UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 7
Lim Chaerin itu
gadis kuat yang selalu memegang teguh ucapannya. Gadis dengan pemikiran terbuka
yang sangat siap menerima kritikan apa pun terkait pekerjaan atau pribadinya.
Ia juga sosok yang selalu menepati janji, apa pun itu. Apakah hal kecil atau
hal yang sangat besar. Jika vokalnya telah mengutarakan janji tersebut maka
walau dengan kesulitan Chaerin akan mengabulkan janjinya.
Sayangnya semua itu
hanya sebuah topeng yang secara tidak sengaja terbangun dalam diri Chaerin
kecil selepas kepergian sang Ayah. Chaerin yang saat itu masih kecil merasakan
kehampaan begitu sosok panutan sekaligus pelindungnya menghilang. Ia seperti
kehilangan arah hingga untuk mempertahankan diri, ia hanya mampu mengais memori
sang Ayah. Sikap, perlakuan, pola pikir, semua itu ia pelajari berdasarkan
ingatan semata. Sehingga kemungkinan untuk salah arti pun cukup mungkin karena
kenyataannya tidak ada yang pasti dalam ingatannya, termasuk ingatan mengenai
kebohongan dan pengkhianatan yang menjadi musuh terbesar dirinya.
Dulu sang Ayah
pernah mengatakan jika seorang prajurit mengatakan kebohongan atau melakukan
pengkhianatan untuk menguntungkan diri sendiri maka konsekuensi yang diterima
oleh prajurit tersebut adalah pemecatan. Kebohongan dan pengkhianatan adalah
akar dari permasalahan lain. Karena itu pemecatan merupakan hukuman yang
setimpal untuk sang prajurit. Ingatan itu terus terngiang hingga membuat
Chaerin berusaha keras untuk menghilangkan sifat buruk tersebut dalam dirinya
termasuk membuat ia membenci keberadaan pembohong dan pengkhianat di dunia.
Hanya saja Chaerin
kecil yang saat itu masih berusia delapan tahun belum bisa memahami dengan
sangat baik apa yang Ayah-nya katakan. Kenyataannya pada kondisi tertentu
berbohong bahkan berkhianat itu perlu dilakukan untuk kebaikan, walau mungkin
satu dari 10.000 kasus yang bisa melahirkan kebaikan dibandingkan kehancuran.
Namun kemungkinan itu tetap ada. Dan Chaerin kecil tidak menyadari itu hingga
membuat ia menjadi antipati pada seorang pembohong dan pengkhianat. Ingin
memusnahkan mereka dari muka bumi jika saja ia memiliki kemampuan tersebut.
Chaerin yang telah
membangun tembok besar pada kebohongan dan pengkhianatan merasa tidak perlu
memberikan kesempatan pada pelakunya. Memilih meninggalkan dibandingkan
memberikan kesempatan kedua karena kebohongan dan pengkhianatan adalah awal
dari permasalahan lainnya. Itu yang dirinya yakini hingga detik ini. Detik
dimana ia memutuskan untuk mengambil alih pekerjaan yang mengharuskan dirinya
terbang ke luar kota hanya untuk menghindari Yunga. Tidak peduli pada keadaan
tubuhnya yang akan lelah karena harus bepergian dari satu tempat ke tempat lain
hanya untuk bertemu dengan relasi bisnisnya. Jujur ia tidak peduli selama
dirinya tidak harus mendengar mengenai mate yang ingin sekali ia
hilangkan dari muka bumi.
āJadi sekarang
kamu ada dimana?ā Itu suara Jiyeong yang bertanya dari seberang sambungan.
Keduanya tengah melakukan panggilan video sejak satu jam yang lalu atau lebih
tepatnya setelah Chaerin sampai dari rapat dengan relasinya.
āJeju.ā
āWHAT? Gila!
Kenapa tidak mengatakan padaku? Aku kan ingin ikut.ā Rajuk Jiyeong kesal.
Chaerin memutar
bola matanya sebelum berucap, āHei Hwang! Aku sedang tidak berlibur. Aku
bekerja.ā
āTapi tetap saja
aku ingin ikut. Aku bisa berlibur saat kamu bekerja. Aku kan tidak memintamu
untuk menelantarkan pekerjaan. Aku hanya memintamu untuk memberitahuku dan aku
akan ikut denganmu untuk berlibur.ā
Chaerin mendecak.
