UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 9
Chaerin begitu marah dengan takdirnya. Bagaimana dan kenapa Selene memilihkan takdir yang seakan menghukum dirinya. Apakah selama ini ia lebih banyak berbuat dosa sehingga takdir buruk yang diputuskan untuknya? Apakah seburuk dan serendah itu dirinya hingga Selene sama sekali tidak memberikan sedikit kebahagian kepadanya? Kenapa harus dengan seorang pengkhianat jika masih ada banyak alpha lain di luar sana?
Kenapa dan kenapa?
Hanya itu yang ada dipikirannya tapi tidak ia ketahui jawabannya.
Dengan segelas
minuman beralkohol Chaerin berharap semua pertanyaan tanpa jawaban tersebut
akan lenyap dari dalam pikirannya. Tidak ada hal kecil tersisa. Ia butuh
tenang! Takdir yang baru diketahuinya ini sudah melenyapkan kehidupan normalnya
dan membuat ketenangan seakan membencinya hingga tidak ingin berada dalam
hidupannya.
Menyesap sedikit
demi sedikit cairan berwarna coklat transpran itu hingga tidak menyisakan satu
tetes pun. Merasakan bagaimana segelas minuman berhasil membawa efek tenang
yang sangat didambanya. Tubuhnya terasa ikut meringan saat cairan itu mengalir
di dalam tubuh. Beban pikirannya pun ikut lenyap bagai tertiup angin topan.
Chaerin tidak
mabuk. Dia masih sadar. Dia masih bisa mengenali dimana ia berada. Dirinya juga
tidak melakukan hal memalukan yang kerap dilakukan oleh orang yang mabuk. Ia
masih bisa menguasai dirinya sendiri dengan sangat baik. Hanya saja memang efek
dari minuman tersebut begitu besar untuknya, hingga Chaerin selalu
mendamba untuk menikmatinya dikala seluruh masalah tengah menghantuinya.
Maka dengan
kesadaran yang masih sangat baik, Chaerin memutuskan untuk meninggalkan bar
tersebut. Tujuannya telah terpenuhi jadi sudah tidak ada gunanya lagi ia
bertahan di sana. Lagi pula hari mulai berganti karena langit telah berubah gelap. Chaerin
ingin segera sampai di apartemen untuk beristirahat. Tidur dengan nyenyak tanpa
harus memikirkan hal tidak penting dihidupnya.
Namun saat kaki
jenjangnya perlahan melangkah meinggalkan meja bar, ia merasakan ada pasang
mata yang memperhatikannya. Mengamati setiap gerak geriknya hingga mengekori kemana
tubuhnya pergi. Chaerin tidak berhalusinasi karena nyatanya saat melewati
dinding kaca, dari sudut mata ia bisa melihat dua orang pria mengikutinya.
Karena itu, ia mulai mempercepat langkahnya. Tidak terkesan terburu untuk
menghindari kecurigaan dari dua pria tersebut yang ternyata ikut menambah
kecepatan mereka.
Sial!
Tangannya terburu
mencari kunci yang berada di dalam tas. Mengambilnya acak karena ia sama sekali
tidak melihat ke dalam tasnya. Ketika tangannya berhasil menemukan apa yang ia
cari, maka dengan segera ibu jarinya menekan tombol pembuka kunci dan tubuhnya
segera ia bawa masuk sebelum mengunci rapat pintu mobil, memasangkan seat belt dan segera memacu laju kuda
besinya.
Saat mobil putih
itu berhasil bergabung dengan mobil lainnya di jalan utama, Chaerin segera
menghubungi Jiyeong dengan tombol pada kemudi yang telah terhubung dengan
ponselnya. Menunggu selama beberapa saat sampai suara gadis itu menyapanya.
āHwang Jiyeong tolong aku! Ada yang
mengikutiku.ā Ucapnya cepat bahkan sebelum Jiyeong selesai memberikan
salam.
āA-APA?! Kamu jangan bercanda?!ā
āTIDAK AKU TIDAK BERCANDA! CEPAT TOLONG AKU
BODOH, MINTA BANTUAN MARK!ā Balasnya telak dan penuh penekanan.
