UPSIDE DOWN: Rack and Ruin - Part 18
Chaerin lantas
terdiam. Cerita sang ayah berhasil membuat ia terkejut. Pikirannya seakan berhenti bekerja.
Tidak mampu mencerna lebih banyak lagi informasi yang tengah disampaikan sang ayah.
Perasaannya mengacau sejak untuk pertama kali dirinya mendengar jika betrayal juga dialami oleh sang ibu.
Keterkejutannya semakin parah kala sang ayah menyampaikan dengan
gamblang jika ia yang melakukan pengkhianatan.
Sebenarnya apa yang
telah keluarganya lakukan hingga seakan Selene
mengutuk keluarga mereka?
Kenapa
pengkhianatan kembali terulang dikeluarganya?
āPenerimaan atas
takdir itu sangatlah sulit. Ayah telah berusaha tetapi saat itu ternyata ego
yang ayah miliki lebih besar hingga membutakan ayah pada takdir terbaik
yang telah ditetapkan.ā Alpha itu menarik napas. Matanya masih tetap menatap
lurus ke depan, mengabaikan linangan air mata di wajah Chaerin.
Hatinya sesak saat sang
ayah
menceritakan lebih dalam bagaimana ia bisa melakukan betrayal. Sesak yang sama yang ia rasakan saat mengetahui jika mate yang belum ia temui melakukan
pengkhinatan. Luka lamanya kembali terbuka saat membayangkan bagaimana
hancurnya hati sang ibu saat mengetahui jika suaminya, mate
terkasihnya, melakukan betrayal
disaat dirinya tengah mengandung. Jujur, Chaerin tidak menyangka itu. Pasti
jauh lebih menyakitkan dibandingkan dirinya.
āTa-Tapi, ke-napa?
Ba-gai..ma-na?ā Chaerin bergumam tak jelas. Hati dan pikirannya kacau saat
mengetahui fakta menyakitkan di balik kehidupan keluarganya yang bahagia.
Alpha itu pada akhirnya menoleh
pada sang putri. Menatap dengan teduh seakan menenangkan Chaerin dari
kegusarannya.
āKamu tahu, semua
yang telah diputuskan oleh Selene
adalah yang terbaik. Dan syah menyadarinya begitu kamu lahir. Kamu adalah bukti seberapa
berartinya ibumu dikehidupan ayah. Ibumu tidak pernah marah dengan kesalahan ayah, walau ayah sadar jika
pasti kekecewaan tidak mungkin tidak ada.ā Ia mengusap pipi Chaerin yang telah
basah dengan air matanya.
āTapi ibumu selalu
berkata jika ia telah memaafkan ayah walaupun hatinya masih sakit. Ayah bingung
kenapa bisa ibumu tidak marah bahkan tidak ada satu kata cacian yang terlontar dari
bibirnya. Dan kamu tahu apa yang ibu katakan?ā
Sang alpha menyunggingkan senyum kecilnya
kala Chaerin menggelengkan kepalanya. Masih dengan isakan yang sepertinya akan
sulit untuk dihentikan.
āIbu bilang jika Selene tidak pernah salah. Apa yang telah
terjadi memang sudah menjadi takdir. Karena Ibu percaya jika dibalik rasa
sakitnya ada kebahagiaan besar yang tengah menanti. Dan semua menjadi kenyataan
bukan? Keluarga kita hidup sangat bahagia setelah betrayal yang ayah lakukan dan kesediaan ibu untuk menerima alpha pengkhianat ini.ā
Penuturan sang ayah kembali
membungkam Chaerin. Ia seperti kehilangan kata-katanya walaupun banyak hal yang
ingin ia sampaikan. Rasanya terlalu mendadak untuk dirinya yang tidak siap
dengan cerita masa lalu yang ternyata pahit.
āAyah..ā Panggil
Chaerin berbisik.
Air mata masih
mengalir saat onyx-nya bertemu dengan
obsidian sang ayah. Ia juga menarik napas saat satu pertanyaan yang sejak tadi bermain
dengan kurang ajar di dalam pikirannya sudah tidak bisa ia tahan untuk tidak
ditanyakan. Dengan mengembuskan napasnya secara bertahap, Chaerin mulai
menguatkan dan mempersiapkan diri atas apa pun yang akan didengarnya.
