UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 8
Jayson benar melakukan apa yang ia
ucapkan. Menggunakan sisi dominannya untuk menundukkan Chaerin. Memanfaatkan
kekuasaannya sebagai seorang alpha
yang memiliki hak penuh atas mate-nya
untuk mengendalikan angkara Chaerin ternyata bukanlah hal yang sulit. Cukup
dengan satu kata maka omega-nya akan
menundukkan kepala dan tidak dapat lagi menolak keberadaannya sekali pun
umpatan terus dilontarkan kepadanya. Tetapi Jayson tidak peduli itu. Selama
Chaerin berada dalam jangkauan dan kendali dirinya, maka sebanyak apa pun makian
atau sejahat apa pun cacian yang ia terima, tidak akan mempengaruhi
keputusannya.
Sekalipun hati kecilnya terus menolak
keputusan itu, tapi dirinya tidak punya pilihan lain. Hanya ada dua pilihan
untuknya, menundukkan atau ditinggalkan. Jayson tidak ingin pilihan kedua,
karena itu menundukkan adalah hal yang tepat sekalipun hati kecilnya merasa
sakit setiap kali melihat tatapan benci Chaerin dengan tubuh yang tidak
bisa melakukan penolakan.
Seperti yang terjadi pagi itu di lobby kantor Yunga. Chaerin yang baru
saja memarkirkan mobilnya harus dikejutkan dengan kehadiran Jayson yang telah
berada tidak jauh dari tempatnya. Sudah lebih dari seminggu pria itu selalu
menyambutnya di kantor walau jelas dia tidak bekerja di sana. Rasanya sangat
kesal karena setiap pagi mood-nya
harus hancur karena kehadiran dan ulah pria itu. Ingin memaki atau menampar,
tapi berakhir pada tubuhnya yang langsung kehilangan kendali hingga dengan rela
membiarkan pria itu melakukan apa pun yang ia rencanakan. Hal ringan tetapi
berhasil membuat emosinya memenuhi hati.
āSelamat pagi.ā Ucapan yang setiap pagi selalu didengarnya. Membuat telinganya berdengung sakit setiap kali harus mendengar suara itu.
Kembali mengabaikan, Chaerin langsung
melangkahkan tungkainya melewati Jayson. Sayang seribu sayang, Jayson kembali
menahan pergerakannya. Menarik pelan dirinya hingga kini mereka berdiri
berhadapan.
āLepas bodoh!ā
āTidak bukan itu balasanya.ā Jayson menggeleng
dengan senyuman.
āTidak peduli. Lepaskan tanganku bajingan!ā
Chaerin menggeram. Tangannya yang bebas berusaha melepaskan genggaman Jayson di
pergelangannya.
āSubmit!ā
Maka dengan satu kata tersebut, Chaerin
langsung kehilangan kuasa atas tubuhnya. Tangan yang sebelumnya tengah berusaha
melepaskan tangannya yang lain langsung terhenti begitu kata sakral itu kembali
dilontarkan Jayson. Setiap kali ia mendengarnya, sisi dominannya langsung
meraung lemah yang dibarengi dengan tubuhnya yang ikut melemas. Kehilangan
kekuatan karena dominasi kuat yang mengikat dirinya.
āIni sudah hampir dua minggu, kenapa kamu
belum menyerah juga?ā
Chaerin menatap nyalang Jayson. āSampai kapan
pun aku tidak akan mau berdampingan denganmu keparat! Terserah kau mau
menundukkan ku terus menerus, tetapi keputusanku tidak akan berubah. Mate-ku telah mati saat betrayal itu terjadi!ā
Dengan tenaga yang telah terserap oleh rasa
takut sisi dominannya, Chaerin menepis tangan Jayson. Kembali menegakkan
tubuhnya sebelum membawa tungkai jenjangnya pergi.
