UPSIDE DOWN: Rack and Ruin Part 21

 



.

.

.

.

.



Napas yang terengah menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Jayson dan Chaerin masih belum bisa berkata banyak setelah euforia yang mereka rasakan. Penerimaan yang menjadi titik awal hubungan keduanya adalah hal terbaik bagi mereka. Tidak pernah terbayangkan jika perasaan mereka akan sebahagia ini saat meyakini takdir yang telah ditetapkan.

 

Jayson yang masih bermandikan keringat kini tengah berbaring di sebelah Chaerin. Matanya terpejam dengan dada yang naik turun. Rasanya apa yang baru saja terjadi bak mimpi untuk dirinya. Setiap detail dari kegiatan panas mereka masih terngiang hingga membuat dirinya tidak menyadari jika sudut bibir yang melengkung itu bertahan lama di wajahnya.

 

Tidak hanya itu, penerimaan Chaerin atas dirinya juga menjadi faktor yang paling berpengaruh. Perasaan bersalah yang diselimuti ketakutan dan kecemasan dalam sekejap berganti dengan rasa hangat yang menjalar seluruh tubuh serta kegembiraan yang tidak bisa dirinya tutupi. Sungguh, Jayson sangat bersyukur atas takdirnya sendiri. Walaupun banyak rintangan tetapi kebahagiaan yang menyambutnya jauh lebih besar dari yang ia bayangkan.

 

Jayson membuka kembali matanya dan menoleh ke samping. Memperhatikan Chaerin yang berada di sampingnya dengan napas yang telah teratur dan tubuh yang hanya berbalutkan selimut. Oh jangan lupakan bercak merah yang terlihat di sekitar pundak dan leher omega itu. Senyumnya semakin mengembang saat menyadari jika sosok di sebelahnya telah benar-benar menjadi mate-nya, yang telah memaafkan kesalahannya dan yang terpenting adalah telah menerima kehadirannya.

 

Rasa-rasanya kebahagiaan Jayson begitu besar hingga ingin meledakkan relung hatinya karena tidak mampu menampung perasaan menyenangkan itu. Jika boleh jujur, selama hidupnya, Jayson baru pertama kali merasakan bahagia yang sangat penuh seperti saat itu. Ketika dirinya lulus dan mendapatkan pekerjaan yang sangat layak, rasa bahagianya tidak sebesar yang tengah ia rasakan. Bahkan ketika dirinya ingat lagi, kebahagiaan yang dirasakan saat bersama Hana tidak sebanding dengan kebahagiaan saat dirinya bisa bersama dengan Chaerin.

 

Selene memang benar!

 

Pilihannya adalah yang paling baik dari kebaikan lain yang ternyata hanya semu.

 

Keheningan diantara mereka terusik kala suara lelah Chaerin memecahnya. Omega itu masih berbaring dengan memegangi selimut hingga atas dada saat vokalnya terucap mengalunkan nama Jayson. Membuat alpha itu terhenyak dari lamunannya.

 

“Jujur, aku tidak tahu apa yang telah terjadi. Aku masih belum bisa percaya dengan semua ini.” Ia menarik napas. “Aku masih memiliki rasa kecewa terhadapmu. Aku juga belum bisa percaya padamu karena apa yang telah kau lakukan masih teringat jelas di dalam ingatanku. Tapi aku cukup sadar untuk menyampaikan permintaan maaf karena aku tahu kita sama-sama telah terluka.”

 

“Maaf.”

 

Jayson semakin dibuat terkejut dengan apa yang baru saja didengar. Ia sampai memiringkan badannya hanya untuk melihat wajah Chaerin. Matanya tidak lepas memperhatikan bagaimana ekspresi omega itu. Dari posisinya yang hanya mampu melihat sisi wajah Chaerin, Jayson bisa melihat bagaimana mata Chaerin menyorot dengan sedih. Tidak ada air mata, tetapi sorotnya terlalu lemah untuk seorang Lim Chaerin yang ia ketahui.

 

Entah apa yang Jayson pikirkan, tangannya yang semula berada di atas perut lantas bergerak menyentuh tangan Chaerin yang memegang erat selimutnya kemudian menggenggamnya dengan erat. Ia merasa tidak tega melihat kesedihan di wajah Chaerin.

