How Hurt : Part 24


 



(DISCLAIMER: Penggunaan nama tokoh dalam cerita tidak ada hubungannya dengan sosok asli dalam kehidupan sebenarnya.)


.

.

.


 



Aerin masih membiarkan seorang penata rias yang ia sewa melakukan pekerjaan di wajahnya. Ia setia bertahan di depan meja rias untuk sebuah tampilan yang lebih baik. Ia menyewa jasa itu bukan karena tidak bisa merias diri, hanya saja ia tidak ingin merepotkan diri untuk berpikir. Lagi pula akan lebih efektif jika ia meminta bantuan pada yang ahli dibandingkan berusaha dengan kemampuan yang biasa saja.

 

ā€œSudah selesai Nona.ā€

 

Aerin mematut dirinya. Meneliti wajahnya yang telah dilukis dengan alat rias.

 

ā€œAku suka, terima kasih.ā€

 

Penata rias itu mengangguk lalu pergi setelah merapihkan seluruh barang yang ia bawa.

 

Sementara Aerin, ia membuka lemari pakaiannya dan mengeluarkan sebuah gaun yang Hoseok berikan beberapa hari lalu. Mulai dari model, pemilihan warna, serta ornamen yang terpasang digaun panjang itu selalu membuat Aerin berdecak kagum.

 

Kakak sepupunya benar-benar memiliki selera fashion yang sangat bagus. Aerin tidak usah meragukannya lagi.

 

Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Aerin bergegas memasuki kamar mandi untuk mengganti bathrobe putihnya dengan gaun cantik itu. Ia sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Hoseok dihari bahagia itu.

 

Setelah memakai gaun, Aerin bergegas mengenakan heels yang juga diberikan oleh Hoseok. Ia memakainya sembari duduk di atas kasur dengan tas tangan yang tergeletak di sebelahnya. Saat berhasil mengikat tali di kedua pergelangan kaki, Aerin berdiri dan kembali mematut dirinya di cermin besar yang terpasang di lemari. Ia memperhatikan dirinya sendiri dari mulai ujung rambut hingga kaki dan juga heels. Senyumnya tersungging kala rasa puas itu membuncah di dadanya.

 

ā€œMari kita bersenang-senang!ā€ Serunya.

 

Namun perasaan senang yang Aerin rasakan sirna ketika dia keluar dari kamar dan melihat Jaehyun yang sudah berdiri di sana. Senyumnya seketika hilang berganti dengan wajah datar.

 

ā€œBisa bicara sebentar?ā€

 

Aerin memutar bola matanya. Jengah sekali mendengar kalimat yang sama sejak seminggu lalu.

 

ā€œBisa enggak kita berangkat sekarang aja?ā€

 

ā€œSebentar aja, aku janji enggak akan lama.ā€

 

Aerin menghela kasar.

 

ā€œJae, hari ini pernikahan Kak Hoseok. Kalau aku telat, Nenek pasti ngomel sama aku. Kamu sih enak, kamu kan cucu mantu kesayangan. Enggak akan diomelin lah.ā€

 

Tanpa menunggu balasan, Aerin meninggalkan Jaehyun di depan kamarnya. Tapi belum juga kakinya sampai pada anak tangga pertama, Jaehyun telah lebih dulu mencekal lengannya.

 

ā€œRin, kenapa kamu berubah?ā€

 

Aerin menarik tangannya dengan kasar. Ia lalu berbalik dengan melipat tangannya di dada.

 

ā€œBerubah? Aku? Ngaca Jae. Enggak akan ada asap tanpa api, inget itu!ā€

 

Baru saja berbalik dan akan melangkah, lagi-lagi Aerin ditarik hingga tubuhnya memutar dan berhadapan dengan Jaehyun.

 

ā€œMaksud kamu apa?ā€

 

Aerin tertawa sinis mendengarnya. Jaehyun itu benar-benar tidak tahu atau sedang akting tidak tahu?