āJika seperti itu, maka maaf aku akan terus
membuatmu tunduk hingga kamu mau menerima takdir yang telah ditetapkan untuk
kita.ā
Chaerin tidak mempedulikannya, memilih pergi
walau hatinya memaki Jayson dengan keputusan yang membuat angkaranya kembali
membara hebat. Darahnya semakin berdesir cepat kala kepalanya ikut memanas
menahan emosi yang siap meledak kapan saja.
* *
* *
Jayson memasuki ruangan Yunga bersama dengan
Kavee yang terus mengumpatinya. Mereka berencana untuk makan siang bersama,
tetapi Jayson malah meninggalkannya karena ingin menemui Chaerin lebih dulu.
Tapi sialnya, pria itu tidak dapat bertemu dengan mate-nya karena sejak pagi omega-nya
tengah rapat bersama relasi bisnisnya.
āKau kenapa Vee?ā Juna bertanya kala melihat
wajah kesal Kavee.
āJayson sialan ini meninggalkanku. Padahal dia
tahu bahwa mobil sahabatnya ini tengah diperbaiki.ā
āMemang kenapa Jayson meninggalkanmu?ā Giliran
Hobee yang bertanya.
Kavee melirik sini pada Jayson yang terlihat
biasa saja sebelum kembali membuka suaranya yang dipenuhi dengan perasaan kesal.
āBiasa, mate
pengkhianat ini ingin menemui pasangannya yang sudah menolaknya.ā Balasnya yang
dipenuhi dengan sindiran. Ugh.. Kavee
tidak peduli itu. Kesal karena ditinggalkan Jayson hingga membuatnya harus
menaiki taksi lebih mengakar di hatinya dibandingkan dengan kemarahan Jayson
yang akan diterimanya setelah ia mengatakan hal tersebut. Tidak peduli jika
kalimat yang diucapkan itu menyakiti sahabatnya, yang jelas ia hanya ingin
mengutarakan kekesalannya pada sang sahabat.
āKim Kavee!ā Jayson mendesis marah tetapi
Kavee mengabaikannya. Lebih memilih mendaratkan bokongnya di sofa di samping
Jeka dibandingkan meladeni kemarahan Jayson.
āLalu kenapa datangnya bisa bersamaan jika
Bang Jayson berangkat lebih dulu?ā
Kavee menarik sudut bibirnya. Rasanya ia belum
puas menyulut emosi sahabatnya itu dengan sindirannya. Maka dengan melirik
Jayson yang berubah sedikit merah, Kavee kembali berucap remeh.
āSejak pagi Chaerin itu rapat, jadi alpha bodoh ini tidak bisa menemuinya.ā
āKavee kau-ā
āBukankah kau telah menemuinya pagi tadi, lalu
untuk apa kau menemuinya lagi?ā Tanya Yunga cepat dari balik meja kerjanya.
āBang, aku tengah berusaha untuk membuat
Chaerin terbiasa dengan keberadaanku. Karena itu aku lebih sering menemuinya.ā
āBukankah itu berisiko Chaerin semakin
membencimu?ā
Jayson menghela napasnya kasar. āAku tidak
peduli, yang penting Chaerin berada di dekatku dan aku bisa mengawasi siapa
saja yang mendekati mate-ku.ā
Tidak ada lagi yang membuka suara setelah
mendengar jawaban Jayson yang tersirat keputusasaan di dalamnya. Ingin
menanggapi tetapi mereka tidak ingin membuat Jayson semakin terbebani dengan
permasalahannya. Ingin membantu tetapi mereka juga tidak tahu apa yang dapat
mereka lakukan untuk menolong sahabatnya. Betrayal
yang dilakukan Jayson bukanlah hal yang mudah untuk dimaafkan. Wajar jika
Chaerin sangat menolak takdir yang telah ditetapkan. Namun terus-menerus
menolak bukanlah solusi yang terbaik dalam permasalahan keduanya. Karena itulah
mereka lebih memilih untuk mengamati keduanya dan membiarkan sepasang mate tersebut yang menemukan jalan
keluar.
āYunga.ā
Panggilan dari pintu masuk itu menarik atensi
Yunga serta sahabatnya yang lain hingga membuat kepala mereka langsung menoleh
pada sumber suara.
