hal yang kusadari #1




aku berharap dia tidak menceritakan kecemasanku pada orang lain seolah itu sebuah lelucon. aku ikut tertawa saat mereka menganggap aneh perasaanku. tapi setelah mereka pergi aku menyadari betapa tidak ada gunanya mencurahkan isi hatiku padanya. aku tidak bisa menyalahkannya. tidak semua orang punya pikiran berlebihan dan kecemasan yang amat menjengkelkan seperti yang kumiliki. maka tidak semua orang bisa memahami bahwa aku pun paham terkadang apa yang kucemaskan tidak benar-benar terjadi. 


aku tahu. aku paham. seringkali pikiranku menciptakan skenario menyeramkan daripada kenyataannya. tapi itu tidak serta merta membuatku tidak cemas. 


saat mereka menganggap remeh kecemasanku, aku berharap aku bisa menjelaskannya pada mereka. betapa perasaan cemas ini datang seenaknya tanpa kuminta, merenggut waktu dan ketenangan dalam diri. kuharap mereka tahu bahwa aku pun sudah lama berusaha untuk mengenyahkan perasaan sialan ini. aku juga ingin jadi orang pemberani yang tidak perlu cemas berlebihan, memikirkan segala sesuatu terlalu banyak. 


aku pikir dengan menceritakan kecemasanku padanya akan bisa sedikit membuatnya paham. ternyata dia malah menceritakannya pada orang lain, dan kecemasanku dianggap sebagai sesuatu yang remeh. aku ingin tersinggung atau mungkin mengamuk, tapi untuk apa? 


saat kupikir lagi, aku tidak perlu validasi dari mereka. aku tidak perlu persetujuan mereka untuk merasakan sesuatu. perasaanku valid, bagaimanapun juga. entah aku sedih, gembira, marah, cemas, takut, atau tenang. bahkan hal-hal yang membuatku tenang, semangat, takut atau antusias itu juga valid. 


saat itu aku mungkin agak tersinggung, tapi saat ini aku hanya paham bahwa aku tak perlu memaksa orang lain untuk memahami perasaanku. aku tak perlu marah saat orang lain menganggap enteng kecemasanku, toh aku yang selama ini bersama diriku sendiri saat merasa cemas, berusaha tenang, dan memulihkan diri. 


kenapa mereka harus mengerti?  


akulah satu-satunya yang wajib mengerti diriku sendiri. 


dan yaaa... 


menjadi dewasa adalah ketika kau menyadari bahwa kau harus bertanggung jawab untuk dirimu sendiri. kau harus menjadi teman bagi dirimu sendiri. bagaimanapun perasaanmu hari ini, kau harus tetap melakukan kegiatanmu entah belajar, bekerja, atau beres-beres. 


dan menjadi dewasa membuatku paham bahwa aku harus mengandalkan diriku sendiri di saat kecemasan sialan ini datang. dan menerima bahwa walaupun akan ada orang yang menganggap kecemasan ini konyol, tapi ini memang benar-benar ada dan aku terus berjuang untuk menghadapinya. 


aku senang bisa mencurahkan isi hatiku apalagi di saat aku terlalu resah. tapi bukan berarti orang yang mendengar ceritaku harus mengerti dan itu adalah satu pelajaran yang ingin kubagikan pada siapapun yang membaca ini. 



Comments

Popular Posts