āBaik baik, kamu dimana sekarang?ā
Chaerin menghela
kasar. Matanya melirik sejenak pada spion, memastikan apakah ada yang
mengikutinya atau tidak. Dan ternyata mobil yang ikut keluar dari area hotel
bersamaan dengannya mengikuti hingga ia memasuki jalan bebas hambatan.
āSial!ā Umpatnya
berbisik.
āDi sekitar kawasan perhotelan belum jauh
dari hotel yang dijadikan sebagai tempat perayaan ulang tahun Kak Yunga. Jiyeong, cepat
tolong aku! Aku tidak tahu harus kemana karena kini ada mobil yang mengikutiku!ā Desaknya sembari terus berusaha memacu laju kendaraannya.
āOk, tenang. Pastikan GPS di ponselmu
berfungsi, aku akan meminta Mark untuk melacak keberadaanmu dengan itu.ā
Sambungan mereka
terputus. Chaerin kembali memfokuskan atensinya pada jalan yang ia lalui.
Pikirannya kalut kala tidak tahu kemana dirinya akan pergi. Ke apartemennya itu
adalah pilihan yang buruk karena dapat menguntungkan penguntit tersebut. Kantor
polisi? Itu adalah tempat terbaik, tetapi si bodoh Chaerin baru saja memilih
jalur bebas hambatan yang tidak memiliki kantor kepolisian. Ia harus berkendara
hingga akhir sebelum memutar balik untuk sampai di kantor kepolisian terdekat.
Sangat buntu
membuat dirinya hanya bisa pasrah. Otaknya sama sekali tidak menemukan tujuan
terbaik untuknya. Ia hanya bisa berdoa agar pertolongan cepat sampai. Harapan
terbesarnya kini ia gantungkan pada sang sahabat.
Semoga Jiyeong dan Mark cepat menemukanku., harapnya.
Ia kembali melirik
spion. Di belakangnya masih setia sebuah audi hitam yang mengikuti. Jantungnya
pun semakin berpacu cepat hingga pegangan pada kemudianya semakin mengeras. Ia
tidak menyangka jika hari itu adalah hari terburuk dalam hidupnya. Masalah
dengan mate kemudian diikuti oleh
orang tidak dikenal. Sebenarnya takdir apa yang telah Selene pilihkan untuknya?
Ia pergi ke bar
hotel hanya untuk minum demi menghilangkan permasalahan yang memenuhi
pikirannya. Namun ia malah bertemu dengan penguntit yang kini mengikutinya
terus. Membuat ketenangan semakin lenyap dalam hati kala mobil itu semakin
menambah laju kendaraannya menyamai dirinya. Sungguh ini tidak adil! Kenapa
dirinya harus tertimpa hal buruk terus-menerus?
Bohong jika ia
tidak takut. Walaupun Ayahnya pernah mengajarkan ia bagaimana menajaga dan
mempertahankan diri dari serangan orang jahat, tetapi melihat apa yang kini ada
di hadapannya tetap membuat nyalinya menciut. Perasaan takut dan terintimidasi
memenuhi relung hatinya. Membuat ia tidak bisa bernapas normal dan akhirnya
memburu demi memenuhi kebutuhan udara di paru-paru.
Sebuah audi hitam
lainnya menghentikan perjalanannya. Mobil itu berhenti tepat di depannya. Disusul
mobil yang mengikutinya yang menghadang jalannya di belakang. Kini ia terkepung
dengan dua mobil hitam dan tentunya orang-orang bertubuh tegap dan kekar yang
satu per satu mulai keluar dari mobil.
Melihat dari dalam
mobil saja telah berhasil membuat jantungnya bergemuruh hebat. Keringat dingin
mulai memenuhi dahinya kala orang-orang tersebut berjalan mendekat dan
mengitari kendaraannya.
Di tengah
ketegangan yang ia rasakan, panggilan dari Jiyeong seakan memberikan harapan
kecil untuknya. Maka dengan cepat ia mengangkat panggilan tersebut, masih dengan
bantuan tombol dikemudinya.
āChaerin kenapa berhen-ā
āJiyeong cepat! Mereka mengepungku.ā
āAPA?ā
āMark cepat, mereka berhasil menghentikan
Chaerin.ā Seru Jiyeong panik pada sang kekasih yang terdengar jelas oleh
Chaerin.
