UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 10
Chaerin memaksakan
diri untuk
beranjak dari atas bangkar beberapa saat setelah ia membuka mata. Pikirannya
langsung tertuju pada keadaan Yunga yang juga tengah di rawat di rumah sakit
yang sama dengannya. Mengabaikan rasa sakit ditubuhnya, Chaerin memaksa kedua
tungkai kaki untuk berjalan di tengah kondisi langit yang telah berubah hitam.
Jantungnya berdetak kelewat cepat saat teringat kembali bagaimana kondisi sang
kakak ketika tenaga medis membawanya masuk ke ruang gawat darurat. Jika saja
suster yang membawa Yunga tidak menahannya mungkin ia akan berada di dalam sana
menemani kakaknya yang tengah ditangani.
Maka dengan kondisi
tubuh yang juga baru mendapat penanganan dari dokter hingga membuat dirinya
terlelap, Chaerin menguatkan diri untuk berjalan keluar. Membuka pintu dengan
sedikit tertatih sebelum perlahan menutupnya kembali. Kehadiran Chaerin di
koridor berhasil menyita atensi Jayson, Jeka, Jiyeong, dan Mark yang ternyata
tengah duduk menunggui. Keempatnya menoleh saat suara langkah kaki yang terbilang lemah
dengan napas berat mengalun mendistraksi pikiran mereka. Dengan gerakan cepat, Jayson
segera menghampiri Chaerin diikuti Jiyeong dengan wajah yang terlihat khawatir.
āKenapa keluar, kamu
harus istirahat?ā Tanya Jayson dengan suara dan raut khawatir.
āDimana Kak Yunga?ā
Bukannya menjawab,
Chaerin malah balik bertanya.
āKak Yunga masih
diperiksa dokter, tapi dia telah dipindahkan ke ruang
rawat.ā
Chaerin terlihat
mengembuskan napas sebelum kembali membawa langkah tertatihnya pergi.
āKamu mau kemana
Chae, kamu belum pulih?ā Jayson menggenggam pelan lengan Chaerin. Menghentikan
gadis itu untuk pergi meninggalkan ruang rawatnya.
āAku ingin menemui Kak
Yunga. Aku tidak tenang jika tidak melihatnya.ā
āTapi-ā
Jeka memegang
pundak Jayson yang membuat pria itu menghentikan ucapannya. Menoleh pada sang
sahabat yang tengah memberikan tatapan seakan menyuruh Jayson untuk menuruti
keiinginan Chaerin. Maka dengan berat hati ia mengembuskan napas sebelum
mengangguk singkat.
āBaiklah, aku akan
mengantarmu.ā
Mendengar itu,
senyum kecil terbit dari bibir Chaerin.
āTapi kamu tidak
boleh terlalu lelah, cukup duduk dan temani Bang Yunga.ā
Anggukan pelan yang
diberikan Chaerin pada akhirnya berhasil membawa ia pada ruang rawat Yunga yang
berada tidak jauh dari ruang rawatnya. Berjalan perlahan menuju bangkar dimana
tubuh pria berkulit putih pucat itu tengah terbaring tidak sadarkan diri.
Presensi Chaerin berhasil menyita perhatian para sahabat Yunga yang tengah
menungguinya. Kavee yang tengah duduk di kursi samping bangkar lantas berdiri
dan bergeser ke samping untuk memberikan ruang bagi Chaerin.
Dengan bantuan Jayson,
Chaerin berhasil mendudukkan tubuhnya di kursi. Mata yang telah dipenuhi air
mata itu langsung saja melepaskan satu butir cairan bening ketika melihat langsung bagaimana
kondisi Yunga. Hatinya berdenyut melihat luka-luka yang bersarang di tubuh lemah
itu. Lantas tangannya meraih tangan Yunga untuk digenggam
sebelum menunduk hingga dahinya berada di atas bangkar.
āKakak maafkan aku, ini semua salahku.ā Lirihnya pelan. Suaranya begitu
bergetar. Rasa bersalah yang menggelayuti hati membuat pelupuk mata itu tidak
bisa lagi membendung kumpulan air matanya.
āAndai saja aku
tidak pergi mungkin kakak tidak akan seperti ini.
Maafkan aku, aku salah, aku bodoh.ā
Jayson yang berada di sampingnya tidak bisa
berdiam diri menyaksikan bagaimana mate-nya
bersedih. Terlebih sisi dominannya kini juga ikut merasakan kesedihan sang
pasangan yang membuat jiwa pelindungnya bergerak mengambil alih kerja tubuhnya.
