Ranting at sunday night


(cr: got this picture from google)


Banyak sekali hal yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan. Contohnya seperti satu persatu karyawan di kantorku yang pergi (entah karena dipecat atau mengundurkan diri) dan akhirnya menambah beban pekerjaan jadi tambah banyak. Pemasukan kantor yang tidak bertambah membuat bosku berkelit dan menutup mata kalau kami perlu tambahan tenaga untuk mengatasi semua beban pekerjaan yang bikin sakit kepala tiap hari. 




Serius deh, aku sebenarnya sudah tidak tahan. Ini semua berawal dari salah satu mantan karyawan di kantor mengundurkan diri, yang membuatku jadi harus siap kapan pun ada meeting dengan klien. Bayangkan itu! Aku melamar di posisiku karena aku tidak perlu bertemu orang, aku hanya perlu mengerjakan tugasku. Aku mempelajari produk, mencari ide, membuat ide konten, meneruskannya ke graphic designer, menulis caption, minta approval klien, dan akhirnya upload konten tersebut di media sosial. Thats it. 


Tapi semenjak si sialan itu pergi aku jadi menangani pekerjaannya. Dan entah kenapa, semenjak si sialan itu pergi, orang-orang lain pun pergi satu persatu (ada yang karena dipecat dan ada yang karena sudah tidak tahan). Urusan meeting dan administrasi sudah bikin aku kewalahan, aku juga dapat limpahan pekerjaan dari rekan kerja yang pergi. 


Puncaknya ketika salah seorang mantan karyawan yang dipecat dan menghilang tanpa memberi penjelasan tentang klien yang dipegangnya. Dan sebagian besar kliennya bermasalah dan dia memang brengsek dengan tidak mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Kemudian semua meledak. Betulan meledak. 


Satu persatu kliennya protes, di saat si brengsek ini tidak bisa dihubungi dan aku serta seorang karyawan lain yang tersisa tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Seriusan aku betul-betul tidak tahu. 


Besok, senin. Aku harus menghadapi tumpukan pekerjaan yang asalnya dari klienku dan klien si brengsek. Ya ampun. 


Aku betul-betul ingin resign dan meninggalkan kantor sialan itu. Tapi aku cukup sadar kalau tempat tersebut sebenarnya sangat nyaman terlepas dari atasanku yang kacau dan mengira aku bisa diandalkan untuk pekerjaan yang banyak dan bermasalah karena ulah si brengsek. Semuanya berantakan.


Mencari pekerjaan baru juga tidak semudah itu. Yah, aku tahu karena aku sempat lama sekali jadi pengangguran (well, tidak benar-benar menganggur, aku punya pekerjaan lepas yang gajinya tidak seberapa) tapi tetap saja mendapatkan pekerjaan baru memang sulit apa lagi selama ini aku tidak serius update portofolioku atau CV-ku. 


Dan di antara banyak kejadian yang terjadi, aku sempat benar-benar mau resign karena bosku yang suka cuci tangan dan tidak mengerjakan tugasnya sebagai leader. Aku bilang itu ke mamaku, tapi dia bilang lebih baik aku resign setelah mendapatkan pekerjaan baru. Huh, keuangan keluarga kami memang sedang tidak baik sih.


Beberapa hari setelah badai itu berlalu, aku masih berpikir untuk resign tapi sudah tidak marah lagi. Aku sudah lebih tenang sekarang, tapi aku masih mau mengeluh dengan tumpukan pekerjaan yang harus kukerjakan besok. Ada kekesalan, keraguan, dan ketakutan. Aku ragu bisa menyelesaikan semuanya dengan baik. Aku takut semua malah akan semakin berantakan. there i said it! 


Yahh, setelah aku menghabiskan waktu untuk nonton film di bioskop sendiri, beli makanan yang kumau tanpa harus peduli tagihannya, beli tas yang kuinginkan, beli lipstick yang warnanya belum kupunya, atau sekadar beli camilan tanpa harus berbagi dengan adik-adikku, aku sadar aku gak mungkin resign sembarangan. 


Aku memang masih punya uang di tabungan, tapi mereka akan pergi kalau aku gak bekerja kan? 


Aku memang stress, marah, dan mau resign tapi aku akan lebih bijak. Aku akan resign kalau memang sudah tidak tahan lagi dan semua hal-hal kecil di atas tidak bisa membuatku bahagia lagi. Aku akan resign kalau aku sudah punya rencana lain mungkin? 


Uh, biasanya kalau di film romcom saat si cewek pemeran utama stress dengan pekerjaannya dia akan ketemu cowok ganteng, keren. agak resek yang bikin kesel tapi gemes. Bukan berarti aku mau punya pasangan atau gimana, aku cuma berharap di antara pekerjaan yang stressful ini ada cowok ganteng yang bisa mengobati sakit kepala dan kekacauan ini. 


Be real, hidupku gak kayak film romcom. Aku besok akan naik angkot dan kereta menuju kantor dan bersiap untuk mengerjakan tumpukan tugas sialan yang harus kuselesaikan! 


Dan sebenarnya aku gak benar-benar butuh cowok ganteng, keren, sedikit resek untuk mengobati rasa sakit kepalaku. Aku cuma butuh semua ini berjalan lancar, aku bisa mengerjakan semua dengan baik, klien puas dan senang. Aku bahagia. Yeahh..  


Cukup sekian keluhanku di minggu malam ini. Semoga siapapun yang baca ini akan diberi kelancaran untuk menghadapi harinya. Dah, see you. 



God bless you, 


GSB

Comments

Popular Posts