UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 15
Chaerin memejamkan
kedua mata kala rasa sakit itu semakin membuat tubuhnya melemah. Denyut
yang semakin kencang apalagi pada lambang yang mulai berpendar lemah, goresan
panjang yang membentang di sepanjang dada juga menimbulkan rasa nyeri yang semakin lama semakin menyakitkan. Ingin sekali ia memukul dadanya jika saja letih tidak menyerang.
Ingin berteriak tetapi lemah menguasai diri. Hingga akhirnya dirinya menyerah
dan membiarkan rasa sakit menguasai tubuhnya.
āKamu gila Chae.ā
Itu adalah ucapan
pertama Sehun setelah mereka pergi meninggalkan Jimin dan sosok omega yang Chaerin yakini sebagai sosok
yang sama yang melakukan betrayal
sebelumnya.
āAkan lebih gila
jika aku diam saja dan membiarkan bajingan sialan itu mendapatkan kebahagiaan.ā
Cibirnya dengan mata yang telah terbuka tetapi dengan sorot yang lemah.
Sehun mengembuskan
napas. āTapi tidak dengan menarik sumpahmu. Kamu lihat sekarang, tubuhmu
semakin lemah.ā
āTenanglah Oh. Kamu
tidak perlu khawatir. Dalam darahku mengalir darah Lim dan Min yang kuat, aku
yakin bisa melewati betrayal dan
penarikan sumpah ini.ā Ia menjeda. Kepalanya sedikit menoleh untuk melihat
sosok Sehun yang kini telah bertukar posisi dengannya. Alpha dokter itu yang kini mengendarai mobilnya. āKamu hanya perlu menepati
janjimu maka semua akan baik-baik saja.ā
Sehun melirik tidak
percaya sosok omega yang masih bisa
tersenyum pongah di tengah kondisi yang mengenaskan. Kepalanya menggeleng. Tak
habis pikir dengan jalan pikir seorang Lim Chaerin. Andai saja Chaerin bukan
sahabatnya maka ia tidak akan segan-segan memukul kepala omega tersebut dengan harapan dapat mengembalikan otaknya ke
posisi yang benar.
āSial!ā Umpatnya lirih.
āTapi kamu juga
harus menepati janjimu untuk mendengarkan semua perkatakaanku, apa pun yang terjadi.ā
Maka anggukan pasti
dari Chaerin menjadi jawaban sekaligus penutup pembicaraan mereka di tengah
perjalanan perlarian yang Chaerin rencanakan beberapa detik setelah ia menarik
sumpah. Pada awalnya rencana tersebut hanya diperuntukkan untuk dirinya, tetapi
Sehun tidak bodoh dan tidak setega itu membiarkan sang sahabat hidup sendirian
dengan kondisi yang memperihatinkan. Maka rencana pelarian tersebut akhirnya berubah dengan
penambahan dirinya.
* * * *
Sebuah kota di
Provinsi Jeolla Selatan menjadi tempat pelarian sekaligus persembunyian
Chaerin. Sejujurnya tidak pernah terpikirkan jika ia akan menetap di sana. Ia
pikir sang sahabat akan ikut serta dengan keputusannya untuk pergi ke luar
negeri, tetapi alpha itu malah
membawanya ke sana. Alasannya karena Sehun masih memiliki tanggung jawab atas
profesinya sehingga mereka tidak dapat pergi ke luar negeri seperti rencananya.
Sehari setelah
kedatangan mereka, seorang omega
dengan paras yang begitu cantik mendatangi tempat tinggal mereka. Sehun
memperkenalkan sebagai seniornya saat masih sekolah kedokteran, namanya Yoona. Omega dengan mata yang bulat dan senyum yang manis
itu menyambut kedatangannya dengan tangan terbuka. Tidak ada pandangan merendahkan yang ia
terima dari Yoona saat melihat luka yang bersemayam didadanya. Dokter cantik
itu malah membantu menyembuhkan luka tersebut sekali pun tidak dapat
menghilangkan luka sayatan di sana.
āChaerin, kudengar
dari Sehun jika kamu ingin bekerja apakah benar?ā
Chaerin yang tengah
sibuk mengaduk secangkir teh menoleh sebelum menganggukkan kepala.
āIya kak. Aku bosan jika hanya di rumah.ā
Yoona mengangguk.
Mengambil cangkir yang disodorkan Chaerin dan menyeruputnya.
