UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 6
Hari ini adalah
hari terakhir keberadaannya di atas bangkar. Ia sudah diperbolehkan pulang
dengan obat dan beberapa vitamin yang harus dikonsumsi. Tinggal menunggu Marka
yang tengah menyelesaikan administrasi, maka dirinya sudah resmi keluar dari rumah
sakit. Membosankan sekali hidupnya saat harus berdiam diri di ruang rawat.
Walau Jiyeong selalu datang untuk menemani, tetapi sahabatnya itu akan pergi
saat jam besuk telah usai. Dan saat itulah dirinya dilanda rasa bosan yang
tiada tara. Sendiri di kamarnya tanpa ada yang menemani, walau itu adalah
keinginannya sendiri. Dia tidak ingin ada yang menunggunya, bahkan Yunga pun
tidak diizinkan. Dirinya masih belum ingin bertemu dengan sang kakak sepupu.
Walau berat hati, Yunga akhirnya mengabulkan keinginan tersebut. Yunga hanya
datang menemuinya sebelum berangkat ke kantor. Membawakan ia beberapa makanan
kecil sebelum pamit pergi.
Di tengah kegiatan
menunggu Marka, Chaerin masih sibuk dengan pemandangan luar rumah sakit yang
dilihatnya dari jendela. Sementara Jiyeong yang menemani tengah asyik dengan
ponsel. Keduanya tidak menyadari jika seseorang baru saja membuka pintu hingga
suara Marka menginterupsi mereka. Jiyeong terdiam di sofa sementara Chaerin
menatap nyalang sosok yang berada di belakang Marka.
āAku dan Jiyeong
akan menunggu di mobil.ā Itu adalah kalimat terakhir yang Marka ucapkan sebelum
ia dan sang kekasih meninggalkan kamar bersama beberapa barang Chaerin.
Tidak ada yang
berucap setelah Marka menutup rapat pintu kamar. Chaerin masih setia menatap
sengit sosok yang berdiri di dekat pintu dengan mulutnya yang tertutup.
Sementara sosok itu juga memilih diam sembari obsidiannya menatap Chaerin
lekat. Beruntung dirinya masih bisa merasakan apa yang Chaerin rasakan karena
belum ada dinding yang kembali menghalangi. Sehingga ia bisa merasakan
bagaimana benci dan marahnya Chaerin pada dirinya walaupun sisi dominan dari omega
itu tengah gembira atas kehadirannya di sana.
āBagaimana
keadaanmu?ā
āAku tidak suka
basa-basi. Jadi katakan apa maumu?ā
Jayson terlihat
menarik napas dalam dan menghelanya bertahap. āAku ingin meminta maaf atas
kesalahanku. Aku telah menorehkan luka yang membuat dirimu kecewa. Tapi sungguh
aku tidak akan melakukan itu lagi. Aku sangat sadar dengan takdir yang telah Selene
pilihkan. Aku-ā
āSayang sekali,
kesalahanmu itu sangat sulit kumaafkan. Aku terlanjur membencimu atas
pengkhianatan yang kau lakukan. Kau memang berhasil menyembuhkan luka di
tubuhku, tapi permintaan maaf dan penyesalan mu tidak bisa memulihkan
kekecewaan yang telah menyatu dengan darahku.ā Chaerin menyelak. Membungkam
Jayson dengan seluruh pemikiran dan perasaan yang selama ini ia rahasiakan.
Setidaknya ia ingin membiarkan Jayson tahu tentang dirinya yang tidak bisa
menerima pengkhianatan dan kebohongan dalam bentuk apa pun sebelum ia kembali
membangun perisai yang membatasi keduanya.
āKau tahu, aku
selalu bermimpi untuk bisa hidup bahagia bersama mate-ku. Aku tidak akan
mengecewakan takdirku. Karena itu aku berusaha dengan keras menjaga diriku.
