How Hurt : Part 10

 


 



(DISCLAIMER: Penggunaan nama tokoh dalam cerita tidak ada hubungannya dengan sosok asli dalam kehidupan sebenarnya.)


.

.

.


 



Aerin ada di Rovaniemi, Finlandia.Aku dan Ayah akan pergi ke sana besok pagi.”

 

Ucapan Jungkook masih terngiang dengan sangat jelas di telinga dan berulang di otak Jaehyun. Malam yang ia kira akan berlalu dengan doa dan harap untuk ditemukannya Aerin –lagi, ternyata berganti dengan ungkapan syukur untuk Tuhan karena telah mengabulkan keiinginannya. Ada kelegaan yang Jaehyun rasakan tapi tidak munafik jika dirinya masih terpikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.

 

Jaehyun tahu seberapa menderitanya Aerin hidup dengan keluarganya, walau tidak setahu Yunji yang lebih dulu mengenal Aerin. Ia juga masih ingat bagaimana Aerin memendam seluruh rasa kecewanya dan berusaha untuk mengubur di hati terdalamnya. Dan Jaehyun juga memahami jika rasa kecewa Aerin telah menjadi bom waktu tersendiri yang telah meledak ketika kekangan kembali dihadiahkan untuknya.

 

Semua ingatan kecil itu cukup untuk menyadarkan Jaehyun dari euforia sementaranya. Aerin telah terluka sangat dalam dan begitu lama. Tidak mungkin jika Aerin akan kembali dengan mudah. Akan sangat aneh jika Jaehyun bisa bertemu dengan Aerin beberapa hari setelah kepergian Jungkook dan Ayahnya, yang katanya ingin menemui sekaligus menjemput Aerin.

 

Maka karena itu kelegaan yang dirasakan Jaehyun bisa dikatakan tidak mutlak. Hatinya masih terselimuti rasa tidak nyaman sekaligus penyesalan karena telah menutupi kebenaran dari Aerin. Andai saja dirinya memiliki keberanian untuk mengatakan tentang rencana perjodohan itu, mungkin Aerin tidak akan semarah itu padanya.

 

Jaehyun bersandar di sofa kamarnya yang menghadap ke jendela. Duduk dengan pikirannya yang tidak menentu sedangkan maniknya memerhatikan keadaan malam di luar. Gelap dengan cahaya bulan yang tertutup awan kecil.

 

Ia merasa langit seperti tengah menggambarkan keadaannya. Bulan yang terhalang cahayanya itu seakan mengatakan jika ditemukannya Aerin memang memberikan titik terang tapi tidak seterang penggambaran dari nada suara Jungkook. Langit gelap yang membentang di atasnya justru yang paling menjelaskan kondisi sebenarnya kalau ditemukannya keberadaan Aerin sama dengan bertemu jalan tanpa ujung yang gelap.

 

 

*   *   *   *

 

 

Jaehyun berjalan santai menyusuri koridor kampusnya. Menikmati lenggangnya kampus yang belum ramai mahasiswa. Rasanya sangat menyenangkan karena tidak ada riuh teriakan dari yang lain, yang terkadang suka memekakkan telinga. Namun langkahnya seketika berhenti saat seseorang dari samping datang dan menabrak tubuhnya. Beruntung tabrakan yang terjadi tidak kencang –yang bisa berisiko membuatnya terjatuh – tapi cukup mampu menghadirkan rasa sakit pada tubuh bagian kirinya.

 

“Maaf saya tidak sengaja.”

 

Suara kecil itu mengalun dan membuat Jaehyun mengangkat pandangannya. Wajah kecil dengan mata bulat menyapa indera pengelihatannya, dan membuat hati Jaehyun seperti mendapatkan kejutan.

 

“A-Ah, “ Ia tergagap. “Tidak apa-apa.”

 

“Sekali lagi maaf.”

 

Gadis itu membungkuk dengan cepat lalu bergegas pergi meninggalkan Jaehyun yang diam terpaku. Matanya tidak lepas memperhatikan gadis itu hingga punggung kecilnya perlahan menghilang di lorong panjang. Senyum kecilnya terbentuk tanpa ia sadari. Bahkan bertahan setelah kepergian gadis itu.

 

“Siapa dia?” Gumamanya untuk diri sendiri.