Berbicara dengan Jiyeong ternyata sangat melelahkan apa lagi jika gadis itu
sudah merajuk di tengah kepenatannya. Rasanya ia ingin sekali mengambil isi
kepala sahabatnya itu kemudian mencuci, mengeringkan, dan barulah ia kembali
meletakkan di dalam tempurung kepalanya agar penat sahabatnya itu menghilang
bersama dengan air sabun yang terbuang.
āChaerin..ā Panggilan
dengan suara yang lebih pelan itu membuat atensi Chaerin kembali pada layar
datar di depannya. Salah satu alisnya terangkat kala melihat raut bimbang
terukir jelas di wajah Jiyeong.
Jiyeong terlihat
menarik napasnya sebelum kembali mengarahkan pandangannya pada Chaerin yang
tengah terdiam menanti kelanjutan ucapannya.
āBagaimana
hubunganmu dengan Kak Yunga dan Jayson?ā
Hening kembali
menyapa kala Chaerin tidak langsung memberikan jawaban. Ada sengatan tidak enak
dalam diri Jiyeong ketika melihat keterdiaman Chaerin, tetapi nyatanya gadis
itu perlu menanyakan pertanyaan tersebut. Ia masih dalam batas kewarasan untuk
kembali mengingatkan Chaerin pada hukum leluhur yang mengikat mereka.
āAku tahu ini
berat, tapi cobalah berdamai dengan keadaan. Kamu tahu sendiri apa yang telah
ditetapkan dan menjadi takdirmu tidak akan pernah bisa berubah. Kamu hanya akan
menyiksa dan menyakiti diri sendiri.ā Jiyeong menarik napasnya dalam dan
mengembuskan berkala. Memberikan sedikit jeda sebelum kembali berucap lirih. āAku
peduli padamu, sangat. Kamu adalah sahabatku. Karena itu aku tidak ingin hal
buruk terjadi padamu. Dan aku rasa Kak Yunga juga menginginkan hal yang sama
hingga dia mengambil risiko yang dapat merusak hubungan kalian.ā
Masih tidak
mendapatkan jawaban, maka Jiyeon kembali membuka suaranya.
āBerikan mate-mu
kesempatan untuk membuktikan dirinya. Jika pada akhirnya apa yang kamu yakini
āseorang pembohong dan pengkhianat akan selamanya melakukan kebohongan dan
pengkhianatanā terjadi, maka aku akan menjadi orang pertama yang akan menentang
keras hubungan kalian. Aku akan berdiri paling depan untuk memastikan hubungan
kalian tidak akan berlanjut lagi. Dan aku akan membuat alpha itu menderita atas
tindakan bodohnya padamu.ā
āSungguh, aku
berjanji padamu. Tapi sebelum itu tolong dengarkan nasihatku, cobalah berdamai
walau sulit dan berikan alpha itu kesempatan.ā
* * * *
Ucapan Jiyeong
terus terngiang bahkan sampai ia telah kembali dari dinas luar kotanya. Otaknya
masih memikirkan kemungkinan dari nasihat sang sahabat. Apakah ia perlu
memberikan kesempatan atau tetap pada keputusan awalnya untuk tidak terlibat
apa pun dengan Jayson. Semua itu kini tengah bergelut dalam pikiran yang
membuat kepalanya sedikit pusing. Membuat dirinya yang tengah berada di pusat
perbelanjaan itu seketika melupakan tujuannya hingga ia hanya berjalan tidak
tentu arah melewati toko-toko di sana.
Sial., memaki dalam hati sebelum kembali
memfokuskan pikiran pada tujuan kedatangannya ke pusat perbelanjaan di akhir
pekan.
Maka dengan segala
hal yang kini tengah memenuhi pikirannya, Chaerin kembali melanjutkan
perjalanan menuju salah satu toko yang menjadi tujuan kedatangannya. Dirinya
hampir melupakan musim terbaru dari brand kesukaannya karena
permasalahan mate yang terus mengejarnya seperti hantu. Tidak, tidak
bisa! Ia tidak akan membiarkan mate sialan itu mengganggu hidupnya! Ia
ingin hidup yang tenang dan damai seperti sebelumnya.
āChaerin.ā
Panggilan itu menginterupsi langkah kaki berbalut heels tersebut.