āOh kalian sudah ada di sini.ā Sosok itu
terkejut kala menemukan para sahabatnya telah berada di ruangan Yunga.
āAda apa?ā
āTidak bukan apa-apa.ā
Jeka memicingkan mata. āTidak mungkin tidak
ada apa-apa jika Bang Yujin datang seperti itu.ā
Yujin yang baru saja menempati sofa tunggal
yang tersisa lantas mengembuskan napas panasnya. Matanya menatap satu per satu
para sahabatnya hingga berakhir di Jayson sebelum kembali mengarahkannya pada
Yunga yang masih setia berada di kursi kebesarannya dengan setumpuk pekerjaan.
āIni mengenai Chaerin..ā
Sontak Yunga langsung menegakkan posisi
tubuhnya. Begitu pula dengan Jayson yang ikut mencondongkan tubuhnya.
āAda apa dengan adikku?ā Tanya Yunga yang
berusaha untuk terdengar tenang tetapi raut wajahnya terlihat sekali gelisah.
Yujin kembali menarik napasnya. Kali ini lebih
dalam dan lebih lama karena apa yang akan ia katakan selanjutnya sungguh
membuat hatinya terasa berat dan pikirannya mengacau. Banyak kemungkinan buruk
yang dapat terjadi kala ia selesai menyampaikannya, dan dirinya sangat tidak menginginkan
kemungkinan yang ia perkiraan tersebut terjadi.
āAku merasa hubungan Chaerin dan Ten semakin
dekat.ā
āMaksudmu apa Bang?ā
Yujin mengalihkan atensinya pada Jayson yang
tengah menatapnya dengan tatapan menuntut penjelasan.
āBeberapa kali aku melihat Ten yang keluar
dari ruangan Chaerin dan aku juga sempat melihat Ten meninggalkan kantor ini
malam hari bersama dengan Chaerin.ā
āAPA?!ā
āTapi tenang dulu. Jangan mengambil spekulasi
secepat itu. Kita tidak tahu apa yang terjadi, karena itu āHEI PARK JAYSON KAU
MAU KEMANA?ā
Jayson segera meninggalkan ruangan Yunga.
Amarah dan sifat posesifnya mulai menguasai diri kala mendengar bagaimana mate-nya menghabiskan waktu dengan alpha lain. Ia tidak bisa membiarkan hal
itu terjadi. Dirinya tidak suka berbagi apa yang sudah diklaim sebagai
miliknya. Maka kedekatan Chaerin dan Ten pun tidak dapat ia tolerir jika
kondisinya seperti yang diceritakan Yujin.
Pikiran dan tubuh yang telah dikuasai amarah
itu membuat Jayson tidak peduli lagi pada sekelilingnya. Berjalan cepat dengan
langkah lebar untuk mencapai ruangan Chaerin yang berada dua lantai di bawah
ruangan Yunga. Mengabaikan larangan sekretaris Chaerin dan memilih membuka
dengan kasar pintu kaca di sana. Matanya melebar kala obsidiannya menemukan
keberadaan alpha lain di ruangan itu
yang tengah melemparkan senyumnya pada Chaerin.
āSialan!ā Ia mendesis tertahan sebelum
melangkahkan kaki berbalut sepatu hitam itu dengan cepat. Tubuhnya langsung
menerjang alpha tersebut dengan satu
pukulan keras yang ia layangkan pada rahang sang alpha.
Sontak keadaan ruangan menjadi kacau kala
Jayson terus melayangkan pukulannya hingga Chaerin yang sebelumnya terdiam
karena terkejut segera berdiri dan berusaha menjauhkan Jayson dari Ten
āyang terlihat tidak berdaya karena
serangan tiba-tiba tersebut.