āAku memiliki
restoran kecil di sini, apakah kamu mau bekerja di sana untuk mengawasi restoran ku?ā
Senyum lebar
terukir manis dibibirnya. Rasanya seperti memenangkan lotre. Ia tidak perlu
mencari pekerjaan di luar dengan risiko keberadaannya yang diketahui. Bagaimana
pun keluarga Min memiliki konseksi luas yang bisa saja mengenali dirinya
sebagai salah satu penerus perusahaan keluarga.
āAku mau kak. Terima kasih.ā
āTapi gajimu tidak
akan sebesar sebelumnya, apakah tidak apa-apa?ā
Chaerin menggeleng.
āTidak, tidak apa-apa. Aku malah bersyukur setidaknya aku bisa memenuhi
kebutuhan pribadiku tanpa harus merepotkan Sehun terus-menerus.ā
Kini giliran Yoona
yang mengangguk dengan menyunggingkan senyum manis yang selalu berhasil membawa
rasa teduh untuk Chaerin.
āBaiklah kalau
begitu. Besok aku akan mengantarmu ke sana.ā
Maka selain sebagai
waktu pengobatan luka ditubuh Chaerin, sore itu juga menjadi pembuka kehidupan
baru yang akan Chaerin jalani selama ia berada di sana. Memiliki pekerjaan
untuk mendapatkan uang adalah salah satu hal penting yang ia pikirkan sejak
pertama kali mendaratkan kaki di sana. Dan Selene
sepertinya tengah berbaik hati dengan memberikan kemudahan pada setiap
rencananya. Ya.. semoga saja. Semoga setelah ini hidupnya akan lebih membaik
sekali pun harus meninggalkan keluarga terutama sang ibu yang ia yakini tengah
mengkhawatirkan dirinya.
Maaf bu. Biarkan aku
menyembuhkan luka ini dan ketika waktunya tepat aku akan kembali., lirihnya dalam hati.
* * * *
Semua berjalan
dengan baik. Chaerin bisa kembali menikmati ketenangan dalam hidup.
Bercengkrama dengan banyak orang tanpa harus memikirkan status sosial dan juga
masalahnya. Semua begitu menyenangkan bagi Chaerin. Seperti Dewa tengah
memberikan pengganti atas kesakitan yang sebelumnya ia rasakan.
Jujur saja, hampir
satu bulan ia menetap di sana rasanya sedikit demi sedikit beban pikiran yang
mengganggu mulai menguar bersama dengan memori kelam yang tidak pernah ingin
diingat. Melupakan bagaimana sakitnya pengkhianatan dari seseorang yang
seharusnya menjadi sandarannya. Melupakan bagaimana sang dominan meraung sakit
saat untuk kedua kalinya sosok biadab itu kembali mengkhianati janji yang telah
diucapkan.
Sayangnya ada hal
yang terlupakan oleh Chaerin. Hal penting yang akan selalu dilaluinya dan tidak
dapat dihentikan. Heating. Chaerin
luput memikirkannya kala rasa nyaman mulai mendominasi diri. Ia lupa jika
setiap werewolf akan mengalami masa heat setidaknya satu kali dalam satu
bulan. Dan hal itu terjadi tanpa persiapan yang dilakukannya.
Ketika tubuhnya
mulai terasa panas, ia tengah berada di restoran dan mengerjakan pekerjaannya.
Rasa panas itu perlahan menjalar hingga menyerang lambangnya yang terbelah.
Membuat lenguhan keluar dari bilah bibirnya hingga menyadarkan Chaerin jika
masa heat-nya telah datang. Maka
dengan seluruh rasa sakit di tubuh, Chaerin bergegas meninggalkan ruang
kerjanya hingga membuat bingung pekerja lain. Yang ada di dalam pikirannya
hanya satu, sampai di rumah dan mengisolasi diri sebelum aroma feromonnya
tercium alpha lain.
Susah payah sekali
Chaerin untuk mengunci diri di dalam kamar mandi. Bahkan menghidupkan air dan
mengisi bathup hingga penuh seperti
mengangkat beban dengan berat puluhan kilo. Tubuhnya terasa sangat sakit dengan
tulang yang seperti ingin patah.
Saat air telah
mengisi setengah bathup, Chaerin
segera merendam dirinya dan mulai menyentuh setiap sisi tubuhnya untuk memenuhi
hasrat sang dominan yang sudah tidak dapat ditahan. Persetan dengan pakaiannya.