 

Jaehyun hendak pergi tetapi kaki berbalut sneaker itu terasa menginjak sesuatu. Mau tidak mau ia menunduk dan mengangkat kakinya dari sesuatu yang berada di bawah telapak sepatunya. Ia mengernyit sembari mengulurkan tangan mengambil benda pipih itu.

 

“ Aerin Jeon.” Bacanya pada tulisan yang tertera di gantungan dalam genggamannya.

 

Ia menyimpan gantungan milik gadis yang menabraknya itu ke dalam saku jaketnya. Lantas merajut langkah yang sempat tertunda untuk menghadiri kelas pertamanya di jam yang masih pagi bersamaan dengan mekarnya bunga pertama di dalam hatinya.

 

Tidak terasa, setengah hari berhasil Jaehyun lalui dengan baik. Dua mata kuliah penting untuk mahasiswa baru seperti dirinya sudah selesai, dan kini saatnya ia bertemu dengan tiga teman barunya yang telah menjadi teman terdekatnya di kantin. Jaehyun berjalan melewati banyak kelas dengan banyak mahasiswa yang juga meninggalkan kelas mereka. Saat kedua tungkainya telah sampai di pusat kebahagiaan untuk mahasiswa, ia langsung mencari keberadaan teman-temannya. Memutar kepala dan manajamkan pandangannya untuk menemukan temannya di tengah ramainya kantin.

 

Ia berseru pelan saat kedua obsidannya berhasil melihat meja yang dihuni ketiga temannya. Tanpa pikir panjang dan mengulur waktu lebih lama, Jaehyun kembali membawa tungkainya untuk menghampiri meja yang tidak jauh dari konter pemesanan. Kakinya melangkah ringan diiringi senyum dengan lesung di pipinya.

 

Semakin dekat tapi dia malah menghentikan langkah kakinya saat kedua obsidannya melihat kedatangan presensi lain di sana. Jaehyun memicing saat tubuh kecil itu –yang ia yakini sebagai tubuh perempuan– berdiri tepat di samping Jungkook. Rasa penasarannya membuat Jaehyun berjalan mendekat tetapi berhenti di balik pilar begitu menyadari pakaian gadis itu beserta tas yang tersampir di pundaknya.

 

“Hanya karena flashdisk tidak bergunamu ini aku hampir telat! Besok-besok jangan menyusahkanku, pulang dan ambil sendiri!” Ucap gadis itu dongkol sembari meletakkan sesuatu di atas meja dengan cukup keras.

 

Jaehyun menyembunyikan tubuhnya di belakang pilar saat gadis itu berbalik pergi meninggalkan teman-temannya. Ia memberanikan diri untuk keluar setelah beberapa waktu yang ganjil berlalu. Berjalan seperti tidak terjadi apa-apa mendekati ketiga temannya dan bergabung di sana.

 

“Siapa dia?” Tanya Jaehyun setelah bokongnya berada di atas kursi.

 

“Adik kembarku.” Jawab Jungkook.

 

Oh, pantas saja aku seperti mengenali bentuk matanya. Ternyata  saudara kembar Jungkook., batin Jaehyun.

 

“Tapi adikmu menyeramkan sekali Kook.” Komentar Eunwoo yang membuat Jaehyun meliriknya bingung.

 

“Menyeramkan?”

 

“Wah Jae, untung kamu belum datang. Tadi itu adiknya Jungkook datang dengan muka menahan marah lalu memberikan Jungkook flashdisk dengan mengumpat. Ugh.. dia seperti singa betina yang anaknya diganggu.” Timpal Mingyu dengan wajah super ekspresif yang membuat Jaehyun malah ingin tertawa dibandingkan membayangkan gambaran menyeramkan yang dijelaskannya tadi.

 

“Sudah tidak usah dibahas.” Sela Jungkook yang terlihat enggan untuk melanjutkan pembicaraan itu.

 

Namun belum juga satu menit berlalu, Eunwoo yang duduk tepat di hadapan Jungkook kembali membuka suaranya dengan membawa topik tentang adik Jungkook yang Jaehyun tahu bernama Aerin –sesuai dengan gantungan yang ditemukan.

 

“Tapi kalian benar saudara kembar?”

 

“Tentu saja. Memangnya ada apa?”

 

Eunwoo menggaruk tengkuknya. “Itu, kau dan saudaramu itu terlihat berbeda. Saudaramu berambut pirang dan kulitnya jauh lebih putih, lalu warna matanya juga tidak biasa.”