āChae, kami akan segera menolongmu. Aku juga
sudah meminta bantuan. Yang perlu kamu lakukan jangan pernah keluar dari mobil
apa pun yang ter-ā
āHwang Jiyeong cepatlah! Mereka kini mengetuk
kencang kaca mobilku!ā Potong Chaerin kala jendelanya diketuk cukup keras
oleh salah satu pria berpakaian serba hitam itu. Membuat jantungnya berdetak
hebat dan rasa takut semakin menghantuinya.
āBUKA!ā Perintah sang pengetuk yang tidak
digubris olehnya. Ia hanya bisa memejamkan mata dan menempelkan dahi pada
kemudi. Mengalihkan pandangan dari sekitarnya.
āBaik Chaerin, dengar aku.ā Suara Jiyeong
kembali terdengar. Perhatian Chaerin kembali terfokus pada sang sahabat
walaupun kepalanya masih setia menunduk.
āJangan putus sambungan ini. Kami sudah tahu
dimana keberadaanmu. Biarkan kita tetap terhubung dan terus beri tahu
keadaanmu. Mengerti?ā
āI-Iya āARGH!ā
Chaerin memekik
kala pukulan keras mendarat di jendelanya. Ia lantas mengangkat kepala dan
melihat apa yang terjadi sebelum kembali menyembunyikan wajahnya di kemudi. Dua
orang pria kini tengah mencoba membuka paksa mobilnya melalui kaca yang dipukul
dengan sebalok kayu.
āCHAERIN!ā Jiyeong kembali memanggil saat
mendengar teriakan Chaerin.
āMe-Mereka berusaha mem-bu-ka pak-sa pintu,
Ji-Jiyeong to āArgh tidak, tolong
jangan!ā
Chaerin kembali
berteriak, membuat Jiyeong yang mendengarnya semakin dirundung rasa cemas.
Terlebih saat tiba-tiba saja sambungannya berakhir.
Sementara Chaerin,
gadis itu tengah berusaha melepaskan diri dari dua pria yang memegangi
tangannya. Menahan dan mengunci setiap gerakannya.
āHalo Nona Lim.
Senang bisa kembali bertemu dengan anda.ā
Suara itu membuat
Chaerin menatap ke depan. Matanya membesar kala melihat siapa pemilik suara
berat tersebut.
āA-Anda..ā
Pria itu tersenyum,
tepatnya menyeringai pada Chaerin yang terlihat terkejut saat mengetahui siapa
dirinya. āAnda mengingat saya? Wah..
sebuah kehormatan bagi saya untuk bisa diingat oleh salah satu penerus keluarga
Min.ā Tawanya terdengar sebelum kembali memandang Chaerin yang mengerut
bingung.
āApa mau anda Tuan
Jang? Kenapa melakukan ini?ā
Pria Jang itu
semakin mengukir senyum miringnya. Kakinya ikut melangkah kala tatapannya
semakin tajam ia hunuskan pada Chaerin yang terlihat tidak terlalu takut
seperti sebelumnya. Tampaknya gadis Lim itu mulai bisa menguasai diri terlebih
saat ia tahu siapa dalang dari penguntitan yang dirinya alami.
āIni semua karena
kakak anda, Tuan Min Yunga.ā
* *
* *
Yunga merasakan
darahnya berdesir hebat saat dirinya menyaksikan sendiri bagaimana kepala adik
terkasihnya seketika meneleng kala sebuah tangan mendarat di atas permukaan
pipinya. Tidak pikir panjang, ia segera keluar dari mobil dan berlari untuk
menerjang tubuh pemilik tangan yang bahkan lebih besar dari ukurnan wajah
Chaerin itu. Sebuah pukulan berhasil mendarat pada wajah pria tersebut yang
membuat ia terbatuk sebelum seorang pria berpakaian serba hitam yang diketahui
sebagai anak buah pria tadi menjauhkan tubuh Yunga dari sang bos.
āBajingan kau Jang
Dongwoo! Apa yang kau lakukan?!ā Maki Yunga di tengah usahanya untuk melepaskan
diri dari cengkaraman para kaki tangan pria bernama Dongwoo itu. Sementara sang
pemilik nama hanya tersenyum remeh sembari menyekah darah yang bersarang pada
ujung bibirnya.
