UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 17
Perjalanan yang
panjang untuk kisah Jayson dan Chaerin yang belum juga menemukan ujung. Dimulai
dari pengkhianatan karena cinta yang tidak semestinya tumbuh, kemudian
pertemuan tidak terduga yang dibalut dengan amarah terpendam, pengikraran janji
tanpa dasar menerima, hingga pembatalan sumpah yang membawa petaka bagi
keduanya. Semua itu seakan belum cukup untuk menguji takdir mereka. Padahal
bukankah Selene yang menentukan
dengan siapa mereka akan dipasangkan. Tapi kenapa ujian untuk keduanya masih
berlanjut?
Selene seakan belum dapat yakin
dengan hati seorang Lim Chaerin dan Park Jayson. Selene seperti ingin menguji kesetiaan mereka sebagai sepasang mate. Mereka ingin meyakinkan alpha dan omega tersebut jika takdir yang mereka tetapkan adalah mutlak dan
terbaik. Walaupun harus ada kesakitan yang mendera.
Seperti halnya hari
itu. Setelah melalui perjalanan kembali ke ibukota serta menempatkan Chaerin
yang masih belum sadar ke salah satu rumah sakit terbaik untuk mendapatkan
perawatan lanjutan, nyatanya belum ada kabar yang dapat menghilangkan beban
dihati keluarga. Chaerin masih dinyatakan kritis oleh dokter bahkan setelah Jayson
menyembuhkan luka betrayal pada tubuh
omega itu. Tidak dipungkiri jika
ketakutan kian bertambah kala Yoona hanya bungkam setelah pemeriksaan yang
dilakukan bersama dengan kolega dokternya. Seakan mengikis harapan besar yang
mereka pupuk untuk kembali melihat mata omega
itu terbuka.
Jayson sendiri kian
digelut perasaan bersalah setelah menemukan seberapa buruk luka gores ditubuh mate-nya. Ia tidak menyangka jika
Chaerin lebih memilih merasakan kesakitan dibandingkan bertahan dengan
sumpahnya. Walau dirinya tahu jika tidak ada pasangan yang mau mengalami
pengkhianatan hingga dua kali.
āKenapa kau masih
di sini?ā Suara bariton itu mengalihkan atensi Jayson dari Chaerin. Kepalanya
menoleh untuk menemukan sosok Yunga masih dengan jasnya yang lengkap berjalan
memasuki ruang perawatan.
āAku akan menemani
Chaerin.ā
āTidak perlu. Aku
yang akan menjaganya malam ini.ā
Jayson tampak
menghela dengan pelan. āBang, tolong jangan membuat
ini semakin sulit.ā Mohonnya dan terdengar sangat putus asa.
Yunga tertawa
remeh. āBukan aku, tapi kau yang menyulitkan dirimu sendiri Park Jayson!ā
āTolong percaya
padaku. Aku tidak mengkhianati Chaerin.ā
Yunga berdecak.
Mengangkat kepalanya hanya untuk meredakan amarah yang kembali membuncah.
Perkataan Jayson terdengar seperti bualan ditelinga Yunga. Lagi pula, mana ada
penjahat yang akan dengan mudah mengakui kesalahannya. Bisa penuh penjara jika
semua orang jahat melakukan hal itu.
āApa pun pembelaanmu,
luka sayat ditubuh adikku sudah cukup untuk menyadarkanku jika kau adalah alpha yang tak layak untuk Chaerin.
Walaupun Kakek memberikanmu izin untuk berdekatan dengan Chaerin, tapi tidak
denganku. Aku akan pastikan jika Chaerin sadar nanti, kau tidak akan bisa
menemuinya.ā
Jayson mengusap
wajahnya kasar. Ia yang semula terduduk di samping bangkar Chaerin berangsur
bangkit hanya untuk menyamakan tinggi dengan Yunga yang setia menatapnya tajam.
Memancarkan kemarahan alpha itu pada
dirinya.
āSungguh, aku tidak
melakukan pengkhianatan malam itu. Kau harus mendengarkan penjelasanku dulu.ā
Alpha putih itu tertawa remeh.
