UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 5
Chaerin semakin
menyibukkan diri dengan pekerjaan kantor. Memilih menemui klien di luar hanya
untuk mengurangi kemungkinan pertemuannya dengan Yunga, karena kantor menjadi
satu-satunya tempat dimana Yunga dapat menemui Chaerin. Rumah sudah tidak lagi
karena sehari setelah penandaan yang Chaerin lakukan, dirinya memutuskan untuk
meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen. Alasannya karena banyaknya
pekerjaan sehingga ia butuh tempat tinggal yang lebih dekat dengan kantor.
Jelas, sang Ibu akhirnya menyetujui walau berat melepaskan anak gadisnya. Tidak
ada yang tahu lokasi apartemen mewah yang Chaerin beli, hanya Jiyeong dan
kekasihnya yang juga sahabat Chaerin āMarka.
Menutup akses pada
siapa pun bukanlah perkara yang mudah walau kenyataannya Chaerin telah berhasil
melakukan hal itu bersamaan dua kali masa heat yang dilaluinya seorang
diri. Ia akan meminta izin beberapa hari untuk mempersiapkan diri menghadapi heat-nya
dan kemudian menata diri untuk menghadapi dunia. Mudah, hanya dengan mengatakan
dirinya sakit maka ia tidak perlu masuk kantor.
Semua rencananya
untuk hidup tanpa mate tampak berjalan sesuai keinginan. Tapi jauh di
lubuk hatinya ia tahu jika alpha bajingan yang merupakan mate-nya
masih belum berhenti mengusik kehidupannya. Jayson masih terus berusaha
menemuinya sekalipun ia telah meminta penjaga kantor untuk menolak kedatangan
Jayson. Tidak hanya itu saja, Jayson juga masih berusaha untuk menghancurkan
dinding pelindung yang membatasi sisi dominan dalam dirinya dengan sisi dominan
dalam diri Chaerin untuk bisa mengetahui keadaan masing-masing. Hingga setiap
kali ia merasa Jayson tengah mencoba berkomunikasi dengannya maka disaat itu
pula ia akan menambah lapisan dinding tersebut dan mempertingginya agar
dominasi dalam tubuhnya tidak diusik, walau kenyataannya sisi tersebut terus
meraung pada keegoisan dirinya.
Namun lagi-lagi ada
yang Chaerin lupakan. Sebuah hukum yang sama sekali tidak dipikirkannya saat
melakukan sumpah malam itu. Hukum leluhur mengenai kehidupan sepasang alpha
dan omega. Hukum yang sampai saat ini tidak disadarinya walaupun telah
timbul dampak dari apa yang dirinya lakukan sesuai dengan hukum tersebut. Ia
mengabaikannya. Cenderung tidak peduli karena kesadarannya telah tertutup oleh
angkara dan sakit hati. Berpikir logis pada apa yang terjadi dengan dirinya
tanpa berniat untuk menghubungkannya dengan hukum leluhur.
Chaerin pikir rasa
mudah lelah dan sakit kepala yang sangat menyakitkan itu timbul karena
pekerjaan yang banyak serta kurangnya istirahat. Maka pemikiran tersebut pada akhirnya
hanya membawa Chaerin pada botol vitamin serta apartemennya. Memilih untuk
menghabiskan akhir pekan dengan berdiam diri di atas kasur serta meminum
vitamin āyang dibelinya di apotekā setiap hari. Jika kepalanya tiba-tiba sakit
hingga membuat ia merasa kesadarannya akan terenggut, maka obat pereda akan ia
tenggak bersama air mineral yang membantu tertelannya obat tersebut.
