Ryujin: New Year Resolution


 Cast: Han Ryujin (OC) ā€“ Nakamoto Yuta (NCT)

Genre: Romance, Fiction

 

Ryujin masih ingat bagaimana kesan pertamanya saat bertemu dengan Yuta. Pria itu terlihat sangat mengintimidasi dan menciptakan kesan sulit didekati. Pertemuan pertama mereka terjadi saat hari kedua Ryujin mulai bekerja di kantor firma Daesung Group. Saat itu Yuta yang merupakan salah seorang manager di divisi HRD menghampiri kubikelnya. Ia membawa beberapa lembar formulir yang harus Ryujin isi sebagai karyawan baru.

 

ā€œTolong dilengkapi semuanya, paling lambat berikan form-nya besok padaku ya.ā€ Yuta menatapnya tegas, menuntutnya untuk mengangguk jadi saat itu Ryujin mengangguk walaupun ia belum sempat membaca isi form yang Yuta berikan.

 

Walaupun bekerja di bagian HRD, Yuta tidak tampak terlalu kaku seperti salah satu rekannya yang bernama Yeon Seok yang kemarin mendampingi Ryujin untuk berkeliling kantor. Nakamoto Yuta terlihat rapi namun juga terkesan cuek. Lengan kemejanya digulung mencapai siku, dua kancing kerahnya dibiarkan terbuka, dan potongan rambutnya agak kelewat panjang untuk ukuran orang yang bekerja di bawah departemen HRD.

 

ā€œNanti data-datanya akan terunggah di database karyawan. Kemarin Yeon Seok sudah menjelaskan cara mengakses database, kan?ā€

ā€œIya Pak.ā€

 

Saat itu Yuta mengangguk kecil namun tatapannya tak lepas dari Ryujin. Entah apa yang dipikirkan Yuta, namun tindakannya jelas membuat Ryujin kikuk dan semakin canggung.

 

ā€œAku akan ke sini lagi kalau data-datamu sudah diinput ke database, sekalian menyerahkan username dan password akun-mu,ā€ ucap Yuta dengan nada profesional.

 

Ryujin sekali lagi mengangguk dan mengucapkan terima kasih. ā€œBaik, terima kasih. Saya akan menyerahkan form-nya besok, Pak.ā€

 

ā€œOke, besok setelah makan siang saya akan ke sini lagi.ā€ Kemudian seulas senyum terbit di wajah Yuta, memudarkan kesan sulit diraih yang daritadi terlihat. Tanpa disadari Ryujin ikut tersenyum saat mengucapkan terima kasih yang kedua kali.

 

Dengan enggan Yuta memaksa dirinya meninggalkan kubikel Ryujin walaupun setelah beberapa langkah, pria itu menoleh ke belakang untuk menatapnya. Dan saat mata mereka bertemu kemudian saling membalas senyum, Ryujin tahu bahwa ada percikan di antara mereka.

 

Percikan itu tidak padam, justru berubah menjadi sesuatu yang lebih nyata. Perlahan-lahan, hari demi hari mereka menjadi lebih dekat hingga akhirnya mereka bukan lagi sebatas rekan kerja. Mereka menjalin asmara secara diam-diam karena terbentur aturan kantor yang melarang sesama karyawan berpacaran.

 

Ryujin tidak menyangka ada aturan tersebut di kantornya, namun Yuta sebagai staff HRD tentunya sangat menyadari adanya aturan tersebut. Walaupun begitu Yuta meyakinkan Ryujin untuk nekat menjalani hubungan rahasia mereka, bertemu di akhir pekan, berkencan di tempat yang cukup jauh dari pusat kota, dan saling mengabaikan saat bertemu di kantor.

 

Semua berjalan lancar dan tanpa terasa sudah tiga tahun mereka bersama tanpa diketahui orang-orang kantor.

 

***

 

Ryujin menatap pantulan dirinya yang ragu, seorang hairstylist balas menatapnya dengan antusias. ā€œSudah siap, Nona?ā€

 

Ia mengembuskan napas dan menatap penuh keyakinan pada dirinya sendiri dalam cermin. ā€œYa, kau bisa mulai sekarang,ā€ katanya yang membuat wanita di belakangnya lega.