Ia masih tidak habis pikir dengan Jayson yang terus berusaha meyakinkan dirinya
kalau ia tidak melakukan betrayal.
āSudah kukatakan
bukan, jika luka betrayal Chaerin
adalah bukti jika kau mengkhianatinya keparat!ā Serunya penuh emosi. Ia yang
berusaha untuk tenang akhirnya tersulut karena merasa semua ucapan Jayson
adalah omong kosong. Semua yang dikatakan adalah kebohongan untuk menutupi
kesalahannya saja.
āBang Yunga!ā
Panggilnya dengan suara yang ikut meninggi. āAku tidak melakukan pengkhianatan.
Tolong percaya padaku. Malam itu Hana memang menciumku, tapi-ā
āBRENGSEK KAU PARK JAYSON!ā
Emosinya sudah
tidak dapat terkendali hingga membuat Yunga berjalan cepat mendekati Jayson dan
menghantamkan bogemnya tapat dipipi alpha
muda itu. Melupakan fakta jika mereka tengah berada di rumah sakit, di depan
Chaerin yang masih tertidur di atas bangkar.
* * * *
Chaerin masih terus
berjalan menyusuri hamparan putih yang tidak berujung. Mencari jalan untuk
keluar dari kebingungan. Menemukan hal lain selain putih yang setidaknya bisa
meredakan rasa takut dan gelisah yang bersemayam di dada.
Matanya tidak henti
meneliti setiap sisi dari hamparan tersebut. Berharap ada secarcik harapan
baginya bisa menemukan sesuatu untuk dijadikan penenang. Sayang, sudah jauh
kedua kaki tanpa balutan itu melangkah tidak ada hal yang berhasil ia temukan.
Hanya gema suaranya saja yang mampu ia dengar setiap kali ia berteriak.
Ia menyerah. Tidak
tahu harus melangkah kemana lagi. Semua sisi yang dilihatnya sama saja. Tidak
ada beda yang membuat ia merasa jika berjalan ke arah sana akan lebih baik.
Lelah dirasa saat ia memutuskan untuk bersitirahat di atas hamparan yang terasa
dingin kala bersentuhan dengan kulitnya. Memandang sekitar pun ia pikir sama
saja karena hanya ada putih dan putih yang kedua bola matanya mampu lihat.
āSebenarnya dimana
ini?ā Lirihnya putus asa.
Saat pertama kali
ia tersadar, rasa bingung langsung menghantamnya. Membuat matanya mengerjap
kebingungan hingga menimbulkan kerutan didahi. Vokalnya terucap memanggil
nama-nama yang ia harap akan muncul untuk menolongnya. Tetapi tidak ada satu
pun yang muncul untuk membawanya kembali ke dunianya. Hingga ia memutuskan
untuk mencari pertolongan, tidak ada satu pun yang dapat menolongnya. Ia hanya
seorang diri, di tengah hamparan putih tanpa ujung.
Ia merebahkan
tubuhnya dan memandang ke atas yang juga berwarna putih. Pikirannya melayang
jauh kala putih itu menarik dirinya kembali pada ingatan di dalam otak. Setiap
kejadian yang ia alami hingga saat ia mengalami serangan heat yang parah, telah
terputar bagaikan pemutar film lama. Hanya saja, saat ingatan menyakitkan yang
terputar hatinya tidak merasakan sakit seperti sebelumnya. Ia merasa biasa saja
dengan rentetan kejadian yang membuat dirinya menarik kembali sumpah atas mate-nya. Malah ada getaran aneh yang belum
pernah dirinya rasakan saat pikirannya kembali memunculkan wajah Jayson kala
itu.
Apakah ini yang
dinamakan takdir?
Tidak!
Tapi getaran aneh
itu membuat matanya memproduksi cairan bening tanpa diperintah. Kemudian
mengalirkan satu tetes cairannya ke pipi.
Sial!
Ia tidak tahu
kenapa perasaan aneh ini begitu menyiksa sampai ia menangis. Ia ingin berhenti tetapi
matanya mengelak. Kedua matanya seakan menolak keinginan dan bekerja di luar
kendali dirinya.