Sejak pagi
kepalanya sudah terasa sangat sakit. Ini sudah kali kedua dalam minggu ini
Chaerin mengalami hal tersebut. Sebelumnya rasa sakit yang ia rasakan tidak
sesakit sekarang. Kedatangan sakit itu pun tidak sesering dua minggu belakangan
ini. Hingga membuat dirinya harus membawa satu botol kecil berisi obat pereda
sakit dan botol lain yang berisi obat sakit kepala di dalam tasnya. Beberapa
saat setelah kedua butir tersebut tertelan, maka rasa sakit yang ia rasakan
akan berkurang dan perlahan menghilang.
Sayang hal lain
terjadi saat perlahan rasa sakit itu mulai menghilang. Rasa panas tiba-tiba
saja menyerang tubuhnya ketika obat-obat tersebut tengah bekerja di dalam
tubuhnya. Membuat Chaerin yang masih terduduk lemah di atas kursi kerjanya
tiba-tiba menggulung tubuhnya saat rasa panas itu menyerang hingga ke dalam
tulang. Membuat denyutan di setiap titik tubuhnya yang berhasil mengeluarkan
erangan kecil dari mulutnya.
āSial!ā Umpatnya
saat mengetahui tanda-tanda apa yang terjadi pada tubuhnya. āKenapa heat-ku
datang lebih cepat?!ā
Chaerin berusaha
untuk mengumpulkan sisa tenaganya. Dengan mata terpejam, ia menarik napas
kemudian mengembuskannya berkala. Ia ulangi sampai asa sakit yang dirasakannya
sedikit berkurang.
Maka dengan tenaga
yang mulai menurun, Chaerin bergegas merapikan seluruh barangnya. Menyimpan
ponsel, obat, dan beberapa barang kecil miliknya ke dalam tas sebelum membawa heels
putihnya meninggalkan ruang kerja. Ia berusaha untuk mengatur mimik wajahnya
saat akan keluar. Dirinya tidak ingin ada yang menyadari kondisinya. Karena
itu, saat dirinya mengatakan akan pulang lebih dulu karena sakit maka
sekretarisnya hanya dapat mengangguk sambil memperhatikan kepergiannya dengan
dahi mengkerut.
Menghindari
pertemuannya dengan beberapa orang yang berisiko menahan kepulangannya, maka
Chaerin memilih untuk menggunakan tangga darurat. Beruntung ruangannya berada
di lantai sepuluh tidak seperti Yunga yang berada di lantai tujuh belas.
Sekalipun kakinya akan sakit, tapi tidak akan sesakit jika ruangannya berada di
lantai yang sama dengan sang kakak sepupu.
Saat dirinya sampai
di lantai dasar, ia segera bergegas menuju pintu keluar. Kembali menghindari
orang-orang penting di kantor agar dirinya bisa segera memasuki mobilnya yang
terparkir di luar. Sayangnya langkah panjang dan cepat itu harus terhenti
ketika gelombang panas kembali menyerangnya. Membuat ia tiba-tiba saja
membungkuk saat rasa panas itu menghantam tanpa ampun hingga menghadirkan
kembali rasa sakit dikepalanya. Erangan kecil kembali lolos saat titik
tersensitifnya berkedut kencang dan penghidunya menghirup aroma yang membuat
sisi dominannya meraung.
āArgh sial!ā
Mengenyampingkan
rasa sakit yang semakin menjadi, Chaerin akhirnya mencoba melangkah walau
sedikit tertatih. Rasa sakit yang menyerang kepalanya membuat dirinya tidak
bisa fokus dalam memperhatikan jalannya. Membuat kaki jenjang itu harus
beberapa kali berhenti sebelum seseorang menahan tubuhnya yang oleng akibat
gelombang panas yang semakin menjadi.
āHei kamu baik-baik
saja?ā
Pertanyaan itu
mengalun diiringi nada khawatir yang jelas terdengar. Chaerin tahu benar siapa
pemilik suara itu sekalipun matanya tengah memejam untuk menahan rasa sakit
yang menyerang kepalanya. Sisi dominannya langsung bersorak ketika merasakan
tangan kekar itu memegangi lengannya dan dada bidangnya yang menempel pada sisi
tubuhnya. Sebuah kenikmatan yang membuat sisi dominannya meminta lebih. Namun
Chaerin mengenyampingkannya dan berusaha untuk melepaskan diri saat suara berat
lain terdengar menyebutkan namanya.