Chaerin pun memutar tubuhnya. Matanya sedikit melebar kala onyx-nya
menangkap keberadaan sosok pria dengan senyum termanis yang pernah dirinya
termui.
āTen.ā
Pria itu semakin
melebarkan senyumnya.
āApa yang kamu
lakukan di sini?ā
āHanya
berjalan-jalan. Kamu sendiri?ā
Matanya melirik
singkat pada toko di belakang. āMelihat-lihat, dan mungkin berbelanja jika
suka.ā
āWah kebetulan, aku
juga berencana untuk mendatangi toko ini. Kudengar mereka baru saja
mengeluarkan musim terbaru mereka.ā Ten memberikan jeda sebelum bilah bibirnya
kembali terbuka. āAyo bersama.ā
Maka dengan
kebetulan tersebut, Chaerin dan Ten berakhir mendatangi toko tersebut bersama.
Melihat keluaran terbaru dari brand tersebut. Saling menilai barang yang
mereka sukai sebelum membawanya pada ruang coba. Menunggui satu dengan yang
lain hingga penghuni ruangan ganti tersebut keluar. Lantas mereka kembali
memberikan penilaian hingga akhirnya keputusan pun diambil, apakah membeli atau
mencari yang lain.
āAku tidak
menyangka jika selera kita mirip.ā Seru Chaerin kala melihat pantulan dirinya
dan juga Ten di kaca.
Ten hanya
mengembangkan senyumnya. Ia yang semula tengah memperhatikan dirinya perlahan
mengalihkan atensinya pada Chaerin yang masih sibuk menilai pakaian dan sepatu
yang tengah melekat di tubuhnya.
āAh!ā Ten berseru
sebelum pergi menuju salah satu rak tidak jauh dari tempat dimana barang-barang
musim terbaru dipajang.
āAkan lebih pas
dengan scarf ini.ā Ujarnya sembari memasangkan scarf
bermotif garis asimetris berwarna abu-abu pada kerah Chaerin.
Kedekatan wajah
yang tidak Chaerin duga membuat jantungnya beraksi tidak biasa. Ia bisa
mendengar bagaimana organ vital di tubuhnya itu bergemuruh hebat. Membawa
sengatan listrik yang membuat kepalanya sedikit pusing dan perutnya terasa
ingin meledak. Perasaan yang tidak pernah dirinya rasakan sebelumnya. Perasaan
yang membuat pipinya terasa menghangat.
āPipimu merah, kamu
sakit?ā Ten yang baru saja selesai memasangkan scarf dibuat bingung kala
melihat semburat merah pada kedua pipi Chaerin. Hingga tangannya bergerak
begitu saja menyentuh pipi Chaerin dan memberikan usapan lembut di sana.
Namun seseorang
menghempas tangannya. Membuat Ten terkejut dan menatap bingung pada pelaku yang
tengah menatapnya nyalang.
āJangan menyentuh
yang bukan milikmu!ā
Ten mendengus.
āAnda siapa? Siapa yang anda maksud sebagai āmilik andaā?ā
Maka sosok tersebut
langsung menarik Chaerin ke belakang dirinya. Memproteksi omega tersebut
dari Ten yang semakin dibuat bingung dengan sosok pria di hadapannya itu.
āDia mate-ku.
Dan aku peringatkan kau untuk jangan lagi berada didekatnya.ā
Maka peringatan
berbalut emosi tertahan itu menjadi akhir pertemuan Ten dan Chaerin serta Ten
dengan sosok alpha yang mengaku sebagai mate dari Chaerin. Karena
setelahnya, sosok itu langsung menarik Chaerin pergi setelah membayar blouse
dan scarf yang gadis itu pakai.
Tangan kekarnya
setia melingkari pergelangan Chaerin. Membawa gadis itu menjauh dari keberadaan
Ten. Meninggalkan alpha yang membuat sisi dominan di dalam tubuhnya
meraung tidak suka. Yang berhasil membuat kepalanya mendidih karena emosi dan
cemburu setelah melihat kelancangan Ten menyentuh Chaerin.
Rasa terkejut yang
perlahan menghilang membuat Chaerin kembali pada akal sehatnya. Setelah
mendapatkan serangan mengejutkan dari Ten kemudian yang tidak kalah
mengejutkannya adalah kemunculan sosok alpha yang berjalan di depannya,
akhirnya ia bisa kembali menguasai pikiran dan kerja tubuhnya. Membuat ia
menatap nyalang pada alpha didepannya sebelum menghempas dengan kasar
tangan alpha tersebut hingga sosok itu berhenti dan memutar tubuhnya.