Menggerakkan tangannya menyentuh punggung Chaerin serta memberikan usapan di
sana. Sejujurnya ia ingin menarik Chaerin ke dalam dekapannya ābegitulah ego
dari sang dominanā, tapi kewarasannya menyadarkan akan batasan yang tidak bisa
ia lewati mengingat hubungan mereka yang masih belum pada tahap baik.
āJangan menyalahkan
dirimu, ini di luar kuasamu. Kamu tidak pernah menginginkan hal ini terjadi.ā
Chaerin mengangkat
kepalanya. Menatap Yunga yang masih setia dengan mata terpejam.
āTetap ini salahku.
Jika aku tidak pergi ke bar mungkin Kak Yunga tidak akan seperti ini.
āChaerin, jika Bang
Yunga mendengarnya ia pasti juga akan berkata hal yang sama seperti Bang Yujin. Ia
pasti tidak suka mendengar kamu menyalahkan dirimu seperti ini. Bang Yunga tahu
jika kamu sangat menyayanginya. Jadi berhenti menyalahkan dirimu. Kamu harus
kuat untuk memberikan dukungan untuk Bang Yunga.ā
Chaerin tidak
menjawab. Ia lebih memilih bungkam karena pikirannya yang kacau. Hati yang kini
semakin dipenuhi penyesalan membuat air mata semakin mengalir deras dari
matanya. Membasahi kedua pipi hingga Jayson secara spontan menyekah air mata
itu dengan ibu jarinya.
āJangan menangis
lagi, jika terus menangis tenagamu akan terkuras dan nanti kepalamu sakit. Kamu
kan sudah berjanji untuk tidak terlalu lelah.ā
* *
* *
Matahari menyapa
bumi bersama dengan kehangatannya. Cahaya terangnya perlahan membangunkan para
penghuni bumi dari alam mimpi. Membawa tubuh-tubuh itu untuk segera bersiap menjalani
hari mereka. Chaerin yang juga merasakan kehangatan sang surya mulai membuka
mata kala secarcik cahaya hangat itu memancar mengenai wajahnya. Matanya
menyipit sebelum diusap dengan tangannya.
Matanya langsung memperhatikan ruangan serba putih yang membuat bingung dan keningnya
berkerut. Itu bukanlah kamar atau rumahnya. Tidak lama ingatannya kembali pulih
yang membuat ia tanpa sadar menghela napas. Jelas itu bukan kamarnya karena ia tengah
berada di ruang rawat Yunga. Ia bisa mengingat lagi alasan kenapa dirinya
bisa berada di sana dan tertidur di sofa dengan seseorang yang memeluknya.
Tunggu... peluk?
Meraba pinggangnya, Chaerin menemukan tangan
kekar yang melingkar di sana. Jantungnya seketika bergemuruh hebat. Pikirannya
menjadi kacau dengan spekulasi tidak bertuan yang membuat perasaannya menjadi
tidak tenang.
Siapa yang
memeluknya?
Kenapa dia bisa
berakhir dalam dekapan seseorang?
Maka dengan rasa
kalut yang mendominasi, Chaerin memberanikan diri untuk memandang pemilik dada
bidang yang menjadi sandaran kepalanya. Mengangkat kepala dan membawa
pandangannya pada pemilik rahang tegas yang masih setia memejamkan mata dengan
napas teraturnya.
Park Jayson.
Pemandangan wajah
tentram Jayson saat tidur adalah hal baru yang untuk pertama kali dilihat
Chaerin. Sebelumnya ia tidak pernah bangun bersama sosok pria selain sang Ayah atau tidak Yunga,
itu pun saat mereka masih kecil. Karena itulah ia merasakan perasaan yang belum
pernah ia rasakan sebelumnya. Wajah tampan Jayson dengan cahaya matahari yang
menyinari membuat tingkat ketampanan pria itu semakin bertambah. Bohong jika
Chaerin mengatakan Jayson tidak tampan. Karena nyatanya ia tidak bisa mengalihkan
tatapannya dari wajah Jayson yang terlihat mulai terusik karena kehangatan sang
surya.
Tidak ingin Jayson
tahu jika ia baru saja memandangi, membuat Chaerin kembali menundukkan kepala
dan memejamkan mata. Ia harus berpura-pura untuk kembali tidur entah karena
apa. Yang ada dipikirannya saat itu ketika merasakan pergerakan kecil dan
erangan yang lolos dari mulut Jayson hanya tidur kembali sebelum pria itu
membuka matanya.
