UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 11


.

.

.

.

.

Sudah satu minggu Yunga kembali bekerja sebagai pemimpin perusahaan. Itu berarti telah satu minggu Chaerin kembali pada rutinitas awalnya. Tidak ada lagi beban pekerjaan Yunga yang ia kerjakan karena sang kakak sudah kembali bekerja seperti sedia kala. Namun ada satu yang berubah dari rutinitas itu, dimana setiap jam makan siang akan selalu ada Jayson di ruangannya dan mereka akan menghabiskan waktu istirahat bersama. Awalnya kehadiran Jayson membuat keterkejutan bagi Chaerin yang belum bisa membiasakan diri, tapi seiring berjalannya waktu presensi Jayson sudah bisa ia terima dengan baik.

 

Sementara Jayson, merasa jika rasa bersalah dan penyesalan yang mengikatnya sedikit demi sedikit mulai menghilang. Kedekatan yang terjalin antara dirinya dan sang omega berhasil menguraikan tali yang mengikat dirinya selama ini. Euforia selalu dirasakan sang dominan hingga membuat hatinya terasa penuh dengan rasa gembira.

 

“Jadi bagaimana perkembangan hubungan kalian?”

 

Jayson kembali meletakkan cangkir kopinya setelah mencicipi cairan gelap yang diantarkan sekertaris Yunga beberapa saat lalu.

 

Senyumnya terukir, “Lebih baik.”

 

Jauh lebih baik bang. Belakangan ini dia seperti orang gila karena Chaerin sudah mau membuka hatinya.”

 

Penjelasan tambahan dari Kavee membuat para sahabatnya terkekeh dan rasa malu menyerang Jayson. Wajahnya berubah merah karena tatapan menggoda yang ditujukan untuknya.

 

Di tengah tawa para alpha tersebut, Yunga kembali bersuara yang membuat atensi sahabatnya mengarah kepadanya.

 

“Jay, aku berharap kau memenuhi janjimu. Jangan sakiti Chaerin lagi karena jika hal itu terjadi aku akan menjadi orang pertama yang menghancurkan mu dan menjauhkan mu dari adikku.”

 

Ucapan Yunga bagaikan alarm yang selalu memperingatinya untuk tidak kembali terjerumus pada lubang yang salah. Sudah cukup kesalahan yang telah ia lakukan yang nyaris merenggut kebahagiaan dalam hidupnya. Jayson tidak ingin terlena pada kebahagian lain yang hanya sebuah fatamorgana saja. Selene telah memilihkan kebagahagiaan yang abadi untuk dirinya dan juga sang dominan, dan sudah pasti pilihan tersebut adalah yang terbaik.

 

Maka dengan menguatkan tekadnya, Jayson berusaha untuk menghapus semua rasa yang tidak seharusnya ia rasakan. Membuang jauh hal yang akan membawa dirinya pada penderitaan. Memfokuskan diri hanya pada takdir yang telah ditetapkan. Dan yang terpenting adalah memupuk perasaan untuk mate-nya. Bukan hanya beralasan takdir, tetapi jujur dari hatinya.

 

Jayson berusaha dengan keras untuk mewujudkan hal itu. Bersamaan dengan itu, dirinya juga berusaha untuk merebut hati sang omega. Tidak masalah untuk Jayson karena memang drinya sendiri yang telah membuat jalannya menjadi sulit. Karena itu usaha keras yang ia lakukan bukanlah penghalang atas kebahagiaan yang perlahan mulai berhasil digenggam.

 

Perlahan sang omega sudah mulai mengikis tembok pelindung yang dibangun sejak pertemuan pertama mereka. Menerima dengan terbuka kehadirannya sekalipun ia tahu jika omega-nya terkadang masih merasa canggung dan takut dalam waktu bersamaan. Ia dapat merasakannya karena kini sisi dominan mereka telah terhubung sepenuhnya, hanya saja diri mereka yang masih belum terbiasa dengan keadaan baru tersebut.