āAPA YANG KAU
LAKUKAN?!ā Tanyanya nyalang. Matanya menyorot tajam pada obsidian kelam di
depannya. Tidak terlihat rasa takut kalau ia bersama dengan anda sedikit tinggi
pada sosok yang memiliki hak penuh atas dirinya itu.
Jayson terlihat
menarik napas sebelum berucap. āAku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.
Kamu mate-ku dan tidak akan aku biarkan satu orang pun menyentuh apa
yang ditakdirkan menjadi milikku!ā
Chaerin mendengus saat
mendengar pengklaiman tersebut. Rasanya ia ingin tertawa karena ucapan bodoh
yang lagi-lagi berhasil membuat emosi memenuhi dirinya sedangkan sisi
dominannya berseru senang. Menghadirkan angkara dan kemurkaan yang selalu
menemaninya kala alpha di depannya kembali memunculkan batang hidung di
hadapannya.
āMaaf, aku tidak
mempunyai mate karena dia telah mati!ā
āChaerin..ā
Chaerin memutar
bola matanya. Satu sudut bibirnya tertarik saat melihat bagaimana tatapan luka
yang ditunjukkan Jayson.
āBerhenti membuatku
semakin muak dengan dirimu! Aku sudah mengatakannya dengan sangat jelas untuk
menganggap mate-mu mati karena aku tidak sudi berdampingan denganmu.ā
Maka ia segera
melenggang meninggalkan Jayson yang masih terpaku di tempatnya. Bergerak menuju
area dimana dirinya memarkirkan kendaraan roda empatnya sebelum suara Jayson
kembali mengalun ke dalam telinga. Membuat seketika tubuhnya menegang dan
berhenti dari langkah panjang yang ia lakukan.
āAku alpha yang
mempunyai hak seutuhnya atas dirimu Lim Chaerin. Karena itu atas nama takdir
yang telah ditetapkan, aku minta kamu tunduk padaku!ā
Kalimat penuh
penekanan tersebut berhasil membuat hatinya bergetar. Sisi dominannya perlahan
melemah saat mendengar ketegasan dan kelugasan kalimat itu. Membuat tubuhnya
ikut sedikit bergetar hingga ia harus memejam dengan kuat selama beberapa saat.
Mengatur kerja tubuhnya yang mulai di luar kendali akibat ucapan yang kini
dikutuknya.
Belum juga reda
getar tubuhnya, Jayson telah kembali menggenggam pergelangannya. Membuat
angkaranya semakin menjadi hingga tanpa sadar ia mengepalkan tangannya kuat.
Membuat buku-buku tangannya memutih.
āLepas!ā Desisnya
dibarengi dengan hentakan yang membuat genggaman Jayson terlepas.
āLim Chaerin!ā
Chaerin sendiri
kembali memejam. Kembali sekuat tenaga menghilangkan efek kalimat penuh
dominasi yang Jayson ucapkan. Mencoba mengambil alih kembali kerja tubuhnya
yang mulai sulit dikendalikan akibat ucapan sederhana tetapi sangat berpengaruh
pada dirinya.
āChaerin
tunduklah-ā
Angkara yang sudah
menguasai diri semakin menjadi kala Jayson akan kembali menggunakan sisi
dominannya untuk menaklukkan Chaerin. Hingga tanpa dirinya sadari tangannya
melayang ke udara dan mendarat dengan sempurna di atas permukaan wajah Jayson
hingga membuat alpha itu tertoleh.
āJangan pernah
gunakan sisi alpha-mu itu, keparat!ā
Dadanya naik turun
setelah tamparan cukup keras yang ia berikan. Jantungnya berdetak cepat kala
luapan emosinya berhasil disalurkan walau harus menghabiskan banyak tenaga.
Membuat tubuhnya terasa lemah karena dirinya yang masih berada di bawah kendali
sisi alpha Jayson.
Ia pikir setelah
mencegah Jayson kembali menggunakan sisi dominannya dengan memberikan sebuah
tamparan, pria itu akan mundur perlahan dan membiarkan dirinya. Sayang
dugaannya salah karena saat matanya masih menyoroti Jayson dengan tajam, ia
bisa melihat bagaimana bibir itu membentuk seringaian sebelum wajahnya kembali
mengarah kepadanya.