Saat matanya
kembali dipejamkan, ingatan malam sebelum ia terlelap dalam dekapan Jayson
tiba-tiba saja terputar bagaikan sebuah pemutar film. Dirinya yang tidak ingin
kembali ke kamar dan bersikeras untuk menunggui Yunga akhirnya membuat Jayson
menyerah hingga sampailah pada kesepakatan ia harus tidur bagaimana pun itu.
Maka dengan sedikit paksaan, Chaerin berhasil dibuat tunduk hingga akhirnya
tertidur di sofa bersama Jayson yang mendekapnya. Ia tidak menolak karena
nyatanya tubuh dengan beberapa luka itu sudah tidak mempunyai kekuatan lebih.
Untuk beranjak dari kursi saja ia harus mendapat bantuan Jayson karena kakinya
terasa semakin lemas.
Di tengah mata yang
terpejam dengan bayangan kejadian malam itu, usapan yang dirasakan di lengan
dan punggungnya membawa Chaerin kembali pada keadaan saat itu. Fokusnya kini
kembali pada Jayson yang perlahan semakin mengeratkan pelukannya dan tidak lupa
tangannya yang tetap bergerak mengusap secara teratur. Jujur Chaerin tidak bisa
menyembunyikan keterkejutannya yang berakhir pada degup jantung yang sedikit
lebih cepat dari biasanya.
Ia ingin melepaskan
diri tapi teringat kembali jika dirinya tengah berpura-pura tidur. Tidak lucu
bukan jika dia tiba-tiba saja mendorong Jayson hanya demi melepaskan dirinya,
kemudian berlaku seakan dirinya baru saja bangun. Sungguh itu tidak masuk akal
dan tidak akan pernah dirinya lakukan karena membuat ia terlihat bodoh.
Karenanya ia memutuskan untuk tetap diam dan membiarkan Jayson melakukan apa
pun yang tidak melanggar batasannya sebagai seorang pria.
Keheningan ruangan Yunga
masih mendominasi telinganya. Chaerin tidak tahu apa yang tengah dilakukan Jayson
selain mendekapnya hingga napas berat Jayson terhela. Masih setia mengusap
punggungnya, Chaerin merasakan bagaimana jantung Jayson bertalu tidak normal.
Napasnya sedikit cepat dibanding beberapa saat lalu hingga sampai pada vokal
pertama pria itu yang menarik perhatian Chaerin lebih dalam lagi.
āMaaf...ā
Chaerin tahu kemana
arah pembicaraan pria itu. Maka dengan rasa penasarannya, ia semakin menaruh atensinya untuk mendengar lebih lanjut apa yang akan Jayson katakan.
āAku tahu
pengkhianatan adalah hal yang sulit dimaafkan. Aku menyesal, maafkan aku.ā
Jayson menjeda
sejenak. Ia menarik napas dalam berusaha memenuhi relung paru-parunya dengan
pasokan oksigen.
āTidak ada
pembelaan yang bisa kukatakan karena kenyataannya aku telah mengkhianati
takdir. Aku terlalu terbawa dengan perasaanku untuknya, yang seharusnya tidak
kurasakan. Sampai akhrinya menggiringku pada keegoisan yang menciptakan
penderitaan bagimu.ā
Kini napasnya yang
terembus dengan berat. Menerpa puncak kepala Chaerin yang menghantarkan efek
hangat bagi dirinya.
āAku tidak tahu lagi harus
melakukan apa ntuk mendapatkan maaf darimu. Tapi aku tidak bisa melepasmu, kamu
adalah takdirku dan rumahku. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi karena kamu
adalah alasanku hidup. Karena itu, tolong maafkan aku. Beri aku kesempatan
untuk membuktikan padamu jika aku adalah mate
yang layak untukmu. Jangan dorong aku menjauh darimu karena itu menyakitkan.ā
Dengan tubuh yang
semakin didekap oleh Jayson, teriakan senang sang dominan berhasil menimbulkan
gemuruh yang semakin hebat untuk jantungnya. Membawa tubuhnya pada kehangatan
yang membuat sorak-sorai tersebut seakan berkesinambungan dengan reaksi
tubuhnya. Dan untuk pertama kalinya, Chaerin membiarkan dominan tubuhnya merasakan
apa yang seharusnya dirasakan sejak pertemuannya dengan sang mate. Apalagi saat mendengar kalimat
selanjutnya yang membuat kegembiraan tersebut berubah menjaid euforia tanpa batas.