āWoh.. Tuan Min yang terhormat. Saya
tidak menyangka kehadiran anda di sini. Sebuah kejutan untuk saya dan saya
mengapresiasinya.ā Ia berdiri kemudian menarik paksa Chaerin dari salah satu
anak buahnya. Membalik tubuh gadis itu hingga dadanya menempel pada punggung
sang gadis. Tangannya ia lilitkan pada leher Chaerin sementara tangan
sebelahnya menodongkan sebuah pistol tepat di pelipisnya.
āJANG DONGWOO
LEPASKAN CHAERIN!ā Titah Yunga. Namun Dongwoo malah semakin tersenyum remeh
sebelum memberikan isyarat pada anak buahnya. Maka dengan gerakan kepala yang
ia lakukan, beberapa anak buahnya segera mendekati Yunga dan menghabisi pria
itu dengan pukulan di sekujur tubuhnya.
Chaerin berteriak
histeris kala melihat bagaimana para pria bertubuh besar itu memukuli sang
kakak tanpa ampun. Darah mengalir dari mulut, hidung, dan pelipis. Tak
ketinggalan beberapa luka sobek yang terlihat karena menembus hingga pakaian
yang dikenakan.
āSaya mohon
berhenti. Jangan sakiti
Kak Yunga.ā Tangisnya pecah.
Permohonan yang dilontarkan pun terdengar lemah bersamaan dengan tubuhnya yang
mulai kehabisan tenaga akibat pukulan yang diterima serta tangis yang sudah
pecah saat melihat bagaimana para pria itu mengeroyok kakak terkasihnya.
āTuan Jang, saya
mohon berhenti. Kenapa anda tega melakukan ini?ā
Tawa Dongwoo
terdengar semakin mengerikan setelah mendengar permintaan Chaerin di tengah
tangisnya. Ia melirik Chaerin sebelum menekan rahang gadis itu untuk tetap
menatap pada Yunga yang kini berada di atas aspal.
āJika saja Tuan Min
menandatangani kontrak kerja sama itu, maka hal ini tidak akan terjadi. Tapi
kenyataannya Tuan Min lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan Tuan Jung Hobee dan membuat
perusahaan yang saya bangun dengan jerih payah hancur tak tersisa.ā
Pandangannya menyendu saat teringat bagaimana ia harus berusaha untuk
meyakinkan Yunga tetapi pada akhirnya pria Min itu tetap menolak ajakan kerja
samanya.
āI-Itu ka-ka-re-na
pe-rusa-ha-anmu ter-li-bat ke-giatan i-le-gal.ā Ujar Yunga tertatih di tengah
rasa sakit yang menyerang sekujur tubuhnya.
Saat mendengar
suara Yunga, kilatan amarah kembali muncul dari pancaran matanya. Pandangan
yang tengah menatap jauh itu kembali menatap dengan sengit pada sosok Yunga
yang tergeletak tak berdaya.
āTAPI TETAP SAJA
KAU YANG MEMBUAT PERUSAHAANKU HANCUR TUAN MIN!ā
Berteriak penuh
dengan kemarahan sebelum membalik tubuh Chaerin menghadapnya.
āJika sebelumnya
aku hanya ingin mengancurkanmu, kini bukankah lebih menarik jika kau melihat
sendiri kehancuranmu.ā Ia melirik Yunga dengan seringai yang melebar. Lantas
ketika matanya kembali pada sosok Chaerin yang masih bercucuran air mata, jiwa iblisnya semakin berkuasa atas dirinya.
Menyimpan senjata
apinya di saku belakang tanpa sekali pun melepaskan tatapannya dari Chaerin
yang terus berusaha memberontak di tengah pegangannya. Maka di saat amarah yang
menguasai diri telah sampai pada batas tertinggi hingga setan dalam hati
bersorak gembira, saat itu juga tangan yang semula menggenggam pistol itu
kembali melayang ke udara dan mendarat pada wajah Chaerin. Jauh lebih keras
dari sebelumnya karena membuat tubuh gadis itu langsung terhempas hingga
terjatuh ke aspal.
āChae-Chaerin!ā
Teriak Yunga dengan lemah.