āItu karena takdir
yang mengikat kalian, Chaerin..ā
Suara bariton yang
baru saja mengalun ke dalam pendengarannya membuat Chaerin seketika membuka
mata. Kedua matanya membulat sempurna. Tubuhnya langsung terduduk dengan
menjadikan pemilik suara itu sebagai pusat atensinya.
āA-Ayah..ā Lirihnya
dengan mata yang semakin berkaca.
Ia begegas berdiri.
Berjalan perlahan mendekati sosok alpha
dengan pakaian putih yang berdiri beberapa langkah di depannya. Langkah
tertatihnya ditemani dengan aliran air mata yang jatuh bebas membasahi kedua
pipi.
Saat kedua kaki
tanpa pelindung itu telah berhenti di hadapan sosok alpha tersebut, tubuh bergetarnya langsung ditumpukan pada tubuh
tegap di depannya. Rasa hangat dan penuh perlindungan kembali dirasakannya.
Aroma chypre yang dominan kembali
memenuhi penghidunya. Membawa kembali ingatan masa lalu serta kehangatan yang
telah lama menghilang dari dirinya.
āAku merindukan ayah.ā Isaknya
dalam dekapan hangat alpha itu.
Usapan lembut
didapatkan Chaerin. Menguarkan kerinduan yang selama ini ia pendam di dalam
hati.
āAyah juga rindu dengan
anak manja ini.ā
Suara beriton yang
begitu ia rindukan itu kembali menambah pundi-pundi air mata yang siap jatuh
membasahi pakaian alpha yang
dipeluknya. Jujur, ia tidak bisa melepaskan pelukannya dari tubuh alpha tersebut. Rasanya seperti sebuah
mimpi. Kembali bertemu dengan sosok Ayah yang telah lama pergi.
āAyah, jangan
tinggalkan Chaerin. Bawa Chaerin pergi bersama ayah.ā Lirihnya dengan
tangis yang semakin menjadi. Pelukannya mengerat seakan tidak ingin sosok alpha itu kembali meninggalkan dirinya.
Alpha itu terkekeh sedih sembari
tetap mengusapkan tangannya di punggung Chaerin.
āAyah ingin, tetapi
belum waktunya Chaerin.ā
Chaerin menjauhkan
tubuhnya saat mendengar jawaban itu. Matanya yang merah menatap sang Ayah
dengan tatapan meminta penjelasan. Sementara sosok yang diberikan tatapan
tersebut hanya menyunggingkan senyum kecil sembari menyekah sisa linangan air
mata diwajah Chaerin.
āWaktumu di dunia
masih panjang. Tempat ini belum menjadi tempat terakhirmu. Kamu masih harus
hidup menemani ibu, Yunga, kakek, teman-temanmu, dan juga mate-mu.
Mereka semua menunggumu, Chaerin.ā
āTidak ayah, Tidak.ā
Tolaknya. Kepalanya ikut menggeleng cepat menolak penuturan sang Ayah.
āAku lelah ayah. Mate-ku melakukan betrayal. Kak
Yunga membiarkan bajingan itu menandai dan membuat
sumpahnya atas diriku. Sedangkan ibu, kakek, dan teman-temanku pasti malu karena memiliki
keluarga dan teman yang mengalami pengkhianatan hingga dua kali.ā Ia menarik
napas panjang. āJadi lebih baik aku bersama ayah saja. Aku yakin ibu pasti akan
tenang karena ia tahu ada ayah yang akan menjagaku di sini.
Alpha itu tersenyum. Mengusap
kepala Chaerin dengan afeksi yang selalu berhasil membuat hangat hati sang
anak.
āMau dengar sebuah
cerita?ā
* * * *
āYunga!ā Seruan
dari sosok yang baru saja memasuki ruang rawat Chaerin tidak menghentikan Yunga
yang dengan emosinya memukul Jayson. Alpha
Min itu seakan menulikan telinga hanya untuk memuaskan nafsu amarahnya. Hingga
keduanya harus dipisahkan secara paksa walaupun pemberontakan dilakukan oleh Yunga.
āKau gila, ini
rumah sakit!ā
āLepas bang, aku ingin memberikan pelajaran pada keparat ini!ā Seru Yunga tak mau
kalah.