āLim Chaerin,
tunduklah padaku!ā Sebuah perintah yang langsung membuat tubuhnya kehilangan
kendali. Ia merasa sisa tenaga yang dirinya miliki seketika menghilang. Sisi
dominannya meraung karena rasa takut akibat dominasi yang diterima. Membuat
umpatannya terdengar menyedihkan karena begitu lirih.
āKeparat kau Park
Jayson!ā
Jayson pun tidak
tinggal diam. Ia kembali meraih pergelangan Chaerin bermaksud untuk membawa
gadis itu pergi. Namun Chaerin masih belum menyerah. Ia kembali melepaskan
genggaman tersebut dengan sisa tenaga yang tidak seberapa. Onyx yang menatap
tidak suka itu terlihat menyedihkan kala gemetar sisi dominannya berhasil
dirasakan hingga membuat tubuhnya ikut semakin gemetar. Maka dengan satu ucapan
terakhir, Jayson tahu bahwa pada akhirnya ia akan berhasil mengendalikan omega-nya.
āSUBMIT!ā
* * * *
Amarah yang telah
menyatu bersama dengan darah yang mengalir membuat Chaerin seakan tengah
dibakar. Cairan kental dalam tubuhnya seperti mengeluarkan letupan-letupan
kecil karena panas tubuh yang terlalu panas. Membawa rasa pening menyerang kepala
dan memaksa kedua mata untuk terpejam. Namun Chaerin tetap tidak membiarkannya.
Dengan sisa tenaga yang sangat tidak seberapa itu, ia berusaha untuk mengais
kesadarannya yang sangat lemah. Menolak keras keinginan sisi dominannya untuk
sebuah kekuasaan sosok alpha di depannya.
āJadi setelah
berkhianat sekarang kau mau menggunakan sisi alpha sialanmu itu untuk
mengikatku? Memalukan!ā Cibir Chaerin. Ia tengah terduduk bersama alpha
yang berada di seberangnya yang tidak pernah melepaskan atensi dari dirinya.
Alpha itu menunjukkan senyum miringnya. āAku akan
melakukan apa pun untuk membuatmu berada di sampingku.ā
Chaerin mendecih.
Bola matanya memutar dan kepalanya menoleh ke samping. Tidak sudi menatap
lama-lama wajah alpha didepannya.
āSetelah melakukan pengkhianatan
sekarang untuk mendapatkan takdirmu kau rela menghancurkan kehidupan lain.
Wah.. bijaksana sekali alpha di depanku ini!ā Cibirnya. āSungguh aku
tersanjung mendengarnya.ā Lanjutnya dibarengi dengan wajahnya yang kembali
menatap sang alpha.
āOh ralat, sisi
dominan ku sepertinya tersanjung dengan usahamu Tuan. Tapi sayang, diriku tidak
merasakannya. Aku justru muak dan semakin membenci keparat sepertimu, Park
Jayson!ā
Jayson tersentak
mendengar ujaran kebencian untuk dirinya tersebut. Dia tidak menyangka jika
angkara yang bersemayam dalam diri Chaerin telah berubah menjadi rasa benci
yang sangat menyakiti hatinya. Namun dirinya sadar jika semua itu timbul karena
kebodohannya. Ia yang telah menggali lubang kebencian untuk dirinya sendiri.
Jadi jika ia ingin menyalahkan seseorang, maka salahkan diri sendiri atas
keadaan yang tidak pernah diharapkan sebelumnya.
Napasnya tertarik
dalam kala sorot matanya berubah sendu. Tidak ada lagi senyum miring atau
seringaian yang terlukis di bibirnya. Tidak ada lagi aura intimidasi yang
menguar dari dirinya kala sisi dominannya merasakan rasa sakit akibat penolakan
keras yang dilakukan oleh mate-nya.
āChaerin..ā
āJangan panggil
namaku dengan mulut sialanmu itu! Aku tidak sudi.ā Desisnya dengan gigi yang
beradu kuat.
Lagi Jayson
mengembuskan napas beratnya. Penolakan yang ia terima untuk kesekian kalinya
benar-benar membuat luka di hati. Hanya saja kenyataannya memang ia harus
menerima itu.