 

ā€œAku janji hasilnya pasti akan bagus,ā€ sahut wanita itu dengan penuh percaya diri. Ia bergerak dengan sangat enerjik, terlihat sangat tekun saat menggunting rambut Ryujin.

 

Meskipun agak takut, Ryujin berusaha mempercayakan rambutnya pada wanita itu. Terlihat gelisah hanya akan membuat hairstylist itu jadi kikuk saat bekerja. Tentu Ryujin tidak ingin konsentrasi wanita itu pecah sehingga memotong rambut Ryujin lebih pendek dari yang ia inginkan.

 

Ponselnya bergetar, sebuah pesan dari Yuta masuk. Ia melirik sosok Yuta dari cermin di depannya, pria itu sedang duduk di bangku panjang yang berada tak jauh belakangnya. Pria itu tersenyum jahil.

 

Kau yakin tidak mau menghentikan wanita itu?

 

Yuta tahu betapa menegangkan momen itu bagi Ryujin. Seumur hidupnya Ryujin belum pernah membuat perubahan sebesar ini pada rambutnya. Sebut saja ia selalu main aman kalau urusan rambut. Ia tidak pernah benar-benar memotong pendek atau mencoba potongan rambut yang aneh-aneh. Biasanya ia hanya memotong ujung-ujung rambut yang mulai bercabang. Rekor rambut terpendek yang pernah ia coba yaitu dua senti di bawah bahu.

 

Aku selalu yakin dengan keputusanku. Lebih baik kau pikirkan desain tato yang mau kau buat di lenganmu.

 


Ryujin mengamati ekspresi serius Yuta saat mengetik pesan balasannya. Rencananya setelah selesai mengubah gaya rambut Ryujin, mereka akan beranjak ke studio tato.

 

 

FYI, aku berubah pikiran. Aku enggak jadi tato di lengan, aku dapat ide desain baru. Kayaknya lebih cocok kalau di punggung.

 

 

Yuta lanjut menceritakan rencana tatonya kemudian wacana makan malam sebelum akhirnya mareka menuju lokasi pesta kembang api yang akan diadakan di dekat pantai. Terlepas dari rencana seru yang menanti, Ryujin mulai merasa kesepian. Entah kenapa ia merasa ragu dan ingin melarikan diri. Dan ini bukan karena ia takut hasil potongan rambutnya jelek. 

 

***

 

 

Berulangkali Ryujin memandangi penampilan barunya setiap melewati kaca. Seorang perempuan berambut sebahu model shaggy layer dengan warna burgundy menatap balik dirinya. Ia hampir tidak mengenali sosok tersebut. Walaupun puas dengan hasilnya, ia tetap merasa asing dengan penampilan barunya saat ini.

 

ā€œMenyesal dengan hasilnya?ā€ tanya Yuta. Pria itu merangkulnya dari belakang, menumpukan dagunya di atas bahu Ryujin.

 

ā€œHasilnya bagus. Aku cuma belum terbiasa melihat rambutku sependek ini.ā€

 

ā€œSetidaknya rambutku masih bisa tumbuh lagi. Bagaimana dengan tatomu?ā€ Ryujin mengamati ekspresi Yuta yang terlihat santai.

 

Akhirnya Yuta memutuskan memilih gambar kalajengking yang menaungi mawar di punggungnya. Ia bilang itu menggambarkan zodiaknya dan mawar sebagai rasa cinta dalam hatinya. Entah apa yang ada di pikirannya saat memilih gambar itu. Saat pertama kali melihat hasilnya, Ryujin bisa memastikan Yuta tidak akan menyesal. Hasilnya memuaskan dan sangat detail, persis seperti yang diinginkan pria itu.

 

ā€œSekarang sih bagus ya, mari kita lihat setelah beberapa bulan. Warnanya masih bagus atau tidak,ā€ jawab Yuta santai.

 

Ryujin menyandarkan punggungnya pada Yuta, membiarkan pria itu menahan bobot tubuhnya. ā€œWarnanya bisa memudar?ā€ tanyanya penasaran.

 

Seingatnya saat melihat hasil tato di punggung Yuta pertama kali adalah desain yang cantik dengan perpaduan warna yang menyala. Sayang sekali jika warna-warna cantik itu pudar seiring berjalannya waktu dan hanya meninggalkan gambar kalajengking dan mawar.