Menolak alpha lain yang berusaha mendekat hanya demi mempersiapkan diri
untuk mate-ku kelak.ā Chaerin tergelak sinis, mengingat kembali
kenaifannya dulu. āTapi niat baikku tidak disambut baik oleh dirimu. Kau malah
membuat usahaku menjadi sia-sia dengan betrayal sialanmu itu.ā
Chaerin membawa
langkah kakinya mendekat. Memangkas jarak keduanya hingga ia berdiri tepat di
hadapan Jayson. Matanya tidak pernah berpaling dari obsidian kelam Jayson yang
juga terus menatapnya. Terlihat kesedihan yang terpancar tapi Chaerin mengindahkannya.
Menutup mata dan telinga pada keadaan Jayson.
āBagiku sekali
pengkhianat tetap pengkhianat. Sekali melakukan kebohongan maka akan kembali
melakukannya.ā
Usai bicara seperti
itu, Chaerin kembali membawa langkah kakinya melewati Jayson. Sudah tidak ada
lagi yang perlu dibicarakan, maka pergi adalah hal yang harus dirinya lakukan.
Tapi langkahnya terhenti saat Jayson menggenggam erat pergelangannya. Sedikit
menariknya hingga Chaerin kembali ke posisi sebelumnya. Mereka saling
berhadapan dan bertatapan.
āApa yang bisa
kulakukan agar kamu mau menerima maafku dan kita bisa menjalani hidup sesuai
takdir yang telah ditetapkan?ā Tanya Jayson. Terdengar harapan besar pada
setiap kata yang terucap.
Dengusan terlontar
bersamaan dengan tangannya yang bebas berusaha melepaskan diri dari genggaman
Jayson.
āTidak ada yang
bisa kau lakukan agar kita hidup sebagai mate yang telah ditakdirkan,
karena aku tidak sudi. Tapi mengenai permintaan maafmu, aku bisa
mempertimbangkannya asalkan kau jangan pernah lagi menunjukkan dirimu di
hadapanku, bersikaplah seakan kita tidak saling mengenal jika tidak sengaja
bertemu, dan berhenti menganggap diriku mate-mu karena bagiku mate-ku
telah tiada sejak dia memutuskan untuk melakukan betrayal.ā
Chaerin tersenyum sinis
sebagai penutup pembicaraan mereka. Kakinya kembali ia bawa melangkah, kali ini
tanpa ada halangan yang didapatkan. Keluar dari kamar rawatnya dimana Jayson
hanya bisa diam mencerna jawabannya yang penuh dengan kebencian.
* * * *
Mereka tidak bisa
menampik jika semakin hari Jayson terlihat semakin lemah. Pandangan tajam yang
selalu terlihat di matanya mulai memudar dengan kulitnya yang cenderung
memucat. Ditambah dengan tubuh tegap itu yang mudah sekali merasa lelah. Semua
itu telah mengusik pikiran para sahabatnya terutama Yunga. Sayang mereka tidak
tahu bantuan apa yang bisa mengembalikan kondisi Jayson seperti sedia kala.
āMasih belum ada
perubahan?ā
Jayson hanya
mengembuskan napasnya. Gurat di wajahnya sudah cukup menjawab pertanyaan Hobee.
āBang..ā
āSulit Jeka. Jika
Chaerin sudah berkata A, maka dia akan melakukannya. Betrayal adalah
kesalahan yang paling sulit dimaafkan Chaerin.ā Yunga menarik napasnya
dalam-dalam sebelum melanjutkan kembali ucapannya. āAku tidak hanya khawatir pada
Jayson, tetapi Chaerin juga. Chaerin masih marah padaku sampai dia menutup
semua akses. Aku jadi tidak tahu bagaimana kondisi Chaerin yang sebenarnya.
