A Map That Leads To You - Part 0


Cast:

 Seo Sorin (OC) - Choi Yeonjun (TXT)   

Lee Juyeon (The Boyz) - Choi Soobin (TXT) -  Lee Jeno (NCT Dream) - Park Wonbin (Riize)

Genre:

Romance - Friendship

 

“Sepertinya kita harus bikin band!” kata Yeonjun dengan penuh semangat.

 

Juyeon yang dari tadi sibuk mengecek pesan di ponselnya, menatap Yeonjun seolah pria itu sudah tidak waras. “Dengan siapa? Kita baru saja dikeluarkan dari sebuah band setengah jam lalu.”

 

Mereka baru saja dikeluarkan dari band yang rencananya akan ikut mengikuti kompetisi band antar fakultas dua bulan lagi. Padahal mereka sudah bergabung dan berlatih dengan giat selama ini, tapi digantikan dengan anggota baru yang dinilai lebih kompeten. Jelas saja mereka Cuma membuat alasan untuk menendang Yeonjun dan dirinya. Juyeon memang sudah curiga setelah ia dan Yeonjun membantu mereka menulis lagu untuk kompetisi, mereka akan segera dikeluarkan dari band itu.

 

Jadi wajar jika Juyeon masih merasa kesal setengah mati ketika Yeonjun menatapnya dengan penuh semangat dan membicarakan soal membentuk band baru.

 

“Bagaimana kalau kita rekrut sepupu-mu yang kau bilang bisa main keyboard itu?”

 

Ia ingat pernah mengenalkan Yeonjun pada sepupunya, Jeno, saat di malam penyambutan mahasiswa baru. Jeno memang cukup mahir main piano dan keyboard, tapi ia juga tidak yakin sepupunya itu mau bergabung dengan band khayalan Yeonjun.

 

Ia bahkan ragu Jeno mau tampil di depan banyak orang. Sepupunya itu agak pemalu, bahkan ia harus menemaninya dan memperkenalkan Jeno dengan para senior supaya anak itu punya kehidupan kampus yang bahagia.

 

“Lalu siapa yang bakal jadi vokalisnya?” Ini pertanyaan yang sangat krusial. Mungkin bakal jadi alasan kuat untuk mengubur mimpi Yeonjun.

 

Benar saja. Pertanyaan itu rupanya berhasil membungkam Yeonjun. Pria itu termenung dan berpikir keras untuk menemukan sosok yang tepat untuk menjadi vokalis band khayalannya. Juyeon kembali menekuri layar ponselnya, tidak memedulikan temannya yang masih berpikir keras.

 

Setengah jam kemudian, beberapa orang mahasiswa masuk ke dalam ruangan mereka berada. Suasana kelas yang tadinya sepi, kini mulai ramai dengan obrolan seru orang-orang yang baru datang.

 

“Gimana kalau anak baru yang bernyanyi di acara malam penyambutan mahasiswa baru itu.” Yeonjun menarik turunkan alisnya. Kelihatan bangga karena bisa memecahkan masalah yang mereka hadapi.

 

Juyeon mendesah panjang, menatap temannya dengan enggan. Ia yakin Yeonjun tidak akan berhenti bicara sampai ia menyetujui rencananya. Maka dari itu ia menyahuti Yeonjun dengan setengah hati.

 

“Terserah kau saja. Tapi kau yang atur semuanya. Aku cuma mau ikut kalau semua personil sudah setuju untuk bergabung.” 

 

 

****  

 

Juyeon setengah terkejut begitu Yeonjun membawanya ke tempat latihan musik dan mendapati beberapa orang sudah ada di sana. Termasuk Lee Jeno.

 

“Gimana? Aku sudah bilang kan kalau aku bakal berhasil?” Yeonjun menyikutnya dengan wajah sumringah.

 

Studio musik milik Paman Junho menjadi saksi sebuah band tanpa masa depan itu terbentuk. Ada Yeonjun sebagai gitaris. Lalu Juyeon memainkan drum, sementara Jeno setuju bermain keyboard, kemudian sosok Soobin yang mencuri perhatian dengan suara cukup merdunya di acara malam penyambutan mahasiswa baru juga bergabung dengan band mereka sebagai vokalis.

 

Dan satu sosok penuh kejutan bernama Wonbin yang akan menjadi bassist mereka. Yeonjun bilang ia bertemu dengan Wonbin saat anak itu menatap poster lomba band antar fakultas yang dipajang di mading kampus mereka.

 

Kata Yeonjun saat itu Wonbin terlihat penuh tekad tapi juga sangat kasihan. Makanya ia menyapa dan bertanya apakah Wonbin mau ikut lomba itu. Tapi Wonbin cuma menggedikkan bahunya.

 

“Walaupun aku mau, sayangnya aku tidak punya band.”

“Aku mau bikin band. Kau bisa main alat musik apa?”

“Aku bukannya sombong, tapi aku memang cukup ahli main gitar dan bass.”

