How Hurt : Part 22


 



(DISCLAIMER: Penggunaan nama tokoh dalam cerita tidak ada hubungannya dengan sosok asli dalam kehidupan sebenarnya.)


.

.

.


 



Pernikahan Aerin dan Jaehyun sudah memasuki tahun pertama. Tidak ada yang menyangka jika hubungan yang terikat tanpa dasar cinta itu bisa berjalan selama itu. Bahkan Aerin sendiri merasa takjub dengan dirinya yang masih bertahan dengan pernikahan paksa ini.

 

Jika ada yang berpikir jika mungkin saja Aerin sudah mulai menerima pernikahannya dan berdamai dengan seluruh amarahnya, maka mereka salah besar. Karena nyatanya dalam satu tahun ini Aerin tidak bisa menghilangkan kekecewaan yang sudah berubah menjadi amarah itu begitu saja. Sekali pun Johnny, telah berhasil membuka hatinya di malam pria itu merayakan hari pernikahannya dengan sang pujaan hati.

 

 

Aerin berjalan menuju pelaminan seorang diri. Tidak ada yang menemaninya datang di acara malam itu. Ia tidak peduli juga, toh selama ini ia melakukan semua hal sendiri. Jadi menghadiri pesta pernikahan seorang diri bukanlah masalah besar untuk seorang Aerin.

 

ā€œKak Johnny selamat ya!ā€ Serunya saat ia berada di depan kedua mempelai yang tengah mengembangkan senyum bahagianya.

 

ā€œAerin!ā€ Johnny berseru dan memeluk erat tubuh perempuan yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

 

ā€œMakasih Rin.ā€

 

Aerin mengangguk. Lalu ia beralih memeluk istri Johnny.

 

ā€œSelamat Kak, bahagia selalu ya sama Kak Johnny.ā€

 

Wanita itu mengangguk.

 

ā€œIya, kamu juga ya Rin.ā€

 

Sedikit tahu mengenai kehidupan Aerin karena Johnny yang menceritakannya, membuat Yumi mudah menyesuaikan dirinya dengan Aerin. Apa lagi Johnny yang sudah menganggap Aerin seperti adiknya membuat Yumi pun ikut menganggap Aerin bak adik kandungnya. Ia seperti memiliki sosok adik setelah mengenal Aerin. Dan Yumi bersyukur akan hal itu.

 

ā€œRin, Jaehyun?ā€

 

Aerin menghela kala mendengar nama itu.

 

ā€œKak..ā€ Rengeknya yang membuat Yumi mengelus lengan Aerin pelan.

 

ā€œMaaf, tapi Kakak cuma nanya aja.ā€

 

ā€œUdah ah Kak enggak usah dibahas.ā€ Sinisnya.

 

Kini giliran Johnny yang menghela napas. Ia melirik sekilas Yumi yang masih mengusap pundak Aerin. Saat wanita itu mengangguk kecil, Johnny baru kembali membuka suaranya.

 

ā€œRin, Kakak ingin ngomong sesuatu. Tapi kalau kamu enggak suka, enggak apa-apa. Kakak cuma merasa perlu ngomong ini ke kamu.ā€

 

Ya, Johnny sudah memikirkan begitu matang apa yang akan ia katakan kepada Aerin. Bahkan ia sempat mengutarakan keiinginannya itu kepada Yumi dan meminta pendapat istrinya itu. Yumi yang merasa tidak ada masalah dengan keiinginan suaminya, menyetujui selama tidak memaksa dan menekan Aerin. Karena Yumi tahu jika apa yang akan Johnny sampaikan merupakan hal sensitif untuk Aerin.

 

ā€œIni tentang perniakahanmu Rin.ā€ Ada tarikan napas panjang sebelum ia kembali berucap.

 

ā€œKamu enggak mau mencoba mengusahakan pernikahan kamu ini?ā€ Tanyanya dengan begitu hati-hati, takut akan menyinggung Aerin.