 

Jayson tidak marah akan hal itu. Ia berusaha untuk mengerti dan mencoba untuk terus menumbuhkan kepercayaan omega-nya atas dirinya. Ia tidak ingin memaksa, karena itu dia membiarkan waktu yang perlahan akan melahirkan kepercayaan untuk dirinya. Ia tidak ingin mendesak sang omega untuk bisa menerima ia seutuhnya, karena itu sangatlah sulit.

 

Bermodalkan sisi romantisnya, Jayson berusaha untuk merebut hati Chaerin dengan perhatian kecil yang selalu ia berikan. Pesan singkat kerap ia kirimkan untuk mate-nya itu walaupun hanya sebuah ucapan selamat pagi dan selamat malam. Ia tidak pernah tidak mengirimi pesan untuk sang omega karena menurutnya komunikasi sekecil apa pun akan memudahkan usahanya untuk menorehkan namanya dihati Chaerin.

 

Perhatian kecil lainnya ialah buket bunga yang hampir setiap hari selalu ada di atas meja Chaerin dengan sebuah kartu ucapan bertuliskan kalimat penyemangat untuk sang omega. Jayson tidak tahu bagaimana reaksi Chaerin saat setiap pagi dirinya menemukan buket di atas meja. Namun ia meyakini jika omega itu merasa senang karena ucapan terima kasih yang selalu ia terima melalui pesan singkat. Tidak ada emoji yang tertulis di sana karena tanpa itu Jayson tetap dapat mengetahui bagaimana dominan Chaerin berseru gembira atas apa yang ia lakukan.

 

Jayson juga kerap datang menemui Chaerin untuk menghabiskan waktu makan siang bersama, baik dengan memesan makanan atau pergi ke restoran terdekat. Mengisi waktu dengan membicarakan hal ringan baik yang berhubungan dengan diri mereka atau tidak. Tertawa akan cerita konyol yang lebih sering diutarakan Jayson, atau mencoba memberikan saran terkait pekerjaan yang mereka kerjakan.

 

Tidak hanya sampai di situ, usaha Jayson nyatanya masih tetap berlanjut. Sekali pun hingga detik itu Chaerin masih menolak ajakannya untuk berangkat atau pulang bersama –alasannya karena arah rumah mereka berbeda dan akan memakan waktu lama– tetapi Jayson sesekali mengikuti Chaerin dari belakang. Chaerin mengetahui hal itu dan telah mengatakan agar Jayson tidak melakukannya, tetapi alpha tersebut menolak karena sisi protektifnya yang menginginkan hal tersebut.

 

“Hei kau mau kemana?” Hobee bertanya saat melihat Jayson berdiri.

 

Alpha Park itu menoleh. “Aku akan makan siang bersama Chaerin.” Ujarnya santai, sesantai kaki berbalut pentofel itu melangkah meninggalkan ruang kerja Yunga.

 

 

*  *  *  *

 

 

Jayson membukakan pintu untuk Chaerin. Kemudian mereka berjalan beriringan memasuki restoran yang menjadi tujuan keduanya untuk menyantap makan siang. Jayson kembali menunjukkan sisi dewasanya dengan membukakan pintu restoran dan mempersilahkan Chaerin untuk masuk lebih dulu. Tidak hanya itu saja, alpha Park itu juga menarik kursi untuk Chaerin duduki kemudian mendorongnya kembali saat omega-nya akan duduk. Jayson benar-benar menunjukkan kesungguhan dirinya untuk Chaerin. Ia ingin memperlihatkan jika dirinya pantas akan kesempatan yang Chaerin berikan.

 

“Kamu ingin pesan apa?” Tanya Jayson.

 

Chaerin yang masih sibuk melihat-lihat membiarkan pertanyaan Jayson menguar bersama dengan embusan napas. Selama mencoba menentukan pilihan, seorang pelayan setia berdiri menunggu keduanya untuk menyebutkan pesanan mereka. Pelayan itu tetap memasang senyum sekali pun belum juga mendengar permintaan dari Jayson atau pun Chaerin.

 

Namun Jayson yang sedang melihat isi buku menu sedikit terusik dengah keberadaan pelayan itu. Keberadaan pelayan bernama Bomkyu itu membuat sang dominan meraung tidak suka di dalam pikirannya. Jayson sampai melirik beberapa kali untuk mengawasi alpha itu.