 

Meski awalnya kurang mengenal satu sama lain dan meragukan masa depan band itu, mereka tetap berlatih dengan disiplin. Mereka biasa latihan tiga kali dalam seminggu dan semakin sering begitu perlombaan semakin dekat.

 

“The Namja?” Soobin memekik tidak terima, matanya terbelalak menatap Yeonjun yang menyengir.

Juyeon menggelengkan kepala dengan miris. Seharusnya ia tahu betapa noraknya selera Yeonjun.

 

“Norak banget. Hyung, kau serius menamai band kita dengan nama itu?” Bahkan Jeno yang biasanya pasrah kini buka suara.

“Kita berlima kan pria semua. Jadi nama itu cocok, kan?”

 

Wonbin menghampiri Yeonjun, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Aku punya ide. Bagaimana kalau nama band kita Espoir.”

 

Semua orang terdiam, tampak berpikir namun juga tidak punya alasan untuk menolak karena tidak punya ide lain.

 

“Cukup asing dan kedengaran lebih keren dari The Namja. Ada arti khusus?” sahut Juyeon.

 

Wonbin mengangguk, kemudian melipat kedua tangan di depan dada. Walaupun ia anggota band termuda, namun Wonbin tidak pernah merasa terintimidasi oleh siapapun. Bahkan oleh Lee Juyeon yang kadang terlihat dingin.

 

“Artinya harapan diambil dari Bahasa Perancis,” jawabnya dengan wajah puas.

 

Yeonjun juga terlihat puas, ia menganggukkan kepalanya sambil bertepuk tangan. “Sepertinya artinya bagus.”

 

“Tentu saja artinya bagus. Harapan. Walaupun band ini terkesan menyedihkan, tapi kita semua punya harapan untuk band ini, kan?” Akhirnya semua orang setuju dengan ide Wonbin dan menamai band mereka dengan nama Espoir.

 

Lalu apakah mereka memenangkan lomba itu? Tentu saja tidak.

 

Tapi apakah mereka berhenti latihan setelah itu? Jawabannya tidak.

 

Mereka memang tidak memenangkan kompetisi tersebut, namun kebersamaan selama latihan membuat mereka menjadi punya harapan. Kesempatan untuk tampil di acara festival tahunan fakultas Ekonomi menjadi sebuah batu loncatan untuk awal yang baru bagi mereka berlima.

 

Dan kesempatan-kesempatan lain berdatangan dan tentunya tidak mudah. Tapi perjalanan itulah yang membawa Espoir ke dapur rekaman dan menjadi band yang populer.

 

Tentu saja ketenaran, uang, dan penggemar yang mereka dapatkan, datang bersama konsekuensi yang harus mereka terima. Mengingat perjalanan panjang dan perjuangan mereka hingga di posisi ini, Yeonjun berusaha agak bijak dalam menyikapi para fans yang mulai mengikuti kemanapun ia pergi.

 

Namun, kalau sampai menerobos masuk ke dalam kamar mandi itu sudah tidak bisa dibiarkan bukan?

 

TBC

 

Meet our Espoir Members

 

Choi Yeonjun as leader & guitarist



Lee Juyeon as drummer



Choi Soobin as vocalist


Lee Jeno as keyboardist


Park Wonbin as bassist

 

Halo semuanya. Aku kembali dengan judul FF baru bersama dengan cast yang sangat baru. Btw, aku mau disclaimer kalau karakter semua tokoh di sini Cuma fiksi dan aku hanya meminjam visual para idolnya aja ya.

 

Sebenernya part ini cuma mau mengenalkan member beserta visualnya dan sedikit latar belakang band Espoir ke pembaca. Nah, FF ini bakal fokus ke Yeonjun jadi member lain cuma supporting cast aja yaa.

 

Buat karakter Seo Sorin (main cast ceweknya) aku pinjem visualnya aktris Korea nama aslinya Roh Yoon Seo.

Oh ya, cara baca Espoir itu Es-po-a atau kalian bisa cek aja di Google Translate ya guys..

 

Kalau di real life yang paling tua itu Juyeon kan ya, tapi di FF ini Juyeon sama Yeonjun itu seumuran yaa, mereka lebih tua dua tahun dari 3 member lainnya. Sementara Jeno, Soobin sama Wonbin tuh sepantaran, beda bulan aja. Anggap si Wonbin ini kelahiran bulan Desember, jadi dia maknae di grup.

 

Apa  lagi ya yang mau kubahas? Ohh…. Jadi Espoir ini band yaa guys bukan band idol kayak CNBLUE gitu. Jadi emang mereka cuma muncul di TV kalau di acara musik aja dan popularitasnya gak kayak idol yang ada larangan datingnya.

 

Aku harap bisa lancar nulis ff ini sampai tamat. Aku juga udah kangen banget nulis ff yang panjang gini dan berhubung aku punya waktu luang banyak insyaallah aku bakal usahain untuk nulis ini dengan giat (anjay).

 

Sekian dulu dari aku, sampai ketemu di part berikutnya.

 

 

See you,

 

GSB

 


Comments

Popular Posts