 

ā€œMau sebagus apapun tintanya pasti akan pudar, biasanya ada yang kuat setahun sebelum harus retouch. Tapi aku kurang tahu apa nasib tato-ku masih sebagus ini setelah beberapa bulan lagi.ā€ Pria itu tetap terlihat santai, namun selalu siap untuk memberi penjelasan panjang lebar tentang tato.

 

ā€œHarusnya masih bagus kalau lihat dari review di Google yah.ā€ Pria itu menambahkan dengan optimis.

 

Ryujin ingat seantusias apa Yuta saat membahas rencana menato tubuhnya dari dua bulan lalu. Pria itu sudah mencari banyak referensi studio tato dengan review terbaik, menelusuri profil para tattoo artist yang mau ia datangi, menyimpan ratusan gambar untuk referensi tatonya, sampai mencari informasi-informasi kecil seperti larangan sebelum tato hingga cara merawat kulit yang baru saja ditato.

 

Yuta selalu maksimal saat melakukan sesuatu. Pria itu selalu memastikan ia tidak akan menyesal setelah melakukan usaha sebaik mungkin. Seperti tato di punggungnya, liburan akhir tahun mereka, dan resolusi tahun barunya.

 

Setelah selesai menemani Yuta membuat tato, mereka memutuskan kembali ke hotel untuk mandi sebelum pergi menuju restoran untuk makan malam.

 

Mereka bergandengan sepanjang sisa hari, mengunjungi beragam booth di pasar malam, berhenti sejenak untuk mengabadikan foto di photo box setelah makan malam, kemudian duduk di bangku santai yang berjajar di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan laut dan kemeriahan acara malam tahun baru. Ada sebuah panggung tak jauh dari tempat mereka duduk, dua orang MC bergantian menyapa para pengunjung dan memperkenalkan DJ yang baru saja naik ke atas panggung.

 

Suasana di tempat itu riuh dan menyenangkan, semua orang terlihat bersemangat. Ada yang berjoget di dekat panggung, ada yang mundar-mandir mengejar ombak, dan ada yang mengamati keramaian sambil mengobrol. Seperti Ryujin dan Yuta. Obrolan mengalir dari satu topik ke topik lainnya, membuat hati Ryujin hangat sekaligus mengingatkannya betapa mereka mengenal satu sama lain dengan baik.

 

ā€œKayaknya aku bakal konsisten sepedahan tiap weekend deh mulai tahun depan,ā€ kata Yuta.

Ryujin menatap Yuta dengan meremehkan. ā€œKau sudah punya rencana itu dari beberapa bulan yang lalu,ā€ sahut Ryujin mengingatkan.

 

ā€œAku kan sibuk belakangan ini karena mau ada pergantian direktur. Lagipula aku main sepeda statis kok di tempat gym.ā€

 

Yuta menyenggol bahunya, menatapnya jahil. ā€œKalau kau gimana? Apa hal baru yang mau kau mulai di awal tahun?ā€

 

Tak seperti Yuta yang selalu membuat resolusi tahun baru, Ryujin tidak begitu. Ia membuat rencana ketika ingin mencapai suatu tujuan, tak peduli itu tahun baru atau bukan. Menurutnya membuat rencana gebrakan untuk hidup yang baru di awal tahun cuma gimik semata yang membuat tahun baru seolah punya kekuatan magis. Padahal kalau mau memulai sesuatu yang baru kau bisa melakukannya kapan saja, kan?

 

ā€œApa ya? Aku tidak punya ide khusus,ā€ jawab Ryujin sekenanya.

 

Yuta tersenyum lebar. ā€œAku tahu kegiatan baru yang cocok untuk kau coba,ā€ katanya dengan penuh semangat.

 

Ryujin balas mengamati Yuta yang terlihat antusias. Bagaimana mungkin seseorang yang awalnya terlihat sangat dingin dan galak, kini terlihat begitu hangat, lucu, dan banyak omong?