āAstaga Chaerin.ā
Sosok lain datang
dan mengambil alih dirinya dan membawa tubuh mungilnya ke dalam dekapannya.
Membuat sisi dominannya menggeram kesal yang kembali ia abaikan.
Chaerin tidak
menjawab. Matanya masih setia terpejam. Dirinya masih berusaha keras untuk
mengurangi rasa sakit dikepalanya yang kini membuat telinganya berdengung.
āChaerin buka
matamu, lihat Kakak.ā Sosok itu kembali bersuara tapi Chaerin masih tidak
menggubrisnya. Rasa sakit itu berhasil menguasai dirinya terlebih gelombang
panas yang bersemayam dalam tubuh yang membuat titik sensitifnya berdenyut
mengerikan. Tidak hanya itu saja, kini penghidunya mulai mengendusi aroma
feromon yang menguar dari sosok pertama. Siapa lagi kalau bukan sisi dominannya
yang membuat ia seperti kehausan akan keberadaan sosok tersebut.
Sebuah tangan kini
mendarat di atas permukaan keningnya. Kemudian merambat ke leher hingga tarikan
kecil dirasakannya pada kerah pakaiannya. Maka tidak lama setelah itu pemilik
feromon yang masih dihidunya dengan rakus itu berkata lirih, āHeat-mu
datang.ā
Membawa kembali
kesadarannya di tengah rasa sakit dan panas tidaklah mudah. Chaerin masih diam
dan membiarkan dua pria itu berucap tanpa memberikan balasan. Hingga ia
merasakan usapan ringan di atas lambangnya yang ia yakini tengah berpendar
terang. Membuat tanpa sadar dirinya kembali meloloskan erangan dibarengi dengan
gemuruh dalam dada yang timbul akibat salah satu titik sensitifnya merasakan
hal yang seharusnya dirasakan setiap kali heat datang.
Sebuah kesadaran
kini menamparnya saat gemuruh di dada itu berubah menjadi kejangan kecil ketika
telapak tangan itu kembali mengusap lambangnya. Bahwa sentuhan yang dirinya
lakukan selama ini untuk memenuhi hasratnya masih belum cukup dibandingkan
dengan sentuhan ringan sosok tersebut, yang mampu mengalirkan adrenalin hingga
membuat jantungnya berdetak kencang dan napasnya memburu. Menyadari hal
tersebut, sisi dominannya kembali menyuarakan kegembiraan dengan memaksa
Chaerin untuk semakin melemahkan tubuhnya di bawah sentuhan tangan itu. Namun
ingatan akan betrayal yang bersemayam dalam diri membuat Chaerin pada
akhirnya menepis tangan yang masih mengelus lambangnya. Melepaskan diri dari
dekapan sosok di belakangnya walau tubuh berbalut kemeja biru muda itu tengah
bergetar.
āChaerin..ā Sosok
yang sedari tadi mendekapnya berucap lirih. Ia berusaha untuk mendekat tapi
Chaerin menghentikannya.
āTidak Kak Yunga,
jangan mendekat.ā
āChaerin, Kakak minta
maaf atas kelancangan Kakak. Tapi Kakak mohon, tolong dengarkan Kakak.ā
Chaerin menggeleng
keras. āTidak aku sedang tidak ingin mendengar apa pun.ā
āChaerin, heat-mu
datang. Tolong izinkan-ā
āTidak!ā Selak
Chaerin. Tatapannya yang semula meredup karena rasa sakit kini kembali
menghunus tajam. āAku sudah mengatakan untuk hidup tanpa mate, maka aku
akan melewati semua heat-ku tanpa dampingan siapa pun.ā
Ia menarik napas
dalam kemudian menghela dengan kasar.