Jika Jayson saja terlihat mengenaskan seperti ini maka kondisi Chaerin mungkin
saja sama atau lebih buruk. Bagaimanapun dia hanya seorang omega yang
menutupi kelemahannya dengan angkara di hati.ā
Dalam hati, mereka
membenarkan perkataan Yunga. Min Yunga saja belum menemukan cara untuk
berbicara dari hati ke hati dengan sepupunya, bagaimana mereka yang hanya
berstatuskan sebagai sahabat Yunga.
Mereka kembali
diam. Tidak ada satu suara pun yang keluar selain suara musik di kafe tersebut.
Ketujuhnya tampak berpikir atas keadaan yang secara tidak langsung mengikat
mereka karena empati yang dirasakan. Keinginan untuk membantu begitu besar
tetapi caranya belum juga ditemukan. Jika saja yang mereka hadapi adalah omega
dengan karakter yang tidak sekuat Chaerin, mungkin saja kerumitan ini akan
lebih mudah diselesaikan. Namun yang mereka hadapi saat ini adalah Lim Chaerin,
omega yang dilahirkan dari Ayah seorang tentara yang secara tidak
langsung mendidiknya untuk menjadi sosok yang tangguh bagaimanapun keadaannya.
āHei..ā Juna
menarik perhatian sahabatnya. Membuat kini mata mereka terfokus pada sosok
bertubuh tinggiātegap yang tengah menatap jauh ke depan.
āBukankah itu
Chaerin?ā Tanyanya dengan menunjuk meja di dekat jendela dimana seorang gadis
tengah duduk bersama dengan sosok pria.
āItu Chaerin, tapi
dengan siapa?ā
Mereka tampak
memperhatikan sosok yang baru saja membuat Chaerin tertawa. Jayson yang melihat
itu merasakan ada yang tengah membakar hatinya. Jemarinya terkepal ke dalam
telapak tangan hingga buku-buku jari berubah putih.
āKenapa dia sedekat
itu?!ā Geram Jayson. Sisi dominannya merasa tidak terima jika pasangannya kini
tengah bersama alpha lain bahkan membuat pasangannya tertawa lepas.
Yunga yang melihat
perubahan Jayson buru-buru menahan pergerakan sahabatnya itu. Matanya menyorot
tajam dengan kepala yang menggeleng singkat. āJika kau ingin membuat Chaerin
semakin membencimu maka pergilah. Aku tidak akan peduli lagi.ā Singkat, tapi
berhasil membuat Jayson kembali mendaratkan bokongnya di kursi. Walaupun
hatinya meminta untuk pergi tetapi perkataan Yunga seakan menyadarkan posisinya
yang masih belum aman.
āTunggu, aku ingat
siapa pria itu.ā Mendengarnya membuat seluruh atensi kini berubah pada Yujin.
āDia Ten, salah
satu rekan bisnismu Yunga.ā
āTen?ā
Yujin mengangguk.
āProyeknya ditangani oleh Tim Seungwoo. Aku rasa mereka bisa sedekat itu karena
intensitas pertemuan yang cukup sering. Setahuku setiap proyek yang ditangani
Seungwoo akan selalu berada langsung di bawah Chaerin.ā
āItu berarti setiap
kali mereka mengadakan pertemuan untuk membahas proyek tersebut maka Chaerin
dan pria bernama Ten itu akan selalu bertemu?ā
Yujin kembali
mengangguk membenarkan Kavee. āSelama Chaerin tidak berhalangan maka mereka
dipastikan akan bertemu.ā
āSial.ā Umpat
Jayson.
Hening kembali
menyelimuti meja mereka. Ketujuhnya begitu fokus pada meja dimana Chaerin dan
Ten berada. Tidak jarang terdengar geraman tidak suka dari Jayson setiap kali
Ten melakukan kontak fisik dengan Chaerin. Walau ringan tetapi sifat posesif
dari sang dominan tetap tidak bisa menerimanya. Apalagi saat melihat bagaimana
Chaerin tersenyum setiap kali Ten bercerita atau tertawa kala lelucon
diutarakan oleh pria itu. Rasanya Jayson ingin sekali mencabik pria itu dan
langsung membawa Chaerin pergi dari sana.