 

ā€œKau harus coba les masak. Kau masih ingat kimbab yang waktu itu kau buat?ā€

 

Ryujin memukul pelan lengan Yuta, ikut tertawa saat mengingat rasa kimbab yang pernah ia buat. Ya Tuhan, waktu itu moodnya sangat bagus sehingga ia punya ide untuk mencoba membuat kimbab untuk makanan pikniknya bersama Yuta. Sayangnya meski sudah berusaha semaksimal mungkin, kimbabnya tidak tergulung rapi, rasanya hambar, dan potongannya juga semrawut.

 

ā€œWaktu itu kau bilang enak,ā€ sanggah Ryujin.

ā€œAku gak bilang enak, aku bilang itu masih bisa dimakan.ā€ Yuta tertawa puas. Ia mencubit pinggang pria itu, membuat Yuta tertawa semakin keras.

 

Tanpa terasa waktu pergantian tahun semakin dekat. Orang-orang semakin ramai mendekat area panggung. Terlihat beberapa orang staff mulai bersiap dengan kembang api di tangan, dua orang MC menginformasikan bahwa saat ini tiga puluh detik menuju tahun baru.

 

Ryujin merasa dadanya semakin penuh, apalagi ketika Yuta menariknya untuk mendekat ke area pesta kembang api. Yuta menggenggam tangannya erat, menyunggingkan senyum lebar ketika mereka berada di tengah-tengah kerumunan orang.

 

ā€œAyo kita hitung mundur bersama! 10ā€¦ 9ā€¦ā€ suara MC yang semangat entah kenapa meredup, begitu pula keriuhan pengunjung lain dan musik di belakang mereka seolah memudar.

 

Yuta menatapnya, satu tangannya menyentuh rahangnya. ā€œKau selamanya punya tempat spesial dalam hatiku.ā€

 

ā€œā€¦1.. HAPPY NEW YEAR!!!!ā€

 

Kecupan hangat mendarat di kening Ryujin cukup lama. Yuta kemudian membawanya ke dalam pelukan pria itu, menjaganya dari keramaian dan keriuhan orang-orang di sekeliling mereka yang tengah bersuka cita. Ryujin melingkarkan lengannya di pinggang Yuta, membiarkan tubuhnya bersandar dengan erat ke tubuh kokoh itu.

 

ā€œTerima kasih karena sudah menjadi gadisku selama ini,ā€ kata Yuta.

 

Ryujin menatap Yuta, pandangannya agak buram karena menahan air mata yang dari tadi ia tahan susah payah.

 

ā€œYa, terima kasih pernah menjadi bagian hidupku Yuta.ā€ Suara Ryujin bergetar. Sesungguhnya ia ingin menangis sekuat tenaga seperti yang sudah ia lakukan saat kali pertama mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan ini.

 

Dari awal perjalanan ini bukan sekadar perjalanan untuk merayakan tahun baru, tapi juga merupakan prosesi melepaskan keberadaan satu sama lain. Yah, pada akhirnya sama seperti tahun, hubungan mereka juga harus berganti status. Mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah mereka miliki sejak 3 tahun lalu.

 

Hubungan mereka tidak mendapat restu dari orang tua Yuta. Dari awal mereka memang tidak begitu menyukai Ryujin karena ia bukan orang Jepang. Yuta selalu berupaya menghiburnya agar ia tidak merasa kecil hati. Namun tetap saja kenyataan itu menganggu Ryujin. Meskipun terlihat seperti pria modern, namun Yuta sangat menghargai pendapat orang tuanya.

 

Selain itu menurut mereka, Ryujin bukan sosok yang tepat untuk dijadikan seorang istri. Ryujin tahu itu. Ia cukup payah dalam memberi kesan sebagai sosok wanita dengan label wife material. Apalagi saat ibu Yuta menyinggung perihal rencana menikah pada Ryujin, saat itu ia ingat persis bahwa ia menjawab belum memiliki rencana menikah hingga tahun depan. 


Lagipula ia masih ingin bekerja, jika orang-orang di kantor mengetahui hubungannya dengan Yuta maka salah satu di antara mereka harus mengundurkan diri. Ia tidak ingin mengundurkan diri, serta tidak ingin membiarkan Yuta melakukan itu untuknya.

 

Meski tidak pernah terang-terangan memperlihatkan kebenciannya pada Ryujin, orang tua Yuta terlihat selalu intimidatif saat bertemu dengannya. Hingga suatu hari ibu Yuta mengajaknya makan siang bersama. Ryujin mengira itu petanda baik, namun nyatanya tidak seperti itu.