āAku ingin hidup
normal bersama mate-ku, yaitu kamu. Aku ingin menjalani takdir yang
telah ditetapkan layaknya pasangan lainnya. Aku ingin-ā
āAku ingin.. aku
ingin.. aku ingin..ā Chaerin menyelak. Matanya kembali menatap nyalang. āSayangnya
aku tidak menginginkan apapun yang berhubungan denganmu. Jadi berhenti karena
kau hanya mengganggu!ā Sambungnya sedikit berteriak. Membuat dadanya kembali
naik-turun karena napas yang tidak beraturan dan emosi yang melebihi batas
maksimalnya.
Ada hening sejenak
kala Jayson hanya diam mencerna setiap kata yang dilontarkan Chaerin. Membawa
otak briliannya itu memahami kalimat yang berisi penolakan atas kehadirannya
dalam kehidupan omega tersebut.
Untuk kesekian kali
napasnya kembali ia tarik, tapi lebih dalam dan lebih panjang dari sebelumnya.
Kemudian mengembuskannya berkala dan membuka mata yang ia pejam beberapa detik
lalu hingga obsidiannya kembali bertemu dengan onyx kecoklatan yang
masih setia menyorotnya dengan penuh kebencian.
āBeritahu apa yang
bisa membuatmu memaafkan kesalahanku. Sungguh Chaerin, aku tidak ingin seperti
ini. Aku tidak ingin menyakitimu dengan sisi alpha-ku, dan aku juga
tidak ingin kamu terluka karena penolakan yang terus kamu lakukan.ā Napasnya
kembali ditarik lantas diembuskan dalam satu embusan panjang. āTolong katakan
apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki semuanya. Untuk mendapatkan
kepercayaan mu yang aku hancurkan bahkan jauh sebelum pertemuan pertama kita.ā
āTidak ada Park
Jayson!ā
Chaerin menyeringai
dengan tubuh yang berusaha ditegakkan walau tenaganya masih berada di batas
terendah.
āAku lebih memilih
untuk terluka karena menolak takdir dibandingkan dengan menjalani takdir
bersamamu.ā Chaerin memberikan jeda sembari terus memperhatikan lekat-lekat
raut wajah Jayson.
āKau tahu kenapa?ā
Tidak ada jawaban
karena nyatanya Jayson lebih memilih bungkam mendengarkan setiap ungkapan
kebencian Chaerin yang diutarakan untuknya.
āKarena aku tidak
sudi. Ti-dak a-kan per-nah su-di!ā
Penekanan yang
diucapkan Chaerin kembali memberikan tamparan atas kenyataan yang harus
dihadapi. Kenyataan terpahit dalam hidupnya karena kebodohan yang ia lakukan.
Andai saja ia tidak terlena dengan perasaan sesaatnya, maka hal menyedihkan ini
tidak akan terjadi. Andai saja dulu ia bisa menjaga dirinya, maka sudah
dipastikan saat ini ia akan dapat menjalani takdirnya dengan baik. Andai saja
ia tidak menyepelekan tindakannya malam itu, maka penolakan ini tidak akan
terjadi. Maka āandai sajaā hanya yang tersisa untuk dirinya yang mulai
mengalami kesakitan di hati kala sisi dominannya terus meraung sedih akibat
penolakan hebat yang diterimanya.
Maka dengan sisa
pengandaian dalam pikirannya, ia akhirnya sampai pada sebuah keputusan.
Keputusan yang mungkin akan menyiksa dirinya dan juga omega di depannya.
Keputusan yang dapat membuat dirinya semakin mendapatkan ujaran kebencian atau
mungkin lebih parah dari itu. Keputusan yang membawa hal besar untuk takdirnya
yang masih tergantung bebas yang tidak dirinya ketahui kapan bisa ia capai.
āJika seperti itu,
maka aku akan menggunakan sisi alpha-ku untuk terus membuatmu berada
disisiku Lim Chaerin.ā
Satu kalimat
singkat dan padat yang berhasil membungkam Chaerin. Menghilangkan seringai dan
tatapan nyalangnya. Membuat tubuhnya kembali lemah karena ucapan penuh dominasi
Jayson. Hingga menghentikan kerja otaknya untuk beberapa detik sebelum rasa
sakit di kepala semakin menyerangnya dengan hebat.
āBrengsek!ā
T . B . C
- DF -
Comments
Post a Comment