āAku akan bicara
dengan Chaerin.ā
Semua mata kini
kembali tertuju pada Yunga.
āBagaimana caranya
Bang? Bukankah tadi kau sendiri yang bilang jika Chaerin menutup semua akses
pertemuan denganmu.ā
Yunga menghela
napasnya. āApa pun cara dan risikonya akan kucoba. Aku hanya tidak ingin
Chaerin melakukan kesalahan karena rasa kecewanya yang begitu besar. Aku ingin
Chaerin baik-baik saja.ā
āTapi bagaimana
jika tetap tidak berhasil?ā Tanya Hobee.
Yunga bungkam.
Sejujurnya ia juga tidak tahu cara apa lagi yang harus ditempuh untuk
meluluhkan amarah Chaerin. Berbicara baik-baik sudah dirinya lakukan tetapi
gagal. Melakukan tindakan yang sedikit kasar? Tidak. Yunga tidak akan melakukan
hal itu. Dirinya tidak tega dan tidak mau jika Chaerin semakin membencinya.
āBang..ā Panggilan
Jayson berhasil mengembalikan Yunga dari dalam pikirannya yang kacau. Ia
menoleh dan menanti sahabatnya itu untuk kembali berucap.
āJika ternyata
masih gagal, izinkan aku untuk menggunakan posisiku sebagai seorang alpha.ā
Yunga tersentak
kala mendengar permintaan tersebut. Matanya menyipit dengan alis yang bertaut.
Menghunus Jayson dengan pandangan protektifnya yang tidak menginginkan hal
buruk terjadi pada Chaerin.
āPark Jayson jangan
macam-macam!ā Peringatan Yunga.
Gelengnya singkat.
āAku tidak akan melukai Chaerin, dia adalah mate-ku.ā Ujarnya selaras
dengan napasnya yang dalam dan pelan. āAku hanya akan menundukkannya dengan
posisiku. Tidak peduli jika nanti dia akan memaki atau menamparku, aku hanya
ingin menunjukkan takdir yang mengikat kami dan aku adalah alpha-nya.ā
āTenang Bang. Aku
sudah berjanji dan bersumpah untuk tidak kembali melukai Chaerin, maka aku
tidak akan melanggarnya.ā
Tatapan mereka
berserobok. Yunga yang melihat tepat di manik Jayson dapat melihat kejujuran pada
janji yang ia ucapkan. Membuat hatinya sedikit melega walaupun gelisah dan
takut masih tidak bisa lenyap.
āAku memberikan
izin. Tapi jika kau melukai Chaerin bahkan sehelai rambut pun, maka aku akan
menghabisimu dan membuat kalian tidak akan pernah bisa bersama.ā
Jayson mengangguk.
Kemudian kepalanya memutar dan matanya kembali menatap pada Chaerin yang duduk
cukup jauh darinya.
* * * *
Chaerin dan Ten
berjalan beriringan menuju lobby kantor. Sebenarnya Ten yang menemani
Chaerin walau gadis itu telah menolak. Ia merasa tidak enak jika rekan
bisnisnya itu harus menemaninya hingga ke lobby. Pasalnya jam makan
siang sudah usai, itu berarti keduanya harus kembali pada pekerjaan
masing-masing. Tapi karena sedikit paksaan Ten, maka mau tidak mau Chaerin
membiarkan pria itu untuk mengantarnya sampai ke dalam lobby.
āTerima kasih.ā
āTidak seharusnya
aku yang berterima kasih padamu, karena kamu bersedia menerima tawaran makan
siang dariku. Terima kasih Nona Lim.ā
Chaerin menggeleng.