 

“Tidak Chaerin, aku paham jika yang kamu lakukan adalah bentuk kemarahanmu atas kesalahanku. Aku memakluminya karena jika aku berada di posisimu, aku bisa saja melakukan hal yang lebih darimu. Tapi tolong jangan kamu lukai dirimu lagi. Ini kesalahanku dan aku yang seharusnya menanggung konsekuensinya.” Jayson menghela pelan.

 

“Maaf untuk keegoisan yang akhirnya membawa kita pada penderitaan ini. Maaf karena telah menyakitimu sedalam ini, aku tidak sadar jika yang kulakukan melukaimu sangat dalam. Chaerin..” Ia menjeda ucapannya kemudian membenarkan posisi tubuhnya agar sedikit lebih nyaman. Sedangkan Chaerin, ia menolehkan kepalanya hingga mata mereka saling bertemu.

 

“Tolong maafkan aku. Aku sudah menyadari kesalahanku, semuanya. Selene juga telah menghukumku dengan kesakitan dan penolakan yang kuterima. Aku sadar jika sulit bagimu untuk memberikan maaf padaku, tapi aku berharap kamu mau membuka hatimu dan memberikan kesempatan lagi untukku membuktikan jika aku layak menjadi mate-mu. Aku akan melakukan apa pun untuk mengembalikan kepercayaanmu.”

 

Jayson semakin mengeratkan genggamannya sedangkan Chaerin masih bergeming. Wajah omega itu juga sulit sekali diartikan oleh Jayson yang hanya bisa berharap dalam hati jika Chaerin mau memberinya kesempatan. Keduanya sama-sama diam dengan pikiran yang berbeda. Jayson dengan ketakutan dan harapan sedang Chaerin dengan keraguannya.

 

Karena walaupun Chaerin sudah memutuskan untuk menerima keberadaan Jayson, rasa sakitnya masih menghalangi. Berbagai ketakutan kembali hadir menemani rasa sakit yang seperti enggan meninggalkannya. Menghadirkan kembali keraguan yang merangsek masuk ke dalam hatinya. Sungguh, Chaerin merasakan sesak dan pening disaat bersamaan hanya karena gundah yang melanda.

 

Berdamailah dengan egomu.

 

Kalian sama-sama pengkhianat.

 

Seketika ingatan akan pertemuannya dengan sang ayah dan pembicaraannya dengan Yoona kembali teringat. Chaerin terhenyak saat dua kalimat itu terputar di dalam otaknya dan seperti menamparnya dari keraguan. Membawa ia kembali pada alasan mengapa pada akhirnya ia meminta Jayson untuk datang. Membuka kembali telinganya atas suara sang dominan yang sebelumnya terhalang oleh angkaranya.

 

Chaerin memejam. Mencoba untuk mengais ketenangan demi merasakan apa yang sebenarnya diinginkan di samping ego yang begitu besar. Memahami dirinya dan juga sisi dominannya yang ternyata tengah melompat dengan girang di dalam pikirannya. Menyuarakan kegembiraannya atas keberadaan pasangannya.

 

Butuh cukup waktu sebelum Chaerin kembali membuka matanya. Ia membawa onyx-nya bertatapan dengan obsidian gelap Jayson yang menatapnya dengan kegelisahan. Jujur, ini adalah kali pertama bagi Chaerin memandangi obsidian itu dalam kurun waktu yang lama. Dan untuk pertama kali pula Chaerin menyadari bagaimana Jayson menatapnya dengan penuh damba.

 

Chaerin menarik napas dan mengembusnya dengan pelan.

 

“Ini kesempatan terakhirmu jadi jangan kecewakan aku Park!”

 

Jayson tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya yang semula terlihat kaku dan tegang. Rasa haru kini ia rasakan dan membuat matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa sadar ia menarik tubuh Chaerin untuk menghadapnya kemudian mendekap tubuh omega itu dalam pelukan hangatnya. Mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang polos Chaerin.

 

“Terima kasih..” Bisiknya.

 

Keduanya membiarkan waktu terus berjalan dengan mereka yang diam dengan Jayson memeluk Chaerin erat. Tubuh tanpa balutan pakaian itu membuat keduanya dapat merasakan bagaimana hangatnya tubuh masing-masing hingga menimbulkan kenyamanan yang tidak bisa ditutupi. Kepala Chaerin yang menempel pada dada Jayson membuat dirinya dapat mendengarkan debaran jantung sang alpha yang menimbulkan debaran anomali untuk jantungnya sendiri.