āBang, tolong berhenti.ā
āDiam kau Vee!ā Bentak Yunga
yang masih berusaha melepaskan dirinya.
Jayson yang sama
sekali tidak menghentikan Yunga hanya dapat merintih dengan tubuh yang
disanggah oleh Kavee. Matanya menatap sedih pada Yunga yang hanya menatap tajam dirinya. Ia
tahu jika sahabatnya itu masih begitu marah dengannya. Tetapi ia juga tidak mau
disalahkan tanpa berusaha menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Ia ingin,
tetapi Yunga selalu menyelaknya. Membuat ia tidak akan pernah bisa menyampaikan
kebenaran.
Keributan itu
tiba-tiba terusik saat ketukan dari pintu terdengar. Hobee yang berada tidak
jauh dari sana membukakan pintu geser tersebut hingga terlihat sosok omega berdiri di sana.
āMaaf telah
mengganggu, saya Hana.ā
Seketika suasana
kembali mencekam kala suara tipis itu melantunkan namanya. Membawa atensi Jayson
begitu pun Yunga yang seakan kembali dibakar emosi.
āKau, mau apa kau
ke sini? Belum puaskah kau menyakiti adikku? Pergi dari sini! Jangan pernah
tunjukkan wajahmu di hadapanku jika ingin tetap hidup!ā
Bukannya takut
dengan ancaman Yunga, omega bernama
Hana itu justru masuk ke dalam dengan langkah pelan. Matanya bergerak, mengabsen wajah-wajah yang
tidak dikenalinya. Terkecuali sosok Jayson yang kini menatapnya dengan wajah
terkejut.
Hana sempat
menyunggingkan senyumnya pada Jayson yang membuat Yunga tertawa sinis.
āAku datang untuk
menjelaskan semuanya.ā
āTidak perlu! Dalam
dunia ini tidak ada penjahat yang akan suka rela mengakui kesalahannya.
Begitupun dengan pengkhianat seperti kalian. Mungkin saja yang kau katakan
hanya bualan untuk menutupi betrayal
yang telah kalian lakukan dan mungkin akan kalian lakukan lagi dimasa depan.ā
Hana tampak menarik
napasnya. Ia sudah bisa menebak jika keluarga Chaerin akan menolak apa pun yang
akan ia katakan. Namun dirinya tidak bisa diam saja. Ia tidak ingin hubungan Jayson
dan mate-nya rusak hanya karena
dirinya.
āAku tahu akan
sulit untuk mempercayai ucapan pengkhianat, tapi berikan aku kesempatan untuk
mengatakannya.ā Pintanya lirih. Rasa bersalah yang ia pendam begitu besar
sampai membuat sesak tiada tara.
Yunga
menyunggingkan senyum remehnya. Tidak memberikan jawaban. Memilih untuk
melepaskan dirinya dari cengkraman Yujin dan membuang mukanya. Tidak sudi menatap sepasang
pengkhianat itu.
Sementara Hana, ia
berusaha untuk tenang. Aura penuh intimidasi yang menguar dari diri Yunga telah
berhasil menyiutkan nyalinya. Ia tidak menyangka jika keluarga Min adalah
keluarga yang begitu kuat, walaupun dirinya sudah melihat dengan mata kepala
sendiri bagaimana Chaerin menyabut sumpahnya.
āHari itu aku yang
meminta untuk bertemu. Jayson menolaknya tetapi aku memaksa karena ada hal
penting yang ingin kusampaikan, di samping itu aku juga ingin memastikan satu
hal penting. Aku tidak tahu kenapa bisa terpikirkan untuk melakukannya, tapi
hanya itu yang bisa kulakukan untuk meyakinkan diriku sendiri.ā āHana
memejamkan matanya singkatā āAku akan menikah. Tetapi ada ketakutan akan
perasaanku pada Jayson. Karena itulah aku menciumnya, untuk meyakinkan diriku
kalau sudah tidak ada perasaan khusus untuknya. Tapi ternyata rencanaku tidak
berjalan sesuai harapan. Chaerin datang dan melihat kami. Sebelum aku dapat
menjelaskan yang sebenarnya, ia telah lebih dulu menarik sumpah dan pergi.ā
Yunga yang
mendengar itu membalikkan tubuhnya cepat. Matanya menatap sangat tajam hingga
membuat rasa tidak nyaman bergelayut dibenak Hana. Alpha itu seakan tengah menelanjangi Hana dengan tatapannya.