āHei berhenti memanggilku Nona Lim. Kita seumuran, panggil saja Chaerin.ā
āJika itu maumu,
maka aku akan memanggilmu Chaerin.ā
Keduanya saling
tertawa. Ini sudah sangat lama sejak insiden betrayal yang ia alami,
dirinya bisa merasa sesantai hari itu. Bersama orang yang belum lama dirinya
kenal. Aneh tapi Chaerin sangat menikmatinya. Peduli setan dengan pemikiran
orang lain. Selama yang dirinya lakukan tidak melanggar apa pun maka tidak jadi
masalah bukan.
Sayang
kesenangannya harus terusik saat Yunga datang. Membuat dirinya dan Ten secara
mendadak menghentikan tawa mereka dan menoleh ke arah kedatangan Yunga. Ten
yang menyadari itu segera memberikan salamnya. Ini adalah kali pertama bagi Ten
bertemu secara tidak sengaja dengan pimpinan perusahaan rekanannya.
āSelamat siang Tuan
Min. Suatu kebetulan bisa bertemu dengan anda.ā
Yunga mengangguk
kecil dengan memasang senyum simpul. Tidak membalas salamnya dan lebih memilih
memfokuskan diri pada Chaerin.
āKakak ingin bicara
penting dengan mu.ā
Ten merasakan
intensitas kurang baik akhirnya memutuskan untuk undur diri. Ia merasa bukan
ranahnya untuk ikut campur urusan Chaerin dan Yunga. Dirinya hanya rekan bisnis
dan hubungan pertemanan dengan Chaerin pun masih terbilang baru. Maka dengan
segala kehormatan dan sopan santun yang dirinya miliki, Ten berpamitan dengan
alasan jika masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Ia sempat berjabat
tangan dengan Yunga sebelum memberikan pelukan ringan kepada Chaerin yang
diterima dengan senang hati oleh gadis itu.
āSampai jumpa
lagi.ā
Ten mengangguk dan
melenggang keluar. Kini tinggalah Yunga dan Chaerin. Keduanya saling menatap
sebelum Yunga memulai pembicaraan mereka.
āKakak tahu kamu
masih marah dengan. Tapi tolong izinkan Kakak untuk menjelaskan kenapa Kakak melanggar
janji dengan mu.ā
āKarena hukum
leluhur, benar bukan?ā
Yunga sedikit
terkejut mendengar jawaban Chaerin. Sedangkan Chaerin, ia terlihat menarik
napasnya dalam sebelum menghembusnya perlahan.
āTapi Kak Yunga
tetap sudah mengingkari janji. Kakak berbohong padaku. Kakak bilang
jika Kakak akan menjauhkan bajingan itu dariku jika aku berhasil melalui heat
pertamaku. Tapi kenyataannya Kakak membiarkan bajingan yang sayangnya sahabat
Kakak itu melakukan penandaan.ā Kepalanya tertunduk dalam. Mengungkapkan apa
yang ia tutupi selama ini bukanlah perkara mudah. Butuh tenaga yang tidak
sedikit hanya untuk sebuah pengakuan. Karena kini hatinya kembali perih saat
mengingat bagaimana Yunga membiarkan Jayson membawa dirinya pergi.
Yunga tidak tega.
Sekali lagi, Chaerin adalah kelemahannya. Maka dengan sifat protektifnya, ia
meraih tubuh itu ke dalam dekapannya. Menyalurkan kehangatan tubuhnya untuk
sang adik sepupu. Sudah lama dirinya tidak bisa memeluk Chaerin semenjak
kejadiaan hari itu.
āKakak tahu
Kakak salah. Tolong maafkan Kakak. Kakak melakukan semua itu karena tidak ingin
kehilanganmu, Chae. Kakak sangat menyayangimu. Maafkan Kakak yang terlalu
menyayangimu sampai rela melanggar janji denganmu.ā Menggunakan tangannya, ia
mengusap punggung Chaerin dengan ritme teratur.
āAku tahu Kakak
terpaksa melakukannya. Seharusnya aku tidak marah padamu. Maaf Kak..ā
Yunga menggeleng.
