How Hurt : Part 29

 


 



(DISCLAIMER: Penggunaan nama tokoh dalam cerita tidak ada hubungannya dengan sosok asli dalam kehidupan sebenarnya.)


.

.

.


 



Sudah lebih dari tujuh hari setelah Aerin memutuskan untuk memberi tahu keluarga Jeon bahwa dia sudah resmi menghapus nama Jeon dari namanya, Aerin akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumahnya. Sebelumnya ia selalu menghindari kegiatan apa pun yang mengharuskan dia pergi keluar baik itu seorang diri maupun bersama dengan Aiden. Namun mengingat rencana kepulangannya ke negara sang Ibu membuat Aerin akhirnya mau menyudahi kegiatan bersembunyinya.

 

Di hari itu dia sudah membuat janji bertemu dengan Yunji untuk mengucapkan salam perpisahan. Setelahnya dia akan berkunjung ke tempat peristirahatan sang Ibu.

 

ā€œI will miss you so much Rin..ā€

 

Aerin terkekeh sambil mengusap punggung Yunji.

 

ā€œMe too. Tapi nanti kamu bisa dateng ke sana kan, aku juga sesekali akan balik ke sini buat jenguk Ibu.ā€

 

Yunji mengangguk membenarkan. Tapi tetap saja, hati kecilnya masih tidak rela jika sahabat terbaiknya harus pergi lagi. Walaupun dia sangat setuju dengan keputusan Aerin ini, mengingat sudah sebanyak dan sedalam apa rasa sakit yang dirasakan. Maka pergi meninggalkan penyebab sakit itu adalah pilihan yang paling tepat.

 

ā€œJadi abis ini kamu mau kemana?ā€ Tanya Yunji sambil memperhatikan Aerin yang tengah merapihkan barang-barangnya.

 

ā€œAku mau mampir ke minimarket buat beli minuman kesukaan Ibu, baru deh aku ketemu Ibu.ā€

 

ā€œMau ku antar?ā€ Tawar Yunji.

 

Aerin menggeleng pelan. ā€œEnggak usah Ji, aku udah pesen taksi kok.ā€

 

ā€œOh iya, besok kamu jadi mau anter aku?ā€ Sambungnya.

 

ā€œJadi, jam berapa flight-nya?ā€

 

ā€œJam 10.ā€

 

Yunji mengangguk sambil membuat alarm di ponselnya.

 

ā€œOk, besok aku jemput jam 8?ā€

 

Kepala Aerin mengangguk dengan tangan yang begerak menyampirkan tali tasnya ke pundak.

 

"Taksi ku udah mau deket, aku pamit ya Ji. Besok jam 8 aku udah siap kok.ā€

 

Kini giliran Yunji yang mengangguk. Lalu keduanya saling berpamitan untuk melanjutkan kegiatan masing-masing. Aerin yang akan mengunjungi sang Ibu dan Yunji yang akan kembali ke toko bunganya.

 

 

*   *   *   *

 

 

Aerin meletakkan bouquet bunga yang dibawanya ke depan sebuah nisan yang bertuliskan nama sang Ibu. Lalu setelah berjongkok, dia mulai merapihkan gundukan tanah yang muali ditumbuhi rumput liar. Tangannya bergerak mencabuti rumput-rumput itu tanpa peduli jika rerumputan itu akan menggoresnya. Kemudian dia juga memberihkan nisan sang Ibu.

 

Setelah rapih, Aerin lantas mendudukkan bokongnya di sisi gundukan. Dia mengusap nisan itu dengan senyum kecil yang diikuti helaan napas berat.

 

ā€œSemua udah selesai Bu. Aku berhasil bertahan tapi aku memilih melepaskan. Maafin aku kalau akhirnya aku pergi tanpa anak laki-laki Ibu maupun suami Ibu.ā€ Lagi, napas Aerin terhela dengan berat.

 

ā€œAku udah berusaha, tapi aku bukan Ibu yang punya rasa maaf seluas samudra. Aku bisa maafin semuanya tapi aku enggak bisa terus bertahan sama sumber rasa sakit aku.ā€

 

Aerin menunduk saat dirasa bendungan pada matanya tak dapat dikendalikan. Sejujurnya, dia tidak ingin kembali membasahi makam sang Ibu dengan air matanya. Namun ia juga tidak bisa menghentikan genangan itu untuk tidak jatuh karena nyatanya rasa sakit itu masih begitu besar dan dia tidak akan bisa menyembunyikannya sekali pun di depan makam Sofia.