 

ā€œEnggak usah sok enggak tau Jae. Kamu pikirin aja sendiri, apa yang udah kamu lakuin belakangan ini. Kalau udah inget, baru kita ngomong lagi. Itu pun kalau aku bersedia.ā€

 

Kembali dengan wajah datarnya, Aerin melepaskan tangan besar Jaehyun dari pundaknya. Lalu kembali merajut langkah yang sempat terhalang. Namun baru dua anak tangga, kakinya kembali berhenti.

 

ā€œKalau kamu masih mau diem, aku bisa pergi pakai taksi online.ā€

 

 

*   *   *   *

 

 

Pengucapan janji suci pernikahan Hoseok dan Lisa berlangsung khidmat. Isak tangis kebahagiaan terdengar setelah keduanya selesai berikrar. Tepuk tangan riuh bergema saat di jari manis masing-masing sudah terpasang cincin emas yang menjadi tanda jika keduanya kini adalah sepasang suami-istri. Kini giliran pelemparan bunga untuk para tamu sebelum masuk ke acar jamuan yang diadakan di ballroom.

 

 

ā€œMereka serasi sekali.ā€

ā€œAku dengar keduanya berpacaran sejak kuliah.ā€

ā€œBenarkah?ā€

ā€œAku jadi iri, kapan ya kisah percintaanku sebaik mereka.ā€

 

 

Aerin dibuat tersenyum mendengar bisik-bisik tersebut. Ia juga mengakui kalau kedua mempelai sangat serasi. Hoseok tampan dan Lisa begitu cantik dan anggun. Tetapi ucapan salah satu dari mereka juga berhasil membuat Aerin merasakan hal yang sama dengannya.

 

Iri.

 

Iya, Aerin iri dengan perempuan itu dan juga perempuan lain di luar sana yang bisa merasakan fase berpacaran. Karena kenyataan menyedihkan seorang Aerin adalah, ia tidak pernah sekali pun menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis. Selama ini ia hanya sibuk mewujudkan keiinginan keluarganya dengan harapan yaitu sebuah perhatian.

 

Sayang, harapannya terlalu sulit untuk ia realisasikan.

 

Aerin berdiri dari kursinya dan masuk ke dalam hotel saat pembawa acara sudah mempersilahkan. Ia berjalan lebih dulu, meninggalkan Jaehyun dalam diam serta Jungkook dengan kebingungan.

 

ā€œAda apa?ā€ Tanyanya dengan menepuk pundak sahabatnya.

 

ā€œEnggak tau, dia jadi dingin lagi sebulan belakangan ini.ā€

 

ā€œKalian berantem?ā€

 

Jaehyun menggeleng kecil.

 

ā€œKita baik-baik aja, tapi Aerin tiba-tiba berubah.ā€

 

ā€œKamu udah coba ngobrol sama Aerin, tanya ke dia?ā€

 

Helaan napas berat terdengar saat keduanya mulai merajut langkah menuju ballroom.

 

ā€œUdah Kook, tapi enggak ada jawaban.ā€

 

ā€œNanti aku coba ngomong sama Aerin, siapa tau dia mau cerita.ā€

 

Jaehyun hanya dapat mengangguk. Ia pasrah dan sudah kehabisan cara untuk membujuk Aerin.

 

Di lain tempat, Aerin sudah berdiri di samping Hoseok yang setia merangkul pinggal Lisa. Ia tersenyum begitu hangat untuk keduanya yang sudah resmi menjadi pasangan sehidup semati ini.

 

ā€œAku seneng kalian akhirnya menikah!ā€

 

ā€œTerima kasih Rin.ā€

 

Lisa memeluk Aerin erat begitu juga dengan balasan yang diberikan Aerin. Hoseok yang melihat itu tidak bisa menyembunyikan perasaan harunya. Aerin adalah adik yang ia sayangi dan Lisa adalah belahan jiwanya, melihat interaksi keduanya membuat Hoseok merasakan kebahagiaan yang besar.