āApakah ayah menyesal
dengan pengkhianatan yang ayah lakukan? Kenapa ayah bisa menyesal
sedangkan ayah memutuskan untuk mengkhianati ibu saat itu?ā
Sang alpha kembali memasang senyumnya yang
lebih lebar dari sebelumnya. Sedangkan tangannya meraih tangan Chaerin untuk
dibawa dalam genggaman tangan besarnya.
āJika tidak ada
penyesalan maka tidak mungkin kamu hidup dalam keluarga yang utuh Chaerin. Dan
penyesalan itu muncul saat ayah melihat senyum ibumu walaupun ditubuhnya
baru saja terbentuk goresan menyeramkan karena ulah ayah. Senyum yang tidak
akan pernah ayah lupakan. Senyum tulus ibumu yang seakan mengerti jika ayah saat itu
masih belum bisa menerima takdir.ā
Alpha itu menarik napasnya.
Tangannya masih setia menggenggam dan mengusap punggung tangan Chaerin. Matanya
juga setia menatap wajah Chaerin dengan tatapan penuh kasih sayang yang selalu
ia tunjukkan pada anak tersayangnya itu.
āSelene tidak mungkin salah dalam
memilihkan pasangan untuk kita. Semua yang terjadi memang sudah Selene atur. Karena itu, cobalah
berdamai dengan ego dan amarahmu. Dengarkan bagaimana suara hatimu dan
pertimbangkan reaksi dominanmu.ā Ia menjeda sejenak, kemudian melanjutkan
dengan nada yang sedikit tegas. āSekarang, coba pejamkan matamu. Rasakan apa
yang saat ini dominanmu rasakan.ā
Mengikuti ucapan
sang ayah, perlahan Chaerin memejamkan matanya. Membawa pikirannya pada
ketenangan hingga ia dapat mendengar suara lain di dalam dirinya. Sebuah suara raungan
antara sedih, sakit, dan harapan. Tak tahu kenapa bisa ada harapan yang ia
rasakan dari raungan sang dominan.
Ketika merasa
cukup, Chaerin kembali membuka matanya dengan perlahan. Wajah teduh dengan
senyum manis sang ayah menyambutnya.
āAyah tahu jika ada
yang tidak kamu mengerti dengan apa yang kamu rasakan. Tetapi ayah tidak bisa
menjelaskannya, kamu harus mencari tahu sendiri jawaban atas kebingunganmu.ā
Ia mengernyitkan
dahinya, tidak paham dengan maksud sang ayah.
āKembalilah dan
cari jawabannya.ā
Mendengar itu
secara otomatis kepalanya menggeleng. Chaerin tidak ingin pergi. Ia hanya ingin
bersama sang ayah yang selalu bisa memberikan rasa terlindungi untuknya. Ia tidak
butuh siapa pun lagi termaksud mate-nya.
āChaerin, sekarang
belum waktumu. Tempat ini bukanlah tempatmu. Kamu harus kembali, karena
kebahagiaan tengah menantimu.ā
Chaerin masih
menggeleng. Ia menolak semua yang dikatakan sang ayah. Bahkan ia sampai
membenamkan dirinya dalam dekapan sang ayah karena
ketidakinginannya untuk pergi.
āPercaya pada ayah. Tidak
akan ada lagi rasa sakit yang kamu rasakan, asalkan kamu mau berdamai dengan
egomu.ā Ujar alpha penuh dengan
perhatian.
Sang alpha sedikit mengurai pelukannya.
Menatap tepat pada onyx Chaerin yang
ternyata sudah dipenuhi dengan air mata. Menyunggingkan senyumnya sembari
mengangguk singkat.
āAyah menyayangimu,
dan akan selalu berada di sini.ā Ia menunjuk tepat di depan jantung Chaerin.
Perlakuan singkat itu berhasil menghancurkan benteng pertahanan yang baru saja
dibangun Chaerin. Membawa kembali air mata pada pipinya yang sudah mengering
setelah sang ayah menyekah tangisnya.