 

Tidak ada sahutan membuat Johnny kembali membuka suaranya.

 

ā€œKalian sudah menikah hampir enam bulan Rin, kamu enggak mau mempertahankannya? Maksud Kakak, kamu enggak mau mencoba membuka hati untuk menerima Jaehyun dan menjalani pernikahan kalian seperti pasangan lainnya?ā€

 

Kemudian hening. Aerin tidak bersuara sedangkan Johnnya tengah mati-matiian menunggu respon Aerin.

 

Tapi setelah beberapa detik berlalu, Aerin masih tidak membuka suaranya. Hal itu membuat helaan berat lolos dari bibir Johnny.

 

ā€œKakak bukan mau menggurui atau sok tahu, tapi Kakak berusaha untuk memberikan sudut pandang lain untuk kamu. Mungkin dengan kamu menerima semuanya dengan lapang dada, ada jalan lain yang akan membantu kamu keluar dari tekanan dan rasa sakit yang kamu rasakan. Mungkin dengan menerima Jaehyun membuat bahagia yang selama ini kamu cari bisa segera kamu raih.ā€

 

ā€œKamu bisa pikirin lagi omongan Kakak.ā€ Sambungnya dengan mengusap puncak kepala Aerin.

 

Melihat raut Aerin yang masih masam, membuat Yumiv terkekeh lalu memberikan Aerin sebuah pelukan singkat.

 

ā€œUdah jangan kayak gitu mukanya, jelek tau. Lebih baik kamu ke Yunji aja, tuh lihat dia udah liatin kamu sambil megangin piring.ā€ Yumi menunju kearah Yunji yang tengah memasang wajah kesal.

 

Aerin mengangguk lalu pergi setelah memberikan pelukan untuk Johnny dan juga Yumi.

 

 

Aerin bergerak gusar di atas kasurnya. Pikirannya tengah kacau dengan seluruh rencana dan usaha yang tidak membuahkan hasil apa pun.

 

Setelah kepulangannya dari acara Johnny, Aerin kembali memikirkan ucapan pria itu. Ia terus memikirkan, terus dipikirkan, dan dipikirkan lagi sampai sebuah keputusan bulat diambilnya. Aerin akan mencoba mengikuti saran Johnny. Ia akan berusaha membuka hati untuk Jaehyun dan menerima pernikahan ini.

 

Tapi setelah beberapa bulan ia berusaha dengan begitu keras, ternyata usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Perasaannya benar-benar sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan perasaan lain selain hampa, sekali pun sudah banyak sugesti yang ia utarakan untuk dirinya.

 

Tidak ada perasaan apa pun selama ia mencoba untuk dekat dengan Jaehyun. Bahkan kebersamaan yang ia coba bangun tidak memberikan efek berarti untuk dirinya. Setiap kali ia hanya berdua dengan Jaehyun, mencoba untuk mengisi waktu lenggang, Aerin tidak merasakan apa-apa.

 

Sampai akhirnya malam itu ia menyerah. Menyerah dengan rencananya. Menyerah dengan usaha yang memiliki tekad lumayan besar itu. Serta menyerah dengan perasaan dan juga pernikahannya.

 

 

Selama beberapa hari ini Aerin terus memikirkan ucapan Johnny. Di setiap waktunya ia terus terpikirkan akan hal tersebut. Ia ragu, tapi ada dorongan kecil dari hatinya untuk mencoba. Mencoba membuka hati dengan harapan sebauh kebahagiaan.

 

Apakah bisa?

 

Aerin sangsi tapi entah kenapa ia ingin mencobanya. Mencoba menemukan kebahagiaan melalui jalan yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

 

Menarik napas dalam-dalam lalu diembuskan dengan berkala sebelum gagang pintu kamarnya ia tekan. Aerin berjalan keluar dari sana, menuruni tangga, menuju ruang makan dimana Bibi Kim tengah menyiapkan makan malam. Ia tersenyum dan berterima kasih pada wanita itu untuk makanan yang telah disiapkan. Bibi Kim yang merasa tugas di ruang makan sudah selesai, mengundurkan diri untuk kembali ke dapur. Tidak lama setelah itu, Jaehyun datang.

