#29 Magic Hot Chocolate - Produce 45


Nam Chaerin (OC) – Do Kyungsoo (EXO)

 

 

Chaerin tidak bisa tidur meski sekujur tubuhnya terasa remuk. Udara malam yang dingin dan suasana stasiun kereta yang masih cukup sibuk membuatnya terjaga. Beberapa orang temannya sudah terlelap bersandar pada dinding ruang tunggu stasiun dengan kepala beralas tas ransel.

 


Ia melempar pandangan jauh ke depan, ke arah orang-orang yang sedang berjalan tergopoh-gopoh membawa barang bawaannya. Orang-orang yang bernasib sama seperti ia dan teman-temannya. Terpaksa tidur di stasiun kereta karena jadwal keberangkatan yang dimundurkan.


 

Klasik. Masalah yang selalu timbul saat musim liburan tiba. Dua hari lagi hari Chuseok dan orang-orang sibuk berpergian ke rumah orang tua ataupun sanak saudara untuk merayakan bersama. Maka dari itu semua moda transportasi umum penuh dan mereka nyaris kehabisan tiket pulang dari Daegu ke Seoul. Alhasil mereka harus rela mendapatkan keberangkatan jam empat pagi nanti.

 

Sebenarnya Chaerin tidak begitu masalah kalau mereka tidak mendapatkan tiket hari ini. Ia tidak terlalu bersemangat merayakan Chuseok di rumah. Ia mendesah pendek, mengejek pikirannya sendiri.

 

Apakah rumahnya masih bisa disebut ‘rumah’?

 

Tempat itu hanya menjadi tempat ia tidur dan makan. Tempat itu hanya arena perdebatan antara kedua orang tuanya yang tidak mau mengalah dan merasa paling benar. Tempat itu hanya membuatnya sesak dan marah.

 

Itulah alasan ia bersikeras mengikuti pameran seni di Daegu, supaya ia bisa melewatkan suasana Chuseok di rumahnya yang dingin. Ia lebih memilih terdampar di stasiun kereta bersama orang-orang yang terbengkalai.

 

Ia mengusap kedua tangannya, menghalau dingin yang menusuk.

 

“Nih, buatmu.” Permukaan hangat gelas kertas menempel di pipinya. Chaerin buru-buru menoleh dan menemukan Kyungsoo yang sudah duduk di sebelahnya.

 

Ia menerima uluran gelas yang ternyata berisi cokelat hangat dan menyesapnya perlahan. Perpaduan rasa manis dan pahit cokelat menyerbu lidahnya, ajaibnya sedikit mengurangi rasa tidak gelisah yang dari tadi ia rasakan.

 

Atau mungkin bukan perkara cokelat hangatnya, tapi karena kehadiran Kyungsoolah yang membuatnya tenang.

 

“Kenapa belum tidur?”

 

Chaerin mengangkat bahu. “Aku merasa kurang nyaman, apalagi dengan suara orang mundar-mandir seperti ini.”

“Orang-orang pasti sangat bersemangat ingin merayakan Chuseok bersama keluarga mereka,” sahut Kyungsoo.

 

Yah, kecuali dirinya. Pikir Chaerin dengan sinis.

 

“Sebenarnya aku tidak keberatan kalau jadwal kepulangan kita diundur daripada harus terlantar di sini,” keluh Chaerin.

“Lagipula tidak ada yang menunggu kedatanganku di rumah.” Ia memasang wajah muram.

 

Kyungsoo tersenyum sambil mendengus pelan yang jarang sekali diperlihatkannya pada orang lain. Cowok itu bukan orang yang mudah akrab dengan orang lain, sehingga Chaerin cukup bangga ketika menyadari ia masuk ke dalam golongan orang-orang yang akrab dengan Do Kyungsoo.

 

“Yah, setidaknya kau harus datang kan? Demi tradisi?”

“Tradisi yang tidak ada gunanya,” sahut Chaerin judes.

 

Kyungsoo kembali tersenyum maklum dan menggelengkan kepala. “Nenekku bilang ia sangat menantikan Chuseok karena saat itu semua keluarganya datang. Bahkan anak-anaknya yang tinggal di luar negeri pun datang mengunjunginya untuk sekadar makan bersama dan melakukan penghormatan pada arwah leluhur,” jelas Kyungsoo. Tatapannya beralih dari Chaerin, ia menatap lurus ke tempat kosong seolah bisa melihat sosok neneknya.

 

“Ia senang saat melihat anak-anak dan cucu-cucunya makan dan main kartu bersama. Melihat itu semua, membuat ia teringat pada kenangan masa kecilnya saat merayakan Chuseok bersama orang tua dan saudara-saudaranya yang sudah meninggal. Nenekku satu-satunya yang masih hidup.” Tanpa sadar Chaerin ikut tersenyum dan merasakan hangat melingkupi dadanya.