Ia berusaha untuk
bangkit tetapi tubuhnya yang dipenuhi luka tidak membantunya sama sekali. Apa
lagi keberadaan anak buah Dongwoo yang akan kembali menendangnya setiap kali
ada pergerakan kecil yang ia lakukan.
āKa-Kau ba-jingan
Jang!ā
Dongwoo tertawa
keras mendengar makian tersebut. Perasaan puas mulai menyelimuti saat melihat
bagaimana menderita dan kesakitannya sosok Yunga karena ulahnya.
Sayang kesenangan
yang tengah ia rasakan tidak bertahan lama saat suara sirine terdengar. Matanya
langsung membola dan memerintahkan para anak buahnya untuk segera pergi. Namun
belum juga kakinya melangkah tubuhnya kembali diterjang dan mendapatkan pukulan
lebih keras dan lebih banyak dari seseorang yang tidak ia sadari kehadirannya.
āBAJINGAN SIALAN!
AKU AKAN MEMBUNUHMU KARENA TELAH MENYENTUH MATE-KU!ā
Teriaknya lantang dengan wajah yang mengeras dan berwarna merah sempurna.
āChaerin!ā
Panggilan tersebut
berasal dari seorang wanita. Sosok itu segera berlari menghampiri Chaerin.
Mengangkat kepalanya dan meletakkannya di atas pangkuan.
āJi-Jiyeong..ā
Lirihnya.
Sementara beberapa
pria lainnya menghampiri Yunga yang telah kehilangan kesadaran serta sosok Jayson
yang berada di atas tubuh Dongwoo yang tengah memukulkan tinjunya. Perlu tiga
orang untuk melerai Jayson dari Dongwoo sebelum akhirnya polisi datang dan membawa
Dongwoo beserta anak buahnya menuju kantor kepolisian.
āKenapa kalian
menahanku?! Aku harus menghabisi nyawa keparat itu karena telah melukai mate-ku.ā
āItu
bukan kewenanganmu Park! Sudah ada polisi yang menanganinya. Sekarang lebih
baik temui mate-mu dari pada kau
terus memaki kami!ā Seru Yujin yang sebelumnya memegangi tangan kanan Jayson.
Jayson
yang mendengar kata mate langsung
menoleh pada Chaerin yang ada dalam rengkuhan Jiyeong. Ia segera melepaskan
dirinya dari Jeka dan Juna kemudian membawa tungkainya menghampiri Chaerin yang tengah tersedu.
Tanpa pikir panjang tangannya langsung menarik Chaerin ke dalam dekapannya.
Mengangkat tubuh ringkih itu ke atas pangkuan dan menenggelamkan kepala Chaerin
di dadanya. Tangannya mengusap kepala dan punggung Chaerin beraturan. Berharap
bisa memberikan rasa tenang pada omega-nya
yang tengah bergetar hebat.
āTenanglah,
tidak akan ada lagi yang menyakitimu selama aku ada di sampingmu.ā Bisiknya
lembut.
Chaerin
sendiri tanpa sadar mengeratkan pegangannya pada pakaian Jayson. Tubuhnya
semakin memaksa masuk ke dalam dekapan alpha
tersebut. Mencari kehangatan dan ketenangan yang seketika dirinya rasakan saat
tubuh mereka saling bersinggungan.
Tidak
dapat dipungkiri jika pengaruh takdir begitu kuat pada keduanya. Sebenci dan
semarah apa pun Chaerin, pada akhirnya akan tetap luluh pada keberadaan Jayson
yang sudah ditakdirkan sebagai pasangannya. Sejauh apa pun ia melangkah pergi,
ia akan kembali bersama Jayson karena bagaimana pun mate-nya adalah rumahnya. Sekeras apa pun dirinya berusaha untuk
mengingkari takdir, hanya akan menjadi sia-sia karena takdir tetaplah takdir.
Dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah selain Selene yang telah menetapkannya.
Maka
di tengah kekacauan yang terjadi, sebuah kehangatan mulai merambat memenuhi
relung hatinya. Mengganti sedikit demi sedikit angkara yang telah bertahta
angkuh di hati dengan kesadaran yang akan menggiringnya pada penerimaan takdir
yang seharusnya telah ia lakukan sejak lama.
T . B . C
- DF -
Comments
Post a Comment