āAku tidak butuh
kau jadi jangan bersikap peduli!ā Maka dengan kalimat terakhir yang diucapkan
penuh amarah, Chaerin segera berbalik dan pergi. Mengabaikan rasa sakit
dikepala, denyutan hebat di seluruh titik sensitifnya, serta raungan marah dari
sisi dominannya karena kembali menjauhkan ia dengan pasangannya.
Chaerin segera
memasuki mobil. Menekan tombol mesin sebelum kakinya menginjak pedal guna
melajukan kuda besi berwarna putih itu. Meninggalkan Yunga dan Jayson yang
mengejar dan memanggilnya. Memfokuskan diri pada jalan di depan dengan seluruh
tenaganya hingga peluh kini memenuhi dahinya. Rasanya sulit bahkan lebih sulit
setelah sentuhan ringan yang ia terima. Sisi dominannya semakin meliar untuk
meminta sentuhan lebih hingga membuat fokusnya menurun. Belum lagi rasa sakit
yang menyerang kepalanya. Terlampau sakit sampai Chaerin harus memejam beberapa
kali sebelum pandangannya total berubah gelap saat suara nyaring klakson
terdengar kencang.
* * * *
Ia mencoba membuka
matanya dengan pelan. Mengerjapkan kelopak mata untuk menyesuaikan retina
dengan cahaya yang masuk. Memfokuskan pandangannya yang memburam ketika suara
seorang gadis terdengar menyebut namanya dengan terkejut.
āKau bisa
mendengarku? Apa kau bisa melihatku? Hei jangan diam saja, jawab-ā
āBerisik Hwang
Jiyeong.ā Desisnya dengan mata terpejam dan dahi yang mengkerut. Baru saja ia
membuka mata, pusing langsung menyerang saat gadis di sampingnya tidak berhenti
menanyai dirinya.
Masih dengan usaha
untuk menormalkan pandangannya, perlahan tapi pasti cahaya yang masuk ke dalam
retinanya berhasil diproyeksikan dengan baik hingga tidak ada lagi pandangan
kabur yang sedari tadi mengganggu penglihatan. Ia mengembuskan napas. Menoleh
ke sisi kanan dimana Jiyeong masih setia memperhatikannya.
āKenapa aku di
sini?ā
Chaerin tahu jika
dirinya kini tengah terbaring di atas bangkar rumah sakit. Bau khas rumah sakit
langsung menyapa kala matanya terbuka membuat ia yakin jika dirinya tidak
berada di kamar.
Jiyeong mendecih.
āKamu kecelakaan. Mobil mu menabrak pembatas jalan dan kamu pingsan. Beruntung
Stephen sedang ada urusan tidak jauh dari lokasi kecelakaan mu. Dia yang
menolong mu dan membawa mu kemari. Stephen juga yang menangani mu.ā
Ingatan saat
kejadian itu terjadi kembali hadir memenuhi otaknya. Membuat napas beratnya
terhela.
āAku akan
panggilkan Stephen. Kamu tunggu sebentar.ā
Jiyeong bergegas
meninggalkan ruang rawat Chaerin. Meninggalkan Chaerin beserta pikirannya yang
mulai kembali mengingat apa saja yang terjadi sebelum kesadarannya terenggut.
Tidak lama pintu
ruangannya terbuka. Stephen datang dengan senyum yang selalu menghiasi
wajahnya. Berjalan gagah dengan sneli yang membungkus kemeja hitamnya. Memasang
stetoskop ke telinga dengan mata yang tetap tertuju pada manik Chaerin yang
menatap lemah padanya.
āApa yang kamu
rasakan?ā Tanyanya di sela kegiatan memeriksa.
āAgak pusing dan
juga nyeri di tangan dan kaki.ā
Stephen mengangguk.