 

“Aku pesan carbonara dan jus stroberi.”

 

Jayson mendengus marah saat melihat senyum kecil terukir diwajah Bomkyu saat Chaerin menatap kearahnya untuk menyebutkan pesanannya. Ia marah dan tidak suka jika ada alpha lain yang mencoba menggoda mate-nya. Sifat posesif sang dominan langsung muncul seakan mencoba memperingati dirinya jika ancaman ada di depan mata.

 

Menghela dengan keras sembari menutup buku menu dengan sedikit kencang, hingga membuat atensi Bomkyu dan juga Chaerin mengarah padanya. Matanya menatap nyalang saat kepalanya menoleh dan mata mereka bertemu pandang.

 

Fish and chips dan ice latte.”

 

Bomkyu mengangguk sembari mencatat pesananya. Ia lantas menyunggingkan senyum dengan merapihkan buku menu.

 

“Mohon ditunggu, pesanan akan kami siapkan.”

 

Ia menunduk. Mendekap kedua buku menu bersama buku pesanan dan melangkah pergi. Sebelumnya ia sempat melirik dan tersenyum pada Chaerin yang tengah memandang ke luar jendela, tetapi Jayson menyadarinya hingga tubuhnya semakin memanas dibelenggu emosi dan cemburu.

 

Alpha tidak tahu diri!, hatinya berkata marah.

 

Jayson memutus pandangannya. Terlalu lama melihat alpha itu membuat amarahnya bisa meledak kapan saja. Disaat seperti ini dirinya harus bisa mengendalikan diri lebih baik lagi. Ia tidak boleh terbawa tempramennya, tidak boleh bersikap terlalu posesif yang akan menyebabkan kesalahpahaman, dan yang terpenting adalah dirinya harus banyak-banyak menumbuhkan kesabaran untuk keberlangsungan hidup bersama mate-nya.

 

“Jika karena pelayan itu saja kau bisa semarah ini, coba bayangkan jika aku melakukan pengkhianatan sepertimu.” Suara kelewat santai seorang Chaerin berhasil membuat Jayson menatapnya. Mata alpha itu membulat dengan dahi yang mengerut.

 

Chaerin sendiri ikut memutar kepalanya. Membawa onyx-nya bertemu pandangan dengan obsidian Jayson yang menyorotnya tidak mengerti.

 

“Kalau kau percaya dengan takdirmu maka kau tidak perlu takut jika pelayan itu akan mematahkan takdirmu. Lagi pula aku tidak sebodoh dan serendah itu Park. Aku tidak ingin berada dilevel rendah karena melanggar takdir Selene.”

 

Perkataan Chaerin seakan memberikan kesadaran untuk Jayson atas apa yang telah dirinya perbuat. Mungkin Chaerin tidak membencinya seperti dulu, tetapi rasa kecewa akibat dikhianati tampaknya belum sembuh. Sepertinya lukanya belum kering walaupun sudah banyak hal yang ia lakukan untuk menyembuhkannya.

 

“Maaf..” Lirihnya.

 

Chaerin memasang senyumnya. Sebenarnya ia tidak marah hanya saja itulah pembawaannya. Ia adalah orang yang to the point. Lagi pula bukankah dirinya sudah mengatakan akan memberikan kesempatan kedua untuk Jayson.

 

 “Tidak perlu karena yang kau lakukan adalah wajar, dan aku tahu. Aku hanya ingin mengingatkan saja jika aku tidak akan merendahkan diriku untuk napsu sesaat saja. Aku punya batas yang tidak akan pernah kulanggar, Jay.”

 

Untuk kedua kalinya perkataan terlampau jujur dari seorang Lim Chaerin seakan mengingatkan Jayson jika omega dihadapannya ini berbeda. Ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang penuh batasan. Semua itu dilakukan untuk hidup mereka yang lebih baik. Jayson tidak bisa menyalahkan itu, karena nyatanya hidup Chaerin sangatlah baik sebelum mereka bertemu. Hanya saja harus berubah karena kehadiran dirinya.