 

Kini kepala Jaehyun menoleh pada Jungkook yang terdiam sebelum menghela napasnya. Sejujurnya ia juga penasaran, pasalnya saat mereka bertemu tadi Jaehyun melihat jika mata gadis itu berwarna biru sedangkan Jungkook berwarna coklat gelap. Untung Eunwoo terpikir untuk menanyakannya, jika tidak pasti akan terlewatkan saja olehnya.

 

“Karena Aerin banyak menurunkan genetik Ibu, sedangkan aku Ayah kami.”

 

“Jadi Ibumu juga bermata biru sepeti saudaramu?” Seru Mingyu dengan matanya yang membulat.

 

Jungkook mengangguk singkat. “Ibuku berdarah Finlandia-Korea. Nenek dari Ibuku adalah orang Finlandia sedangkan Kakekku separuh Korea dan separuhnya Finlandia. Kalau Ayahku murni Korea. Karena itu Aerin bisa bermata biru.” Jelas Jungkook yang dijawab anggukan dari Eunwoo dan Mingyu.

 

Sementara Jaehyun hanya diam mencerna semua penjelasan Jungkook sembari menahan terbitnya senyum di bibirnya. Ia tahu ini aneh, tapi Jaehyun tidak bisa memungkiri jika mata biru Aerin adalah alasan mengapa kini benih-benih bunga mulai tumbuh di hatinya. Saat pertama kali melihat mata Aerin, Jaehyun merasa seperti ditarik ke dalam lautan yang bergerak tenang. Membuat dirinya dipaksa untuk berada di dalamnya dan tenggelam di dalam dalamnya mata biru itu.

 

Dan saat itulah Jaehyun membangun keiinginan untuk menumbuhkan taman bunga di hatinya sampai penuh dengan bunga-bunga cantik yang bermekaran. Otak pintarnya dibuat berpikir tentang cara untuk bisa menumbuhkan bunga itu. Ia tahu hanya Aerin yang bisa melakukannya, karena itu ia mulai memikirkan bagaimana membuat Aerin menyadari presensi dirinya. Setelahnya membuat Aerin menerima keberadaannya tanpa harus memaksa atau menekan gadis itu.

 

Usaha Jaehyun untuk membuat Aerin menyadari keberadaannya ternyata tidak semudah yang ia kira. Gadis bermarga Jeon itu sangat sulit untuk didekati. Bahkan ketika mereka tidak sengaja bersisihan di perpustakaan, Jaehyun mencoba mengingatkan Aerin tentang insiden tertabrak di pagi hari tetapi Aerin malah tidak ingat siapa yang dirinya tabrak. Membuatnya seperti dihempaskan begitu saja saat mendengar jawaban Aerin dengan wajah yang datar.

 

Jaehyun tidak pernah mengira jika Aerin akan berbeda 180 derajat dari Jungkook. Ia pikir karena mereka kembar pastilah ada kemiripan karakter pada keduanya. Tapi ternyata dia salah. Karena itu rencana yang disusunnya tidak ada yang pernah berhasil, karena memang Aerin tidak bisa di dekati seperti saat ia mencoba berkenalan dengan Jungkook.

 

Selama satu semester Jaehyun terus berusaha tetapi tidak juga membuahkan hasil. Untung Jaehyun tidak mudah menyerah karena hatinya yang tidak mengizinkan. Ada sudut terkecil di hatinya yang selalu memaksa Jaehyun untuk terus berusaha. Dan seperti ungkapan ‘usaha tidak pernah mengkhianati hasil’, pada akhirnya keiinginan Jaehyun pun terwujud. Aerin mengenalnya dan hubungan mereka berubah menjadi teman.

 

Semua itu berawal dari pemikiran Jaehyun tentang Aerin dan perpustakaan. Ia berpikiran Aerin adalah gadis penyuka buku karena dirinya sering melihat gadis Jeon itu masuk dan keluar dari perpustakaan. Hal selanjutnya yang membuat Jaehyun lebih mudah menyusun rencananya adalah saat mengetahui buku apa yang suka Aerin baca di sana. Sejujurnya saat pertama kali Jaehyun cukup terkejut mengetahui Aerin membaca buku tentang bisnis, karena ia tahu jika Aerin adalah mahasiswi psikologi. Tapi dia tidak terlalu memikirkan alasannya, karena baginya itu adalah keuntungan untuk menjalankan rencananya.