Melepaskan stetoskopnya dan menggantungkan benda silver itu di leher.
āKakimu sakit
karena saat kecelakaan kaki kirimu terjepit, tapi untunglah tidak parah.
Sedangkan tanganmu karena terkena pecahan kaca mobil.ā Stephen terlihat menarik
napas sebelum vokalnya kembali terucap. āBerhenti menjadi egois Chae. Pendar
dilambangmu semakin melemah.ā
Chaerin terkejut
sebelum ia sadar jika tadi Stephen memeriksanya dan mungkin melihat lambangnya.
āAku tidak ingin
membicarakan hal itu.ā Ia membuang mukanya. Menatap jendela yang menampilkan
gelapnya langit malam itu.
Stephen terdiam.
Memberikan sedikit waktu untuk Chaerin sekaligus dirinya dalam menyusun kata.
Ada hal yang sedari tadi memaksa untuk disampaikan tapi melihat reaksi Chaerin
membuat ia harus memutar otak untuk menyampaikannya.
Hening yang terjadi
membuat sesuatu sempat terlintas dipikiran Chaerin. Hamparan gelap yang ia
lihat dari jendela semakin membawa Chaerin pada pikirannya mengenai sang mate.
Bagaimana keadaannya? Itulah yang tiba-tiba saja bermain di dalam pikirannya.
Membuat ia teringat jika dinding yang membatasi dirinya dan Jayson akan
menghilang saat salah satu diantaranya tidak sadarkan diri.
āTiga hari kamu
tidak sadarkan diri, tiga hari pula pria itu menunggui mu bersama yang lain.
Bang Yunga juga ada.ā Stephen mengawali dengan hati-hati. Ia sempat
memperhatikan ekspresi Chaerin yang tidak menatapnya sebelum melanjutkan
kembali saat tidak mendapatkan penolakan.
āSelama tiga hari
itu aku menyaksikan bagaimana dirinya juga mengalami hal yang sama. Kesakitan.
Dan dihari kedua tubuhnya melemah hingga harus berbaring di bangkar dan
dipasangkan infus. Kamu pasti tahu kenapa hal itu terjadi.ā
Stephen kembali
memberi jeda. Ia terlihat menarik napas dan mengembuskannya.
āIa sempat menolak,
tapi teman-teman Bang Yunga memaksanya hingga dia menyerah. Siang tadi dia
pulang bersama Bang Yunga, karena kondisinya yang masih kurang baik.ā
Hening kembali
tercipta dikala Stephen yang diam dan Chaerin yang bungkam. Membiarkan suara
pendingin ruangan yang kini menggantikan suara berat Stephen yang sedari tadi
terus dilafalkan. Memberikan sedikit waktu untuk Chaerin mencerna setiap kata
yang diucapkan. Membiarkan gadis yang masih belum mau menatapnya itu untuk
berpikir lebih baik lagi.
āSungguh aku tidak
tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan mate-mu. Tapi melihat
lambangmu dan reaksi tubuhmu aku yakin jika kamu membuat penghalang di antara
kalian.ā Suara yang penuh simpatik itu berjeda, āTapi takdir tidak bisa diubah,
Chae. Selene telah menakdirkanmu dengan mate-mu. Apa pun yang
telah terjadi tidak akan bisa mengubah takdir itu. Kamu hanya akan
menyiksa diri sendiri dan juga pasanganmu jika kamu memaksa menentangnya. Itu
hukum leluhur, aku tidak membuatnya jika kamu berpikiran aku tengah memihak
pada seseorang.ā
* * * *
Jayson masih berada
di atas kasur dengan menatap langit-langit kamar. Sejak kepulangannya dari
rumah sakit, ia sama sekali tidak meninggalkan kamarnya. Memilih untuk
beristirahat seperti yang disarankan Yunga. Lagi pula ia juga tidak ada
pekerjaan lain. Ia telah mendapatkan izin dari Kavee untuk beristirahat
beberapa hari. Kondisi tubuhnya sedang kurang baik.