 

Ibu Yuta terlihat dingin, hanya mengajukan pertanyaan basa-basi yang membuat suasana di antara mereka semakin canggung. Puncaknya ketika wanita itu meletakkan cangkir tehnya lalu menatap Ryujin sambil mendesah panjang. Tangannya yang keriput meraih tangan Ryujin.

 

ā€œAku selalu memastikan anakku mendapatkan yang terbaik dalam semua hal. Kami berasal dari keluarga sederhana tapi selalu mengusahakan yang terbaik bagi Yuta. Kami juga keluarga yang sangat kompak dan solid, saling membantu satu sama lain ketika dibutuhkan,ā€ ucapnya.

 

Awalnya Ryujin tidak mengerti kemana arah pembicaraan wanita itu, ia hanya mengangguk dan tersenyum.

 

ā€œYuta terbiasa mendapatkan cinta kasih dari keluarga yang hangat.ā€ Pada saat itu Ryujin akhirnya mulai mengerti kemana pembicaraan ini mengarah. Tubuhnya menegang dan jantungnya bergemuruh.

 

ā€œIa selalu tahu siapa dirinya, darimana ia berasal, dan kemana ia harus pulang. Dan akuā€¦ā€

 

Wanita itu terlihat ragu sejenak namun sepertinya ia memang sedingin dementor karena terus melanjutkan perkataannya dengan tenang namun menyakiti Ryujin tanpa ia sadari.

 

ā€œ-aku ragu ia bisa mendapatkan itu jika bersamamu. Jangan salah paham, aku tidak bermaksud jahat. Namun dengan latar belakangmu, semua jadi jelas kenapa kau begitu kikuk ketika bertemu keluarga kami.ā€

 

Ryujin menelan ludahnya yang mulai terasa seperti kepalan nasi. Sangat sulit untuk dilakukan. Ia menarik napas berat mengembuskannya perlahan sambil menahan air mata yang tiba-tiba menyesaki kantong matanya.

 

ā€œAku mulai mengerti kenapa pernikahan menjadi sesuatu yang sulit untukmu. Dengan perceraian orang tuamu memang tidak mudah untuk menginginkan pernikahan bagi dirimu sendiri.ā€

 

Ryujin mengangguk, bukan berarti ia menyetujui ucapan Nyonya Nakamoto tapi ia berharap wanita itu berhenti bicara dan pergi dari hadapannya. Sekarang ia mengerti bagaimana rasanya dibunuh secara perlahan. Ibu Yuta memang tidak membentaknya dan memperlakukannya dengan kasar. Namun wanita mengorek lukanya pelan-pelan, terus mengelak bahwa ia telah menyakiti Ryujin, lalu membiarkannya mengingat kenangan pahit yang ingin ia pendam.

 

ā€œWalaupun Yuta bilang akan terus menunggumu, tapi tetap saja aku tahu bahwa itu akan seperti penantian sia-sia. Kau akan membiarkannya terus menunggu dalam ketidakpastian.ā€ Wanita itu menatapnya prihatin. Seolah ia masih Han Ryujin yang berusia 13 tahun saat orang tuanya terus bertengkar hingga akhirnya memutuskan bercerai.

 

Wanita itu terus menatapnya seolah ia masih anak malang yang selalu menangisi perpisahan orang tuanya. Seolah wanita itu tahu betapa kesepian ia selama ini.

 

ā€œKalian bahkan masih menyembunyikan hubungan kalian dari orang-orang kantor, bukan?ā€

 

ā€œDan memang lebih baik tetap seperti itu karena pada akhirnya ketika berpisah nanti kalian tetap memiliki pekerjaan masing-masing,ā€ katanya dengan bijak.

 

Kemudian wanita itu mengulas senyum yang Ryujin tidak pernah lihat. Senyumnya ramah dan jauh dari kesan dingin.

 

ā€œAku hanya seorang ibu yang mau memastikan anakku tahu bahwa menanggung beban emosional orang lain tidak akan pernah mudah. Dan kuharap kau mengerti.ā€

ā€œAku rasa jika pun kalian akhirnya menikah dan memiliki anak maka akan sangat sulit bagi anak itu untuk hidup bersama ibu yang bahkan tidak punya figur orang tua yang penuh kasih,ā€ kata terakhirnya yang menonjok Ryujin hingga ulu hati.