 

Namun semua itu tidak membuat Jayson menjadi malu. Ia tidak ingin mundur walaupun sadar jika kesalahannya terlampau besar dan sulit untuk diterima. Tapi Jayson bertekad untuk menebus kesalahannya. Ia telah meyakinkan diri untuk mulai memantaskan diri sebagai mate Lim Chaerin atas dorongan dari dominannya. Bukan dari segi ekonomi karena dirinya pun juga berasal dari keluarga yang tidak jauh berbeda dengan keluarga Chaerin, tapi dari segi kepantasan sebagai seorang alpha yang akan memimpin omega-nya.

 

Perbincangan mereka terhenti saat pelayan sebelumnya datang dengan pesanan. Masih memasang senyum ramahnya, Bomkyu meletakkan pesanan Jayson di depan alpha tersebut begitu pun dengan Chaerin. Hanya saja saat sepiring carbonara akan mendarat di atas meja, Bomkyu sempat menyempatkan matanya untuk mengamati wajah Chaerin. Manikmati paras cantik omega itu hingga Jayson kembali dengan tempramennya.

 

Jayson lantas berdeham hingga atensi Bomkyu kembali pada pekerjaannya. Cepat-cepat ia menyajikan pesanan Chaerin sebelum membungkuk dan mempersilahkan Jayson dan Chaerin untuk menyantap makanan mereka. Saat ia akan beranjak pergi, Chaerin memanggilnya dan membuat alpha itu kembali berdiri di sisi meja.

 

“Maaf untuk apa yang akan saya katakan. Alpha di depan saya ini adalah mate saya. Semoga anda paham dengan maksud saya.”

 

Bomkyu terlihat tidak enak. Senyumnya berubah kikuk dan tangannya secara tidak sadar bergerak menggaruk tengkuk.

 

“Oh maaf, saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya –ah saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Selamat menikmati. Saya permisi.” Ia membungkuk sebelum pergi dengan langkah cepat.

 

Malu dan tidak enak hati adalah yang Bomkyu rasakan. Niat awal hanya ingin mengagumi ternyata sosok yang dikagumi menyadarinya bahkan nyaris menimbulkan kesalahpahaman. Ah.. alangkah lebih baik jika ia berhenti melakukan itu. Ia tidak ingin hal memalukan seperti itu kembali terulang, hanya mempermalukan dirinya saja dan berisiko mengancam pekerjaannya.

 

Chaerin akan mengambil garpu dan sendok yang berada di sisi piringnya saat onyx-nya melihat mata Jayson yang menatapnya. Ia meletakkan tangannya di atas kedua alat itu tanpa berniat untuk membawanya ke dalam genggaman. Menegapkan tubuhnya dengan mata yang membalas tatapan alpha Park itu.

 

“Ada apa?”

 

Jayson tersentak. Matanya mengerjap cepat.

 

“Ah –tidak ada.”

 

Chaerin mengembuskan napas. “Jangan berpikiran terlalu jauh Jay. Aku memang masih belum bisa menerima kenyataan ini sepenuhnya, tapi aku telah memberikanmu kesempatan. Apa yang aku lakukan tadi hanya untuk membatasi lingkungan luar saja. Jika kau berpikir lebih, berusahalah dengan keras untuk mewujudkan pikiranmu itu.”

 

Ia baru akan menyuapkan pastanya saat suatu hal tiba-tiba saja muncul dalam ingatannya. Matanya yang semula fokus pada makanan di atas meja berganti kembali pada Jayson.

 

“Jayson, Kakek dan Ibuku mengundangmu makan siang akhir pekan ini. Apakah kau bisa?”

 

Jayson mengangguk cepat. “Bisa. Aku akan datang memenuhi undangan keluargamu.” Senyumnya kembali muncul. Begitu pula dengan harapan yang bergelayut semakin kokoh dibenaknya.