Kesunyian kamarnya
membawa Jayson beserta ingatannya kembali pada kejadian beberapa hari lalu
dimana ia tidak sengaja bertemu Chaerin di kantor Yunga. Tujuannya datang
adalah untuk bertemu dengan sahabatnya, tetapi saat di lobby ia dan
Yunga yang baru kembali dari makan siang malah bertemu Chaerin.
Semua terjadi
begitu cepat sampai ia sendiri tidak tahu jika mobil yang ia dan Yunga ikuti
telah menabrak pembatas jalan. Tanpa berpikir panjang, ia segera keluar dan
berlari cepat mendekati mobil tersebut. Matanya melihat sendiri bagaimana mobil
putih itu rusak. Tabrakan tunggal tersebut telah menyebabkan cap mobil
terbuka, kaca depan yang pecah, dan asap yang keluar dari mesin kendaraan.
Dengan segera ia mencoba membuka paksa pintu pengemudi. Perasaannya kacau
memikirkan bagaimana keadaan pengemudi tersebut. Rasa takut menyeruak di dalam
hati kala pintu terbuka dan asap keluar hingga menghalangi pandangannya. Lantas
ia segera mencondongkan tubuhnya guna mengeluarkan Chaerin dari sana.
Menggendong tubuh yang sudah tidak sadarkan diri itu dan merebahkan di atas
jalan dengan kepalanya yang ia letakkan di atas pangkuan. Ia dan Yunga berusaha
untuk menyadarkan Chaerin. Memberikan tepukan ringan di pipi tetapi Chaerin
tetap belum mau membuka matanya. Membuat kekhawatiran kini menyergap keduanya.
Namun tiba-tiba
saja seseorang datang. Sosok tersebut sempat menyebutkan nama Chaerin dengan
terkejut yang membuat Jayson mengernyit bingung. Kehadiran pria yang kini
tengah memberikan pertolongan pertama pada Chaerin itu berhasil membuat sisi
dominannya meraung tidak suka. Ia bahkan sampai menggeram karena melihat
bagaimana alpha lain menyentuh omega-nya. Tidak, Chaerin hanya
miliknya. Tidak boleh ada alpha lain yang menyentuh apa yang sudah
ditakdirkan untuknya. Maka keegoisannya membuat ia menggeram kesal.
āTenang Park
Jayson. Dia Dokter Oh, kolega keluarga ku. Kami sudah saling mengenal sejak
lama.ā Itu kata-kata Yunga yang berhasil membuat sisi dominan Jayson sedikit
merelakan omega-nya disentuh alpha lain sampai ambulans datang
dan Chaerin dibawa pergi.
Di tengah bayangan
kejadian siang itu, tiba-tiba saja ada yang mengusiknya. Sisi dominannya
merasakan hal lain yang bukan dari dirinya. Sesuatu yang membuat jantungnya
bergemuruh dan terbesit sorak gembira dari sang dominan. Ia terdiam sejenak,
mencoba merasakan hal tersebut. Sampai kesadarannya menyadari jika yang tengah
ia rasakan berasal dari sisi dominan Chaerin. Dinding penghalang yang dibangun
Chaerin menghilang dan kini ia bisa merasakan eksistensi sang dominan dalam
tubuh Chaerin. Sebuah kelegaan yang membuat dirinya dapat tersenyum lebar.
Merasakan untuk pertama kali bagaimana sepasang mate yang bisa merasakan
apa yang pasangannya rasakan. Sampai sebuah perasaan kini menyeruak ke dalam
hatinya ketika sisi dominannya mengaung senang. Sisi dominannya bisa berkontak
dengan sisi dominan Chaerin. Itu berarti omega-nya telah tersadar dari
tidur panjangnya.
Comments
Post a Comment