 

“Makanya ia merasa begitu bahagia dan tidak kesepian saat Chuseok. Meskipun tanpa kehadiran kakek.” Kyungsoo beralih menatap Chaerin.

 

“Aku yakin kau memiliki alasan sendiri kenapa tidak menyukai Chuseok-“ Kyungsoo menatap Chaerin lebih dalam, tubuhnya agak bergeser sehingga memangkas jarak di antara mereka.

“-tapi kusarankan kau tetap datang dan makan bersama keluargamu, selagi mereka masih ada. Itu kata nenekku.”

 

Chaerin menarik napas panjang, kemudian menyesap cokelatnya dengan lambat. Ia tampak merenung dan murung. “Kondisi keluargaku tidak seperti keluargamu. Akan sangat berat hanya untuk makan bersama selama setengah jam,” katanya lelah.

 

“Kalau kondisinya seburuk itu, kau boleh datang ke rumahku dan menemui nenekku.” Senyum kekanakan Kyungsoo terulas lebar membuat Chaerin merasa nyaman dan tentram. Rasanya ia ingin memasukkan senyum itu ke dalam sebuah kotak yang bisa ia bawa kemana saja dan akan ia buka saat ia membutuhkan sebuah keberanian dan kehangatan.

 

“Hanya kalau kau sudah selesai makan bersama keluargamu tentu saja. Nenekku cukup serius soal tradisi makan bersama keluarga.”

 

Chaerin tidak yakin apakah ia akan benar-benar mengunjungi rumah Kyungsoo, tapi yang jelas saat ini perasaannya menjadi lebih baik. Selalu seperti ini. Berbicara dengan Kyungsoo selalu mampu membuatnya merasa lebih tenang.  Ia ingat saat Kyungsoo yang cukup dingin pada sebagian orang, justru menenangkannya sebelumnya perlombaan seni antar kampus beberapa waktu lalu.

 

“Kita semua sudah melakukan yang terbaik. Kita biarkan semesta yang melakukan sisanya. Jangan terlalu dipikirkan. Kalau memang bakal kacau, kau tidak perlu cemas, aku siap membantu.”

 

Kyungsoo yang terkesan cuek dan menjaga jarak ternyata orang yang sangat hangat, teman yang baik, dan tentu saja tidak hanya manis di mulut, ia betul-betul siap siaga saat dibutuhkan.

 

Kyungsoo memang lebih suka menghabiskan waktunya sendirian, namun ia tidak sungkan meluangkan waktunya untuk benar-benar hadir untuk Chaerin. Kyungsoo ada saat Chaerin butuh teman ngobrol, Kyungsoo tidak segan membagikan pengetahuannya di saat suatu mata kuliah terasa terlalu rumit untuk Chaerin mengerti, dan Kyungsoo tidak sungkan untuk menghiburnya dengan segelas cokelat hangat.

 

Dan Chaerin sadar betul jika ia sudah setengah menyukai cowok itu. Cowok yang terlihat cuek namun nyatanya adalah pribadi yang hangat, menggemaskan, dan menyenangkan.

 

“Jadi bagaimana? Kau mau ke rumahku tidak?” tanya Kyungsoo memecah lamunan Chaerin.

“Memangnya nenekmu tidak keberatan?”

“Sepanjang kau datang setelah jam dua siang, nenekku akan menyambutmu dengan tangan terbuka.”

“Baiklah, kurasa aku akan datang. Daripada harus seharian berada di rumah.”

 


“Bagus. Kedatanganmu sangat ditunggu di rumahku.”


 

Pada saat itu Chaerin tahu ia sudah betul-betul menyukai Do Kyungsoo. Hatinya merasa tenang dan rasa hangat melingkupi tubuhnya seolah ada selimut tebal di sekelilingnya. Ia melirik Kyungsoo yang kali ini sedang menjelaskan satu persatu anggota keluarganya supaya Chaerin tidak bingung saat berkunjung ke rumahnya nanti. Meskipun ia tahu ia mesti menghadapi makan bersama keluarganya yang kurang menyenangkan, tapi untuk saat ini perasaannya sudah menjadi lebih baik.


Ini berkat Kyungsoo dan cokelat hangat ajaibnya. Bahkan setelah beberapa tahun lulus kuliah dan Chaerin tidak pernah bertemu Kyungsoo lagi, minum cokelat hangat selalu mampu membuatnya tenang dan mengingatkannya pada cowok itu.

 

end

halooo... aku kembali lagi setelah lama gak nulis apa-apa di sini. terimakasih buat yang udah baca tulisanku, semoga suka. selamat menjalankan ibadah puasa (bagi yang menjalankan), aku pamit dulu yaa... sampai jumpa^_^



Cheers,


GSB

 

 

Comments

Popular Posts