 

Hoseok bukan sosok yang pilih kasih, tetapi kedekatannya dengan Aerin jauh lebih dekat dibandingkan dengan sepupunya yang lain. Aerin sudah seperti adiknya sendiri. Adik kecil yang selalu ingin ia peluk dan lindungi dimana pun dan kapan pun itu.

 

ā€œKak..ā€ Panggil Aerin saat melihat Hoseok yang sudah melebarkan tangannya.

 

Aerin langsung masuk ke dalam pelukan itu. Tangannya meelingkar erat dipinggang sedangkan kepalanya bersandar didada Hoseok.

 

ā€œJaga Kak Lisa ya. Jangan buat Kak Lisa sedih.ā€

 

ā€œEhm!ā€ Hoseok mengangguk singkat.

 

ā€œKamu juga jangan sedih-sedih lagi. Harus seneng terus!ā€

 

ā€œEnggak janji Kak, tapi aku akan berusaha.ā€

 

ā€œKak Hoseok selamat!ā€

 

ā€œIya Kak, selamat ya. Semoga kalian bahagia dan punya keturunan yang cantik dan ganteng.ā€

 

Aerin melerai pelukannya dan sedikit mundur saat para sepupunya datang. Kedatangan mereka berhasil mengembalikan wajah dingin Aerin yang tidak luput dari pandangan Jungkook dan Jaehyun.

 

ā€œTerima kasih.ā€

 

Tidak lama, anggota keluarga yang lain datang. Memberikan selamat serta pelukan hangat untuk Hoseok dan juga Lisa. Aerin sedikit menyembunyikan tubuhnya di belakang Hoseok. Tidak ingin terlalu menunjukkan dirinya karena sedang tidak ingin memberikan jawaban apa pun pada keluarganya terutama sang Nenek.

 

Ia diam dan mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan. Tidak ingin menimpali atau menyahuti apa pun yang mereka bicarakan. Hanya sesekali mencibir dengan suara yang begitu pelan saat Neneknya kembali membicarkan tentang anak.

 

Aerin muak. Apakah sebuah pernikahan hanya tentang seorang anak?

 

Itu yang selalu Aerin tanyakan kepada dirinya tetapi tidak pernah ada jawabannya.

 

Keterdiaman Aerin berlanjut bahkan sampai anggota keluarga yang lain pergi dan menyisakan Jungkook, Ayahnya, sang Kakek, serta Jaehyun. Keempat laki-laki itu bersama dengan Hoseok larut membicarakan sebuah usaha baru yang akan mereka jalankan. Namun suara seorang perempuan berhasil membuat keempatnya diam, terutama Jaehyun yang sudah membulatkan matanya.

 

ā€œJaehyun!ā€

 

Perempuan itu langsung memeluk Jaehyun begitu  sampai di depannya. Hal itu langsung menarik perhatian keempat laki-laki itu tersemaksud Lisa, sedang Aerin tidak begitu terkejut.

 

ā€œLi-Lia?ā€

 

ā€œJae kamu datang? Katanya kamu enggak bisa nemenin aku, tapi ini kamu dateng. Kamu mau ngasih kejutan ya?ā€ Tanya perempuan itu dengan mata berbinar.

 

ā€œJa-Jadi Kak Lisa Kakak kamu?ā€

 

Lia mengangguk cepat.

 

ā€œOh iya, Kak Lisa ini Jaehyun. Jaehyun ini Kak Lisa dan Kak Hoseok.ā€

 

ā€œLia.ā€ Panggil Lisa.

 

ā€œJaehyun ini mantan yang lagi kamu perjuangin itu?ā€

 

Lia mengangguk dengan kepala yang tertunduk. Ia malu, tetapi kakaknya sudah mendengar seluruh ceritanya. Dimulai dari ia yang terpaksa meninggalkan Jaehyun untuk meraih mimpinya lalu ia yang sedang mengusahakan usahanya untuk kembali bersama.