Ia kembali
membenamkan wajahnya di dada bidang sang ayah. Merasakan kehangatan
tubuh ayahnya yang secara perlahan mulai menghilang. Sedikit menyadari jika setelah
kehangatan itu menghilang akan ada hal menyakitkan yang harus ia hadapi.
Jika sebelumnya ia
akan tersulut emosi dengan mudah, untuk saat ini ia ingin mengikuti ucapan sang
ayah.
Ia ingin meredam amarahnya dan berdamai dengan egonya. Ia harus bisa melakukan
hal itu jika tidak ingin membuat sang ayah bersedih apalagi kecewa karena egonya.
* * * *
Keadaan ruang
tunggu berubah kelam setelah kepergian para dokter. Walau mereka menyatakan jika
kondisi Chaerin telah kembali stabil setelah mengalami kejang, tetapi tidak
membuat para alpha itu dapat bernapas
lega. Pasalnya Yunga masih mengintimidasi Jayson dengan tatapan tajamnya, tanpa
ada ucapan sepatah kata pun. Takut akan terjadi baku hantam lanjutan, Jeka
menjadi satu-satunya alpha yang
diminta untuk menemani Chaerin di dalam ābagaimana pun Chaerin tidak bisa
ditinggal sendiri sekali pun kesadarannya belum kembali.
Menuruti para abangnya, Jeka akhirnya menemani Chaerin dan meninggalkan yang lain di luar.
Berharap jika permasalahan antara Yunga dan Jayson dapat selesai tanpa perlu
ada kekerasan. Itu adalah harapan tulus dari alpha termuda di sana.
Masih belum ada
yang membuka suara setelah kepergian Jeka. Hanya ada kewaspadaan jikalau nanti Yunga
meledak karena amarahnya yang belum tersampaikan. Mata mereka masih setia memperhatikan
gerak-gerik Yunga begitu pun Jayson yang bisa saja melakukan atau mengatakan
sesuatu yang kembali menyulut kemarahan. Bahkan Juna kini ikut duduk untuk
memisahkan Yunga dengan Jayson. Setidaknya walau ada jarak tetap perlu ada yang
memisahkan untuk meminimalisir kemungkinan terburuk.
Keheningan yang
terasa seperti mencekik itu berubah kala Yunga berdeham. Menarik seluruh atensi
pada alpha Min itu. Kewaspadaan mulai
ditingkatkan, lagi-lagi karena alasan takut jika sahabat mereka akan lepas
kendali lagi.
āAku tidak akan
berbasa-basi.ā Dia menjeda sejenak, kemudian melanjutkan dengan nada
determinasi. āJayson, apa yang kamu rasakan pada Chaerin? Bagaimana perasaanmu
untuk adikku?ā
Jayson tidak
langsung menjawab. Dirinya tengah bertanya pada sang hati mengenai perasaannya.
Ia takut akan jawaban yang salah. Ia
tidak ingin mengulangi kesalahan hingga menyebabkan kesakitan bagi orang
lain. Setidaknya ia perlu meyakinkan dirinya bahwa apa yang dirasakan adalah
yang sebenarnya dan bukan karena kesemuan.
Keterdiaman Jayson
malah membuat keadaan terasa semakin mencekam. Ketakutan mulai menggerayangi
para sahabat atas jawaban Jayson.
āAku..ā Jayson
memejam singkat sebelum membawa obsidiannya menatap obsidian coklat Yunga dengan
yakin. āAku mencintai Chaerin, bang. Perasaanku tulus,
bukan karena kasihan atau yang lainnya.ā
āSejak kapan?ā
āMungkin ketika
Chaerin membuat sumpahnya. Saat itu aku merasakan rasa hangat yang berbeda.
Tapi aku baru menyadarinya saat melihat kedekatan Chaerin dengan salah satu
kliennya.ā
Jawaban penuh
keyakinan itu kembali membawa hening yang tetap terasa menyesakkan. Ketakutan
dan kewaspadaan masih menyelimuti mereka saat Yunga tak kunjung membuka suara.
Mereka yakin masih ada yang ingin dikatakan oleh alpha itu, tetapi mereka tidak tahu apa yang akan dikatakan hingga
membuat resah kini memenuhi pikiran mereka.