 

Mendapati Aerin yang duduk di meja makan membuat Jaehyun tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia tidak menyangka jika Aerin akan ikut makan malam dengan dirinya. Pasalnya Aerin hampir tidak pernah makan malam di rumah. Entah ia yang sudah makan di luar sebelum pulang, atau dia yang memang tidak ingin makan. Intinya Jaehyun lebih sering makan seorang diri di meja yang cukup untuk menampung enam orang.

 

ā€œRin.?ā€

 

Aerin mengangkat pandangannya dari piring makan.

 

ā€œMakan Jae..ā€ Balasnya lalu kembali menyantap hidangan yang sudah ia pindahkan ke atas piring makannya.

 

Jaehyun mengangguk. Lalu ia mengambil makanannya sendiri dengan kebingungan yang tidak bisa diindahkan, walau ada rasa senang yang tidak bisa disingkirkan juga dari dalam hatinya.

 

Makan malam berada dalam keheningan. Hanya ada suara dentingan alat makan dan piring yang mereka gunakan. Tidak ada suara yang keluar dari mulut kedua anak manusia itu hingga makanan di piring masing-masing telah habis. Aerin berdiri lalu mengambil piring Jaehyun yang telah kosong untuk dibawa ke dapur bersama dengannya.

 

Melihat itu Jaehyun semakin dibuat bingung. Tidak menyangka dengan apa yang Aerin lakukan.

 

Belum lenyap kebingungan itu. Aerin telah kembali dengan semangkuk buah. Ia berhenti lalu menatap Jaehyun yang masih menatap lurus dengan pandangan kosong.

 

ā€œMau makan buah?ā€

 

Jaehyun mengerjap saat vokal Aerin masuk ke dalam pendengarannya. Ia menoleh dan matanya menemukan keberadaan Aerin dengan wajah datar disebelahnya.

 

ā€œAh, i-iya..ā€

 

Aerin mengangguk lalu kembali merajut langkahnya yang sempat tertunda. Jaehyun buru-buru berdiri dan mengikuti Aerin dari belakang.

 

Dan sejak malam itu, di setiap malamnya akan keduanya gunakan untuk menjadi lebih dekat dengan rutinitas makan malam dan juga obrolan singkat di ruang tengah setelah makan dengan semangkuk buah atau makanan penutup lainnya. Selain itu, Aerin juga beberapa kali mencoba meluangkn waktu untuk sarapan bersama demi memaksimalkan usaha yang tengah ia usahakan.

 

Tidak hanya itu saja, terkadang mereka juga pergi keluar entah itu untuk berbelanja bulanan atau makan siang di akhir pekan. Suatu ha yang biasa saja tetapi sangat berarti tertama untuk Jaehyun.

 

Ia tidak tahu apa yang mendasari perubahan sikap Aerin. Tetapi ia berharap jika Aerin tidak akan berubah seperti dulu. Seiiring waktu berjalan, harapan untuk mempertahankan pernikahan mereka pun kembali tumbuh dalam benak Jaehyun. Walaupun ada sebesit ketakutan jika ternyata semua yang telah terjadi tidak akan bertahan lama.

 

 

Entah sudah berapa kali Jaehyun mengetuk pintu kamarnya. Tetapi Aerin tak juga keluar menemuinnya. Bertahan dengan berbagai alasan, salah satunya adalah tidak lapar. Tapi Jaehyun tidak menyerah begitu saja. Ia kembal mengetuk pintu yang sama dan memanggil nama yang sama.