āTidak, jangan minta maaf. Kamu tidak salah, Chae. Kamu hanya mengungkapkan
kekecewaan mu saja.ā
Sungguh rasanya
Yunga ingin berteriak. Chaerin-nya telah kembali. Adik sepupu terkasihnya telah
mau memberikan maafnya. Namun ditengah euforianya, terbesit rasa khawatir akan
apa yang ingin dirinya bicarakan. Ia tidak yakin jika setelah menyampaikannya,
hubungan yang baru membaik ini akan bertahan. Ia takut tetapi ia harus
melakukannya. Ia tidak ingin Chaerin melakukan hal bodoh yang membuat dirinya
tersakiti dikemudian hari.
āChaerin, bisakah
Kakak meminta satu permintaan padamu?ā Yunga bertanya dengan hati-hati.
āApa?ā
Yunga menarik
napasnya dan berkata dengan pelan, āBisakah kamu tidak terlalu dekat dengan
pria tadi. Kakak takut pria tadi akan salah mengartikan kedekatan kalian
dan membuat kalian terjerumus pada hal yang bertentangan.ā
Chaerin menjauhkan
tubuhnya. Matanya langsung menatap pada obsidian Yunga. Mencari tahu apa yang
sebenarnya dipikirkan kakak sepupunya itu. Hingga kenyataan yang baru
disadarinya seperti memukul ingatannya. Ia tertawa kecil yang diiringi
dengusan.
āSial, ternyata
Kakak melakukan ini karena bajingan itu.ā Lirihnya dengan suara yang penuh
amarah.
Napasnya dihela
kasar. āKak Yunga, aku tidak seperti sahabatmu itu. Aku tidak akan melakukan betrayal
seperti yang dirinya lakukan. Aku tidak sebodoh dirinya. Jadi Kakak tidak perlu
khawatir. Aku dan Ten hanya berteman, kami juga rekan kerja. Jika pun nanti ada
sesuatu antara aku dan Ten, bukankah menjadi impas. Sahabat Kakak melakukan betrayal,
dan aku akan membuat bajingan itu merasakan rasa sakit yang sama seperti yang
aku rasakan. Jadi adil bukan jika seorang pengkhianat mendapat pengkhianat
sebagai pasangannya?ā
Chaerin melangkah
mundur. Pandangannya masih setia menatap obsidian Yunga. Memberikan senyuman
kecil sebelum berbalik pergi. Tapi ia sempat berhenti dan kembali berbalik
hanya untuk menambahkan ucapannya, āSayangnya harga diriku terlalu tinggi untuk
melakukan hal rendahan seperti itu. Itu berarti sampai kapan pun aku tidak akan
sudi mengakui bajingan itu sebagai mate-ku. Tidak peduli dengan hukum leluhur.
Aku lebih memilih mati dibandingkan hidup bersama pengkhianat seperti dirinya.ā
Maka kaki
jenjang itu akhirnya benar-benar pergi setelah mengungkapkan kemarahannya pada
Yunga. Tidak lagi menoleh ke belakang. Memutuskan untuk tetap meninggalkan Yunga
yang masih terdiam di posisinya sebelum helaan napas berat keluar dari
mulutnya. Yunga menundukkan kepala. Selama beberapa saat matanya terpejam dan
kembali dibuka bersamaan dengan kembali diangkatnya kepalanya. Ia memutar
tubuh, melihat ke arah dimana Jayson dan sahabatnya yang lain bersembunyi
sepanjang dirinya berbicara dengan Chaerin. Anggukan pasti pun ia berikan
kepada Jayson, sebagai penanda bahwa sebuah keputusan besar baru saja
diambilnya. Dan ia tahu ada konsekuensi besar juga yang tengah menantinya.
Tidak ingin kehilangan Chaerin untuk selamanya adalah alasannya. Maka dengan
anggukan tersebut ia memberikan izin kepada Jayson untuk menempuh caranya.
Comments
Post a Comment