āJay-ā
Belum sempat
berkata, derap langkah cepat yang memenuhi lorong menarik atensi hingga membuat
lupa dengan apa yang ingin dikatakan. Yunga menukikkan alisnya saat dari
kejauhan ia mengenali sosok yang tengah berjalan cepat ke arahnya. Melihat
sosok tersebut entah kenapa jantungnya kembali berpacu cepat dengan desiran
darah yang ikut kelewat cepat. Hatinya berubah kacau hingga mengembalikan rasa
takut yang sempat lenyap.
āAda apa, Dok?ā
Yoona, omega itu tidak memberikan waktu bagi Yunga
mendapatkan jawaban. Ia telah lebih dulu melangkah memasuki kamar rawat Chaerin
bersama seorang suster. Setelah pintu tertutup, tidak lama pintu kembali
terbuka dengan sosok Jeka yang berjalan keluar.
āBang...ā Suaranya yang bergetar kembali membawa kegelisahan dibenak Yunga.
āJeka, apa yang
terjadi di dalam? Katakan!ā Titahnya.
Bukannya menjawab, Jeka
malah memeluk Yunga. Membuat tubuh alpha
itu semakin menegang karena merasakan getaran dari tubuh Jeka.
* * * *
Hatinya menjadi
hangat melihat senyum sang ibu yang sedari tadi duduk di sebelahnya, walau
terbesit rasa bersalah karena telah membuat tangisan keluar dari matanya. Namun
tidak membuat syukur hilang dari dirinya.
āMaaf bu..āLirihnya
entah sudah berapa kali.
Sang ibu menggeleng
pelan. Mencium punggung tangan Chaerin yanh sedari tadi ia genggam.
āTidak, jangan
minta maaf. Ibu paham, sayang. Tapi tolong..ā Ada jeda singkat sebelum suara
yang membuat teduh perasaan Chaerin kembali mengalun. āJangan lakukan ini lagi
ya. Ibu tidak mau kehilanganmu. Kamu adalah kebahagiaan ibu.ā
Chaerin hanya mampu
menganggukkan kepala sembari tangannya menyekah air mata yang kembali membasahi
pipi sang ibu.
Kemudian ia menoleh
guna mencari keberadaan sang kakek. Saat mata mereka berserobok, Chaerin dapat
menemukan tatapan haru sekaligus kecewa dari mata sang kakek. Dirinya tahu jika
kekecewaan yang sang kakek rasakan adalah karena keputusan sepihak yang dirinya ambil.
āKakek, maafkan
Chaerin.ā Sesalnya.
āAku tahu kalau
yang aku lakukan salah dan merepotkan orang lain, termaksud kakek. Karena
itu aku ingin minta maaf. Tidak hanya pada Kakek, tetapi juga dengan paman dan bibi. Tolong
maafkan aku.ā Sambungnya dengan menatap satu per satu keluarganya.
Jujur saja, Chaerin
seperti merasakan beban yang begitu berat. Rasa bersalahnya pada keluarga membuat
dirinya seperti terikat tali tak terlihat. Sesak dan sulit sekali bergerak.
Matanya juga seperti ingin menangis setiap kali teringat keputusan bodoh yang
telah diambilnya. Namun semua itu seperti menghilang saat anggukan dari sang kakek dan
senyum dari paman dan bibinya muncul. Beban yang menumpu dipundaknya seakan menghilang saat kakeknya
menerima permintaan maaf penuh sesal itu.
āKakek ingin
memarahimu, tetapi kakek tahu kamu sudah cukup menderita. Jadi kakek tidak akan memarahi
dirimu atas keputusan yang kamu buat. Tapi jangan ulangi lagi karena kakek tidak
akan pernah memberikan maaf jika hal seperti ini kembali terulang. Mengerti?ā
Chaerin mengagguk.
āAku mengerti.ā
Tak lama sorot
matanya teralih. Mengabsen satu per satu wajah yang berada di ruangannya.
Hingga terhenti pada sosok alpha yang
berdiri cukup jauh dari bangkarnya. Mata keduanya bertemu. Saling menatap
dengan tatapan yang tidak terbaca. Membiarkan waktu bergerak tanpa berniat
untuk membuka suara. Mengikis penghalang yang selama ini terbangun di antara
mereka. Mengizinkan setiap dominan merasakan apa yang tengah dirasakan sang
hati, sekali pun itu kesakitan dan kekecewaan.