 

ā€œRin, aku enggak tau kamu kenapa. Tapi tolong keluar dulu, kita bicara.ā€

 

Aerin masih bergeming di dalam kamarnya.

 

ā€œRin, hubungan kita sebelumnya udah baik-baik aja. Tapi kenapa kamu gini?ā€

 

Masih belum ada jawaban juga.

 

ā€œAyo kita bicara. Aku enggak akan tau apa-apa kalau kamu enggak ngasih tau aku. Ayo Rin keluar..ā€ Lirih Jaehyun.

 

Sementara Aerin masih berperang dengan dirinya sendiri. Ia bimbang apakah akan menemui Jaehyun di luar dan berbicara dengan laki-laki itu atau membiarkan saja seperti dua hari lalu.

 

Hingga Jaehyun memanggil dengan suara memelas yang membuat tubuh kurus Aerin bangun dari posisi rebahnya kemudian tungkai kakinya berjalan menuju pintu. Saat pintu dibuka, Aerin segera keluar dan menutup kembali pintu kamarnya.

 

ā€œAyo bicara.ā€ Ujarnya dan langsung pergi meninggalkan Jaehyun menuju ruang tengah.

 

Saat keduanya sudah mengambil posisi masing-masing, Aerin tak langsung membuka suaranya. Pikirannya masih begitu penuh dengan untaian kata yang tengah ia rangkai.

 

ā€œKamu kenapa? Kalau ada masalah, kamu bisa cerita sama aku.ā€ Tanya Jaehyun yang menjadi orang pertama sekaligus pemecah keheningan antara mereka.

 

Aerin mengangkat kepalanya hingga pandangan matanya bertemu dengan Jaehyun. Ia menatap lekat onyx itu, menyelami lebih dalam seorang Jaehyun. Kembali mencoba mencari alasan untuk melanjutkan usahanya.

 

ā€œEnggak bisa.ā€ Putusnya saat tidak ada hal yang ia temukan. ā€œAku enggak bisa!ā€

 

Jaehyun mengerut bingung.

 

ā€œEnggak bisa? Maksudnya?ā€

 

Aerin memejamkan matanya. Dan ketika ia membuka lagi kelopaknya, matanya menyorot dengan begtitu tajam.

 

ā€œKamu tau, selama beberapa bulan belakangan in aku berusaha untuk menerima pernikahan ini, menerima kamu. Tapi ternyata selama ini juga aku enggak merasakan apa pun selain kehampaan dan dingin. Aku mati rasa Jae.ā€ Ia menarik napasnya dalam.

 

ā€œAku nyerah Jae. Aku udah enggak bisa ngelanjutin usaha ini karena enggak ada alesan buat aku ngelanjutin.ā€

 

Medengar pengakuan itu membuat sesak di dada Jaehyun. Ternyata ketakutan yang ia rasakan sebelumnya merupakan pertanda untuk ia agar tidak terlalu terlena dengan keadaan.

 

Jaehyun menatap balik manik Aerin tak kalah dalam. Ia mencoba mencari kebohongan dari semua ucapan istrinya itu. Tapi tatapan tajam di depannya tidak menunjukkan sebuah kepalsuan. Tidak terlihat jika Aerin tengah berpura-pura. Yang ada hanya sebuah keyakinan besar. Keyakinan untuk menghentikan usahanya.

 

Lantas, kepalanya menggeleng. Jaehyun tidak bisa menerima keputusan itu. Ia tidak mau kedekatan mereka selama beebrapa bulan belakangan ini menjadi sia-sia. Ia harus bisa membuat Aerin mengubah pikirannya.

 

ā€œEnggak. Enggak Rin.ā€

 

Tangan besarnya mengambil tangan Aerin dan menggenggamnya erat.

 

ā€œJangan berhenti! Kamu enggak bisa ngelakuin itu.ā€

 

ā€œTapi Jae-ā€

 

ā€œEnggak Aerin.ā€ Selak Jaehyun.