āBrengsek! Bukankah sudah kuperingatkan untuk
tidak mendekati Chaerin?! Dia mate-ku!ā
Seru Jayson dengan penuh kemarahan. Tangannya yang terkepal terus dilayangkan
ke wajah
Ten. Membuat Ten perlahan mulai kehilangan kekuatannya dan mungkin juga
kesadarannya andai saja tidak ada yang menarik tubuh Jayson menjauh darinya.
āJAYSON BERHENTI!ā
Itu Yunga. Pria itu datang bersama dengan
sahabatnya yang lain. Kavee dan Jeka yang baru saja memisahkan Jayson dari Ten.
Yujin dan Hobee langsung menghampiri Ten dan berusaha membantu pria itu.
Sementara Juna berdiri di sampingnya.
āLEPAS!ā
Jayson memberontak. Menulikan telinga dari
bentakan Yunga. Matanya masih menatap nyalang pada Ten yang tengah terbatuk
saat wajah dipenuhi luka itu tengah disanggah oleh dua sahabatnya.
āLepas ku bi-ā
Sebuah tamparan keras didapatkan Jayson dari
satu-satunya omega di sana. Cukup
keras karena suaranya saja sampai menggema ke seluruh sisi ruangan hingga mampu
menelengkan wajah Jayson dan membungkamnya seketika.
āKAU ALPHA
SIALAN! APA YANG KAU LAKUKAN?!ā
Chaerin berteriak penuh amarah. Matanya
memerah dan menyoroti Jayson dengan tajam. Tidak peduli pada sisi dominannya
yang ikut marah kepadanya karena baru saja menampar mate-nya.
āChae-ā
āKAU PIKIR KAU SIAPA HAH!? KAU HANYA ALPHA PENGKHIANAT YANG BERUSAHA UNTUK
MEWUJUDKAN TAKDIRMU! KAU TIDAK LAYAK BERSANDING DENGANKU! JADI BERHENTI
MENGUSIK HIDUPKU!!ā
Kesabarannya sudah sampai pada batas. Tidak
ada lagi kata mengalah dalam menghadapi sosok Jayson yang semakin bertindak
melewati batas. Jika sebelumnya ia membiarkan pria itu menggunakan sisi
dominannya untuk membuat dirinya tunduk, maka setelah kejadian ini ia bersumpah
untuk memutus semua hubungan dengan pria tersebut termasuk dengan membangun
lebih tebal perisai di antara sisi dominannya dengan sisi dominan Jayson.
āKAU SUNGGUH-SUNGGUH BAJINGAN PARK JAYSON!ā
Maka dengan satu kalimat penuh kebencian
tersebut, Chaerin segera meninggalkan ruangannya. Pergi bersama dengan angkara
dan juga sumpah serapah yang terucap di dalam hati. Meninggalkan para alpha di sana tanpa memberikan
kesempatan salah satu dari mereka untuk berucap.
Cukup!
Ia sudah cukup mendengarkan bualan alpha-alpha di sana. Baik itu Yunga atau pun Kavee sekali pun. Ia tidak
ingin lagi mendengar omong kosong dari mereka. Baik dengan melabelkan untuk
kebaikannya atau karena rasa sayang yang mereka rasakan.
Tidak! Ia tidak akan pernah mempercayainya
lagi.
* *
* *
Yunga tidak pernah melepaskan tatapannya dari
Jayson yang hanya bisa menunduk. Meredam amarah yang membara membuat tanpa
sadar tangannya mengepal kuat di atas pangkuannya. Kulit putihnya berubah merah
kala emosinya berusaha mengambil alih kerja otaknya.
āKau sangat tahu jika Chaerin belum bisa
menerima takdirnya, tapi kenapa kau malah membuat Chaerin semakin membenci
takdirnya Park Jayson?!ā Yunga berteriak penuh murka. Rasanya hantaman keras
yang telah dirinya berikan belum bisa menyampaikan seluruh rasa kecewanya pada
sang sahabat.
āMaaf Bang.ā Hanya itu yang keluar dari bibir
Jayson sejak Yunga menyeretnya keluar dari ruangan Chaerin. Tidak ada kata lain
yang dapat diucapkan selain permintaan maaf karena telah membiarkan rasa
cemburu mengendalikan dirinya.