Bila harus dikoyak maka ia akan melakukannya. Yang terpenting hasrat seksualnya
dapat terselesaikan.
Butuh waktu sangat
lama dengan rasa sakit melebihi sebelumnya. Itulah konsekuensi yang telah
Chaerin perkirakan saat penarikan sumpah itu dilakukan. Seorang yang telah
memiliki mate akan mengalami masa heat yang cenderung lebih panjang dan
ketika sumpah yang telah diutarakan dibatalkan maka akan ada rasa sakit setiap
kali heat itu datang. Rasa sakit yang
begitu menyiksa karena membuat tubuh seakan seperti terbelah.
Ketika kebutuhan
seksualnya terpenuhi, Chaerin dapat mengembuskan napas lega sekaligus lelah
secara bersamaan. Memejamkan mata dengan air yang terasa dingin dan semakin
menusuk tulangnya. Ia lelah, sungguh. Usahanya untuk memenuhi hasrat sang
dominan telah menghabiskan banyak tenaganya. Belum lagi dengan pendar lemah di
lambang yang masih berdenyut nyeri apalagi saat jemarinya mengusap lambang
berwarna hitam itu.
Sampai pintu kamar
mandi yang ia kunci itu terbuka secara paksa, Chaerin membuka kelopak matanya.
Menolehkan kepala hingga matanya menemukan sosok Sehun dengan wajah memerah dan
napas yang memburu.
āSial!ā Umpatnya sebelum berlari keluar
dan kembali dengan sebuah handuk putih tebal yang ia berikan kepada Chaerin.
āAku akan
menghubungi Kak Yoona, kamu tunggu di sini.ā Perintah Sehun setelah memapah Chaerin
keluar menuju ranjang tidurnya. Ia berlari cepat meninggalkan kamar omega tersebut.
Hening sesaat.
Hanya ada deru napas tidak teratur Chaerin yang tengah berbaring di atas kasur
dengan handuk yang melilit dan selimut tebal yang menutupi di atasnya. Sampai
Sehun kembali dengan cangkir yang mengepulkan uap panas. Alpha tersebut duduk di sisi ranjang setelah sebelumnya meletakkan
cangkir di atas nakas. Tangannya beralih untuk membantu Chaerin bersandar bada headboard sebelum mengambil kembali
cangkir tersebut dan menyerahkannya pada sang sahabat.
āTerima kasih.ā
Ujar Chaerin lemah.
Bibirnya telah
berubah putih pucat saat Sehun menemukannya, ditambah lagi pendar di lambang
dan sayatannya yang tiba-tiba saja berubah merah. Semua itu sudah cukup bagi
Sehun untuk menarik kesimpulan jika sang sahabat baru saja melalui masa heat yang hebat.
Sehun menghela
berat. Menatap lirih sahabatnya yang masih menyeruput cairan di dalam cangkir.
āKamu tahu tidak
aku sangat khawatir saat tadi sampai dengan kondisi rumah yang gelap. Padahal
aku tahu kamu seharusnya sudah pulang. Apalagi dengan sisa jejak feromon yang
memenuhi rumah. Kamu berhasil membuat jantungku seperti ingin melompat keluar.ā
Lirihnya.
āMaaf..ā
Hanya kata maaf dan
memang hanya itu saja yang dapat Chaerin katakan. Karena nyatanya ia sadar jika
dirinya akan selalu menimbulkan kekhawatiran untuk Sehun.
āAku takut.ā Ia
melirih. Kepalanya menoleh pada Chaerin yang menatap dirinya dengan pandangan
sayu. Tangan bebasnya pun bergerak meraih tangan Chaerin yang masih memegangi
cangkir di atas pangkuannya.
āAkibat dari sebuah
penarikan sumpah itu nyata, Chae. Bagaimanapun dirimu, siapapun kamu, akibatnya
akan sama. Dan akibat terburuknya yang membuat aku takut Chae. Kamu pahamkan
maksudku?ā
Chaerin membisu.
Beberapa saat yang lalu ia baru saja melalui heat pertama setelah penarikan sumpah. Semua ketentuan yang
ditetapkan Selene itu benar-benar
terjadi pada dirinya. Tidak dipungkiri jika ada ketakutan yang dirasakannya
saat kembali mengingat akibat terburuk dari penarikan sumpah. Tetapi lagi-lagi
angkara seorang Lim Chaerin selalu berhasil mengalahkan semua perasaan yang
membuat omega tersebut akhirnya lebih
memilih melanjutkan apa pun yang sudah dipilihnya. Sekali pun menyakitkan
hingga dapat merenggut nyawa.