 

“Chaerin..” Panggil Jayson setelah membiarkan dirinya merasakan bagaimana nyaman dan pasnya tubuh Chaerin di dalam pelukannya.

 

“Aku ingin kita membuat sumpah lagi, apakah kamu bersedia?” Tanya Jayson ragu. Sejujurnya ia tidak yakin akan menanyakan hal itu pada Chaerin. Meski Chaerin telah memberinya kesempatan, tetapi membuat sumpah adalah hal yang sepertinya masih sulit untuk Chaerin lakukan. Tapi hati kecilnya tidak membiarkan Jayson untuk melewatkan pertanyaan itu karena malam yang menjadi saksi penyelesaian heat Chaerin adalah malam yang sama saat Chaerin membuat sumpah atas dirinya.

 

Chaerin melepaskan diri dari rengkuhan Jayson. Matanya pun kembali bertemu dengan obsidian Jayson yang tidak pernah berhenti menatap penuh damba pada dirinya. Dalam diamnya, Chaerin tengah bertarung dengan kerisauan hatinya.

 

Benar, jika ia sudah mau memberikan kesempatan bagi Jayson.

 

Benar, jika ia sudah mulai berdamai dengan ego dan angkaranya.

 

Tapi apakah ia sudah siap untuk kembali mengikat dirinya dengan Jayson dalam sebuah sumpah?

 

Jujur saja, Chaerin belum memikirkan hal itu. Ia hanya sibuk untuk mengatasi rasa kecewanya yang meninggalkan rasa sakit yang menyiksa sampai ia lupa jika seorang alpha dan omega harus mengikat diri mereka dalam sebuah sumpah.

 

Hingga gelombang panas tiba-tiba saja kembali menyerang tubuhnya. Membawa rasa sakit pada lambangnya yang kini berpendar. Chaerin tidak tahu kenapa bisa lambangnya yang hitam tiba-tiba berubah terang.

 

Rasa sakit yang tengah menyerang cukup berhasil membuat Chaerin memejamkan matanya erat hingga harus menahan napas karena rasa yang tidak biasa itu. Ia sampai menggenggam dengan begitu erat selimutnya hanya untuk melampiaskan rasa sakit yang semakin menggila.

 

“Ja-Jayson..”

 

“Chaerin apa yang terjadi? Apa yang kamu rasakan?”

 

“Pa-Panas da-n sa-kit.” Bisiknya sedikit tercekat.

 

Jayson lantas membaringkan tubuh Chaerin dengan ia yang berada tepat di atasnya. Jayson dapat melihat peluh mulai membasahi wajah Chaerin dan warna kulit omega itu yang kembali memerah. Lantas tangannya bergerak menyentuh dahi Chaerin yang ternyata kembali terasa panas.

 

Sial!” Umpatnya.

 

“Chaerin dengar aku.” Ia mengusap pelan pipi Chaerin untuk membuat omega itu kembali membuka mata dan menatap matanya.

 

“Malam ini adalah malam bulan baru, malam yang sama saat kamu mengucapkan sumpahmu untukku. Dan saat kamu menariknya, kamu tidak melakukannya dimalam yang sama. Karena itulah sebenarnya kita masih terikat sumpah, dan akibat penarikan sumpahmu waktu itu tubuhmu jadi bereaksi lebih menyakitkan disaat heat-mu datang.” Jayson memberikan jeda. Ia menarik napas sebelum pandangannya jatuh pada lambang Chaerin yang berpendar sangat terang.

 

“Chaerin, percaya padaku. Ayo kita kembali membuat sumpah, karena hanya itu cara satu-satunya untuk mengembalikan kondisimu. Aku sudah berjanji kepada keluargamu untuk menjagamu apapun yang terjadi. Aku juga sudah berjanji untuk mengembalikan kepercayaanmu. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Tolong Chaerin percayalah.”

 

Chaerin menghela kasar. Rasa sakitnya terlalu menyiksa hingga membuat dirinya menyerah. Bukan karena kesakitan yang membuat ia tidak bisa memikirkan permintaan Jayson, tetapi karena dirinya yang berusaha untuk yakin dan menyerahkan hidupnya pada Selene yang telah memutuskan takdirnya. Karena dalam hati kecilnya ia selalu percaya jika memang Selene tidak pernah salah dalam memilihkan takdir.

 

Dengan anggukan lemah, maka Chaerin memberikan izinnya. Merelakan dan memberikan seluruh diri dan hidupnya kepada Jayson sebagai mate-nya.