āChaerin itu benci kekerasan. Dan melihatmu
tadi aku dapat memastikan jika Chaerin akan semakin membencimu, Park!ā
Jayson semakin menunduk dalam. Rasa sesalnya
bertambah setelah mendengar ucapan Yunga yang terdengar penuh keyakinan. Rasa
takut dan gelisah semakin mengikatnya hingga membuat sesak tidak dapat
terhindarkan. Membayangkan bagaimana mate-nya
semakin melebarkan jarak dengannya sudah berhasil membuat sisi dominannya
meraung sedih.
Tidak! Ia tidak mau Chaerin semakin
menjauhinya. Ia bersumpah akan melakukan apa pun untuk membuat Chaerin
menerimanya sebagai mate.
āSebenarnya apa yang kau pikirkan sampai
menyerang Ten? Beruntung dia tidak memperpanjang masalah ini ke jalur hukum,
jika ia sampai melakukannya maka kau akan mendapatkan dua kali kehancuran.ā
āKarena sisi dominan ku yang tidak
menyukainya. Saat mendengar cerita Bang Yujin, amarah langsung memenuhi
pikiranku hingga aku tidak memikirkan hal lainnya.ā
Terdengar helaan berat dari para sahabatnya
yang lain. Membuat Jayson berani untuk sedikit mengangkat kepalanya dan
memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat kecewa dan juga sedih.
āTapi bukan seperti itu caranya Bang. Kau
hanya membuat Kak Chaerin semakin tidak menyukaimu.ā
Jayson hanya mampu mengangguk lemah atas
ucapan Jeka. Pria muda itu setia berada di sampingnya sekalipun rasa kecewa
atas tindakan bodoh Jayson tidak bisa dirinya terima.
Yunga lantas memejam. Membawa tubuh tegangnya
bersandar dengan kepalan tangan yang perlahan diuraikan.
Ia mengembuskan napas lelahnya. Membuka mata
dan menatap langit-langit ruangannya dengan pandangan sendu.
āAku kecewa dan rasanya ingin sekali
menghajarmu, jika bisa menghabisimu. Tapi nyatanya aku tidak bisa karena aku
tahu hanya kau hidup Chaerin dan hanya Chaerin hidupmu. Sekuat apa pun Chaerin
menolak, pasti akan tetap kembali pada takdir yang telah ditetapkan.ā Ia
menghentikan ucapanya untuk mencari ketenangan yang telah lama pergi dari
benaknya. Membawa pikirannya pada hal-hal yang mengacaukan hati dan hidupnya
belakangan ini.
Sekali lagi napasnya dihela dan terdengar
semakin berat.
āAku mengizinkanmu untuk menundukkan angkara
Chaerin bukan berarti mengizinkan kau melakukan tindakan bodoh seperti tadi!
Kau harus bisa mengendalikan dirimu jika masih ingin menjalani takdir bersama
Chaerin. Kau harus tahu apa yang membuat Chaerin semakin murka dan apa yang
tidak. Jangan hanya menggunakan sisi dominan mu untuk membuat sisi dominannya
melemah dan tunduk. Jika seperti itu..ā
Yunga lantas mengubah posisinya. Tubuh
bersandarnya kembali ditegakkan dan obsidiannya kembali menatap Jayson penuh
intimidasi. āKau hanya memperburuk keadaan dan aku pastikan jika Chaerin akan
menarik kembali sumpahnya atas dirimu. Kau mau itu terjadi?!ā
Obsidian kelam itu bergerak gusar kala
mendengar kemungkinan terburuk yang sama sekali tidak terpikirkan olehnya.
Pandangannya semakin melemah kala jantungnya berdenyut hebat dan napasnya
menjadi sesak. Membayangkan apa yang baru saja Yunga katakan rasanya sangat menyakitkan.
Apa lagi jika ucapan alpha pucat itu
menjadi kenyataan. Mungkin tidak hanya menyakitkan tetapi juga menyedihkan.