Mengalirkan listrik yang membuat seluruh organ vitalnya bekerja melebihi batas
normal. Menghadirkan sensasi geli yang menggelitik perut hingga menerbitkan senyum
yang bisa dihalangi.
āAku menyayangimu,
Lim Chaerin.ā
Maka perlahan
takdir membuktikan kuasanya. Mengurai sedikit demi sedikit kebencian yang
terpupuk sangat dalam di relung hati dan menggantinya dengan sebuah penerimaan
yang akan mengantarkan keduanya pada kehidupan yang lebih baik. Melahirkan
afeksi yang dikemudian hari akan sangat sulit ditolak Chaerin karena dominan
tubuhnya semakin mengikat diri dengan sang pasangan setelah pengakuan yang
dilontarkan Jayson.
* *
* *
Kepulangan Yunga
dari rumah sakit tidak serta merta menjadi tanda jika pria Min itu sudah
diperbolehkan untuk kembali bekerja. Walaupun tubuh berkulit putih itu sudah
terlihat membaik, tetapi dokter menyarankan untuk tetap beristirahat setidaknya
satu minggu setelah kepulangan. Chaerin yang berada di sana ketika dokter
mengatakan hal tersebut menyetujui saran itu karena bagaimana pun ia ingin sang
kakak kembali sehat seperti sedia kala. Bekas pukulan di tubuh Yunga memang
terlihat mulai membaik, tetapi pada beberapa bagian tubuhnya masih terasa nyeri
jika dibawa bergerak. Karena itulah Chaerin menjadi bekerja lebih keras karena
dirinya harus mem-backup pekerjaan Yunga
yang tidak kalah banyak dengan pekerjaannya.
Menghabiskan
waktunya lebih banyak di ruang kerja bahkan sampai tidak menyadari jam makan
siang adalah kegiatan yang tiga hari belakangan ini dijalani Chaerin. Tekadnya
untuk membantu Yunga sangatlah besar hingga ia menjadi larut dengan pekerjaan
dan melupakan kebutuhan dirinya sendiri, seperti makan dan beristirahat. Ia
berangkat lebih awal tetapi pulang lebih larut. Sesampainya di apartemen, ia
kembali membuka berkas penting yang harus diperiksa. Dirinya akan beranjak
menuju kasur jika hari telah berubah dini hari.
Di tengah padatnya
kegiatan tersebut, Chaerin tidak bisa mengelak jika sisi dominannya merasa
begitu senang. Perasaan tersebut berhasil berdampak pada dirinya yang mulai
bisa menerima keadaan yang ada. Belajar sedikit demi sedikit untuk membuka hati
pada takdirnya. Membiarkan sang pemilik hati mulai mengisi ruang kosong
tersebut tanpa berniat untuk melakukan penolakan seperti sebelumnya.
Jika sebelumnya ia
akan selalu marah jika melihat keberadaan Jayson di sekitarnya, lain halnya
dengan sekarang. Paska mendengar pengakuan Jayson yang membuat hatinya terasa
hangat, tanpa diketahui rasa marah yang bersemayam dalam hati mulai menghilang. Tidak ada lagi
kebencian yang ingin ditunjukkan setiap kali obsidian gelap itu bertemu pandang
dengan maniknya. Perlahan tapi pasti, perasaan tidak suka yang ia rasakan telah
berubah menjadi perasaan hangat yang membuat sang dominan bersorak senang.
Membuat tembok pemisah yang dibuat menghilang hingga sisi dominannya kini bisa
merasakan sisi dominan Jayson, begitu pun sebaliknya.
Seperti halnya hari
itu, Jayson datang mengunjunginya dengan makan siang dan satu buah kotak yang
ketika dibuka dipenuhi oleh coklat. Kebingungan pun menyerang sampai akhirnya
pria itu memberitahukan alasannya, jangan lupakan usapan lembut yang selalu ia
terima di atas kepala oleh telapak tangan besar Jayson. Sentuhan yang terbilang
ringan tersebut selalu berhasil membuat dominannya dipenuhi euforia hingga
mengalirkan sengatan yang membuat tubuhnya terasa panas sekaligus menyebabkan
perubahan warna pada wajahnya.
āTerima kasih.ā
Jayson mengernyit,
bingung.
āUntuk coklat dan
semua yang kau lakukan.ā
Pria berparas tampan
itu semakin melebarkan senyumnya.