 

Saat mengingat obrolan pada siang itu hatinya selalu remuk. Ia tidak pernah menyangka kenyataan bahwa dirinya adalah anak dari orang tua yang bercerai menjadi alasannya putus dari seorang pria. Ia membenamkan wajahnya semakin dalam ke dada bidang pria di hadapannya. Ia menghirup aroma pria itu sepuasnya, membiarkan dirinya menyimpan kenangan aroma Yuta untuk malam-malam lainnya saat ia teringat pria itu.

 

Kemudian ia teringat sesuatu, ia menjauhkan diri kemudian menatap Yuta.

 

ā€œSekarang aku tahu rencana tahun baruku,ā€ ucapnya.

 

Tangannya terulur mengusap pipi Yuta, membiarkan dirinya mengusap rahang tegas itu untuk terakhir kalinya.

 

ā€œAku akan berusaha untuk melupakan semua perasaanku padamu.ā€ Ia terkekeh berupaya untuk tidak menangis.

ā€œPadahal kita sudah merencanakan ini sejak bulan lalu tapi saat perpisahan ini benar-benar terjadi ternyata rasanya tetap sakit ya,ā€ katanya lemas.

 

Yuta menariknya ke dalam pelukan hangatnya. ā€œAkan sulit untuk benar-benar mengenyahkan perasaan yang kumiliki untukmu. Selama tiga tahun bersama kita punya banyak kenangan dan melewati waktu bersama. Ini juga sangat sulit untukku, Ryu.ā€

 

Ryujin merasakan Yuta mengusap kepalanya. ā€œKau yakin kita harus putus? Kita bisa hadapi orang tuaku bersama-sama,ā€ kata Yuta seperti yang pernah ia katakan saat pertama kali Ryujin mengusulkan untuk mengakhiri hubungan mereka.

 

Ryujin hanya mengangguk, tak sanggup untuk mengucapkannya keras-keras. Sesungguhnya ia juga tidak ingin ini berakhir, namun ia pikir inilah keputusan yang terbaik. Yuta sudah memasuki usia 31 tahun dan orang tuanya sudah mendesaknya untuk menikah. Sementara Ryujin belum siap melakukannya, bahkan sekalipun ia siap untuk menikah ia juga tidak yakin sanggup menghadapi mertua yang membencinya.

 

Dan bersama angin malam yang semakin dingin dan udara beraroma asin, suara musik sayup-sayup terdengar, ia memeluk Yuta sepuasnya karena ia tahu saat pagi datang mereka harus menghadapi realita mereka.

 

Perjalanan akhir tahun mereka berakhir pada malam ini, bersama kisah cinta yang harus mereka kubur dalam deru ombak di pulau Jeju. Tato di punggung Yuta maupun rambut pendek warna burgundy Ryujin menjadi saksi bahwa kini mereka adalah dua orang baru yang siap menjalani hidup masing-masing tanpa satu sama lain. Saling melepaskan, saling merelakan untuk menyambut awal kisah yang baru.

 

 

End

 

Okay terima kasih buat semua yang baca. Seneng banget akhirnya bisa selesai ngetiknya. Karena ini lumayan lama banget prosesnya. Aku udah mulai dapet idenya tuh setelah nulis FF Jia, dan gak lama setelah itu langsung nulis. Targetnya mau publish pas Januari akhir tapi ya molor terus. Tiba-tiba hilang feeling yang akhirnya bikin ff ini stuck.

 

Karena sayang banget udah setengah jalan, aku memutuskan untuk terusin nulis walaupun dgn perasaan yg flat sekali. Oiya.. aku dapet ide buat ff ini dari vid tiktok yang kurang lebih mereka juga jalan-jalan akhir tahun buat putus, tapi alasannya aja yang beda.

 

Kalian bisa cek nih akunnya https://www.tiktok.com/@raysulaimannn/video/7451616259952676103?_r=1&_t=ZS-8svGz2G20s3

 

Sekian dulu dari aku buat kali ini. Semoga bisa balik lagi secepatnya. Thank youā€¦

 

 

See You,

 

GSB

 

Comments

Popular Posts