ENHYPEN AS YOUR BOYFIEND

 





Main Cast = ENHYPEN

Genre = Romance (152 - 289 words per member)

Author = Salsa




**********



LEE HEESEUNG (flirtatious bf)




Punggungmu menempel di dinding dan telapak tanganmu berkeringat. Ini mungkin kali kesepuluh Heeseung melakukannya minggu ini. Setiap kali kau berjalan melewatinya, dia dengan lembut mendorongmu ke dinding dan meletakkan telapak tangannya di atas kepalamu. Tangannya yang lain memegangi tanganmu, menghalaumu menutupi wajah. Senyum tersungging di sudut bibirnya melihat betapa tegangnya kau di bawah sentuhannya. Matanya memandangimu tajam.

 

Dan meskipun Heeseung telah berkali-kali melakukan ini, matamu masih saja melebar, tenggorokanmu masih saja tercekat dan jantungmu masih saja berpacu. Kau tak tahu film apa yang ia tonton bersama teman-temannya minggu lalu, yang pasti itu membuatnya berpikir memojokkanmu ke dinding adalah sesuatu yang keren. Perlahan-lahan, telapak tangan yang ditekan ke dinding diganti dengan lengan bawahnya saat dia mencondongkan tubuh lebih dekat ke wajahmu, dia memiringkan kepala dan melihat matamu terpejam dari jarak dekat.

 

Pada titik ini, kau tahu dia bisa merasakan hangat napasmu menyentuh kulitnya. Kemudian, seperti yang sudah-sudah, ia perlahan menarik diri sepenuhnya. Kau baru sadar dia menjauh saat tangannya yang memegangi tanganmu terlepas. Heeseung lantas pergi begitu saja, melanjutkan aktivitasnya seperti tak terjadi apa-apa, meninggalkanmu dengan kefrustrasian dan kupu-kupu di perutmu.

 

“Lain kali kalau kau melakukan itu lagi dan tidak menciumku, akan kucolok matamu. Lihat saja!”

 

Heeseung yang sedang mengisi gelasnya di dispenser cekikikan mendengar ancamanmu. “Imutnya~” gumamnya pelan, kemudian meneguk airnya seraya menyelonong pergi begitu saja.

 

JAY PARK (loves-to-cook-for-you bf)



Setiap kalian berkencan, Jay hampir selalu menjadi yang bertugas melayanimu. Dia akan memasak ramen dan menyeduh kopi di dapur sementara kau duduk memilih-milih film di Netflix. Jay tak pernah keberatan dengan pembagian tugas ini. Menurutnya menghidangkan sesuatu di meja lebih mudah daripada menentukan judul untuk ditonton. Lagi pula dia suka memasak. Jay merasa ia melakukan segala hal di dapur tanpa berpikir, tubuhnya sudah hafal akan apa yang harus dilakukan; laci mana yang harus dibuka, berapa sendok yang harus ditambah, kapan harus mengecilkan api dan semuanya. 

 

Namun tak dipungkiri hobi memasak Jay ini terkadang agak menjengkelkan juga. Dia jadi sering mengirimimu pesan mendadak, menyuruhmu membelikannya sesuatu hanya sepuluh menit sebelum kau sampai. 

 

“Terlambat. Aku sudah hampir berbelok ke jalanan rumahmu.”

[Putar balik. Aku butuh tepung beras untuk membuat kue mangkok.]

“Aku tak mau kue mangkok.” 

[Kau akan mau kalau sudah jadi.]

“Iya sih, tapi…”

[Babe,] potong Jay keras kepala. [Belikan aku tepung beras.]



JAKE SIM (whipped bf)



Jake memperlakukanmu dengan sangat baik. Apa saja yang dia lakukan, sekecil apa pun itu, dia selalu teringat padamu. Apabila awannya berbentuk lucu hari ini, sudah pasti dia akan memotretnya dan mengirimkan fotonya padamu. Atau apabila dia sedang membeli sesuatu di swalayan, dia pasti akan membeli serta jus apel favoritmu juga. Tanpa diminta. Teman-temannya mungkin bosan mendengar Jake mengatakan ‘oh, pacarku juga suka lagu itu’ atau ‘oh, aku jadi ingat pacarku juga punya baju yang mirip dengan itu’ dan semua kalimat lain yang mengandung namamu. 