 

ā€œOh, jadi kamu yang waktu itu ditemenin Jaehyun ke butik dan makan siang bareng di mall dekat taman kota?ā€ Tanya Aerin yang kini sudah berdiri di samping Hoseok ā€“tidak lagi bersembunyi di belakang tubuh tegap itu.

 

ā€œIya.. kalau boleh tau kamu siapa ya?ā€

 

Aerin melirik Kakeknya, lalu Ayahnya, dan yang terakhir Jaehyun. Lantas menyunggingkan senyumnya sebelum kembali menubrukkan obsidiannya pada manik hitam Lia.

 

ā€œAerin, sepupu Kak Hoseok dan jugaā€¦ā€ Ia sengaja menggantung kalimatnya hanya untuk menatap Jaehyun yang terlihat risau di tempatnya. Aerin ingin tertawa melihat perubahan Jaehyun, tetapi ia menahannya.

 

Left good for last.

 

Dia akan tertawa setelah meninggalkan mereka semua supaya tidak ada yang menginterupsi kegembiraannya.

 

ā€œTanya Jaehyun aja. Itu juga kalau dia berani buat jujur.ā€ Sambung Aerin dengan suara yang lebih pelan saat mengucapkan kalimat terakhir.

 

Merasa sudah tidak ada keperluan lagi, Aerin berpamitan. Bukan tidak menghargai Hoseok dan Lisa, tetapi ia perlu mempersiapkan dirinya untuk esok hari. Karena Aerin sangat yakin jika kejadian yang baru saja terjadi masih memiliki buntut yang panjang. Dan Aerin harus siap mental dan fisik untuk menghadapi keluarganya.

 

 

Semenjak pertemuan tidak sengaja itu, Aerin kembali menjadi sosok yang dingin. Ia mulai jarang makan bersama, selalu menolak saat diajak bicara sebelum tidur, hingga kegiatan berbelanja pun tidak lagi ia lakukan. Aerin lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bekerja sebelum pulang dan langsung mengunci diri di kamar.

 

Namun Aerin berubah semakin dingin dan menolak seluruh ajakan Jaehyun setelah dua minggu insiden di pusat perbelanjaan. Ia berubah setelah berulang kali memergoki Jaehyun yang tersenyum dengan ponselnya, Jaehyun yang sibuk bertelepon di taman samping, dan Jaehyun yang selalu gelagapan setiap kali ia menyinggung kebiasaan barunya itu.

 

Aerin tidak bodoh untuk mengetahui siapa yang bertukar pesan dengan Jaehyun dan siapa yang bertukar cerita lewat telpon hingga tengah malam. Ia yakin dengan asumsinya hingga akhirnya munculah sosok Aerin seperti awal pernikahan mereka.

 

Dingin dan tidak tersentuh.

 

 

Di meja makan itu duduk Jaehyun dan Aerin yang saling berhadapan. Keduanya larut dalam diam sembari menikmati makanan yang disiapkan Bibi Kim. Namun suara pesan masuk membuat gerakan tangan Aerin berhenti dan kepalanya tersangkat.

 

Dari tempatnya duduk, Aerin melihat bagaimana Jaehyun yang dengan cepat membuka pesan tersebut lalu tersenyum sembari mengetikkan balasannya.

 

ā€œSiapa?ā€ Tanya Aerin yang sudah kembali melanjutkan makannya.

 

ā€œO-Oh i-ini, rekan kerja.ā€

 

ā€œRekan kerja?ā€

 

ā€œI-Iya, re-kan kerja.ā€

 

Aerin meletakkan sendok dan garpu yang digunakan di atas piring dalam keadaan terbalik. Lalu ia mengambil gelasnya dan menandaskan isinya.

 

ā€œMalem-malem gini? Hari Sabtu?ā€

 

Jaehyun terlihat membolakan matanya.

 

ā€œI-Iya..ā€

 

ā€œOk.ā€

 

 

Saat malam semakin larut, Aerin baru saja selesai memeriksa laporan keuangan yang dikirimkan Aiden. Ia merasa haus dan air di dalam gelasnya sudah habis. Mau tidak mau, Aerin harus turun ke dapur walau tubuhnya letih dan matanya sudah perih akibat mengantuk dan juga lelah menatap layar.