Sampai suara
ketukan dan derit pintu menghentikan mereka. Chaerin menoleh cepat. Memutus
kontak mata dengan mengalihkan pada sosok yang baru saja masuk. Ia dapat
mengembuskan napas lega ābersyukurā atas kedatangan Sehun. Sahabatnya itu telah
menyelamatkan ia dari hal bodoh yang baru saja ia lakukan.
Sementara Jayson, alpha itu sedikit kesal dengan kehadiran
dokter muda yang merupakan sahabat Chaerin. Kedatangan Sehun telah membuat
kesempatan dominannya untuk merasakan dominan Chaerin menghilang. Bayangkan,
setelah sekian lama ia ingin berkomunikasi dengan dominan mateĀ-nya dan akhirnya dapat terjadi tetapi harus berakhir cepat
karena sosok yang tidak ia inginkan kehadirannya.
āSelamat siang.ā
āSiang, dok.ā
āApa dokter ingin
memeriksa Chaerin?ā
āIya. Apakah boleh
untuk meninggalkan ruangan sebentar?ā
Sanak keluarga
Chaerin menyetujui permintaan tersebut. Sang ibu sempat memberikan
ciuman singkat sebelum meninggalkan ruang rawat bersama dengan yang lainnya. Yunga
berjalan di belakang, menepuk pundak Sehun singkat sebelum berlalu mengikuti
yang lain. Sedangkan Jayson, alpha
itu sama sekali tidak bergerak hingga atensi Chaerin mengarah kepadanya yang
membuat Sehun ikut memusatkan perhatian ketitik yang sama.
āSaya tidak akan
melakukan apa pun pada mateĀ anda.
Jadi tidak perlu khawatir.ā Ujarnya yang seakan mengetahui keraguan Jayson
untuk meninggalkan Chaerin bersama dengannya.
Jayson akhirnya
menghela pelan sebelum mengikuti langkah yang lain keluar dari ruang rawat
tersebut. Berat hatinya, tetapi tidak ada pilihan lain. Sehun memerlukan
privasi untuk menjalankan tugasnya sebagai dokter.
āJadi bagaimana
perasaanmu?ā Tanya Sehun setelah suara pintu yang tertutup terdengar.
āLumayan.ā
Sehun menggerakkan
stetoskopnya. Telinganya fokus mendengarkan irama jantung Chaerin. Setelahnya
memeriksa mata dan selang infus yang terpasang.
āSudah berapa lama
aku tak sadarkan diri?ā
āSatu setengah
bulan.ā
āWow.ā
Sehun memutar bola
matanya. Kesal dengan respon tidak berotak Chaerin.
āWow katamu?ā Tanyanya mencibir. āKamu
nyaris membuatku mati Lim Chaerin!ā
Ia menarik
napasnya. Emosinya langsung tersulut berkat satu kata yang diucapkan sang
sahabat. Padahal hanya satu kata, tapi berhasil membuat Sehun seperti ingin
melemparkan Chaerin ke dalam jurang. Benar-benar menyebalkan.
āMaaf, jangan marah
seperti itu. Aku hanya terkejut saja. Kukira hanya beberapa hari atau paling
lama satu minggu.ā
Sehun dibaut
kembali mendengus.
āBeberapa hari?
Kamu bahkan nyaris kehilangan nyawamu jika Jayson tidak segera menyembuhkan
luka ditubuhmu itu!ā Sarkas Sehun yang sudah tidak bisa menerima jawaban apa
pun dari mulut Chaerin. Ia terlampau kesal dengan sang sahabat. Pasalnya omega itu seperti tengah bermain-main
dengan nyawanya. Menganggap kritis yang ia alami hanya seperti guyonan. Padahal
keluarga, kerabat, bahkan dirinya nyaris kehilangan harapan dengan kondisi
Chaerin yang tak kunjung membaik.
Sehun menarik
napasnya. Sepertinya emosi telah menguasi pikirannya. Ia jadi tidak
memperhitungkan kondisi Chaerin yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya.