 

Karena itu saat Jaehyun memberanikan diri untuk bertatap muka secara langsung dengan Aerin, ia menjadikan bisnis sebagai bahan pembicaraan mereka. Walaupun pengetahuan tentang bisnisnya masih minim karena ia masih mahasiswa semester 3, tetapi cukup berhasil untuk menarik minat Aerin berbicara dengannya. Dimulai dari hal-hal kecil tentang ilmu dasar bisnis hingga akhrinya Jaehyun bisa tahu jika Aerin sebenarnya ingin mengambil jurusan bisnis tapi terhalang keputusan keluarganya.

 

Awalnya ia bingung kenapa juga keluarganya melarang Aerin padahal Jungkook mengambil jurusan itu. Sampai setelah sekian lama mereka berbincang dan semakin dekat, Jaehyun akhirnya sadar jika Aerin hidup tidak dalam keluarga yang biasa-biasa saja. Gadis itu menjalani kehidupannya dalam sebuah keluarga dengan ikatan dan aturan tak terlihat tetapi sangat mengikat. Sekali saja dia melanggar aturan atau batasan yang ada, kesengsaraan yang selalu Aerin gambarkan.

 

Seperti halnya di sore hari itu, Jaehyun yang tidak memiliki jadwal latihan berangsur membawa langkah kakinya menuju perpustakaan karena ia mengetahui keberadaan Aerin di sana. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aerin di salah satu kursi di sana. Hingga kedua obsidannya melihat sosok Aerin yang duduk di dekat rak, Jaehyun segera membawa tungkainya untuk menghampiri gadis itu.

 

Tanpa permisi, Jaehyun menarik kursi kosong di sebelah Aerin. Bergabung dengan gadis Jeon itu yang tersentak dengan kedatangannya.

 

“Kau mengagetkanku.” Seru Aerin dengan mengusap dadanya.

 

Jaehyun lantas terkekeh.

 

“Kamu sedang apa?”

 

Aerin melirikkan matanya sebelum kembali fokus pada layar laptopnya.

 

“Mengerjakan tugas.”

 

Jaehyun mengangguk lantas meletakkan tasnya ke atas meja. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sembari memperhatikan Aerin yang sangat fokus pada tugasnya. Tidak ada niatan untuk mengusik Aerin. Jaehyun lebih memilih membiarkan keadaan hening agar tidak mengganggu Aerin sedangkan dirinya menikmati pemandangan wajah cantik Aerin dalam diam.

 

Keterdiaman keduanya bertahan hingga Aerin menutup buku catatannya bersama laptopnya. Ia lalu meregangkan tubuhnya yang membuat Jaehyun semakin menyunggingkan senyumnya karena sikap Aerin yang terlihat lucu di matanya.

 

“Kenapa tersenyum? Apa yang lucu?” Tanya Aerin dengan mata memicing.

 

“Kamu yang lucu.” Jawab Jaehyun apa  adanya.

 

Aerin mengerutkan keningnya dan kembali bertanya, “Aku? Memangnya aku badut?”

 

Jaehyun terkekeh kecil mendengar gerutuan Aerin. Gemas dengan sikap gadis itu sampai Jaehyun mencubibit pipi putih dan halus milik Aerin. Membuat Aerin membulatkan matanya sebelum menepis tangan Jaehyun dari pipinya.

 

“Jangan sentuh-sentuh!”

 

Ok maaf. Aku hanya tidak tahan saja melihat wajahmu yang lucu apalagi saat menahan kesal seperti itu.”

 

Aerin mendecak sebal. Dibuat kesal setelah selesai mengerjakan tugas sama saja dengan mencari mati. Ia yang sudah lelah karena harus berpikir bukannya diberikan ketenangan malah diberikan gangguan. Jaehyun itu terkadang baik tetapi lebih sering menyebalkannya untuk Aerin. Tapi entah kenapa tidak ada niatan untuk menjauhi Jaehyun. Walau kesal tetapi Aerin cukup merasa nyaman dengan keberadaan Jaehyun di sekitarnya.

 

“Kenapa tidak pulang, bukankah semua jam kuliah sudah selesai?” Tanya Aerin yang telah mengikuti Jaehyun bersandar di sandaran kursi.

 

“Sengaja, aku ingin bertemu dengamu.”

 

Aerin melirik jengan Jaehyun yang nyatanya masih bertahan dengan senyum dan lesung pipinya.