 

Saat sampai di dapur, ia langsung menuang air dingin dan meminumnya hingga tandas sebelum kembali menuangkan air itu ke dalam gelas untuk dibawa ke kamar. Saat akan menaiki tangga, Aerin samar-samar mendengar suara tawa dari samping. Ia heran siapa yang sedang berbicara sambil tertawa di tengah malam seperti ini.

 

Karena penasaran, Aerin mendekati sumber suara itu hingga tubuhnya berhenti di dekat pintu dorong yang ternyata terbuka tetapi tertutup tirai sampai ia tidak sadar saat turun tadi. Ia sedikit membuka tirai itu dan mengintip di sana. Matanya bergerak mencari darimana suara itu berasal, dan berhenti pada sosok Jaehyun yang berdiri di dekat pot dengan telepon yang menempel ditelinga.

 

ā€œDia lagi ngomong sama siapa?ā€ Bisik Aerin.

 

Rasa penasaran yang semakin besar membuat Aerin tetap bertahan di sana.

 

ā€œKenapa belum tidur?ā€

ā€œā€¦..ā€

ā€œAku?ā€

ā€œā€¦..ā€

ā€œTadi ada sedikit kerjaan. Pas udah selesai kamu telepon.ā€

ā€œā€¦..ā€

ā€œHmmā€¦ā€

ā€œā€¦..ā€

ā€œIya Li, iya..ā€

ā€œā€¦..ā€

ā€œKamu masih bawel aja.ā€ Gerutu Jaehyun dengan terkekeh.

ā€œYaudah tidur sana, ini udah malem.ā€

ā€œā€¦..ā€

ā€œBye!ā€ Jaehyun mematikan teleponnya.

 

Aerin masih mengawasi Jaehyun dari tempatnya bersembunyi. Setelah mematikan teleponnya, lalu meregangkan tubuhnya, hingga tertawa kecil lalu tersenyum dan kepala yang menggeleng, semua itu tidak luput dari pandangannya.

 

Melihat itu membuat kecurigaan semakin tumbuh di benaknya. Membuat Aerin jadi semakin yakin dengan keputusan yang sudah diambilnya.

 

 

ā€œRin..ā€ Panggil Jaehyun saat Aerin baru saja sampai.

 

ā€œKamu baru pulang? Udah makan?ā€

 

ā€œUdah.ā€

 

Lalu ia berlalu begitu saja tanpa menatap Jaehyun.

 

 

ā€œAerin, Mamah minta kita ke rumahnya. Kamu bisa?ā€ Tanya Jaehyun saat Aerin akan pergi untuk bekerja.

 

ā€œAku sibuk.ā€

 

ā€œTapi Rin-ā€

 

Aerin segera pergi tanpa mempedulikan Jaehyun.

 

ā€œAerin tunggu!ā€

 

Aerin berhenti saat akan membuka pintu taksi yang dipesannya. Ia memutar tubuhnya.

 

ā€œKamu mau kemana?ā€

 

ā€œKerja.ā€

 

Jaehyun mengernyitkan dahinya.

 

ā€œDi hari minggu?ā€

 

Aerin tidak menjawab. Ia malah membuka tasnya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Lalu selama beberapa detik ia mengotak-atik benda pipih itu sebelum menunjukkan layarnya tepat di depan Jaehyun.

 

ā€œProfesor Ana menghubungiku dan meminta bantuanku.ā€

 

Lalu ia kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas.

 

ā€œSetidaknya aku tidak menggunakan alasan rekan kerja untuk sebuah pesan yang dibalas sambil tersenyum.ā€

 

Setelah mengatakan itu, Aerin masuk ke dalam taksi online-nya dan pergi dari sana dengan meninggalkan Jaehyun yang mematung.




T . B . C



- DF -

 

Comments

Popular Posts