āKau gila atau
bodoh, Nona? Kau melukai adikku hanya karena ketakutan sialanmu itu!ā Makinya.
Hana menunduk.
Sedih sekaligus terluka mendengar makian Yunga. Tetapi ia memakluminya. Ia tahu
dan sadar jika yang ia lakukan hari itu sangat salah karena menentang takdir
yang sudah ditetapkan.
āAku tahu, karena
itu aku datang untuk meminta maaf padamu dan juga Chaerin.ā
Yunga mendecak.
āApakah kau pikir permintaan maafmu akan mengembalikan adikku? HA?!ā
Teriakan Yunga
semakin membawa kepala Hana tertunduk dalam.
āMaaf, aku sungguh
meminta maaf atas kebodohanku.ā Bisiknya nyaris tidak terdengar. Aura kelam
yang terpancar dari diri Yunga begitu menakutkan, seperti lubang hitam yang
menarik masuk dalam kedinginan tiada tara.
āKau?! ARGH! Sial.ā Yunga mengusap wajahnya
kasar. Pikirannya makin kacau, seperti benang kusut tanpa bisa mengurainya. Ia
memandang sosok Hana yang masih terdiam dengan kepala tertunduk. Tidak tega.
Semarah apa pun dirinya, ia masih memiliki hati kecil yang akan selalu
menyadarkannya dari belenggu amarah. Membawa ia kembali pada pikiran logis yang
sebelumnya terkalahkan oleh emosi yang meledak.
āAku harap Chaerin
dapat mendengar permintaan maafmu dan mau memaafkan omega sepertimu.ā
Walau bukan sebuah
ucapan penerimaan maaf secara langsung, tetapi kalimat Yunga telah berhasil
mengangkat beban berat yang Hana pikul. Ia tahu secara tidak langsung Yunga
telah memberikan maafnya walaupun ia sadar jika mungkin permintaan maafnya
belum bisa diterima sepenuhnya mengingat kondisi Chaerin yang masih belum sadar dengan rasa marah
yang masih memenuhi hati.
Setidaknya itu juga
yang ada dipikiran para sahabat Yunga termaksud Jayson. Mereka berpikir jika Yunga
telah memberikan maafnya walau mereka juga tahu jika Jayson harus tetap
berusaha untuk mendapatkan izin seorang Min Yunga agar bisa berada di sisi
Chaerin.
Selama beberapa
saat yang ganjil, tidak ada suara yang dilontarkan oleh siapa pun. Mereka
seperti sibuk dengan pikiran dan perasaan masing-masing. Hingga bunyi pada
monitor di sebelah bangkar Chaerin terdengar nyaring, diikuti dengan kejang
yang dialami Chaerin membuat seluruh atensi kembali pada sosok omega yang bahkan untuk bernapas pun
memerlukan bantuan masker. Mereka terkejut hingga selama beberapa detik
menegangkan, tidak ada yang bergerak. Sampai suara teriakan Yunga membawa siapa
pun yang ada di ruangan itu kembali pada kesadaran masing-masing.
Yunga segera
berlari menghampiri Chaerin. Memegang tubuh sang adik. Sementara Juna menekan
tombol yang berada di atas bangkar. Jayson yang sejak tadi berada di dekat
bangkar hanya mampu menggenggam tangan Chaerin dengan jantung yang berdegup
tidak menentu.
Tidak lama Yoona,
Sehun, dan seorang dokter lain bersama perawat datang. Sang perawat meminta Yunga
dan yang lainnya untuk keluar sebentar. Walau hati kecil ingin menolak, tetapi Yunga
tahu jika para dokter akan mengalami kesulitan jika mereka tetap berada di
sana. Maka dengan berat hati, ia melangkah pergi. Kepalanya sempat menoleh
untuk melihat Chaerin yang tengah mendapat penanganan kemudian menggerakkan
bibirnya tanpa suara.
āKakak mohon bertahanlah..ā
Comments
Post a Comment