Suara bell menyadarkan keduanya dari
keterdiaman masing-masing. Sehun sempat mengembuskan napas sebelum meninggalkan
kamar Chaerin untuk membukakan pintu bagi penekan bell tersebut.
Sementara Chaerin,
kesendiriannya kembali membuat ia larut dalam pikiran dan perasaannya yang
kacau. Jujur saja bagian terkecil di dirinya tidak menginginkan hal seperti ini
terjadi. Namun ego yang menguasai membuat ia tidak ingin terjebak dalam sebuah pengkhianatan.
Kebimbangan itulah yang dimanfaatkan sang dominan untuk meluluhkan Chaerin dan
egonya yang tinggi. Walau tersakiti tetapi sang dominan sadar jika Chaerin
sangat membutuhkan mateĀ-nya. Apapun
kesalahan yang telah diperbuat tidak akan pernah bisa memisahkan alpha dan omega yang telah ditetapkan Selene.
Ketukan dipintu
kamar yang masih terbuka itu menarik kembali Chaerin dari lamunannya. Ia menyunggingkan
senyum kecil kala melihat Yoona yang datang dengan wajah tidak kalah khawatir
dari Sehun. Ia tahu pasti Sehun telah menceritakan apa yang terjadi padanya.
Karena itulah omega dengan mata
cantik itu tersenyum sendu dengan tatapannya yang sedih.
Yoona menghampiri
Chaerin yang masih berada di atas ranjang. Duduk di tempat yang sebelumnya
ditempati Sehun dengan memangku tas berisi perlengkapan dokternya.
āKamu tahu tidak
jantungku hampir lepas saat Sehun menghubungiku dan mengatakan apa yang terjadi
padamu.ā Ujarnya pilu.
Yoona mulai
memeriksa keadaan Chaerin. Dimulai dari suhu tubuh, denyut nadi, mata, lalu
tubuh bagian atasnya. Matanya sempat memperhatikan wajah Chaerin
di tengah tangannya yang menyusuri goresan panjang yang membentang di dada
Chaerin. Ia menghela napasnya sebelum menatap wajah Chaerin dengan serius.
āChaerin..ā
Panggilnya lirih.
Mata keduanya
bertemu. Yoona dapat melihat jika ada ketakutan dalam diri Chaerin untuk
mengetahui kondisinya. Tetapi ia juga merasakan seberapa besar angkaranya yang
akan membuat omega tersebut tetap
bertahan pada keputusan menyakitkan ini.
Ia menghela pelan.
Tangannya meraih tangan Chaerin untuk digenggam. āSemua yang baru saja terjadi
ternyata tidak sesuai pradugaku.ā Ia menjeda. Memejamkan matanya dan ketika
dibuka ia mengarahkan salah satu tangan Chaerin pada lambangnya yang seakan
baru saja terbakar.
āKamu bisa
merasakannyakan?ā
Chaerin diam.
Jemari yang berada tepat di atas lambang tersayatnya itu mengalirkan rasa panas
yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Jujur saja, Chaerin bingung tetapi ia
masih diam menunggu penjelasan selanjutnya.
āTubuhmu bereaksi
berbeda, Chae. Reaksi yang terjadi padamu adalah reaksi penolakan yang besar.
Dan kamu tahu apa yang akan terjadi jika kamu tetap bertahan dengan kondisi
seperti ini?ā Ada jeda singkat sebelum ia melanjutkannya, āNyawamu Chae.ā
Sejak hari itu tidak
pernah Chaerin tidak terpikirkan akan perkataan Yoona. Kalimat singkat yang
terlontar dari bilah bibirnya seakan tertanam baik di dalam ingatannya. Mencoba
melupakan dengan berbagai cara, tetapi tetap saja kalimat itu bermain dengan
santainya di dalam ingatan Chaerin. Membuat ia terkadang putus asa walau sang
ego kembali menariknya untuk tidak mundur pada keputusan yang telah dibuat.
Ego dan angkaranya
bekerja sama untuk menghentikan raungan sang dominan serta menjauhkan Chaerin
dari kesadaran akan takdir Selene
yang telah ia langgar. Membuat dirinya lupa pada hari dimana ia mengikat sumpah
dan menggantinya dengan ingatan pengkhianatan yang disaksikan langsung dengan
kedua matanya.
