cangkir tehnya sebelum memutar
badan hingga seluruh tubuhnya menghadap pada sang sahabat.
āKamu mate-nya,
jelas kamu harus membantunya. Itu aturannya, Chae.ā
āTapi-ā
āAku tahu kamu
kecewa atas betrayal itu. Tapi jangan jadikan kekecewaan itu
sebagai pintu kematian untuk orang lain. Itu sama saja dengan kamu membunuhnya.
Kamu tahu jika salah satu mate yang tidak mendapatkan penandaan ditambah
memiliki luka betrayal, maka tubuhnya akan melemah dan kematian ada di
depan matanya. Semua sudah ditetapkan oleh hukum leluhur kita.ā āJiyeong meraih
tangan Chaerin yang berada di atas pangkuannyaā ā Karena itu, tolong
kesampingkan dulu amarahmu. Bantu dia dan selesaikan masalah kalian baik-baik.
Karena bagaimana pun kalian tidak akan bisa bertahan tanpa ada mate. Itu
hukumnya.ā
* *
* *
Mereka tidak
berhenti menertawai Juna yang baru saja mematahkan kacamatanya. Ini sudah lama
sejak terakhir kali mereka bertemu di acara ulang tahun Yunga. Walau saat itu
terjadi hal tidak mengenakan antara Yunga dan Jayson yang membuat keduanya
berselisih paham hingga saat ini. Namun sepertinya Selene tidak ingin
melihat persahabatan mereka berantakan hingga membuat kekerasan hati Yunga
mulai meluruh karena menemukan ketulusan dan penyesalan atas pengkhianatan yang
dilakukan Jayson.
Yunga memang tetap
tidak banyak bicara pada Jayson. Ia lebih memperhatikan pria itu dalam diamnya.
Tapi hati kecilnya terus mengatakan untuk memberikan kesempatan kedua hingga ia
bersedia untuk mempertemukan Jayson dengan Chaerin. Tapi ternyata keputusannya
itu membuat hubungannya dengan Chaerin berantakan.
Menyesal?
Tentu saja! Chaerin
adalah orang terkasihnya. Jika sampai hubungannya tidak membaik dengan Chaerin,
Yunga tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
Lalu kenapa
mengingkari janji dengan Chaerin?
Jujur Yunga tidak pernah
mau melakukan itu. Tapi hukum leluhur yang membuat ia akhirnya mengingkari
janji tersebut. Membuat Chaerin marah hingga menghindari pertemuan dengannya.
Ia tidak masalah dengan kemarahan Chaerin, tetapi ia ia tidak mau Chaerin
mengorbankan nyawa karena angkaranya.
Sentuhan yang
diterima Yunga di pundak menyadarkan pria itu dari lamunannya. Membawa kembali
ke dalam raga yang berada di dalam ruang rawat tersebut. Ia menolehkan
kepalanya.
āApa sudah ada
balasan?ā
Yunga mengembuskan
napas putus asa. āBelum Bang. Sepertinya-ā
Belum juga
ucapannya selesai, seseorang telah membuka pintu ruang rawat Jayson sedikit
keras. Benturan tersebut membuat mereka termasuk Jayson yang baru tersadar dan
dalam keadaan lemah menoleh pada pelaku. Sontak mata mereka melebar begitu
mengetahui siapa yang datang. Yunga pun segera berdiri dan dengan cepat
menghampirinya.
āChaerin, kamu
datang.ā
Gadis itu
memperhatikan sekelilingnya. Tatapannya mengabsen satu per satu wajah semua
orang yang berada di ruangan itu. Matanya sempat berhenti saat bersirobok
dengan obsidian gelap Jayson yang terlihat terkejut dengan kehadirannya. Namun
matanya kembali bergerak hingga berhenti pada manik hitam Yunga.
āAku telah datang
sesuai permintaan Kakak. Tapi setelah ini aku mohon jangan libatkan aku dengan
bajingan itu lagi.ā
Melewati Yunga,
kini heels-nya dibawa melangkah mendekati bangkar dimana Jayson tengah
duduk bersandar. Kavee yang duduk dibangku samping bangkar beranjak pergi
diikuti Hobee yang duduk di ujung bangkar.
āChae-ā
āDimana lambangmu?ā
Selak Chaerin cepat.
āKamu tidak perlu
melakukannya jika-ā
āTunjukkan saja.
Aku tidak punya banyak waktu.ā
Jayson terdiam.
Menatap Chaerin yang lebih memilih memandang lurus ke depan. Ia mengembuskan
napasnya pelan sebelum membuka satu per satu kancing bajunya.
Sebuah lambang yang
berpendar lemah di dada kiri Jayson menyapa indera penglihatan Chaerin. Ia juga
bisa melihat seberapa buruk luka yang Jayson miliki akibat dari betrayal yang
dilakukan. Itu lebih buruk dari lukanya, tapi Chaerin sama sekali tidak merasa
kasihan. Bahkan ia pikir luka itu masih kurang parah karena betrayal
yang dilakukan tidak hanya telah melukai fisik tetapi juga perasaan dan telah
menimbulkan bekas.
Dengan tarikan
napas panjang, Chaerin menatap lambang tersebut sebelum memejam.
āSaya Lim Chaerin
bersumpah, jika diri ini hanya milikmu. Hidup dan matiku ada padamu. Serta
hakmu adalah kewajibanku.ā Sumpahnya sebelum menghidu feromen Jayson yang
berpusat pada lambang dengan luka yang membelahnya. Menjilat lambang tersebut
sebelum menancapkan taringnya dan menelan habis sisa feromon yang ada di sana.
Memberikan kecupan saat lambang tersebut perlahan berubah, membentuk lambang
yang sama dengan miliknya.
Ia menjauhkan
tubuhnya. Memperhatikan bagaimana sumpah dan penandaan yang ia lakukan bereaksi
pada tubuh Jayson. Luka akibat pengkhianatan yang dilakukan, berangsur
menghilang. Begitu pun dengan goresan yang membentang hingga membelah lambang alpha
itu.
Semua yang berada
di sana menjadi saksi bagaimana proses penyembuhan itu terjadi setelah
pengklaiman dilakukan. Bersyukur dalam hati karena sahabat mereka akan segera
pulih. Setidaknya itu yang mereka pikirkan sebelum kalimat selanjutnya yang
menjadi penutup sumpah Chaerin terlontar dari bibir gadis itu. Memberikan
kejutan seperti sambaran petir yang membuat seluruh mata kini menatap tidak percaya
pada satu-satunya omega di sana.
āDan mulai sekarang
hiduplah seperti mate-mu telah mati.ā
Comments
Post a Comment