 

Sebuah undangan yang tidak pernah ia kira. Jayson pikir keberadaan dan posisinya sebagai mate Chaerin masih akan lama diketahui oleh keluarga omega itu mengingat bagaimana Chaerin –kadang menjadi baik kadang pula menjadi Chaerin yang sulit disentuh. Tapi ternyata sebuah pikiran hanyalah pikiran saja karena lagi-lagi Selene yang menentukan. Dan kini dirinya harus kembali memohon kepada Selene untuk kelancaran pertemuan tersebut. Walau hanya sebuah makan siang, tetapi ia harus bisa menunjukkan diri sebagai alpha yang pantas untuk Chaerin, di samping apakah keluarganya tahu jika Jayson telah melakukan pengkhianatan.

 

 

*  *  *  *

 

 

Jayson menyandarkan tubuhnya disofa. Ia menghela dengan wajah yang cerah. Membuat banyak mata menatapnya bingung.

 

“Apa yang terjadi dengan wajahmu Park?”

 

Jayson menoleh dengan memasang senyum yang membuat matanya membentuk bulan sabit. Sungguh manis. Andai saja ia bisa menunjukkan senyum itu pada Chaerin, pasti omega itu akan menjadi salah satu orang yang menyukai senyumnya.

 

“Aku hanya senang.”

 

“Senang tanpa alasan? Kau gila?”

 

Jayson menatap tidak suka pada sahabatnya itu. “Kim Kavee! Jangan coba-coba merusak suasana hatiku!” Ia memperingati.

 

“Aku tidak berniat seperti itu, aku hanya memastikan saja. Mungkin kau jadi gila karena Chaerin masih belum menerima dirimu sepenuhnya.” Ledek Kavee.

 

Jayson menarik napasnya kasar. Jujur dari dalam hatinya yang paling dalam, ia tidak ingin kebahagiaan kecil yang tengah dirasakan itu hancur hanya karena mulut kurang ajar sahabatnya. Beruntung sahabat, jika tidak sudah dia pastikan jika pukulan keras akan mendarat di atas kepala alpha Kim itu. Karena itu, dirinya memutuskan untuk mengabaikan Kim Kavee sialan yang tengah tersenyum pongah.

 

“Jay, apakah Chaerin telah memberitahumu?”

 

Jayson menatap Yunga seakan tengah bertanya ‘Apa?’ pada alpha itu.

 

“Undangan keluargaku untukmu.”

 

“Makan siang?”

 

Yunga mengangguk. “Jadi Chaerin sudah memberitahukannya.”

 

“Iya tadi saat makan. Tapi bang..” Jayson menjeda. Dari wajahnya tersirat keraguan dan juga keingintahuan yang membuat Yunga memicing.

 

“Ada apa?”

 

Jayson terlihat menarik napas kemudian menegakkan posisi duduknya.

 

“Apakah keluargamu tahu jika aku adalah-” Belum selesai Jayson dengan pertanyaannya, Yunga telah lebih dulu memberikan jawabannya.

 

“Sudah.”

 

Em.. siapa yang-”

 

“Chaerin yang memberitahukannya. Saat makan malam kemarin dia mengatakan jika dirinya telah menemukan mate-nya, karena itu keluargaku mengundangmu untuk makan bersama.” Jawab Yunga cepat.

 

Mendengar jawaban Yunga, membuat beban kecil lain yang ia pikul seperti terangkat dari pundaknya. Tali yang menjerat dadanya semakin melonggar hingga memudahkan ia untuk bernapas.

 

Wah awal yang baik untuk hubungan kalian bukan? Chaerin memberitahu keluarganya tentang dirimu tanpa ada yang memaksa.” Seru Hobee girang. Senyum cerahnya begitu menyilaukan hingga menular pada Kavee yang ikut memasang senyum kotak andalannya.

 

“Aku turut senang untukmu, bro!” Imbuh Kavee sembari memberikan pukulan saudara dipundak Jayson.

 

Jayson mengangguk dengan senyum yang ikut menghiasi wajahnya. Ia melihat satu per satu sahabatnya hingga berakhir pada sosok Yunga yang masih setia berada di balik meja kerjanya. Mata keduanya bertemu seakan tengah saling melempar kata. Kata berbalut doa jika saja yang dikatakan Hobee adalah hal yang benar.


Semoga! Semoga ini memang awal yang baik untuk hubungannya dengan Chaerin. Semoga Selene kini berada dipihaknya. 




T . B . C





- DF -

Comments

Popular Posts