Berjalannya waktu
akhirnya berhasil membuat Chaerin benar-benar lupa akan takdir yang telah
dirinya dustai sekali pun ucapan Yoona terkadang masih melintas di dalam
benaknya. Namun keseharian dan kesibukannya telah berhasil membantu ia melupakan
hal itu. Kembali melanjurkan kehidupan seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Melakukan
pekerjaan di restoran dan bercengkrama dengan para karyawan ternyata sangat
ampuh untuk melupakan hari menyakitkan yang menimpanya.
Ia benar-benar
lupa. Ia merasa hidupnya telah mulai kembali membaik. Tidak ada rasa sakit yang
tiba-tiba menyerang lambang seperti sebelumnya, atau rasa panas pada luka gores
yang membentang disekujur dadanya. Semuanya seakan sembuh.
Namun ternyata
semua yang terjadai seperti tipuan untuk kejutan yang lebih menyakitkan. Karena
tepat satu bulan setelah malam itu, Chaerin kembali mendapatkan heat-nya. Heat dengan
reaksi tubuh yang lebih menyakitkan dibanding sebelumnya. Heat yang membuat rasa panas diseluruh tubuhnya. Rasanya seperti
berada di tengah kobaran api besar yang siap membakar dirinya hidup-hidup.
Belum lagi pendar di lambangnya yang berpendar lemah tetapi nyerinya melebihi
sebelumnya. Membuat bibirnya melenguh saat gelombang panas itu datang
menyerang.
Matanya menjadi
kabur karena rasa sakit tiada tara yang membuat dirinya tidak bisa fokus.
Beberapa kali ia hampir menabrak pembatas jalan tapi beruntugnya ia masih bisa
mengendalikan kemudi kendaraan. Ditambah peluh yang mulai membasahi tubuhnya.
Chaerin benar-benar kacau dengan gelombang panasnya.
Ia ingin menyerah
tapi dirinya tidak mau. Kembali ego menguasai diri dan memaksa Chaerin untuk
tetap memacu laju kendaraan sampai ke rumah. Egonya masih berada pada posisi
teratas dalam dirinya yang tidak ingin membiarkan Chaerin terlihat lemah dengan
keadaannya sendiri.
Hingga setelah
perjalanan yang cukup panjang dengan rasa sakit yang menyiksa, kendaraan roda
empat itu sampai di kediamannya. Hasrat yang besar membuat Chaerin segera pergi
meninggalkan mobilnya walau harus tertatih karena rasa nyeri dan panas yang
begitu menyiksa, ditambah dengan pandangan yang mengabur serta kepala yang
seakan berputar. Ia buru-buru merogoh tas tangannya untuk mencari kunci rumah.
Ia terlihat kesulitan mencari benda silver itu dengan kondisi tubuh yang sangat
sakit, sampai tanpa sadar sumpah serapah dilontarkan hanya karena benda silver
itu berada di paling dalam tasnya.
Tidak berhenti
sampai disitu, kerja tubuh yang kacau juga membuat ia kesulitan untuk
memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Beberapa kali benda kecil itu meleset
masuk hingga Chaerin kembali mengerang kesal. Pasalnya rasa nyeri pada
lambangnya telah berubah mengerikan. Menyerang seluruh tubuhnya tanpa ampun
hingga pening dikepalanya semakin menjadi.
āArgh.ā Memegangi kepalanya, Chaerin
mengerang. Berharap dengan berteriak rasa sakit ditubuhnya dapat berkurang.
Sayangnya rasa sakit itu malah semakin menjadi hingga membuat Chaerin tidak
sanggup mempertahankan kesadarannya.
Perlahan tapi pasti
pandangannya mulai menggelap bersama dengan serangan panas yang menyerang ulu
hati. Jantungnya kian berdetak cepat saat gelombang panas itu meningkat.
Telinganya berdengung. Hingga tubuhnya bergetar hebat sebelum terjatuh di atas
lantai bersamaan dengan suara hantaman yang terdengar. Sebelum kesadarannya
terenggut sempurna, ia masih dapat mendengar raungan menyedihkan sang domianan
yang memanggil mate-nya bersama
dengan kesakitan yang ia rasakan.
T . B . C
- DF -
Comments
Post a Comment