 

ā€œOh iya, sebelum ke sini aku sempet mampir buat beli minuman kesukaan kita. Karena hari ini hari terakhir aku, aku mau ngelakuin apa aja yang biasanya kita lakuin bareng-bareng waktu Ibu masih ada. Ibu selalu beliin aku susu troberi pas aku berhasil meraih sesuatu, dan karena aku udah berhasil melepas keluarga Ayah, hari ini aku mau rayain itu sama Ibu.ā€

 

Aerin meletakkan sebotol susu di dekat bouquet yang di bawanya. Lalu dia membuka botol lainnya dan meminumnya.

 

ā€œRasanya masih sama, masih enak, dan masih jadi salah satu susu yang aku suka. Tapi yang beda perasaan aku Bu. Rasanya campur aduk sampe aku sendiri enggak tau apa yang aku rasain sekarang ini.ā€

 

Aerin kembali mengusap nisan Sofia lalu kembali menghela napasnya yang masih berat.

 

ā€œIbu pasti udah tau apa yang terjadi antara aku dan Jungkook. Karena itu aku mau minta maaf karena aku masih belum bisa nerima penjelasan Jungkook. Rasa kecewa ku masih besar untuk anak laki-laki Ibu. Tapi aku janji, rasa ini pasti akan aku hilangkan karena bagaimana pun Jungkook anak Ibu dan aku enggak mau buat Ibu sedih karena hubungan aku dan Jungkook.ā€

 

Di sana, di depan makam Sofia, Aerin terus menumpahkan isi hatinya. Bibirnya tidak berhenti menceritakan apa yang ia rasakan dan apa yang sudah terjadi padanya. Karena baginya hanya Sofia yang paling mengerti. Sekali pun sang Ibu sudah tiada, keyakinan itu masih begitu mendominasi sampai bisa membuat Aerin lega setiap kali setelah dia bercerita di depan gundukan tanah sang Ibu.

 

Percapakan satu arah yang terjadi itu membuat Aerin tidak sadar akan kehadiran dua sosok pria di belakangnya. Bahkan keduanya mendengar apa saja yang Aerin ceritakan termasuk dengan rencana kepergiannya ke kampung halaman Sofia. Dan hal itulah yang membuat salah satu dari pria itu bergegas mendekati Aerin hingga membuat Aerin menyadari keberadaan mereka.

 

ā€œRin.. yang kamu bilang tadi itu bohong kan?ā€ Tanyanya masih berusaha untuk mencari kebohongan dari setiap kata yang ia dengar.

 

ā€œSejak kapan kalian di sani?ā€

 

ā€œItu enggak penting Rin, yang penting itu jawab pertanyaan aku. Jadi kamu beneran akan pergi?ā€

 

Aerin menghela, lagi. Ada sedikit perdebatan di dalam pikirannya. Apakah dia akan mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Namun akhirnya dia memutuskan untuk menjawab dengan jujur setiap pertanyaan yang akan ia terima. Mungkin ini sekaligus bisa menjadi wkatu yang tepat untuk berpamitan.

 

ā€œIya, aku akan kembali ke Finlandia. Aku akan memulai hidup ku yang baru di sana.ā€

 

ā€œKenapa? Kenapa harus pergi?ā€

 

Aerin menolehkan kepalamnya sembari menghela napas panasnya.

 

ā€œYa karena sudah enggak ada lagi kepentingan di sini. Aku sudah memutuskan untuk melepas keluarga Jeon, lalu untuk apa aku ada di sini? Lebih baik aku kembali ke kampung halaman Ibu dan fokus membangun galeri di sana.ā€

 

Jungkook terlihat menggeleng kasar.

 

ā€œEnggak Rin, kamu enggak boleh ninggalin aku.ā€

 

Aerin mengerutkan dahinya. Dia tidak suka mendengar kalimat yang keluar dari mulut saudaranya itu.

 

ā€œKenapa enggak boleh? Aku hanya melakukan apa yang membuat ku bahagia, dan pergi merupakan salah satunya. Kamu jangan lupa kalau kamu juga salah satu sumber rasa sakit aku. Seandainya kamu tetep berusaha nentang kakek, mungkin ceritanya gak akan kayak gini. Jadi jangan ngelarang aku Kook, kamu gak berhak untuk itu.ā€

 

Jungkook masih belum menerimanya, dia akan kembali membantah tetapi Minhyun menyentuh pundaknya yang membuat ia tidak jadi berucap.