 

Dia romantis. Serius, Jake bukan tipikal pacar yang gengsi mengatakan ‘aku menyayangimu’. Dia mengatakan itu setiap waktu. Tak peduli jika rambutmu acak-acakan, mulutmu berlepotan krim cupcake atau nilaimu jelek, di mata Jake kau tetap layak masuk dalam tujuh keajaiban dunia dengan urutan yang disusun ulang sehingga kaulah nomor satunya. Dia bahkan menjadikanmu sebagai lockscreen ponselnya.

 

Jake pandai berbasa-basi. Ia berwawasan luas dan mampu menarik hati kedua orangtuamu di kali pertama mereka bertemu. Menurut ayahmu, Jake sopan dan dapat diandalkan. Saat itu Jake mengantarmu pulang dari kafe tempatmu bekerja part-time, kebetulan ayahmu lah yang membukakan pintu. Jake diajak masuk dan mereka mengobrol selama satu jam di ruang tamu. Keduanya terlihat tulus menikmati perbincangan itu. Obrolan mereka mungkin akan terus berlanjut jika saja kau tak mengingatkan Jake bahwa dia memiliki kelas pengganti besok pagi.

 

“Ayah, ngobrol apa sih sampai selama itu?”

“Kita sama-sama fans Arsenal,” jawab ayahmu girang. Tangannya masih melambai-lambai pada Jake yang sudah menaiki motor.

 

“Ah,” kau meringis, tahu pasti Jake bahkan tak suka nonton bola.



PARK SUNGHOON (playful bf)



Sunghoon hobi menggodamu. Dia tak segan mematikan laptopmu saat kau sedang zoom kelas, menaruh ponselmu di atas AC, mencoret-coret mukamu saat kau tidur (dan tidak memberitahumu sama sekali sampai kau sadar sendiri, membiarkanmu mengambil paket dari kurir dengan gambar tanduk di atas alismu dan banyak hal memalukan lainnya).

 

Kau benar-benar menyukai Sunghoon, namun tak jarang candaannya sangat menyebalkan sampai membuatmu menangis. Tetapi itulah bagian menyenangkannya. Kau suka melihat betapa cepat sikap jail Sunghoon berubah saat matamu mulai berkaca-kaca. Raut wajahnya seketika panik seakan seluruh dunia hancur berantakan. Dia bergegas menangkup wajahmu. Pupil matanya bergetar sementara bibirnya merapalkan kata maaf berulang-ulang.

 

Dan kendati seharusnya kau merasa marah, namun melihat Sunghoon dalam mode penuh penyesalan seperti ini, agak mustahil untuk merasakannya. Sebaliknya, yang ada malah buncahan rasa nyaman tiap kali ibu jarinya membelai pipimu. Lantas, di situasi seperti itu, yang bisa kau lakukan hanyalah memeluknya erat sambil menangis lebih keras. Hanya supaya apa pun yang ia lakukan (membelai, memeluk, mencium) berlangsung lebih lama.

 

Tentu saja dia akan mengeluh setelahnya. “Aihh… kau membuat bajuku basah.”

 

“KAU YANG MEMBUATKU MENANGIS DASAR!”



KIM SUNOO (thoughtful bf)


Kau tak tahu kapan dia mempelajarinya, tapi Sunoo tiba-tiba saja tahu caranya mengepang rambut. Kau ingat pernah melihat gaya kepang supercantik di Pinterest dan memberitahunya bahwa kau ingin melakukannya. Sunoo cuma mengangguk dan menggumamkan bahwa gaya itu akan cocok untukmu. Selesai. Tidak ada percakapan lain. Namun tahu-tahu saja, seminggu setelahnya, ia sudah memberimu senyum manis khasnya seraya mengambil posisi duduk di belakangmu dan mulai mengepang.

 

Sunoo sangat-sangat memanjakanmu. Dia menyimpan Sabtunya hanya untukmu. Sabtu adalah waktu berkencan. Khusus hari itu, dia tak menerima janji dengan siapa pun kecuali denganmu. Agenda kencan kalian juga sangat menarik. Dengan Sunoo, kau tak perlu harus selalu pergi ke luar untuk bersenang-senang. Terkadang dia akan datang ke rumahmu dengan membawa masker wajah dan lilin aromaterapi. Kalian akan melakukan self-care seharian dan bermalas-malasan.

 

Sunoo kreatif. Ia mahir membuat Sabtu kalian dipenuhi rencana-rencana kencan seru. Oleh karena itu, kau lebih sering menanyakan idenya dibanding berpikir sendiri. 

 

“Sabtu depan mau apa?”

“Kau mau apa?”

“Karaoke?”