āMaaf, aku terbawa
emosi.ā
Chaerin tersenyum
kecil dan menggeleng.
āTidak, kamu benar
Hun. Maafkan aku.ā
Selama sepersekian
detik, keduanya hanya diam. Chaerin dengan pandangan yang lurus pada
langit-langit. Sedangkan Sehun memilih memusatkan perhatiannya pada langit luar
melalui kaca. Menyelami keheningan. Merasakan bagaimana tenang membawa mereka
pada pikiran yang lebih damai. Menghilangkan segala emosi yang membelenggu.
Hingga Sehun mengalihkan atensinya. Kembali menatap wajah sang sahabat yang
terlihat lebih baik dari saat matanya terpejam.
āBagaimana
sekarang? Apa yang akan kamu lakukan? Kamu sudah merasakan bagaimana takdir itu
bekerja.ā
Kini giliran
Chaerin yang menarik napas dalam dan mengembuskannya berkala.
āAku bertemu dengan
ayahku.ā
Sehun menukikkan
alisnya. Sorot mata yang sebelumnya tidak mengarah pada mata Chaerin seketika
berubah dan menjadikan onyx coklat
itu pusat perhatiannya. Ia mencari kebohongan di sana.
āApa yang kamu
maksud?ā Tanyanya saat mata omega itu
sama sekali tidak sedang menunjukkan kebohongan atau lelucon.
Chaerin memejam
singkat. Ia mencoba membawa kembali ingatannya ketika bertemu dengan sang ayah. Mulai
dari bagaimana mereka bertemu, apa saya yang dibicarakan, hingga ekspresi sedih
bercampur kecewa yang ditunjukkan sang ayah. Semuanya ia
bangkitkan lagi, mengumpulkannya guna disampaikan dalam bentuk cerita kepada Sehun.
Tidak peduli dan
tidak mau ambil pusing dengan pemikiran Sehun akan dirinya. Jika alpha itu menganggap dirinya gila,
yasudah dalam kenyataan ceritanya itu sulit untuk diterima akal sehat. Tapi
jika sebaliknya ājika Sehun mempercayainyaā tidak berpengaruh besar pada
dirinya juga.
āAku tidak
memaksamu untuk percaya dengan ceritaku, jadi jangan menatapku seperti itu.ā
Sinis Chaerin begitu ia selesia menceritakan semuanya.
Sehun sendiri malah
menggaruk tengkuk yang sejujurnya tidak gatal. Ia meringis, merasa tidak enak
dengan sang sahabat. Jika boleh jujur, ia bukannya tidak mempercayai cerita
Chaerin walau sedikit tidak masuk akal. Dalam logika memang tampaknya mustahil
tetapi tidak ada yang pernah tahu kuasa Selene.
Mungkin saja memang yang diceritakan Chaerin adalah cara Selene untuk menyadarkan Chaerin. Ia hanya bingung harus bereaksi
seperti apa dengan cerita tersebut.
āBukan seperti itu,
Chae. Aku hanya terkejut. Aku tidak menyangka jika kamu bertemu dengan Paman
Lim dan beliau menceritakan kisah kelamnya.ā
āYa begitulah..ā
Jawabnya sedikit acuh.
Hening dan
keterdiaman pun tidak bisa dielakkan. Keduanya sama-sama tengah berpikir.
Chaerin dengan cerita sang ayah, sedangkan Sehun dengan apa yang ingin ia
katakan. Ada ketakutan dalam benak Sehun dengan apa yang ingin ia tanyakan.
Masalahnya, pertanyaan yang tengah ia atur katanya agar tidak mengusik Chaerin
itu adalah hal sensitif yang mungkin dapat membawa Chaerin kembali pada masa
kritisnya.
āChaerin..ā
Merasa terpanggil,
kepalanya lantas menoleh. Matanya seketika menemukan wajah Sehun yang telah
dibalut dengan kekhawatiran.
āSekarang apa yang
mau kamu lakukan?ā
āApa pun, yang
tidak akan membuat ayah sedih dan kecewa di sana.ā Jawabnya dengan senyum kecil yang
terlihat sendu karena mata indah itu tengah diselimuti kristal bening.
Comments
Post a Comment