 

“Kau hanya mengganggu dan mengusikku tahu?” Jawabnya ketus.

 

“Tahu kok.” Kepalanya mengangguk pelan. “Karena itu memang tujuanku, soalnya aku suka dengan wajah kesalmu. Kau akan sangat menggemaskan dengan bibir mengerucut, pipi yang mengembung, dan mata yang bulat. Sama seperti kelinci yang dicuri makanannya.” Terang Jaehyun yang langsung mendapatkan hadiah pukulan di lengannya.

 

“Kau!” Desis Aerin kesal.

 

“Sudahlah, aku mau pulang. Lama-lama denganmu bisa darah tinggi.”

 

“Darah tinggi tapi kenapa pipimu merah?” Ledek Jaehyun membuat Aerin seketika menoleh dan menatapnya tajam.

 

Aerin tidak menjawab, ia lebih memilih membawa tasnya pergi meninggalkan Jaehyun di sana.

 

“Aerin tunggu!” Panggil Jaehyun saat Aerin benar-benar meninggalkannya dan telah menghilang di balik pintu masuk. Ia buru-buru mengambil tasnya dan mengenyampirkan tali hitam tas itu di pundak bersamaan dengan tungkai kakinya yang berlari mengejar Aerin.

 

“Aerin!” Teriaknya tetapi tidak mendapatkan gubrisan dari Aerin yang telah berada jauh di depannya.

 

“Jeon Aerin tunggu aku!”

Tidak ada balasan. Aerin masih tetap mengabaikannya, bahkan kakinya telah berubah berlari saat Jaehyun tidak henti menyerukan namanya.

 

“Aerin!”

 

Ish.. berisik! Diam kau Jung Jaehyun!” Aerin berseru marah tanpa menghentikan lari kecil yang ia lakukan.

 

Jaehyun pun tidak diam, ia juga masih mengejar Aerin walau tidak menggunakan kekuatannya dengan utuh. Sengaja, karena ia ingin menggoda Aerin. Melihat kekesalan Aerin bersama dengan pipinya yang memerah menahan malu akibat perhatian yang ia terima dari mahasiswa lain yang berpapasan dengan mereka sudah cukup membuat Jaehyun merasa senang.

 

“Kamu mau kemana?” Tanyanya lagi setengah berteriak.

 

“Pulanglah.”

 

“Pulang denganku, aku akan mengantarmu.”

 

Aerin berbalik saat telah berada di pintu lobi kampus. “Terima kasih, tapi supirku sudah menunggu.” Balasnya lalu kembali memutar tubuhnya untuk menghampiri mobil mewah yang sudah terparkir di depan.

 

Gadis Jeon itu buru-buru masuk untuk menghindari tatapan mahasiswa lain yang sedari tadi memperhatikannya. Ia tidak biasa menjadi pusat perhatian. Karena itu ia menjadi kesal dengan Jaehyun karena ulah menyebalkan laki-laki itu. Tapi kembali dengan alasan sebelumnya, rasa nyaman yang diberikan Jaehyun tidak membuat dirinya ingin menjauhi laki-laki itu sekali pun yang Jaehyun lakukan hanya menggodanya.

 

Sementara Jaehyun, ia tidak bisa menghilangkan senyumnya bahkan ketika mobil yang ditumpangi Aerin telah pergi. Melepaskan atensinya dari mobil itu saja juga tidak. Sampai kendaraan mewah itu benar-benar sudah tidak terlihat lagi olehnya, Jaehyun baru mau memutus kontak matanya lalu berbalik pergi menuju area parkir dimana mobilnya berada. Merajut langkahnya dengan bibir yang terukir dengan senyum dan sebuah bunga yang kembali mekar di hati.

 

“Sepertinya aku mulai jatuh cinta padamu, Rin.”

 

Jaehyun sengaja bergumam sangat pelan agar hanya dirinya yang dapat mendengar kalimat ungkapan perasaannya itu. Cukup biar hanya dirinya saja yang tahu tentang isi hatinya karena masih terlalu jauh perjalanannya dan masih banyak usaha yang perlu ia lakukan untuk membiarkan orang lain tahu tentang rasa sukanya pada Aerin. Ia masih harus berusaha keras untuk bisa membuat perasaannya diketahui oleh Aerin.




T . B . C



- DF -

Comments

Popular Posts