 

ā€œKita bisa tetep usaha bareng-bareng. Aku akan buat kamu nemuin alasan untuk tetep bertahan. Aku akan bantu kamu Rin.ā€

 

Aerin menggeleng. Ia juga berusaha melepaskan tangannya dari genggaman hangat Jaehyun, yang sayangnya tidak bisa dielakan begitu saja.

 

ā€œSusah Jae! Aku udah enggak bisa ngerasain apa-apa.ā€ Lagi-lagi tarikan napas menjadi jeda singkat yang diberikan Aerin.

 

ā€œUdahlah Jae, kita enggak usah buang-buang waktu lagi. Emang sejak awal pernikahan ini enggak layak disebut pernikahan.ā€

 

ā€œEnggak.ā€  Jaehyun menggeleng cepat.

 

ā€œKita masih punya banyak waktu untuk memperbaiki semuanya Rin. Tolong jangan menyerah..ā€ Pinta Jaehyun yang kembali membawa tangan mungil sang istri ke dalam genggaman tangannya.

 

ā€œTapi-ā€

 

ā€œDenger Aerinā€¦ā€

 

Jaehyun menjeda. Tatapan matanya begitu dalam menatap manik Aerin hingga membius perempuan itu sampai mulutnya kembaliv terkatup.

 

ā€œKita coba dari awal. Kita ubah cara kerja usaha kamu. Kalau sebelumnya usaha yang kamu maksud tentang kamu menerima pernikahan ini. Bagamana kalau sekarang usaha yang kita lakukan bukan tentang pernikahan, tetapi tentang kamu dan aku?ā€

 

Aerin mengernyit bingung tetapi tidak berkata apa-apa.

 

ā€œKalau usaha kamu yang sebelumnya adalah mencari alasan untuk mempertahankan pernikahan kita, gimana kalau usaha kali ini adalah untuk kita saling mengenal? Aku yakin alasan untuk bertahan pun akan muncul dengan sendirinya kalau kita udah bener-bener saling mengenal satu sama lain.ā€

 

ā€œMaksudnya?ā€

 

ā€œKita mulai dari sebuah pertemanan. Enggak usah mikirin soal pernikahan ini, fokus aja sama hubungan pertemanan kita.ā€

 

Tawaran itu membuat Aerin bergeming. Ia tengah mempertimbangkan apakah ia akan setuju atau tidak. Namun saat ia menyadari harapan besar dari tatapan Jaehyun, membuat Aerin menghela dengan keputusan yang baru saja ia ambil.

 

ā€œOk..ā€

 

Jaehyun tidak bisa menyembunyikan senyumnya kala mendengar satu kata singkat itu.

 

ā€œBener?ā€

 

ā€œHm..ā€ Balas Aerin dengan anggukan kepala.

 

ā€œTerus sekarang gimana?ā€

 

Melepaskan genggaman tangannya, Jaehyun lantas mengulurkan tangan besarnya ke hadapan Aerin. Hal itu sontak membuat Aerin semakin dilanda bingung.

 

ā€œApa?ā€ Tanyanya yang tidak mengerti.

 

ā€œAku Jaehyun..ā€

 

Aerin masih bergeming. Ia menatap bergantian tangan dan wajah Jaehyun -masih dengan alis yang bertaut.

 

Jaehyun yang dibuat geregetan, dengan inisiatifnya mengambil tangan Aerin dan menjabat tangan Aerin begitu saja.

 

ā€œKita kenalan ulang.ā€

 

ā€œOhh..ā€ Kepalanya mengangguk-angguk. Kemudian dengan membalas jabatan tangan Jaehyun, Aerin melakukan hal yang sama dengan yang Jaehyun lakukan.

 

ā€œAerin..ā€

 

ā€œNama yang cantik, semoga kita bisa menjadi teman baik ya..ā€

 

ā€œHm.. semoga.ā€




T . B . C



- DF -

 

Comments

Popular Posts