āHanya ini yang
bisa kulakukan. Aku tahu beban pekerjaanmu semakin banyak dan tidak ada yang
bisa aku lakukan selain mendukungmu dan memberikan apa pun yang bisa
meringankan pikiranmu, salah satunya coklat itu.ā
Ada hening sejenak
di antara keduanya. Chaerin yang hanya menganggukkan kepala sebelum mengalihkan
atensinya. Sementara Jayson lebih memilih untuk bersandar pada sandaran kursi dan tetap memperhatikan
Chaerin. Menelisik setiap lekuk wajah omega
tersebut hingga senyumnya tidak bisa untuk tidak tersungging. Cantik. Kata pertama yang terlintas
dalam benak Jayson. Hidung mancung, bibir tipis, rahang dan bentuk mata yang
sempurna. Jangan lupakan pipi sedikit tembam yang setiap kali ia sentuh terasa
sangat lembut. Sungguh, Jayson sangat beruntung dengan takdirnya. Mate-nya begitu sempurna untuk ia yang
tidak sempurna itu.
Di tengah hening
yang berkuasa, Chaerin mengembuskan napas hangatnya setelah sibuk memikirkan
bagaimana cara menyampaikan apa yang ada dipikirannya. Sejujurnya, ia sudah
memikirkan hal tersebut sejak hari dimana Jayson mengatakan isi hatinya. Namun
selama itu ia tidak tahu harus bagaimana. Keputusannya untuk mengatakan apa
yang akan ia katakan selanjutnya pun baru diambil dua hari lalu saat ia merasa
sisi dominannya tengah meraung sakit. Dan ternyata raungan tersebut adalah
tanda jika Jayson yang berada jauh darinya tengah dalam kondisi tubuh kurang
baik. Alpha itu terserang demam yang
membuat tubuhnya harus bersembunyi di balik selimut tebal.
Maka dengan desakan
sang dominan, Chaerin akhirnya sampai pada keputusan yang dirinya yakini akan
mengubah hidupnya lebih cepat dari yang dibayangkan. Kembali menarik napas
ākali ini lebih panjangā kemudian mengembusnya,
ia menolehkan kepala hingga maniknya dapat melihat wajah Jayson yang terlihat
khawatir. Mungkin efek dari sisi dominan mereka yang mulai terhubung tanpa
adanya batasan hingga Jayson dapat merasakan kegusarannya.
āAda apa?ā
Lagi-lagi Chaerin
mengemuskan napas hangat yang terdengar lebih berat dari sebelumnya.
āMaaf.ā
Kerutan di dahi
muncul kala satu kata tersebut mengalun ke dalam indera pendengarannya. Membawa
tubuh bersandarnya kembali tegak di atas kursi yang diduduki. Sedikit
mencondongkan tubuhnya guna memangkas jarak antara tubuhnya dengan Chaerin yang
harus terhalang oleh meja kerja omega
itu.
āMaaf untuk
umpatan, kata kasar, bahkan perilaku buruk yang aku tunjukkan padamu. Maaf
karena telah mencoba mengingkari takdir. Maaf juga karena tidak pernah
memberikanmu kesempatan untuk memperbaiki kesalahanmu.ā Tuturnya pelan, nyaris
berbisik tetapi Jayson masih bisa mendengarnya.
Seperti ada yang
memutus ikatan kencang di dadanya. Jayson akhirnya dapat menghirup udara lebih
baik. Tidak ada lagi sesak yang dirasakan. Bahkan sang dominan telah bergembira
atas apa yang didengar Jayson. Membawa kembali harapan untuk hidup bahagia dengan takdir
yang telah ditetapkan Selene. Walau
sebelumnya harapan itu telah tumbuh kembali, tetapi setelah mendengar Chaerin
maka harapan tersebut semakin tumbuh besar hingga keyakinan pada dirinya
meningkat drastis.
Jayson lantas
berdiri. Membawa tungkainya melangkah mendekati Chaerin yang masih setia dengan
kepala tertunduk. Berhenti tepat di samping Chaerin, lalu tangan
bebasnya meraih pundak omega tersebut
untuk membuatnya berdiri. Menarik pundak sempit tersebut mendakat padanya
hingga kepala sang omega menempel di
dadanya. Melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping Chaerin dengan
kepala yang ia istirahatkan di pundak omega
tersebut.
āMaaf untuk pengkhianatanku hingga membuat luka untukmu. Aku berjanji untuk menebusnya dan akan memperlakukanmu dengan perlakuan yang pantas kamu terima.ā
T . B . C
- DF -
Comments
Post a Comment