 

ā€œKalau Ayah boleh tahu, kapan kamu akan pergi?ā€

 

ā€œBesok..ā€

 

ā€œBoleh Ayah antar kamu ke bandara?ā€

 

Aerin tampak berpikir selama beberapa waktu yang ganjil. Namun kemudian kepalanya menggeleng pelan.

 

ā€œEnggak usah. Akan lebih baik jika enggak ada satu keluarga Jeon pun yang datang karena aku sudah enggak ingin terikat apa pun dengan keluarga itu. Aku udah bukan lagi Jeon Aerin, aku adalah Analie Sanaa Lee. Jadi jangan pernah membawa ku kembali kepada keluarga itu.ā€

 

Minhyun tidak menyahut. Dia memilih diam karena dia tahu sudah besar apa kesalahannya pada Aerin hingga membuat anak perempuannya itu enggan terlibat dengan dirinya. Walaupun ada rasa ingin yang besar untuk mendekap Aerin, tetapi ia berusaha dengan keras untuk memendam keinginan itu karena rasa malu dan tidak percaya diri setelah apa yang dia lakukan kepada Aerin.

 

Namun berbeda dengan Jungkook. Saudara laki-laki Aerin itu masih belum bisa menerima keputusan Aerin. Maka dari itu, dia masih berusaha untuk membatalkan rencana saudara kembarnya itu.

 

ā€œKook..ā€ Panggil Aerin sambil melepaskan tangannya dari genggaman tangan besar Jungkook.

 

ā€œMau sebanyak apa pun kamu mohon, aku tetep akan pergi. Aku udah enggak ada kepentingan di sini, jadi lebih baik aku pergi. Lagi pula walaupun aku udah bilang ke kamu kalau aku maafin semuanya, tapi maaf itu belum sepenuhkan bisa aku berikan. Aku masih butuh banyak waktu karena rasa sakitnya masih kerasa. Tapi tenang aja, aku enggak akan bisa membenci kamu karena aku udah janji sama Ibu untuk enggak pernah ngelakuin itu.ā€

 

Aerin menarik napasnya lalu secara perlahan mengembuskannya udara panas itu melalui mulutnya.

 

ā€œAku berharap kamu bisa menjalani hidup kamu dengan baik. Semoga saat kita ketemu nanti, kamu udah bisa memutus rantai setan di keluarga Jeon. Dan aku berdoa semoga kamu akan menjadi sosok berbeda dari keluarga kamu itu. Jangan lagi ada menantu seperti Sofia Saana Lee serta anak maupun cucu seperti Analie Saana Lee di sana.ā€

 

Aerin lantas menatap Minhyun yang sedari tadi masih menutup rapat kedua bibirnya.

 

ā€œApa aku masih boleh memanggil mu Ayah?ā€

 

Dengan cepat kepala Minhyun mengangguk.

 

ā€œAyah, terima kasih untuk usaha di akhir yang Ayah lakukan. Semoga setelah ini hidup Ayah menjadi lebih baik. Dan aku meminta kepada Ayah untuk mendukung Jungkook dan pastikan jika enggak terjadi pengulangan cerita ini di masa depannya Jungkook. Karena seperti yang selalu aku bilang kalau menjadi seorang perempuan itu enggak mudah apa lagi kalau terlahir di tengah keluarga yang menjunjung tinggi nilai patriarki. Rasanya makin susah dan sakitnya enggak berujung.ā€

 

Aerin lalu mengambil tasnya yang berada di dekat batu nisan.

 

ā€œAku pamit. Sampai bertemu lagi Jungkook, Ayah. Aku enggak tau kapan kita ketemu, tapi aku pastiin suatu hari nanti aku akan menemui kalian setelah bahagia dan sembuh itu aku dapatkan. Karena semua itu adalah janjiku pada Ibu.ā€

 

Aerin menundukkan kepalanya selama beberapa saat. Lalu dia kembali mengangkatnya disertai senyum tulus yang terukir di bibirnya.

 

ā€œHidup dengan baik dan temukan kebahagiaan kalian, karena kepergian ku juga untuk menemukan bahagia yang belum pernah aku terima dari keluarga Jeon.ā€




F . I . N



Terima kasih buat yang udah nungguin. Akhirnya kita sampai juga pada akhir kisah Aerin. Semoga enggak mengecewakan ya..

Sampai bertemu di judul baru

Tapi sebelum itu, ada hadiah buat kalian di tahun baru nanti

Stay tuned ya guys..

Byeeee


- DF -

Comments

Popular Posts