āAku tidak mau..ā Kepalanya menggeleng lemah
selaras dengan suaranya yang terdengar lemah.
āJika kau tidak ingin hal itu terjadi, cobalah
untuk menguasai sisi dominan mu. Jangan membuat ego alpha-mu menguasai akal sehat yang akan menggiringmu pada takdir
kelam yang menyedihkan itu.ā
Maka nasihat Juna menjadi penutup perbincangan
panjang dan tegang yang terjadi di antara para sahabat itu. Yunga yang masih
diselimuti kabut kecewa dan marah memilih untuk mengunci mulutnya karena jika
tidak, bisa saja Jayson berakhir lebih menyedihkan dari saat itu. Memilih
menatap gedung di seberang kantornya dari balik dinding kaca. Menyelami
pantulan cahaya yang menjingga hingga menghasilkan bayangan cantik di
ruangannya. Hingga berhasil membawa kembali ingatan masa lalu dimana
hubungannya dengan sang adik sepupu masih sangat baik-baik saja. Namun runtuh
seketika saat malam dimana ia mengetahui apa yang telah terjadi pada adik
tersayangnya itu.
āJim kau kenapa?ā Suara Kavee menginterupsi
lamunannya. Membuat pandangannya kembali teralih dari senja di luar. Melihat
dengan kening berkerut pada sosok Jayson yang tengah memegangi lambangnya.
āTidak tahu, aku merasa tidak enak.ā
Bersamaan dengan jawaban yang terlontar dari
kedua bilah bibir Jayson, getar ponsel yang tersimpan di saku jasnya membuat
Yunga memasukkan tangan kanan ke dalam saku. Merogoh bagian dalam pakaiannya
itu hingga berhasil mengeluarkan benda pipih berbentuk persegi panjang dari
sana.
Matanya menatap bingung pada layar yang
menunjukkan nama seorang gadis. Ia tahu dan cukup kenal dengan gadis itu.
Karena itulah dirinya semakin merasa dibuat bingung.
Yunga lantas berdiri. Berjalan meninggalkan
sofa menuju meja kerjanya. Langkah kaki panjangnya berhenti tepat di depan meja
kayu tersebut. Tanpa berbalik dirinya mengangkat panggilan itu dan mendekatkan
ponselnya pada telinga kanan.
āHalo
Jiyeong, ada apa?ā
ā.....ā
Yunga tidak bisa menyembunyikan
keterkejutannya saat mendengar suara kalut dan tergesa gadis di seberang
sambungannya. Matanya melebar kala mendengar alasan mengapa gadis yang
merupakan sahabat terdekat Chaerin menghubunginya.
āDimana
dan bagaimana bisa?!ā Serunya hingga tidak menyadari jika ia baru saja
berteriak. Maka mendengar suara penuh kalut Yunga membawa atensi para
sahabatnya kepada dirinya.
ā.....ā
āBeritahu
lokasi terakhirnya, aku juga akan ikut mencari.ā
Kalimat perintah itu mengakhiri sambungan
antara Yunga dengan Jiyeong. Maka setelah memastikan jika ponselnya kembali
dimasukkan ke dalam saku jas, Yunga bersiap untuk segera pergi.
āBang, ada apa?ā
Yunga mengangkat kepalanya yang tengah
menunduk. Sibuk mencari kunci mobil yang ia simpan di dalam laci meja kerja.
āChaerin dalam bahaya. Jiyeong bilang jika
Chaerin diikuti seseorang. Aku harus pergi mencarinya.ā Jawaban Yunga berakhir
bersamaan dengan kunci hitam mobilnya yang berhasil ia temukan.
āSial!
Pantas lambangku sakit dan perasaanku menjadi kacau.ā Gumam Jayson. Ia yang
melihat Yunga melangkah cepat segera menanggalkan kursinya dan melangkahkan
tungkainya mengikuti Yunga.
āBang aku ikut.ā
T . B . C
- DF -
Comments
Post a Comment