 

Jayson tersenyum. Lantas ia mulai mempersiapkan dirinya. Kepalanya menunduk dan bibirnya mulai mengecupi perpotongan leher Chaerin dimana lambang yang tengah berpendar terang itu berada. Penghidunya menghirup dengan tamak aroma feromon yang masih lemah itu.

 

“Chaerin..” Suaranya terucap serak.

 

Ia membawa kepalanya kembali sejajar dengan Chaerin. Obsidiannya bersirobok dengan onyx coklat Chaerin yang terbuka saat namanya dipanggil. Menatap dengan dalam onyx itu sebelum bibirnya bergerak mengucapkan sumpahnya.

 

“Aku Park Jayson bersumpah, diriku hanya untukmu. Hidup dan matiku ada pada dirimu. Hakmu adalah kewajibanku. Serta menjadikan dirimu satu-satunya omega dalam hidupku.” Ikrarnya. Bibirnya mengulaskan senyum sebelum wajahnya kembali ia tenggelamkan pada perpotongan leher Chaerin dan menancapkan taringnya tepat pada lambang yang berpendar.

 

Sebuah sumpah dengan penandaan yang baru saja dilakukan Jayson telah mengembalikan lambang Chaerin kebentuk semula. Proses itu juga telah membuat rasa sakit yang Chaerin rasakan sedikit berkurang. Napasnya tidak lagi tercekat dan nyeri pada lambangnya mulai menghilang. Chaerin pun dapat kembali membuka matanya tanpa ada rasa sakit dikepala.

 

Namun hal pertama yang ia lihat saat matanya terbuka adalah wajah Jayson yang memucat dengan mata yang terpejam –sama seperti dirinya sebelum alpha itu mengikrarkan sumpahnya. Chaerin tahu apa yang tengah terjadi dan ia juga paham dengan apa yang harus dirinya lakukan. Maka dengan tubuh yang masih dirundung hawa panas, Chaerin mendorong pelan tubuh Jayson hingga kembali berbaring di sebelahnya. Ia merangkak naik ke atas sampai dirinya kini yang tengah mengurung Jayson dalam kungkungan tubuh kecilnya.

 

“Chae-rin..”

 

“Diam Jayson!” Hardiknya saat Jayson berusaha untuk menjauhkan tubuh mereka.

 

“Aku memang belum bisa mempercayaimu, tapi bukan berarti aku kembali menyakitimu. Kau telah mengurangi kesakitanku, jadi aku akan melakukan hal yang sama.” Putusnya.

 

Ia lantas menarik napasnya lalu sumpahnya pun terucap.

 

“Saya Lim Chaerin bersumpah, jika diri ini hanya milikmu. Hidup dan matiku ada padamu. Serta hakmu adalah kewajibanku. Dan akan kupastikan jika aku akan menjadi satu-satunya omega-mu.”

 

Cahaya terang di dada kiri Jayson lantas ia dekati sebelum menggigitnya hingga cahaya itu berubah menjadi sebuah bentuk lambang yang sempurna. Chaerin mengecup singkat sebelum tubuhnya ambruk karena gelombang panas yang kian menyerang titik sensitifnya. Ia mengerang membuat Jayson menoleh dan matanya kembali menggelap.

 

Dan malam itu adalah malam terpanjang bagi Jayson dan Chaerin untuk berbagi kehangatan dan membawa diri masing-masing ke langit tertinggi untuk terjun dalam euforia yang membahagiakan. Bergumul di atas ranjang dengan erangan dan napas berat yang menjadi peneman malam panjang, yang tanpa mereka sadari telah menjadi saksi bagaimana dua hati kembali terikat lebih kuat dari sebelumnya. Membuat ego, angkara, dan perasaan untuk omega lain menguar bersama dengan peluh yang membasahi tubuh. Hingga hanya tersisa rasa cinta dan saling memiliki saat tubuh keduanya telah sampai pada puncak gairah hingga erangan panjang menjadi penutup malam panas mereka.

 

Jayson melepaskan penyatuan mereka. Membawa tubuh lelahnya berbaring di sebelah Chaerin. Ia tersenyum bahagia untuk pertama kalinya saat melihat wajah Chaerin yang tidak diselimuti amarah. Jayson kemudian mengusap peluh diwajah Chaerin sebelum membawa tubuh mungil itu untuk kembali berada di dalam dekapannya.



T . B . C





Comments

Popular Posts