“Hmm.. bagaimana kalau paginya kita olahraga dulu? Main sepeda di tepian Han-Gang. Kemudian istirahat sebentar. Malamnya baru lanjut karaoke?”

 

Kau mengangguk antusias. 

 

“Setuju?”

“Iya.”



YANG JUNGWON (human diary bf)


Jungwon selalu memberikan update terkini tentang kehidupannya. Dari pagi sampai pagi lagi. Galeri ponselmu penuh dengan fotonya. Mulai dari selfie bangun tidur sampai makanan apa saja yang masuk ke mulutnya dalam sehari. Kalian baru pacaran empat bulan, namun rasanya Jungwon sudah memberi tahu segalanya sampai-sampai kau merasa sudah mengenalnya lama sekali. Terkadang, informasi yang diberikan terlalu pribadi. ‘Aku tidur dengan kaus kaki yang sama selama lima hari’. Itu absurd. Kenapa dia merasa kau harus mengetahui itu? Namun tidak apa-apa. Kau menyukainya. Kau menyukai apa pun tentangnya.

 

Kau bukan orang paling terbuka, bahkan dengan teman-teman dekatmu sendiri. Tetapi semenjak mengenal Jungwon, kau merasa menjadi terbuka ternyata tidak sesulit itu. Jungwon tak pernah mendesakmu untuk melakukan hal yang sama. Namun, perlahan tapi pasti, secara alami kau mulai menjadikannya sebagai buku harianmu juga. 

 

Aku beli parfum baru hari ini. Baunya enak. Aku ingin cepat-cepat bertemu supaya kau bisa menciumnya.


            Sabar ya.. Aku akan mencium parfummu.

            Aku akan menciummu juga. - Jungwon



NISHIMURA RIKI (clingy bf


Setelah kalian dipasangkan menjadi partner-lab di kelas Kimia, sikap Ni Ki padamu menjadi benar-benar berubah. Dia yang biasanya cuek, tak pernah mau bergaul dengan siapa pun kecuali circle-nya (anak-anak basket supertinggi nan sombong yang menguasai lapangan olahraga tiap jam istirahat seolah itu punya nenek moyang mereka), tiba-tiba saja menjadi lebih ramah dan sering menyapamu duluan. Bahkan terang-terangan duduk di sebelahmu saat jam kosong dan mengajakmu ngobrol. Dia juga pernah meminjamkanmu jaket khusus tim basketnya (dengan nama NISHIMURA RIKI di belakangnya) saat seragammu ketumpahan Fanta. Itu fatal. Memakai jaket sespesial itu sama saja seperti mengumumkan satu sekolah bahwa kalian sudah 'official'. Kau menanyakan alasannya melakukan semua itu, dan dia dengan entengnya bilang ‘entahlah, mungkin aku suka padamu?’ dengan nada bertanya, yakin tak yakin. Namun sebulan setelahnya, ia nampaknya mulai yakin dengan perasaannya dan akhirnya mengajakmu pacaran betulan.

 

Kau selalu suka berada di sekitar Ni Ki. Namun momen favoritmu biasanya terjadi ketika dia sedang lelah dan mengantuk. Ni Ki yang biasanya hiperaktif cenderung lebih lengket ketika dia kehabisan energi. Setelah pulang rapat ekskul misalnya, Ni Ki akan menyempatkan diri untuk mampir ke asramamu tak peduli semalam apa pun itu. Ketika kau membuka pintu, tanpa mengatakan apa-apa, ia langsung menyandarkan keningnya di bahumu. 

 

Kau bisa merasakan bulu matanya yang lembut menyentuh kulitmu saat ia menutup mata, dan itu saja sudah cukup untuk membuat hatimu hangat. Perlahan-lahan, lengannya akan melingkari pinggangmu dan kepalanya akan terbenam lebih jauh ke lehermu. Membuatmu tegang bukan main hingga tak bisa bernapas. Kau berusaha mengontrol kegugupanmu dan menanyakan bagaimana harinya, namun Ni Ki nampaknya terlalu lelah untuk membentuk kalimat dan hanya mengerang. Kau tertawa mendengarnya. Ni Ki pun tak bisa menahan ekspresinya. Kau bisa merasakan pria itu tersenyum di kulitmu. Bibirnya bergerak membuatmu geli dan ia mematuk pipimu singkat sebelum menarik diri, “Aku pulang, ya.” 

 

"Kau seharusnya tak perlu ke sini."

"Aku mau melihatmu." Dia menggeleng, meralat dirinya sendiri. "Aku harus melihatmu."

 



FIN

Comments

Popular Posts